Siklus II 1. Perencanaan Siklus II

22 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching Media yang digunakan pada tindakan pertama adalah gambar peraturan kelas, gambar dokter dan perawat, gambar benda-benda dari huruf a,i, gambar angka 2 dan buku cerita. Media yang digunakan pada tindakan kedua adalah gambar peraturan kelas, gambar benda dari huruf u,e,o, gambar segitiga,hasil hasta karya rontgen.

2. Pelaksanaan dan Pengamatan Siklus II

Siklus kedua tindakan pertama dilakukan pada hari Senin, 28 September 2015. Pelaksanaan kegiatan menyimak melalui metode Whole Brain Teaching ini disesuaikan dengan rancangan yang telah disusun sebelumnya bersama dengan guru dan mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus pertama. Perbaikan yang dilakukan adalah guru perlu mengulang- karakteristik metode Whole Brain Teaching seperti class-yes, children-yes,Ms., attention, please – yes, Ms., teach- ok, mirror, agar anak-anak terbiasa, guru perlu kembali mengulang peraturan kelas nomer 1-3, sebelum dilanjut dengan peraturan nomer 4-6, dalam pelaksanaan karakteristik teach-ok guru harus menentukan pasangan anak-anak siapa yang terlebih dahulu menjadi guru dan murid agar anak-anak tidak bingung. Karakteristik Tabel 6: Rancangan Kegiatan Siklus II Tindakan 2 No Kegiatan Aktivitas Pembelajaran 1 Morning Assembly 2 Senam bersama Bahasa Inggris 3 a Pembukaan Mengucap ulang peraturan kelas 4 a b c d e Kegiatan Inti Pengenalan huruf u,e,o. mirror Penjelasan tentang konsep segitiga mirror Melipat bentuk segitiga Membuat bentuk segitiga di buku Membuat hasta karya rontgen 5 Penutup kegiatan Whole Brain Teaching yang ditambahkan pada siklus kedua ini adalah penggunaan score board dalam pembelajaran. Adapun pelaksanaan dan pengamatan pembelajaran siklus kedua tindakan pertama yang menunjukkan kegiatan menyimak dan penerapan metode Whole Brain Teaching dapat tergambar pada penjelasan seperti berikut ini: a. Anak mengucap ulang peraturan kelas no 1-3. Guru menugaskan salah satu anak untuk memimpin pengucapan ulang peraturan kelas. Peneliti melihat ada 3 anak yang masih diam saja tidak mengikuti aktivitas tersebut. Hal ini terlihat dalam cuplikan berikut ini: “Setelah mendengar instruksi dari leader anak-anak secara serempak menyampaikan aturan-aturan yang sudah dipahami yaitu aturan no 1,2,dan 3. Hanya 3 anak yang pasif tidak ikut-ikut mengucapkan peraturan di kelas.” Catatan Lapangan:28 September 2015 b. Guru menjelaskan peraturan kelas no 4-6. Kemudian guru mengajarkan peraturan kelas no 4-5. Guru mengajarkannya satu persatu dengan gerakan tangan. Ketika guru memberi contoh dengan gerakan tangan dan semua pandangan anak tertuju pada guru, ketika harus mengulangi kalimat dan gerakan, ada 3 anak masih diam. Guru memotivasi ketiga anak tersebut untuk melakukannya, tahap berikutnya anak ditugaskan untuk saling mengajar peraturan kelas yang sudah mereka hafal namun tetap ada 2 anak yang tidak ikut mengajar temannya. c. Anak dan guru bercakap-cakap tentang pekerjaan dokter dan perawat. Untuk memusatkan perhatian anak, guru menggunakan kalimat attention, please, karena sudah sering diucapkan guru, maka perintah ini cukup ampuh dalam membuat anak menyimak, apalagi ketika guru membawa media pembelajaran seperti buku cerita, mata anak langsung tertuju pada media tersebut. Anak-anak dapat menyimak cerita dengan waktu yang cukup lama dan dapat menjawab pertanyaan guru tentang cerita yang ada di buku tersebut dan bahkan 23 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching dapat bercerita tentang pengalaman mereka ketika ke dokter d. Anak mendengarkan penjelasan guru tentang huruf a dan i. Setelah itu guru mengulang pengenalan huruf a, i, u dengan media pembelajaran yang baru dan cara yang berbeda dengan minggu lalu. Ternyata cara mengajar dengan lagu, gerakan tangan dan media lebih membantu anak dalam menyimak dan menghafal konsep. Guru sudah menyiapkan media gambar sejumlah kelompok anak, jadi ketika anak ditugaskan untuk saling mengajar mereka bertindak seperti guru karena membawa kertas yang dapat mereka tunjukkan pada temannya dan menggerakkan tangannya untuk memberi contoh membentuk huruf a, i dan u di udara. Melalui cara baru ini sebagian anak-anak terlihat cukup antusias dan dapat melakukannya dengan baik namun 3 anak tadi masih diam saja e. Anak menulis angka 2. Guru menjelaskan tentang konsep angka 2 dengan benda- benda dan mengajarkan cara menulis angka 2 di papan dan di udara. Semua anak menyimak penjelasan guru, kemudian guru menugaskan anak untuk mengulangi membuat angka 2 di udara. Setelah semua paham guru menugaskan anak mengerjakan tugas membuat angka 2 di buku. Tindakan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 1 Oktober 2015. Pada tindakan kedua ini peneliti memaparkan perkembangan kemam- puan menyimak anak dengan pemberian reward. Adapun pelaksanaan dan pengamatan siklus kedua tindakan kedua seperti di bawah ini: a. Anak mengucap ulang peraturan kelas. Di awal pembelajaran setelah anak masuk kelas sebagian besar anak sudah dapat duduk dengan tertib dan menunggu instruksi guru namun masih ada 3 anak yang asyik mengobrol. Guru mencoba mengalihkan perhatian 3 anak tersebut dengan mengatakan ‘class’ tapi 3 anak ini masih mengobrol juga sampai guru mengatakan attention, ‘please’ baru semua anak termasuk ketiga anak tersebut melipat tangan dan memandang gurunya. Ketika guru meminta anak mengucap ulang peraturan di kelas ternyata ada 5 anak yang diam saja mungkin karena belum hafal dengan peraturan kelas tersebut dan ada 2 anak yang main-main. b. Anak-anak menyimak tentang pengenalan huruf u, e, o. Guru mengajarkan huruf dengan cara menyanyikan lagu tersebut dan menunjukkan alat peraga, anak-anak diminta untuk mengulanginya, pada akhirnya semua anak-anak dapat saling mengajar temannya konsep huruf u,e,o. Salah satu faktor yang memacu anak untuk menyimak dan aktif dalam pembelajaran karena reward yang diberikan guru. c. Anak menyimak penjelasan guru tentang konsep segitiga. Guru mengajarkan konsep segitiga, dengan memberi contoh bentuk segitiga di udara dan meminta anak-anak untuk mengulanginya dan mengajarkan konsep tersebut pada temannya. Anak- anakpun dapat melakukannya dengan baik. d. Anak melipat bentuk segitiga. Guru mendemontrasikan cara membuat segitiga dengan kertas lipat dan setelah anak menyimak cara membuat segitiga mereka- pun mempraktekkannya

3. Refleksi Siklus II

Pada siklus kedua ini semua anak-anak hadir sehingga ada 17 anak. Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara dengan guru kelas, peneliti dapat merefleksikan kegiatan selama siklus kedua yaitu bahwa penggunaan media pembelajaran berupa gambar, buku cerita, lagu dan gerakan tangan dapat membantu anak dalam menyimak. Hal ini dapat terlihat pada wawancara guru berikut. “Luar biasa Ms, anak-anak jadi lebih fokus dan dapat menyimak dengan baik. Anak-anak juga cukup antusias dengan pengenalan huruf lewat lagu dan media. Saya belum memberi contoh saja mereka sudah menyanyi duluan”. Wawancara Guru:1Oktober 2015 Pemberian reward pada papan score board dapat membantu anak dalam menyimak namun guru kesulitan dalam memberi reward karena