Kemampuan Menyimak Pada Anak Setelah Diterapkan Metode Whole Brain Teaching

28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching Tabel 12: Kategorisasi Kode Kode yang Muncul Kategori LG = Anak dapat mengatur arah pandangan ketika guru berbicara LM = Anak dapat mengatur arah pandangan pada media yang digunakan guru DT = Anak dapat duduk dengan tertib Sikap anak dalam menyimak mendengarkan dengan penuh perhatian P = Anak dapat melakukan 2 perintah sederhana TA = Anak dapat menaati peraturan J = Anak dapat menjawab pertanyaan guru Kemampuan anak dalam menyimak SR = Anak dapat meniru dan merespon stimulus guru seperti Class- Yes, Children- Yes, Ms., Hands and Eyes, Mirror, Switch U = Anak dapat mengulangi kalimat dan gerakan yang dicontohkan guru TO= Anak dapat mengajarkan konsep kepada temannya Karakteristik Whole Brain Teaching Tabel 13: Kategorisasi ke Teori Kode yang Muncul Kategori Tema Teori LG = Anak dapat mengatur arah pandangan ketika guru berbicara LM = Anak dapat mengatur arah pandangan pada media yang digunakan guru DT = Anak dapat duduk dengan tertib Sikap anak dalam menyimak mendengarkan dengan penuh perhatian Kemampuan menyimak anak usia dini Metode Whole Brain Teaching dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak usia dini. P = Anak dapat melakukan 2 perintah sederhana TA = Anak dapat menaati peraturan J = Anak dapat menjawab pertanyaan guru Kemampuan anak dalam menyimak SR = Anak dapat meniru dan merespon stimulus guru seperti Class- Yes, Children- Yes, Ms., Hands and Eyes, Mirror, Switch U = Anak dapat mengulangi kalimat dan gerakan yang dicontohkan guru TO= Anak dapat mengajarkan konsep kepada temannya Karakteristik Whole Brain Teaching Karakteristik Whole Brain Teaching Peneliti kemudian membuat kategorisasi dari koding tersebut sesuai Tabel 12. Kemudian peneliti menentukan tema dari kategorisasi tersebut. Tema yang dimaksud adalah kemampuan anak dalam menyimak dan kemampuan anak dalam menerapkan karakteristik metode Whole Brain Teaching. Selama siklus satu hingga siklus ketiga, peneliti menganalisa telah terjadi pengulangan dan peningkatan frekuensi kegiatan yang menunjukkan kemampuan anak dalam menyimak menyimak dan kemampuan anak dalam menerapkan metode Whole Brain Teaching. Pada siklus pertama terlihat ada 9 29 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching Sembilan anak yang sulit memandang guru yang sedang berbicara dan memperhatikan media yang dibawa guru dan ada 7 tujuh anak yang sulit sekali duduk dengan tertib. Namun setelah melakukan PTK dengan menerapkan metode Whole Brain Teaching sampai siklus ketiga kemampuan anak dalam menyimak menjadi lebih meningkat hanya 1 satu anak saja masih harus diingatkan untuk memperhatikan ketika guru berbicara ataupun memperhatikan media yang digunakan guru dan masih ada 3 tiga anak yang masih belum dapat duduk dengan tertib. Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan guru kelas dan guru bimbingan dan konseling satu anak tersebut memang sulit sekali untuk menyimak karena anak termasuk tergolong anak yang hiperaktif. Setelah anak memiliki sikap menyimak yang baik, anak mampu melaksanakan perintah sederhana dengan lebih baik. Berdasarkan analisis peneliti pada siklus pertama ada 8 delapan anak yang belum dapat melakukan perintah dengan baik, di mana anak-anak terse- but baru mengerti dan melakukan perintah jika guru sudah mengulangi instruksi tersebut berkali-kali baik secara umum ataupun pribadi. Setelah diterapkan metode Whole Brain Teaching kemampuan anak dalam melaksanakan perin- tah menjadi meningkat, hal ini terbukti pada siklus ketiga ada 2 anak yang masih harus memerlukan pengulangan perintah secara personal. Begitu pula dengan kemampuan anak dalam menaati peraturan kelas. Pada siklus pertama ada 6 enam anak yang kurang taat pada aturan kelas namun semenjak diterapkan- nya metode Whole Brain Teaching di mana salah satu karakteristiknya adalah anak-anak wajib mengucap ulang peraturan kelas setiap hari ternyata berdampak terdampak baik terhadap ketertiban, kedisiplinan anak di kelas. Anak menjadi lebih taat pada aturan. Pada akhir siklus ketiga masih ada 3 anak yang harus sering diingatkan guru untuk taat pada aturan kelas. Dengan memiliki kelas yang tertib akan menciptakan suasana kelas yang nyaman dan kondusif untuk belajar, sehingga anak-anak dapat belajar dengan baik. Setelah diterapkan metode Whole Brain Teaching kemampuan anak dalam menjawab pertanyaan guru menjadi lebih baik. Anak yang pada awalnya malu-malu untuk bicara menjadi lebih berani untuk bicara karena anak-anak sudah terbiasa melakukan karakteristik Whole Brain Teaching. Sebaliknya untuk anak yang tergolong banyak bicara, senang mengobrol terkadang anak-anak tersebut asal menjawab pertanyaan guru tanpa pikir panjang karena sebenarnya mereka tidak memahami pertanyaan dan tidak menyimak penjelasan guru. Sejak diterapkan metode Whole Brain Teaching mereka menjadi lebih dapat menyimak penjelasan guru sehingga anak-anak dapat menjawab pertanyaan guru dengan tepat. Dengan diterapkannya metode Whole Brain Teaching anak-anak terbiasa merespon stimulus guru seperti class-yes, children-yes, ms., hands and eyes- hands and eyes, attention, please- yes, ms, mirror- mirror, dan switch-switch . Pada siklus pertama hanya 6 enam anak saja yang dapat dengan cepat merespon stimulus tersebut, anak yang lain masih diam karena masih baru, perlu pengulangan. Sejak diterapkan metode Whole Brain Teaching sampai siklus ketiga ada 14 empat belas anak yang aktif merespon stimulus guru, sisanya 3 tiga anak kadang-kadang masih melakukannya. Salah satu strategi agar anak dapat menyimak dengan baik adalah dengan cara mengulang kalimat yang disampaikan guru dan meniru gerakan yang dicontohkan guru. Dalam karakteristik metode Whole Brain Teaching kegiatan ini disebut dengan mirror. Pada awalnya hanya lima anak yang cepat paham dan tanggap mengulang dan meniru gerakan guru, namun setelah melewati siklus ketiga terjadi perubahan perilaku anak dalam menyimak menjadi 14 empat belas anak yang dapat mengulangi konsep yang diajarkan guru. Dengan mengobservasi anak saat kegiatan mengulang mirror ini guru dapat menilai langsung kemampuan anak dalam menghafal dan memahami konsep yang diajarkan. Setelah anak dapat mengulang melakukan aktivitas mirror, maka gurupun dapat menilai kemampuan anak dalam mengajarkan konsep kepada temannya. Kemampuan anak untuk saling mengajarkan konsep adalah kemampuan yang kompleks karena anak harus melewati 30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching karaktersitik lainnya. Selain itu kegiatan mengajar adalah kegiatan yang paling banyak melibatkan banyak fungsi dan bagian otak. Pada siklus pertama hanya 6 enam anak saja yang dapat mengajarkan konsep pada temannya. Hal ini disebabkan anak belum terbiasa berbicara dan belum terbiasa dengan karakteristik Whole Brain Teaching. Pada siklus pertama tindakan kedua guru kelas dan peneliti mencoba mengubah tehnik dalam kegiatan teach-ok, di mana yang pada awalnya anak-anak bebas memilih pasangannya namun setelah dievalua- si, anak-anak kelompok A5 terlihat bingung guru menentukan pasangan anak dan menentukan peran anak, siapa yang mau menjadi guru atau sebagai murid. Setelah melewati ketiga siklus terjadi peningkatan kemampuan anak dalam menyimak seperti kemampuan mengajarkan konsep pemahaman anak terhadap temannya. Setelah menentukan kode, membuat kategorisasi dan menentukan tema penelitian, maka peneliti dapat menyimpulkan teori tentang menyimak dan penerapan Whole Brain Teaching. Menurut peneliti kemampuan menyimak pada anak usia dini adalah kemampuan anak untuk mendengar dan memahami kalimat konsep yang diberikan guru. Agar anak dapat menyimak dengan baik perlu adanya pengulangan kalimat, kalimat harus singkat dan jelas disertai gerakan tangan, dan dibantu media pembelajaran. Peningkatan kemampuan menyimak ini dikarenakan karakteristik yang terdapat dalam metode Whole Brain Teaching digunakan guru sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak seperti untuk memusatkan perhatian anak guru menggunakan kata children class attention, please hands and eyes , untuk membantu anak memahami konsep, guru mengajarkan dengan kalimat sederhana disertai gerakan tangan, dan anak-anak mengulang konsep tersebut berkali- kali sampai hafal, untuk mengetahui pemahaman anak tentang konsep guru menggunakan perintah teach –ok dan anak-anak selalu diberi reward agar memotivasi mereka untuk selalu konsentrasi fokus dalam menyimak. Grafik 1 memaparkan peningkatan kemampuan menyimak selama siklus kesatu sampai siklus ketiga. Pada awal pelaksanaan siklus pertama guru kelas menemukan beberapa kendala, seperti ada 8 anak yang sangat sulit sekali fokus, konsentrasi dalam menyimak, mereka cenderung melamun, main-main, mengobrol dengan temannya. Guru berusaha memusatkan perhatian anak tersebut dengan memanggil nama anak tersebut untuk kembali fokus dan menyimak atau menegur anak tersebut dan secara klasikal guru akan mengucapkan kata class dan anak-anak akan mengucapkan ok. Guru terus mengucapkan kata class sampai semua anak fokus dan siap untuk menyimak. Setelah dicoba berkali-kali akhirnya kedelapan anak tersebut dapat menyimak. Selain 7 7 9 8 10 5 6 5 6 13 13 9 13 11 12 10 9 9 16 16 14 15 14 14 14 14 13 LG LM DT P TA J SR U TO SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3 Grafik 1: Kemampuan Menyimak Siklus 1, 2 dan 3 31 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching kata class, gurupun sudah terbiasa dengan kata Children dan attention, please untuk memusatkan perhatian anak-anak. Secara spontan anak-anak duduk dengan tertib, melipat tangan dan kaki mereka dan mata mereka tertuju pada guru. Pada pelaksanaan siklus ketiga guru baru mengajar- kan karakteristik Hands and eyes karena sebelum- nya guru sudah terbiasa dengan instruksi attention, please . Menurut peneliti kata instruksi seperti ini sangat berdampak dan sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan menyimak anak. Pada awal penerapan aktivitas teach-ok di mana anak akan saling mengajar konsep pada temannya, anak-anak terlihat bingung dengan apa yang harus mereka lakukan, sehingga guru yang menentukan pasangan anak-anak dan menentukan siapa yang terlebih dahulu jadi guru dan murid. Hal tersebut tidak terpikirkan sebelumnya oleh peneliti dan guru kelas, namun dalam prakteknya ternyata anak-anak masih perlu dibantu dalam menentukan siapa yang jadi guru dan murid. Melalui kegiatan teach-ok ini guru kelas dan peneliti dapat melihat kemampuan menyimak anak secara langsung karena guru dapat secara langsung memberi umpan balik saat anak menjelaskan konsep. Hal ini berkaitan dengan metode Direct Instruction di mana guru mengarahkan anak-anak mengguna-kan instruksi secara berurutan dan materi yang tersusun . Kousar Biffle, 2013: 179. Dalam penerapan metode Whole Brain Teaching, guru mengajarkan konsep dengan kalimat yang singkat, jelas dan sederhana, dan penjelasan guru tidak boleh lebih dari 1 menit. Konsep tersebut disertai dengan gerakan tangan atau badan yang menyimbolkan kata yang dimaksud. Anak-anak memperhatikan menyimak yang disampaikan guru, kemudian mereka harus mengulanginya sampai paham dan hafal. Dalam hal ini disebut dengan karakteristik mirror. Melalui metode Direct Instruction instruksi langsung ini, guru dapat dengan langsung menilai kemampuan anak ketika mengulang, mengajar konsep dan berdiskusi. Dengan dapat menilai langsung guru dapat mengetahui keadaan anak yang sudah paham dan yang belum sehingga guru dapat langsung mengu- lang kembali untuk anak yang belum mengerti. Dalam penerapan metode Whole Brain Teaching juga, peneliti dapat menganalisis kegiatan yang termasuk pembelajaran kooperatif, seperti keaktifan dan keterlibatan anak-anak dalam proses pembelajaran Biffle, 2013: 179. Dalam cooperative learning ini anak- anak belajar untuk bekerjasama secara positif, berinteraksi, bertanggung jawab dan melatih keterampilan interpersonal. Dalam pelaksanaan metode Whole Brain Teaching, anak-anak belajar dalam tiga dimensi yaitu sebagai anggota kelas, anggota kelompok kecil berpasangan dan seba- gai seorang individu. Dengan pembelajaran kooperatif ini keterampilan sosial anak menjadi berkembang, anak menjadi lebih berani dan percaya diri berbicara, bercerita di depan kelas. Berkenaan dengan keterampilan sosial, penerapan metode Whole Brain Teaching ini juga berdasarkan teori pembelajaran sosial Vygotsky Biffle, 2013: 180 yang merupakan aspek yang mendasar dalam konstuktivisme. Menurut Vygotsky interaksi sosial merupakan aspek penting dalam belajar dan berkembang. Melalui aktivitas teach-ok ini anak-anak menerapkan aktivitas Zone of Proximal Developmen ZPD . Anak yang terlebih dahulu mengajar temannya dapat dikatakan sebagai seseorang yang memberi ‘pijakan’ pada temannya. Anak yang ‘lebih’ akan membantu anak yang ‘kurang’. Score board dalam penerapan metode Whole Brain Teaching adalah sebagai motivator bagi anak-anak untuk selalu menyimak penjelasan guru dan menyimak setiap orang yang berbicara. Hal ini sesuai dengan teori behaviorisme dimana kemampuan menyimak anak menjadi mening- kat karena adanya aktivitas stimulus respon. Penerapan metode Whole Brain Teaching juga menerapkan metode Total Physic Response Respon Fisik Total untuk membantu anak menyimak guru selalu melakukan gerakan tangan badan untuk melambangkan kata agar mudah dimengerti dan diingat oleh anak. 32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching Simpulan Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan : 1 Kemampuan menyimak anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung sebelum diterapkan metode Whole Brain Teaching masih rendah. Hal ini disebabkan karena ada beberapa anak yang baru bersekolah sehingga belum memiliki pengalaman yang banyak dalam hal menyimak, ada anak yang pemalu sehingga tidak berani bicara atau menjawab pertanyaan, ada anak yang terlalu aktif sehingga sulit konsentrasi dan sulit duduk dengan tertib. Selain itu kurangnya pengetahuan dan pengalaman guru kelas dalam mengelola kelas yang sesuai dengan karaktestik anak tersebut. 2. P r o s e s penerapan metode Whole Brain Teaching dalam meningkatkan kemampuan menyimak dilakukan dengan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246. Dalam pelaksanaan tindakan kelas ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal peneliti dan guru kelas selalu melakukan refleksi di akhir kegiatan agar dapat diperbaiki pada tindakan berikutnya. Peneliti dan guru kelas melakukan 3 siklus dengan 2 kali tindakan dalam setiap siklusnya. 3Kemampuan menyimak anak-anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 setelah diterapkan metode Whole Brain Teaching, meningkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan anak dalam menyimak adalah karena guru menerapkan karakteristik Whole Brain Teaching seperti pengkondisian kelas yang baik agar anak-anak dapat menyimak dengan adanya instruksi yang harus direspon anak, adanya peraturan kelas, adanya pengulangan setiap konsep yang diajarkan guru, di mana konsep tersebut harus singkat dan jelas disertai gerakan tangan yang mewakili kata, adanya kesempatan anak untuk saling mengajar, dan adanya reward penghargaan pada anak. Saran 1. Bagi Guru Guru diharapkan dapat secara konsisten menerapkan karakteristik metode Whole Brain Teaching. Guru harus memiliki ketegasan seperti menegur anak-anak yang tidak menyimak. Selain itu guru dapat memotivasi anak-anak untuk menyimak dengan membuat papan score board. 2. Bagi Sekolah TK PAUD lainnya Sekolah hendaknya dapat menggunakan metode Whole Brain Teaching ini di semua kelas dan menjadi ciri khas sekolah, di mana akan menghasilkan profil anak yang mampu menyimak dengan baik, anak yang tertib dan disiplin, memiliki kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir dan kemampuan sosial yang baik. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian secara lebih mendalam lagi terhadap penerapan metode Whole Brain Teaching dan dapat dikaitkan dengan peningkatan kemampuan anak lainnya seperti kemampuan sosial, kemampuan pre-reading dan pre-writing. Selain itu peneliti selanjutnya dapat meneliti kemampuan menyimak dengan menerapkan metode lain misalnya dengan bercerita bernyanyi dengan metode penelitian lainnya misalnya kuasi eksperimen. Daftar Pustaka Alwasilah, A.C.2011. Pokoknya action research. Bandung: PT Kiblat Buku Utama Alwasilah, A.C.2012. Pokoknya kualitatif. Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya Beaty, J. 2013. Observasi perkembangan anak usia dini . Jakarta: Kencana Biffle, C. 2014. Whole brain teaching for challenging kids . Unites States of America: Lexington, KY Charmaz, K. 2006. Constructing grounded theory. London: Sage Publications 33 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching Cresswell, J.W. 2014. Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed . Yogyakarta: Pustaka Pelajar Fereday, J. dan E. Cochane. 2006. Demonstrating Rigor Using Thematic Analysis: A Hybrid Approach of Inductive and Deductive Coding and Theme Development. International Journal of Qualitative Methods .5i, hlm 80-92. Diakses dari http:www.valberta.ca i s q m b a c k i s s u e s 5 _ 1 P D F FEREDAY.PDF Hermawan, H. 2011. Menyimak keterampilan berkomunikasi yang terabaikan . Yogyakarta: Graha Ilmu Hopkins, D. 2011. A teacher’s guide to classroom research. New York: McGraw Hill Iskandarwassid Sunendar, D. 2008. Strategi pembelajaran bahasa . Bandung: PT Remaja Rosdakarya Kementerian Pendidikan Nasional. 2010 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini PAUD . Jakarta Moeslichatoen. 2004. Metode pengajaran di Taman Kanak-Kanak . Jakarta : PT Rineka Cipta Saldana,J. 2009. The coding manual for qualitative researchers . California: Thousand Oaks: Sage Tarigan, H.G. 2013. Menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa . Bandung : Angkasa 34 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik pada Anak Usia 5 - 6 Tahun Felucia Hendriette E.P. E-mail: felucia.purukanbpkpenaburjakarta.or.id Bagian Kurikulum dan Evaluasi BPK PENABUR Jakarta Penelitian P Abstrak enelitian ini bertujuan menganalisis keterampilan motorik kasar dan halus anak usia 5 - 6 tahun dengan rubrik dan peran rubrik sebagai alat pengukuran dalam membantu guru mendapatkan hasil perhitungan yang valid. Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di TKK PENABUR Jakarta, Maret 2012 dengan menggunakan 7 indikator untuk mengamati perkembangan motorik anak. Uji validitas menggunakan Uji Z dan reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha dengan kehandalan alat ukur diuji secara interrater reliability . Hasil penelitian ini menunjukkan, data diperoleh menggunakan rubrik dapat dianalisis dan peran rubrik sebagai alat pengukuran sangat membantu guru dalam mendiskripsikan standar pengukuran untuk ketrampilan motorik halus dan kasar. Kata-kata kunci: alat pengukuran, rubrik, keterampilan motorik halus, ketrampilan motorik kasar Rubric for Measuring Psychomotoric Skill of 5 – 6 Year Aged Children Abstract The purpose of this study is to analyze both gross motor skills and fine motor skills of 5 – 6 year aged children using rubric and to describe the rubric role as a measurement tool to help teachers obtain a valid calculation results. The experimen was conducted TKK PENABUR Jakarta in March 2012, applying seven indicators to observe the motoric skill development of the children . Instrument validity was tested using Z Test, and reliability was measered applying Cronbach’s Alpha with the reliability of measuring devices used interrater reliability. The findings of this study indicate the data obtained by using rubric can be analyzed and the measurement rubric strongly assists the teachers in describing the measurement standard for gross and fine motor skills. Keywords: measurement tool, rubric, fine motor skills, gross motor skills, rubric 35 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik Pendahuluan Dalam upaya pembangunan manusia yang berkualitas, sejak manusia masih berada dalam kandungan sudah dipantau pertumbuhan dan perkembangannya sehingga apabila ada suatu kelainan bisa segara diketahui dan dicarikan upaya untuk mengatasinya. Oleh karena itu dapat diciptakan anak yang berkualitas tinggi dan mempunyai pertumbuhan dan perkem- bangan yang optimal. Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, ketika diperlukan rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembangnya dapat optimal sehingga perlu untuk mendapatkan perhatian. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa anak di bawah lima tahun balita, karena pada masa ini merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikut- nya. Untuk lebih mengenal lebih jauh tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, perlu dimengerti dahulu tahapan perkembangan anak. Perkembangan anak menurut Santrock 2007: 19- 20 merupakan segala perubahan yang terjadi pada anak, yaitu pada masa sebagai berikut. a. Masa Bayi infancy toddlerhood usia 18 – 24 bulan, merupakan waktu ketergantungan yang ekstrem terhadap orang dewasa. Banyak aktifitas psikologis baru dimulai; kemampuan berbicara, mengatur indera- indera dan tindakan fisik, berfikir dengan simbol, meniru dan belajar dari orang lain. b. Masa kanak-kanak awal early childhood usia 2 – 6 tahun, selama masa tersebut, anak belajar menjadi mandiri dan merawat diri sendiri, mereka mengembangkan keteram- pilan kesiapan sekolah mengikuti perintah, mengenali huruf, dan bermain dengan teman sebaya. c. Masa kanak-kanak tengah dan akhir middle childhood usia 6 – 11 tahun, anak menguasai keterampilan dasar membaca, menulis, aritmatika, dan mereka secara formal dihadapkan pada dunia yang lebih besar dan budayanya. d. Masa Remaja adolescence usia 18 – 22 tahun. Masa remaja dimulai dengan perubahan fisik yang cepat. Pada masa pertumbuhan, terjadi beberapa perubahan dalam diri anak yang meliputi aspek seperti perkembangan fisik motorik, perkem- bangan emosi, perkembangan kognitif dan perkembangan psikososial. Dilihat dari beberapa aspek perkembangan anak, pertum- buhan anak sangatlah penting dipengaruhi oleh perkembangan fisik. Perkembangan fisik merupakan proses tumbuh kembang kemam- puan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan fisik meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik kasar merupakan kemampuan anak untuk duduk, berlari dan melompat. Perkem- bangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak juga berbeda satu sama lain. Sedangkan perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan anak pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus. Sylvia Rimm 2003, menyatakan bahwa semua anak perlu diperkenalkan dengan kebiasaan berolahraga sejak dini. Taman bermain memberi kesempatan pada anak untuk bermain ayunan, memanjat dan latihan keseimbangan. Belajar senam, jungkir balik, olahraga sederhana dan menari perlu dilakukan meskipun koordinasi anak tidak terlalu bagus. Anak yang semula terlihat kaku namun tetap melakukan aktivitas olahraga sejak dini sering menunjukkan perubahan yang baik dalam hal koordinasi. Praktek akan membuat gerakan mereka membaik dan pada tahun-tahun awal 36 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik anak biasanya lebih sensitif menangkap apa yang dipelajarinya dalam bidang fisik, seperti juga dalam hal intelektual. Menurut May Lwin, Adam Khoo, Kenneth Lyen, dan Caroline Sim 2003, psikomotor merujuk pada kemampuan untuk mengkoor- dinasikan bagian tubuh seseorang dengan otak supaya berfungsi secara sinkron untuk mencapai tujuan fisik. Ditekankan pula bahwa ranah psikomotorik mencakup kemampuan yang menyangkut ketrampilan fisik dan mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu seperti ketrampilan dalam bidang olahraga, penguasaan dalam menjalankan mesin, dan sebagainya. Ranah ini juga terbagi dalam sejumlah aspek, meliputi persepsi terhadap panca indra, kesiapan untuk melakukan suatu gerakan fisik, respon terpimpin dan gerakan yang dilakukan berdasarkan trial and error ataupun berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya, mekanisme atau kecakapan melakukan sesuatu, respon motorik yang tampak atau terlihat, penyesuaian atau adaptasi, serta aspek penciptaan gerakan baru sebagai hasil dari ketrampilannya. Psikomotorik itu penting karena berhubung- an dengan kecerdasan kinestetik. Hal ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan gerak, meningkatkan kemampuan sosial dan sportifitas, membangun percaya diri dan meningkatkan kesehatan. Menurut Gardner 1993, psikomotorik berkaitan dengan bodily kinesthetic intelligence body smart yang memuat kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian atau seluruh tubuh-nya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah Dalam mengukur tingkat pencapaian perkembangan psikomotorik anak diperlukan alat ukur yang dapat menetapkan standar pengukuran yang tepat sehingga hasil yang dicapai lebih akurat. Dalam menentukan standar penilaian ini sering kali guru tidak mempunyai standar yang sama sehingga penilaian lebih pada subjektif. Dengan menggunakan rubrik, guru dapat menganalisis secara tepat keunggulan dan kelemahan seorang peserta didik. Rubrik meru- pakan alat penilaian yang menampilkan ekspek- tasi yang spesifik dari sebuah tugas. Rubrik membagi sebuah tugas menjadi bagian-bagian komponen dan memberikan deskripsi yang detil akan apa yang dianggap sebagai tingkatan yang dapat diterima dan tidak dapat diterima untuk setiap bagian tersebut Steven dan Levi, 2005. Dengan demikian dari uraian permasa- lahan dan latar belakang yang telah disampai- kan sebelumnya, maka penulis melakukan penelitian yang bertujuan hanya untuk menganalisis ketrampilan psikomotorik anak terutama keterampilan motorik kasar dan motorik halus anak usia 5 – 6 tahun mengguna- kan rubrik sebagai alat pengukurannya, serta peran rubrik dalam mendapatkan hasil perhitungan yang valid dengan menggunakan tujuh indikator yaitu menggunting, melipat, menulis, lompat tali, keseimbangan, melempar dan menangkap bola. Pengambilan data dilaku- kan selama bulan Maret 2012, pada 30 siswa TK B di salah satu TKK PENABUR Jakarta. Perkembangan Fisik Anak Usia 4-5 Tahun Menurut Papalia, dan Feldman 2008, pada masa kanak-kanak awal, anak-anak menjadi lebih kurus dan lebih tinggi. Mereka membu- tuhkan waktu tidur yang lebih sedikit dibandingkan sebelumnya dan cenderung mempunyai masalah tidur. Mereka mengalami peningkatan dalam berlari, melompat, meloncat, dan melempar bola. Mereka juga bertambah piawai dalam mengikat tali sepatu, menggambar dengan krayon, serta menuangkan sereal, dan mereka mulai menunjukkan kecenderungan terhadap tangan kanan atau kiri. Pada usia 3-6 tahun, seorang anak tumbuh cepat, namun tidak secepat masa sebelumnya. Pada usia sekitar 3 tahun, seorang anak mulai kehilangan bentuk kebayiannya dan mulai mengambil bentuk masa kanak-kanak yang ramping dan atletis. Seiring dengan mengeras- nya otot perut, kegendutan khas bayi mulai menghilang. Tubuh, tangan, dan kaki tumbuh semakin panjang. Kepala masih relatif besar, akan tetapi bagian tubuh lainnya terus berusaha menyusul seiring dengan semakin miripnya bagian anggota tubuh dengan tubuh orang dewasa. 37 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik Perkembangan otot dan tulang membuat anak semakin kuat. Tulang muda cartilage menjadi tulang lebih cepat dari masa sebelumnya, dan tulang menjadi semakin keras dan kuat, memberikan bentuk yang lebih ramping kepada anak serta melindungi organ dalam. Berbagai perubahan ini, yang dikoordinasi oleh kematangan otak dan sistem saraf, menghasilkan perkembangan berbagai ketrampilan motor. Peningkatan kapasitas sistem pernapasan dan peredaran darah membangun stamina fisik, dan bersama dengan pengembangan sistem kekebalan, menjaga anak untuk lebih sehat. Keterampilan Motorik Halus Fine Motor Skill Menurut Magill 1993 keterampilan gerak halus adalah keterampilan yang memerlukan kemam- puan untuk mengontrol otot kecilhalus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang sukses. Magil juga menyatakan bahwa keterampilan ini melibatkan koordinasi neuromuscular yang memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk berhasilnya keterampilan ini. Keterampilan jenis ini disebut juga sebagai keterampilan yang memerlukan koordinasi mata-tangan. Menulis, menggambar, dan bermain piano adalah contoh dari keterampilan motorik halus. Keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan, seperti mengancing baju, dan melukis gambar. Dengan mendapatkan keterampilan ini akan memungkinkan seorang anak kecil untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar terhadap perawatan dirinya sendiri. Papalia, dan Feldman, 2008 Keterampilan Motorik Kasar Gross Motor Skill Menurut Magill 1993 keterampilan gerak kasar adalah keterampilan yang bercirikan gerak yang melibatkan kelompok otot besar sebagai dasar utama gerakannya. Dikatakan demikian karena seluruh tubuh biasanya berada dalam gerakan yang besar dan menyeluruh, penuh, dan nyata Singer, 1980. Perkembangan fisik motorik anak berkembang pada tahun pertama dan kedua dan terus berlanjut sampai perkembangan fisik motorik yang lebih rumit. Permainan yang sesuai dengan usia anak dapat mendukung perkem- bangan fisik dan motorik berlangsung secara optimal. Misalnya, kalau pada usia 2-3 tahun seorang anak sudah dapat berlari, pada usia 3-4 tahun anak dapat diarahkan untuk bermain dengan berlari menghindari rintangan. Pada usia 4-5 tahun anak sudah dapat naik turun tangga. Begitu pula dalam kemampuan motorik halus, pada usia 5 tahun anak dapat menggunting kertas. Sambil bermain dengan peran serta orangtua dan guru, anak dapat mengoptimalisasikan perkembangan fisik motorik meliputi belajar mengontrol dan mengenal tubuh, serta menolong diri sendiri. Keterampilan fisik yang melibatkan penguat otot besar, seperti berlari, melompat, dan sebagainya juga bertambah. Perkembangan daerah sensoris dan motor pada korteks memungkinkan kordinasi yang lebih baik antara apa yang diinginkan oleh anak dan apa yang dapat dilakukannya. Tulang dan otot mereka yang semakin kuat, dan kapasitas paru mereka semakin besar, memungkinkan mereka untuk berlari, melompat dan memanjat lebih cepat, lebih jauh dan lebih baik. Anak bervariasi dalam kemampuan beradaptasi, tergantung kepada dukungan generik dan peluang mereka untuk belajar dan mempraktekkan keterampilan motoris. Mereka yang berusia di bawah 6 tahun jarang siap mengambil bagian dalam olahraga apa pun yang terstruktur. Hanya 20 persen dari anak berusia 4 tahun dapat melempar bola dengan benar, dan hanya 30 persen dapat menangkap bola dengan benar. Perkembangan fisik mekar dengan sempurna dalam permainan yang aktif, bebas dan tidak terstruktur Papalia, dan Feldman, 2008. Pengertian Rubrik Mengacu pada pengertian rubric yang dirumuskan oleh Glassgow dan Hicks 2003:67, Steven dan Levi 2005, serta Southworth 2006 dapat disimpulkan, rubrik adalah alat penilaian yang berisi serangkaian kriteria tentang keterampilan dan pengetahuan yang harus dicapai peserta didik pada saat mengerjakan suatu tugas. Manfaat pemakaian rubrik adalah menjelaskan deskripsi tugas, memberikan informasi bobot penilaian, siswa memperoleh 38 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik umpan balik yang cepat dan akurat, serta penilaian lebih objektif dan konsisten. Di dalam sebuah rubrik yang sangat sederhana terdapat deskripsi tugas, skala pencapaian atau nilai, penjabaran tugas keterampilan dan pengetahu- an yang tercakup di dalam tugas dan gambaran atau deskripsi yang spesifik dari apa yang merepresentasikan setiap tingkat kemampuan. Semuanya itu dijabarkan dalam bentuk tabel. Dengan demikian, penggunaan rubrik dapat menghemat waktu dan memberikan umpan balik yang berarti bagi peserta didik. Selain itu juga bisa dijadikan bagian proses belajar mengajar yang efektif. Stevens Levi 2005 mengatakan bahwa rubrik merupakan proses penilaian yang lebih mudah bagi guru dan memberikan umpan balik yang cepat, rinci dan mudah dibaca oleh peserta didik. Dengan menggunakan rubrik, guru dapat menganalisis secara tepat keunggulan dan kelemahan seorang peserta didik, demikian pula peserta didik mengetahui dengan jelas keunggulan dan kelemahannya sehingga peserta didik dapat memperbaiki kesalahannya di masa mendatang. Steven dan Levi 2005 menjelaskan pula bahwa rubrik dapat mengajak peserta didik untuk berpikir secara kritis tentang pembel- ajaran mereka sendiri. Peserta didik dapat meni- lai dan meningkatkan kemampuan mereka sendiri dengan melihat hasil belajar mereka yang tertera dengan jelas di dalam sebuah rubrik. Rubrik juga dapat memfasilitasi komunikasi dengan guru atau pendidik lainnya. Dengan membaca rubrik seorang peserta didik, guru atau pendidik lain dapat mengetahui kemampuan peserta didik terhadap suatu tugas. Penggunaan rubrik untuk menilai hasil pekerjaan peserta didik membantu guru dan peserta didik mengenali kualitas kerja mereka. Selain itu juga dapat menghemat waktu dan membuat tugas menjadi lebih mudah. Setiap nilai di rubrik menggambarkan persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan nilai yang diinginkan. Dengan demikian, akan sangat membantu guru untuk menyampaikan kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam mengerjakan tugas tertentu kepada orang tua dan peserta didik itu sendiri. Palloff dan Pratt 2009 mengatakan rubrik adalah alat yang berguna dalam menilai pekerjaan peserta didik, karena rubrik menjelaskan ekspektasi performa peserta didik dan membantu dalam mengubah penilaian hasil kerja peserta didik yang subjektif menjadi lebih objektif. Dengan demikian, penggunaan rubrik dianggap penting karena dapat membantu guru untuk lebih objektif dalam menilai hasil pekerjaan peserta didik. Selain itu juga peserta didik dapat mengevaluasi kualitas hasil pekerjaannya pada saat sebelum dan sesudah pekerjaan itu dinilai oleh guru. Cara Membuat Rubrik Rubrik biasanya mempunyai 2 bagian yaitu daftar kriteria tugas dan gradasitingkat pencapaian kriteria. Setiap kriteria di dalam rubrik merupakan acuan kinerja sehingga dijadikan dasar untuk menilai respons siswa. Rubrik memiliki skala pemeringkatan. Berbeda dengan skala penilaian yang pemeringkatannya hanya berupa peringkat sangat kurang, sangat baik, cukup, sempurna; rubrik memiliki kelebihan yaitu pemeringkatan kriteria dalam bentuk deskripsi yang rinci. Dalam Palloff Pratt 2009, Stevens dan Levi menjelaskan empat tahap berikut dalam mengembangkan rubrik. 1. Refleksi. Ambil waktu untuk memikirkan ekspektasi yang diharapkan akan dicapai dari sebuah tugas. Apa saja ekspektasinya dan bagaimana ekspektasi tersebut dikomunikasikan dengan peserta didik? 2. Membuat daftar. Begitu ekspektasi telah ditetapkan, mulailah mengembangkan tujuan pembelajaran. Apa saja detil dan tujuan pembelajaran dari tugas tersebut? 3. Membuat grup dan label. Selanjutnya, kelompokkan ekspektasi dan keterampilan- keterampilan yang serupa, lalu namakan mereka berdasarkan tingkatan performa- nya. Apa saja kategori ekspektasinya dan bagaimana tingkatan performa ditentukan? Apa yang merepresentasikan performa dasar, dan contohnya? Apa yang merepre- sentasikan kemahiran? Seperti apa performa yang luar biasa itu? 4. Aplikasi. Masukkan keterampilan dan nama-nama dari tahap 3 di atas ke dalam format tabel rubrik. 39 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik Menurut Southworth 2006, untuk membuat sebuah rubrik, tentukan terlebih dahulu bagaimana kualitas yang baik yang harus dimiliki oleh sebuah hasil tugas, lalu tentukan juga berapa tingkatan yang diinginkan oleh guru, seperti bagus sekali, bagus, cukup bagus dan tidak bagus. Setelah itu jabarkan setiap kategori tersebut sehingga peserta didik mengetahui apa arti dari setiap kategori. Sebaiknya rubrik ini disampaikan kepada peser- ta didik di awal sesi pembelajaran, sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman apa yang harus dicapai peserta didik di akhir sesi pembelajaran tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa buntuk membuat sebuah rubrik yang representatif, guru dapat memulainya dengan menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian guru menentukan tingkatan yang dapat dicapai oleh peserta didik, misalnya bagus, cukup bagus dan tidak bagus. Lalu, guru menjabarkan ketrampilan dan pengetahuan yang akan dicapai peserta didik untuk setiap tingkatan. Langkah-langkah dalam menyusun rubrik adalah sebagai berikut. 1. Menentukan kompetensi yang akan disusun rubriknya 2. Menentukan kriteria yang digunakan sebagai acuan untuk mengetahui keterca- paian kompetensi 3. Untuk setiap kriteria, disusun deskripsi tentang pencapaian kriteria dari yang paling tinggi ke yang paling rendah kualitasnya 4. Masukkan kriteria dan deskripsinya kedalam matriks 5. Pemberian skor dari deskripsi tingkatan kriteria tinggi sampai rendah Selain berperan dalam penilaian juga berperan dalam pembelajaran dan membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran, karena rubrik mengandung kriteria atau indikator keberhasilan pencapaian hasil belajar. Validitas dan Reliabilitas Validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Intrumen dikatakan valid menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur Sugiyono: 2007. Dengan demikian, instrumen yang valid merupakan instrumen yang benar- benar tepat untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Pengukuran validitas dan reliabilitas mutlak dilakukan, karena jika instrumen yang diguna- kan sudah tidak valid dan reliable maka dipasti- kan hasil penelitiannya pun tidak akan valid dan reliable. Sugiyono 2007 menjelaskan perbedaan antara penelitian yang valid dan reliable dengan instrumen yang valid dan reliable yaitu penelitian yang valid artinya bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Artinya, jika objek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul berwar- na putih maka hasil penelitian tidak valid. Sedangkan penelitian yang reliable bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda kalau dalam objek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah. Berdasarkan Fraenkel dan Wallen 2008, validitas didefinisikan sebagai suatu bentuk kelayakan, kebenaran, dan memiliki suatu arti, serta kegunaan dari suatu kesimpulan spesifik yang dibuat oleh para peneliti berdasarkan data yang mereka kumpulkan. Sedangkan validasi dedefinisikan sebagai proses mengumpulkan dan menganalisis bukti untuk mendukung kesimpulan tersebut. Dalam penelitian ini, uji validitas dilaku- kan dengan mengukur korelasi antara variabel menggunakan Uji Z. Kategori validitas mengacu pada pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh Guilford 1956, dalam Fraenkel dan Wallen h.145, yaitu: 0.80 r d” 1.00 validitas sangat tinggi sangat baik 0.60 r d” 0.80 validitas tinggi baik 0.40 r d” 0.60 validitas sedang cukup 0.20 r d” 0.40 validitas rendah kurang 0.00 r d” 0.20 validitas sangat rendah jelek r d” 0.00 tidak valid 40 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik Berbeda dengan validitas, reliabilitas mengacu pada konsistensi nilai-nilai yang diperoleh – seberapa konsisten nilai-nilai tersebut untuk setiap individu dari satu instrumen ke instrumen yang lainnya maupun dari satu set item ke item yang lainnya. Fraenkel Wallen, 2008:154 Setiap alat ukur seharusnya memiliki konsistensi yang relatif tinggi dari waktu ke waktu terhadap hasil pengukurannya. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk melihat reliabilitas data adalah Cronbach’s Alpha á. Koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha bernilai antara 0 dan 1. Semakin nilai á mendekati 1 maka reliabilitas semakin tinggi George and Mallery, 2003. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas: dengan: r 11 : koefisien reliabilitas n : banyaknya butir soal S i 2 : varians skor soal ke-i S t 2 : varians skor total Kategori dari reliabilitas akan mengacu pada pengklasifikasian reliabilitas yang dikemukakan oleh Guilford, yaitu: 0.80 r 11 d” 1.00 reliabilitas sangat tinggi 0.60 r 11 d” 0.80 reliabilitas tinggi 0.40 r 11 d” 0.60 reliabilitas sedang 0.20 r 11 d” 0.40 reliabilitas rendah -1.00 d” r 11 d” 0.20 reliabilitas sangat rendah tidak reliabel. Rancangan Pengukuran Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan sampel data dari 30 orang siswa. Tempat pengambilan sampel di kelas TK B, salah satu TKK PENABUR Jakarta. Keterampilan psikomotorik merupakan keterampilan gerak yang bersifat produktif. Untuk mengetahui apakah ketrampilan psikomotorik ini dapat dilakukan peserta didik, maka diperlukan komponen yang berisi indikator yang akan menjadi tolak ukur pencapaian. Dalam keterampilan psikomotorik, ada dua macam ketrampilan yang akan diukur yaitu keterampilan motorik halus dan motorik kasar. Adapun komponen motorik halus terdiri dari 3 indikator yaitu: menggunting, melipat dan menulis. Sedangkan komponen motorik kasar terdiri dari 4 indikator yaitu : lompat tali, berjalan di atas balok titian, menangkap bola dan melem- par bola. Secara detail indikator tersebut mem- punyai parameter pengukuran sebagai berikut. Menggunting: Menggunakan ketiga jari jari telunjuk, tengah dan ibu jari yang digerakkan mengikuti pola bentuk gambar dengan tidak keluar garis. Melipat: Menggunakan jari tangannya untuk membuat lipatan pada penelitian ini membuat lipatan roket sesuai dengan instruksi yang diberikan. Menulis: Menggunakan pensil untuk memben- tuk kata dengan abjad yang benar dan tidak ke luar garis. Lompat tali: Melompat dengan kedua kaki pada posisi lutut yang ditekuk dan seirama dengan putaran tali. Berjalan di atas balok titian: Menggunakan kedua kaki dengan berjalan di sepanjang balok pada posisi yang seimbang tidak jatuh. Menangkap bola: Menggunakan kedua tangan untuk menangkap bola dengan posisi telapak tangan terbuka. Melempar bola: Menggunakan kedua tangan untuk melempar bola dengan posisi telapak tangan memegang bola dan menghadap ke depan. Rubrik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 7 pernyataan yang diisi berdasarkan hasil observasi guru, dengan skala 1, 2 dan 3. Adapun rubrik dan kriteria pengukur- an tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. 41 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik Keterangan: Rubrik no. 1 : Menggunting Rubrik no. 2 : Melipat Rubrik no. 3 : Menulis Rubrik no. 4 : Lompat tali Rubrik no. 5 : Berjalan di atas titian Rubrik no. 6 : Menangkap bola Rubrik no. 7 : Melempar bola - Tabel 1: Rubrik Penilaian Keterampilan Motorik Keteram-- pilan Motorik 3 2 1 1. Meng- gunting Dapat menggunakan ketiga jari yang digerakkan mengi- kuti pola bentuk gambar dengan tidak keluar garis. Dapat menggunakan ketiga jari yang digerakkan sesuai dengan pola bentuk gambar dan keluar garis . Dapat menggunakan ke- tiga jari yang digerakkan tetapi tidak sesuai dengan pola gambar dan keluar garis 2. Melipat Menggunakan jari tangan untuk membuat lipatan roket sesuai dengan instruksi yang diberikan secara sempurna. Menggunakan jari tangan untuk membuat lipatan roket sesuai dengan instruksi yang diberikan secara sederhana. Menggunakann jari tangan untuk membuat lipatan roket tetapi tidak sesuai dengan instruksi yang diberikan. 3. Menulis Menggunakan pensil untuk membentuk kata dengan abjad yang benar dan tidak keluar garis Menggunakan pensil untuk membentuk kata dengan abjad yang benar dan keluar garis Tidak dapat menggunakan pensil untuk membentuk kata dengan abjad yang benar dan tidak keluar garis. 4. Lompat tali Dapat melompat dengan kedua kaki pada posisi lutut yang ditekuk dan seirama dengan putaran tali. Dapat melompat dengan kedua kaki pada posisi lutut tidak ditekuk tetapi seirama dengan putaran tali. Dapat melompat tetapi dengan tidak seimbang dan tidak seirama dengan putaran tali. 5. Berjalan di atas balok titian Menggunakan kedua tum- puan kaki berjalan disepan- jang balok pada posisi yang seimbang dan tidak jatuh. Menggunakan kedua tumpuan kaki berjalan tetapi tidak focus pada pijakan balok. Menggunakan kedua tumpuan kaki berjalan tetapi tidak sesuai pada pijakan balok. 6.Menang- kap bola Menggunakan kedua tangan untuk menangkap bola dengan posisi telapak tangan terbuka. Menggunakan kedua tangan untuk menangkap bola dengan posisi tangan diatas. Menggunakan kedua tangan untuk menangkap bola dengan posisi 7.Melem- par bola Menggunakan kedua tangan untuk melempar bola dengan posisi telapak tangan memegang bola dan menghadap ke depan. Menggunakan kedua tangan untuk melempar bola dengan posisi telapak tangan memegang bola dan menghadap ke atas. Menggunakan kedua tang- an untuk melempar bola dengan posisi tela-pak tangan memegang bola dan menghadap ke bawah. Skala pengukuran yang dipakai untuk simbol yang digunakan adalah sebagai berikut. = 3 Baik = 2 Cukup = 1 Perlu pengembangan Hasil Penelitian Untuk menguji alat ukur psikomotorik anak usia 5-6 tahun, maka alat ukur diberikan kesetiap anak untuk diobservasi dan diamati oleh tiga orang guru. Hasil pengukuran oleh 3 orang guru tertera pada Tabel 2. 42 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik Tabel 2: Hasil Pengukuran oleh Tiga Orang Guru No Inisial Nama Siswa Guru 1 Indikator Guru 2 Indikator Guru 3 Indikator 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 Aw 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 Ay 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 Aa 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 Ca 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 5 En 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 6 Jh 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 7 Je 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 8 Jn 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 9 Ja 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 10 Jn 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 11 Ka 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 12 Ee 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 13 Kr 2 2 2 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 14 Ll 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 15 Sa 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 16 Mw 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 17 Mn 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 18 Ml 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 19 Nh 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 20 Ns 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 21 Nn 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 22 On 1 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 1 3 3 3 2 3 2 23 Ra 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 24 Ro 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 25 Rn 3 1 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 26 Ry 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 27 Sn 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 28 Oa 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 29 Ty 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 30 Sl 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 43 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik Nilai setiap indikator adalah jumlah nilai ketujuh perlakuan dari indikator yang disesuaikan.Kemudian dilakukan uji interrater reliability untuk melihat apakah penilaian ke tiga guru atas anak yang sama dapat dikatakan konsisten. Nilai R hitung antara ke-tiga guru untuk setiap indikator diperlihatkan pada Tabel 3. Terlihat bahwa secara keseluruhan, seluruh indikator konsisten atas ketiga guru tersebut. Secara total, kekonsistenan penilaian ketiga guru adalah sangat baik lebih besar dari 0,6. Dari kedua hasil uji interrater reliability ini dapat dikatakan bahwa alat ukur ini reliabel. Nilai yang diperoleh dengan uji Z untuk guru 1 dengan guru 2 dengan tingkat keyakinan 95: -1.96-1.861.96, artinya tidak terdapat perbedaan penilaian antara guru 1 dan guru 2 dengan tingkat keyakinan 95 Kurva 1. Nilai yang diperoleh dengan uji Z untuk guru 2 dengan guru 3 dengan tingkat keyakinan 95: -1.961.21.96, artinya tidak terdapat perbedaan penilaian antara guru 1 dan guru 3 dengan tingkat keyakinan 95 Kurva 2. Nilai yang diperoleh dengan uji Z untuk guru 1 dengan guru 3 dengan tingkat keyakinan 95: -1.96-0.741.96, artinya tidak terdapat Tabel 3: Hasil Uji Interrater Reliability 1 2 3 4 5 6 7 G1-G2 0,7092 0,8120 0,2070 0,3413 0,8643 0,3852 0,6325 0,8139 G1-G3 0,8846 0,8846 0,8292 0,8578 0,8086 0,9211 1,0000 0,9410 G2-G3 0,7092 -0,049 0,2942 0,5571 0,6659 0,4287 0,6325 0,7057 Kurva 1: Uji Z antara Guru 1 dengan Guru 2 perbedaan penilaian antara guru 2 dan guru 3 dengan tingkat keyakinan 95 Kurva 3. Nilai Z hitung distribusi populasi normal antara ke tiga guru untuk setiap indikator diperlihatkan pada Tabel 4 yang menunjukkan, secara keseluruhan, seluruh indikator konsisten atas ketiga guru dan dapat diterima karena hasil Z hitungnya lebih besar dari Z tabel. Maka secara total kekonsistenan penilaian ketiga guru adalah berkorelasi baik, sehingga dapat dikatakan alat ukur ini valid Tabel 5 karena mempunyai nilai korelasi lebih dari 0,3 yaitu 1. Langkah berikutnya adalah menentukan nilai internal reliabilitas alat ukur ini. Dengan asumsi bahwa setiap penilaian guru mewakili nilai setiap individu maka untuk nilai Cronbach Alpha untuk suatu indikator yang terdiri dari Kurva 2: Uji Z Antara Guru 2 dengan Guru 3 Kurva 3: Uji Z Antara Guru 1 dengan Guru 3 44 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik Tabel 4: Nilai Z Hitung Antar ke tiga Guru Total Z hitung Z tabel Putusan G1-G2 -1.86 -1.96 Terima G1-G3 -0.74 -1.96 Terima G2-G3 1.2 1.96 Terima motorik halus 3 indikator dan motorik halus 4 indikator dengan 30 anak responden hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6. Dari hasil analisis diperoleh semakin tinggi nilai reliabilitas menunjukkan kesalahan varian semakin kecil Sukardi, 2010. Dalam hal ini berarti, untuk komponen yang mempunyai nilai reliabilitas yang semakin tinggi menunjukkan kesalahan dalam variabel indikator semakin kecil. Dalam Tabel 6 dapat dilihat, nilai reliabilitas Cronbach’s Alpha yang tinggi dijumpai pada Keterampilan Motorik Halus sebesar 0.84. Sedangkan untuk total keseluruh- an antara Keterampilan Motorik Kasar dan Motorik Halus mempunyai nilai reliabilitas 0,64 yang berarti sedang. Tabel 5: Tabel Korelasi antar 7 Keterampilan Motorik No Keterampilan Motorik Corrected Item Total Correlation Keterangan 1 Menulis 1 Valid 2 Menggunting 1 Valid 3 Melipat 1 Valid 4 Lompat Tali 1 Valid 5 Berjalan diatas balok 1 Valid 6 Melempar bola 1 Valid 7 Menangkap bola 1 Valid Tabel 6: Nilai Reliabilitas Cronbach Alpha Untuk Motorik Halus dan Kasar No Keterampilan Motorik Nilai Cronbachs Alpha Keterang-- an 1 Keterampilan Motorik Kasar 0.60 Sedang 2 Keterampilan Motorik Halus 0.84 Tinggi 3 Keterampilan Motorik Kasar dan Halus 0.64 Sedang Pembahasan Tujuan penelitian ini adalah untuk meng- analisis keterampilan fisik motorik kasar dan halus anak usia 5 - 6 tahun dengan rubrik dan peran rubrik sebagai alat pengukuran. Hasil penelitian ini menunjukkan, rubrik dapat membantu guru mendapatkan hasil perhi- tungan yang valid dengan menggunakan tujuh indikator untuk mengamati perkembangan fisik yaitu menggunting, melipat, menulis, lompat tali, keseimbangan, melempar dan menangkap yaitu sebagai berikut. Dilihat dari rubrik penilaian keterampilan motorik pada Tabel 1, ketiga guru dapat menilai dengan mudah dan mempunyai standar yang sama dalam mengukur tingkat pencapaian nilai dari peserta didik. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Palloff dan Pratt 2009 yaitu bahwa rubrik adalah alat yang berguna dalam menilai pekerjaan peserta didik, karena rubrik menjelaskan ekspektasi performa peserta didik dan membantu dalam mengubah penilaian hasil kerja peserta didik yang subyektif menjadi lebih objektif. Dengan demikian, penggunaan rubrik dianggap penting karena dapat membantu guru untuk lebih objektif dalam menilai hasil pekerjaan peserta didik. 45 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik Di samping itu, rubrik memiliki skala pemeringkatan yaitu kriteria dalam bentuk deskripsi yang rinci. Seperti yang dikatakan oleh Southworth 2006 bahwa untuk membuat sebuah rubrik, harus ditentukan terlebih dahulu bagaimana kualitas yang baik yang harus dimiliki oleh sebuah hasil tugas, lalu tentukan juga berapa tingkatan yang diinginkan oleh guru, seperti bagus sekali, bagus, cukup bagus dan tidak bagus. Dengan demikian, guru dengan mudah mempunyai standar pengukuran dalam menilai kinerja pekerjaan siswa seperti yang terlihat dari Tabel 3 hasil pengukuran oleh 3 orang guru. Penelitian ini menggunakan skala 1 sampai 3 pemeringkatan yang dilambangkan dengan bintang satu sampai bintang tiga. Bintang 3 adalah baik, bintang 2 adalah cukup dan bintang 1 adalah perlu pengembangan. Ketiga tingkatan yang akan dicapai oleh anak ini, dapat membantu guru menilai secara objektif. Terlihat dari hasil perhitungan Interreter Relia- bility, bahwa nilai R hitung antara ketiga guru untuk setiap indikator diperlihatkan pada Tabel 3, yaitu bahwa secara keseluruhan, seluruh indi- kator konsisten atas ketiga guru tersebut. Secara total, kekonsistenan penilaian ketiga guru adalah sangat baik lebih besar dari 0,6. Dari hasil uji Interrater Reliability ini dapat dikatakan bahwa alat ukur ini reliabel. Dapat dikatakan pula bahwa secara total kekonsistenan penilaian ketiga guru adalah berkorelasi baik. Sehingga dapat dikatakan alat ukur ini valid karena mempunyai nilai korelasi 1 Tabel 5. Selain itu juga, rubrik dapat berperan membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran, karena rubrik mengandung kriteria atau indikator keberhasilan pencapaian belajar. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh untuk Keterampilan Motorik Halus yang terdiri dari 3 indikator yaitu menulis, menggunting dan melipat pada anak usia 5-6 tahun, terlihat bahwa penggunaan indikator ini sudah baik dan dapat mewakili keterampilan fisik halus anak terbukti dari hasilnya yang tinggi 0.84. Anak mampu menggunakan pensil untuk menulis dalam membentuk abjad yang benar dan tidak keluar garis, mampu menggunakan ketiga jari jari telunjuk, tengah dan ibu jari yang digerakkan mengikuti pola bentuk gambar dengan tidak keluar garis untuk menggunting dan mampu melipat dengan menggunakan jari tangannya untuk membuat lipatan pada penelitian ini membuat lipatan roket sesuai dengan instruksi yang diberikan. Sedangkan untuk Keterampilan Motorik Kasar yang terdiri dari 4 indikator yaitu lompat tali, berjalan di atas balok titian, menangkap dan melempar bola, menunjukkan hasil sedang 0.60. Hal ini berarti bahwa indikator yang digunakan cukup mewakili keterampilan fisik kasar pada anak. Anak dapat melompat tali dengan melompat menggunakan kedua kaki pada posisi lutut yang ditekuk dan seirama dengan putaran tali, bisa berjalan di atas balok titian dengan menggunakan kedua kaki berjalan disepanjang balok pada posisi yang seimbang tidak jatuh, anak dapat menggunakan kedua tangan untuk menangkap bola dengan posisi telapak tangan terbuka, dan anak dapat menggunakan kedua tangan untuk melempar bola dengan posisi telapak tangan memegang bola dan menghadap ke depan. Simpulan Kesimpulan Kesimpulan yang dapat disajikan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan adalah sebagai berikut. Pertama. rubrik pengukuran sangat membantu guru dalam mempermudah membuat standar penilaian dari keterampilan psikomo- torik siswa motorik kasar dan halus. Kedua, rubrik berperan dalam membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran, karena rubrik mengandung kriteria atau indikator keberhasilan pencapaian belajar. Ketiga, melalui pengolahan data yang dilakukan secara keseluruhan untuk keterampilan motorik halus dan kasar, seluruh indikatornya konsisten atas ketiga guru dan dapat diterima. Demikian juga dengan kekonsistenan penilaian ketiga guru adalah berkorelasi baik. Dengan demikian dapat dikatakan alat ukur ini valid. Keempat, untuk uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Cronbach’sAlpha nilainya sebesar 0.64 yang berarti sedang sehingga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan keterampilan motorik 46 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik kasar menulis, menggunting, melipat dan motorik halus lompat tali, berjalan di atas papan titian, menangkap dan melempar bola pada anak usia 5-6 tahun. Di samping kesimpulan yang telah disebutkan, penelitian ini hanya untuk mengukur keabsahan dan kekonsistenan alat ukur rubrik yang dicobakan untuk keterampilan motorik halus dan keterampilan motorik kasar anak usia 5-6 tahun, tidak untuk mengetahui kemampuan motorik kasar dan halusnya, sehingga tidak bisa digeneralisasi untuk semua kasus Psikomotorik pada anak. Untuk teknik penilaian individu anak secara aktif, peneliti belum dapat membuat indikator atau instrumen yang dapat mengukur penilaian perasaan anak secara pasti. Keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti sehingga tidak bisa meneliti lebih dalam lagi untuk mengukur kemampuan awal anak dibanding dengan kemampuan akhir anak dengan metode penelitian yang lebih detail lagi. Saran Mengacu pada pengalaman dalam melakukan penelitian ini serta kesimpulan yang diperoleh, disarankan sebagai berikut. Pertama, penelitian yang menggunakan rubrik pengukuran bisa dilakukan untuk aspek lain selain psikomotorik anak seperti aspek bahasa, kognitif, seni yang dalam pemeringkatannya dapat menggunakan skala 1-4. Kedua, bagi guru yang akan melalukan penelitian keterampilan psikomotorik lebih lanjut dapat dilakukan pengujian awal dan akhir sehingga hasil kemampuan anak yang didapatkan akan lebih valid. Ketiga, dalam menggunakan alat-alat untuk meneliti keterampilan motorik kasar sebaiknya guru menggunakan alat-alat yang aman bagi anak usia dini untuk menghindari seminimal mungkin kecelakaan yang akan dialami anak apabila jatuh. Daftar Pustaka Feldman, Papalia Old. 2008. Human development Perkembangan manusia . Jakarta: Salemba Humanika Fraenkel, Jack R. Norman E. Wallen. 2008. How to design and evaluate research in education Seventh Edition. New York: McGraw Hill Companies George Mallery, 2003, Polyglot Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pelita Harapan, Vol.5 No.1 January 2011, hal.6-7 Glasgow, Neal Hicks, Cathy. 2003. What successful teachers do, research-based classroom strategies for new and veteran teachers . California: Corwin Press, Inc Gardner, Howard. 1993. Multiple intelligences: The theory in practice a reader. USA: Basic Books Magill, Richard A 1993 Motor learning: Concepts and application 4 th Ed, LA: WMC Brown, Dubuque May Lwin, Adam Kho, Kenneth Lyen, Caroline Sim. 2008. How to multiply your child’s intelligence . Jakarta: PT.Indeks Palloff, Rena Keith Pratt. 2009. Assessing the online learner, resources and strategies for faculty . San Fransisco: John Wiley Sons, Inc Rimm, Sylvia. 2003. Mendidik dan menerapkan disiplin pada anak prasekolah . PT. Gramedia Pustaka Utama Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga Singer, Robert N. 1980. Motor learning and human performance: An application to motor skill and movement behavior. New York: Mc.Millan Pub Southworth, Howie, Kemal Cakici, Yianna Vovides Susan Zvacek, eds. 2006. Blackboard ® For Dummies ® . Indianapolis, Indiana: Wiley Publishing Sugiono.2007. Metode penelitian administrasi. Bandung: Alfabeta Stevens, Dannelle Levi, Antonia. 2005. Introduction to rubrics: An assessment tool to save grading time, convey effective feedback and promote student learning . Virginia: Stylus Publishing 47 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar Penggunaan Media Surat Kabar dalam Pembelajaran Membedakan Fakta dan Opini Sakila E-mail: sakilaspdyahoo.co.id SMP Negeri 2, Singkawang, Kalimantan Barat Opini T Abstrak ujuan tulisan ini adalah memberikan sumbangan pemikiran dan gagasan penggunaan media surat kabar dalam pembelajaran membedakan fakta dan opini pada siswa SMP kelas IX pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Media pembelajaran pada hakikatnya dipergunakan untuk memudahkan siswa belajar sehingga meningkatkan hasil belajar siswa. Secara khusus tulisan ini membahas bagaimana surat kabar dapat dipergunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada materi pokok membedakan fakta dan opini dalam sebuah iklan. Dengan menggunakan surat kabar sebagai sumber pembelajaran, siswa dapat diikutsertakan secara aktif, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Agar penggunaan media surat kabar dapat berfungsi secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran, guru disarankan memilih informasi yang sungguh-sungguh sesuai sebagai bahan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran serta sesuai dengan karakteristik siswa. Kata-kata kunci : media, surat kabar, fakta, opini, sumber belajar Use of Newspaper Media in Learning the Differences Between Fact and Opinion Abstract The purpose of this article is to share ideas of using newspaper as a learning resourse, particularly in distinguishing fact from opinion, as one topic in the subject of Indonesia Language, Grade IX, Junior Secondary School. In general, educational media is used to facilitate learning and improve student’s learning achievement. The discussion in this article is focused on using appropriate advertisement in newspaper to enable the student to understand the differences between fact and opinion as a topic in the subject of Indonesia Language at Junior Secondary School. Beside facilitating learning, using newspaper also allows the student to prticipate actively in the learning preparation, impleentation, and evaluation. To succeed the use of newspaper media as a learning resource, the teacher is suggested to select the most appropriate information from the newspaper on the basis of learningmaterials and learning objectives as well as the student’s characteristics. Key words: media, newspapers, fact, opinion, learning resource 48 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar Pendahuluan Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yakni mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuh- nya, sangat dibutuhkan peran serta pendidik yang profesional Kemendikbud, 2015:3. Kebutuhan ini menuntut guru mampu melak- sanakan proses pembelajaran yang menyenang- kan, kreatif, inovatif dengan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran sangat diperlukan ketika proses pembelajaran di kelas menuntut keaktifan siswa terutama untuk mata pelajaran bahasa pada umumnya dan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada khususnya. Informasi awal dan pengamatan guru mata pelajaran Bahasa Indonesian menunjukkan, sebagian besar siswa di salah satu kelas IX di SMP Negeri 2 Singkawang mengalami kesulitan ketika mempelajari materi membedakan fakta dan opini dalam iklan, dengan rata-rata tingkat ketuntasan belajar hanya berkisar antara 60 sampai 65 saja. Memang banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, seperti sekolah, guru, orang tua, dan siswa itu sendiri. Akan tetapi, paling tidak dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat diharapkan kualitas proses dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, sebagian besar siswa Kelas IX di SMP Negeri 2 Singkawang menghadapi beberapa kendala yang antara lain dalam memahami konsep. Siswa cenderung berfikir dari konkret ke abstrak, karena guru lebih dominan memberikan materi pokok dengan cara ceramah. Kendala lain ialah kurang antusiasnya siswa dalam pembelajaran serta sulitnya melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Kedua kendala yang dicontohkan terjadi karena keterbatasan alat peraga dan waktu yang dipergunakan dalam proses pembelajaran yang ternyata berdampak negatif terhadap hasil belajar siswa. Membaca merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan sehingga dicantumkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Hal ini menunjukkan keterampilan membaca telah diajarkan sejak jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Menurut Depdiknas 2006: 6, dalam KTSP tahun 2006, membaca dipandang sebagai bahan pelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa, yang meliputi pengembangan kemampuan menyerap gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, perasaaan, dan sebagainya dari pihak yang lain yang disampaikan melalui tulisan. Selanjutnya dengan membaca, siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan dari berbagai sumber bacaan. Hal ini sejalan dengan pemberlakuan Kurikulum 2013 yang dirancang untuk menyongsong model pembelajaran abad 21 dan di dalamnya terdapat pergeseran dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu dari berbagai sumber belajar melampaui batas pendidik dan satuan pendidikan, sehingga peran bahasa menjadi sangat sentral. Kurikulum 2013 menempatkan bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran lain. Apabila siswa tidak menguasai mata pelajaran tertentu, harus dipastikan bahwa yang tidak dikuasainya adalah substansi mata pelajaran tersebut, bukan karena kelemahan penguasaan bahasa pengantar yang dipergunakannya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013, Kurikulum 2013 bertujuan mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, serta bernegara dan pada peradaban dunia. Di lain pihak, Permendikbud Nomor 81 a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum disebutkan, tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP. RPP adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. Selanjutnya mengembangkan budaya membaca dan menulis adalah salah satu prinsip dalam mengembangkan RPP. 49 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar Membaca pemahaman pada hakikatnya adalah kegiatan membaca yang dimaksudkan untuk memahami makna yang terkandung dalam suatu teks Depdiknas, 2015 :3. Pemahaman suatu teks sangat bergantung pada berbagai hal. Salah satu yang perlu mendapat perhatian dalam membaca adalah keterampilan yang dimiliki oleh seorang pembaca dalam memahami teks yang dibaca. Tinggi rendahnya keterampilan yang dimiliki pembaca akan sangat berpengaruh pada tingkat pemahaman pada teks yang dibaca. Sebagai salah satu upaya dalam meningkat- kan efektivitas interaksi dalam proses pembel- ajaran adalah menggunakan media yang tepat guna mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa Iskandar, 2011:43. Dengan demikian, dapat disebutkan bahwa media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat dimanfaatkan untuk menghubungkan pesan dari guru kepada siswa dengan tujuan meningkatkan proses pembelajaran. Pada hakikatnya seorang pendidik adalah seorang fasilitator, baik dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik, maupun konatif. Oleh karena itu, dia harus mampu membangun suasana belajar yang kondusif untuk meng- giring siswanya belajar mandiri. Ia juga hendak- nya mampu menjadikan proses pembelajaran sebagai kegiatan eksplorasi diri Ginting, 2011 : 14. Dengan demikian, diperlukan suasana belajar yang memungkinkan siswa tertarik dan terlibat secara aktif dalam proses belajar. Guru harus dapat menentukan strategi belajar yang tepat. Untuk mengembangkan iklim belajar, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya. Tugas guru bukan hanya memberikan pengetahuan saja, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring siswa bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, dan menemukan fakta serta konsep diri. Berdasarkan kenyataan inilah, maka penggunaan media dalam pembelajaran merupakan pendekatan yang sesuai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Penggunaan media surat kabar merupakan salah satu metode yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan materi yang berhubungan dengan penulisan, dan strategi ini dapat digunakan guru menjembatani cara membedakan fakta dan opini dalam sebuah iklan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Iskandar 2011:46 bahwa “dalam proses belajar mengajar, media pembelajaran yang digunakan guru diharapkan dapat mempertinggi hasil proses belajar-mengajar.” Kesenjangan antara tujuan pembelajaran dengan kenyataan pembelajaran bahasa Indonesia mendorong penulis untuk mencoba menerapkan metode yang tepat pada proses pembelajaran, sebab fungsi metode dalam keseluruhan sistem pembelajaran adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode yang yang dimaksud ialah penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada kompetensi dasar membedakan fakta dan opini. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, maka masalah dalam pembahasan ini adalah bagaimana langkah- langkah penerapan media surat kabar dalam pembelajaran membedakan fakta dan opini ? Masalah ini difokuskan di salah satu Kelas IX SMP Negeri 2 di Singkawang. Sungguhpun ruang lingkup pembahasan dalam tulisan ini mengacu pada salah satu sekolah, diharapkan gagasan yang disampaikan dapat bermanfaat kepada guru dalam meningkatkan kualitas pembelajarannya yang sangat berpusat pada siswa. Penerapan metode pembelajaran yang disarankan juga akan memudahkan siswa memahami perbedaan antara fakta dan opini melalui pembelajaran yang menyenangkan. Dengan demikian, sekolah sebagai satuan pendidikan dapat mewujudkan lingkungan belajar yang tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan tetapi juga memotivasi siswa mencintai bahasa nasionalnya sendiri. Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan memudahkan siswa memahami bahan pembelajaran sehingga mempercepat pencapaian kompetensi yang dikehendaki Depdiknas, 2005 dan Zifajriah, 2013. Guru dapat menggunakan media yang ia rancang dan buat sendiri sesuai dengan kebutuhan pembel- 50 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar ajaran atau guru juga dapat memilih dan menggunakan media yang sebenarnya tidak khusus dibuat untuk keperluan pembelajaran tetapi dapat dan sesuai dipergunakan untuk pembelajaran yang mengacu pada kompetensi tertentu. Surat kabar merupakan salah satu media yang dapat dipergunakan untuk keperluan pembelajaran Zifajriah, 2013. Surat kabar merupakan salah satu media informasi yang efektif dan efisien serta mudah diperoleh. Bahasa yang dipergunkan dalam surat kabar sangat komunikatif dan mudah dipahami oleh masyarakat umum. Jenis informa- si yang disampaikan melalui surat kabar berane- ka raga, termasuk di antaranya iklan berbagai produk. Iklan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan melalui media massa Tsalitsa, 2015 dan Darmawati, 2010:6 . Iklan bertujuan menarik perhatian, mendorong, serta membujuk pihak lain agar memiliki atau memenuhi permintaan Tabel 1: Perbedaan Antara Fakta dan Opini Pembeda Fakta Opini Pengertian Keadaan atau peristiwa yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi Pikiran, anggapan, buah pemikiran, atau perkiraan Bentuk Gambar, foto, data statistik, tabel peristiwa, dan grafik Berupa saran, kritik, harapan, nasihat Sifat Menunjukkan Mengharapkan yang terdapat dalam iklan tersebut. Berdasarkan jenisnya iklan dibedakan atas iklan layanan masyarakat, iklan niaga, dan iklan keluarga. Iklan dapat dipahami dengan membaca intensif yang merupakan kegiatan membaca untuk mengetahui semua hal yang disajikan dalam bacaan. Oleh karena itu, membaca intensif dapat dilakukan dengan cara 1 membaca deng- an cermat setiap kalimat dari awal hingga akhir teks dan 2 mencatat hal-hal yang ingin diketahui. Kalimat dalam iklan mengandung fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa atau keadaan yang merupakan kenyataan atau sesuatu yang benar ada atau terjadi. Opini merupakan pendapat, pemikiran, atau sikap terhadap fakta. Darmawati, 2010:6. Perbedaan antara fakta dan opini dalam iklan sesuai Tabel 1 Darmawati, 2010:81. Tabel 2 adalah perbedaan antara fakta dan opini, khususnya jika terdapat dalam sebuah iklan.Tsalitsa, 2015. Tabel 2: Perbedaan Fakta dan Opini dalam Iklan Fakta Opini - Berupa identitas produk yang ditawarkan dalam iklan tersebut - Berupa kalimatbahasa yang membujuk agar orang mau membeli produk yang diiklankan - Komposisi kegunaan produk dalam iklan - Menuturkan kelebihan produk tersebut - Sarana penggunaan secara lengkap - Kalimatbahasa bersifat subjektif berdasar- kan pendapat seseorang - Kalimatbahasa dapat dipertang- gungjawabkan bukan rekayasa 51 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar Pembahasan Paradigma baru pembelajaran mengharuskan pendidik mampu melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan Mi’raj, 2014:95. Oleh karena itu, guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alatmedia meskipun sederhana dan bersahaja, tetapi merupakan upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Berikut ini disajikan bahasan tentang gagasanide dalam upaya memecahkan masalah yang berkaitan dengan pembelajaran dengan topik membedakan fakta dan opini dalam sebuah iklan di surat kabar. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IX, terdapat materi membedakan fakta dan opini dalam teks iklan. Setelah mempelajari materi pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat 1 mengidentifikasi fakta dan opini dalam teks iklan di surat kabar dan 2 membedakan antara fakta dan opini dalam teks iklan di surat kabar. Hampir semua surat kabar atau majalah menyediakan ruang untuk memuat iklan dan setiap hari ada saja orang, lembaga, atau perusa- haan yang memasang iklan untuk berbagai keperluan. Dengan demikian, setiap hari kita dapat menemukan informasi baru berupa penawaran produk, jasa, lowongan kerja atau informasi yang lain dalam kolom iklan. Hal ini sebagai indikator bahwa komunikasi antara pemasang iklan dengan pelanggan atau dengan pembaca dapat dijalin melalui media iklan. Oleh sebab itulah, dalam pembelajaran siswa diajak mencermati fakta dan opini yang terdapat dalam iklan. Pengamatan pendahuluan kegiatan belajar mengajar di salah satu Kelas IX tempat penulis bertugas sebagai guru Bahasa Indonesia, menggambarkan suasana kelas tidak menggairahkan dan kurang menyenangkan karena dicekam oleh tugas yang dirasa membebani siswa. Sebagian besar siswa tampak sulit menuangkan gagasannya ke dalam bentuk tulisan. Hal tersebut berdampak pada nilai siswa yang mencapai rata-rata tingkat ketuntasan belajar hanya berkisar antara 60 sampai 65 saja. Dalam proses pembelajaran siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, membaca buku yang tidak relevan dengan materi yang sedang diajarkan, enggan membaca buku pelajaran, melamun, keluar masuk kelas, saling mengganggu antarteman dan mengantuk. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, antara lain guru kurang menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran, yang pada akhirnya berdampak pada kurangnya motivasi siswa mengikuti proses pembelajaran di kelas. Hal ini diperparah lagi dengan metode ceramah yang dipergunakan guru membosankan sehingga tidak terjadi interaksi yang menarik antara guru dan siswa. Suasana kelas mata pelajaran Bahasa Indonesia seperti yang digambarkan juga terjadi ketika pokok bahasan adalah membedakan fakta dan opini. Siswa tidak tertarik apabila disuruh membedakan fakta dan opini dengan menggu- nakan bahan dari buku pegangan siswa. Mengatasi masalah tersebut, penulis menggunakan media surat kabar yang lebih menarik. Surat kabar adalah sumber informasi yang biasa bagi siswa dan mudah diperoleh di lingkungan mereka. Surat kabar juga mudah serta sesuai dipergunakan sebagai media pembel- ajaran karena mendukung isi dan tujuan pelajaran. Isi informasi dalam surat kabar bersifat mutakhir, bermakna, dan mudah dipahami oleh siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Iskandar 2011: 45 bahwa guru dalam pemilih- an media pembelajaran diharapkan tidak asal- asalan, tapi harus dapat menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.. Oleh karena fokus pelajaran adalah membedakan fakta dan opini, iklan yang dipililih ialah yang mengandung kedua unsur itu Ketepatan memilih media yang sesuai dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa jika peran guru dalam proses pembelajaran dan penggunaan media pembelajarannya menarik, maka siswa tidak akan merasa bosan dan tertekan dalam proses pembelajaran itu karena penyampaian materi pelajaran akan lebih mudah diserap oleh siswa apabila disertai dengan penggunaan media pendidikan yang sesuai Juliono, 2015:59 Sebagai contoh, disajikan sebuah iklan berikut. 52 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar Dalam teks iklan di atas terdapat informasi yang berupa fakta dan berupa opini. Dikatakan sebagai fakta apabila informasi itu berupa sesuatu yang benar-benar ada, benar-benar terjadi atau memang kenyataannya seperti itu. Selain itu kebenaran informasi yang berupa fakta tidak diragukan lagi. Fakta merupakan sesuatu yang sudah terjadi Herjanto, 2015. Sebaliknya, sesuatu dikatakan pendapatopini jika informasi dalam iklan itu merupakan ide, gagasan, pendapat, pemikiran atau penawaran untuk mempengaruhi pembaca Tsalitsa, 2015. Informasi yang berupa fakta pada iklan yang dikutip ialah sebagai berikut. 1. Produk Quick-Up 2. Telah hadir di Kalimantan Barat 3. Untuk pemesanan hubungi Budi Mulfiandi, SP Informasi yang berupa opini adalah:

1. Solusi tepat untuk sukses berbudidaya

tanaman gaharu ide pemasang iklan untuk mempengaruhi pembeli.

2. Perangsang tumbuh bibit tanaman gaharu

3. Pilihan handal untuk gaharu

Informasi iklan di atas dapat dipergunakan sebagai contoh fakta dan opini dan dengan mengajak siswa mengamati isi iklan itu. Siswa ikut aktif mengamati, menemukan, dan mengo- munikasikan temuannya. Dengan demikian, surat kabar dapat dijadikan salah satu media sederhana yang efektif dan efisien. Guru yang baik adalah guru yang mampu melihat situasi dan menerapkan strategi yang tepat dalam pembelajaran. Adapun langkah- langkah kegiatan pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran yang akan dibahas di bawah ini. Perencanaan Pembelajaran Hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam memanfaatkan media surat kabar dalam proses belajar mengajar adalah merenca- nakan tema dan topik yang akan digunakan dalam menggunakan media, mencatat beberapa hal yang membangkitkan minat serta motivasi siswa untuk belajar, mengarahkan secara khusus terhadap gagasan yang sulit bagi siswa. Selain itu, guru perlu memeriksa peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan melaksanakan semua rencana yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan kelengkap- annya seperti alat yang diperlukan, pelaksana, tempat, waktu dan cara melakukannya. Media surat kabar dipergunakan pada beberapa tahap kegiatan, antara lain sebagai berikut. Sumber : Pontianak Post, Senin 27 April 2015 Gambar 1: Contoh Iklan 53 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

a. Kegiatan Awal Kegiatan ini dimulai dengan apersepsi, yaitu

siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran. Selanjutnya, siswa diajak melihat surat kabar dan mencermati iklan yang memuat fakta dan opini. Kemudian, guru memotivasi siswa dengan tanya jawab tentang berbagai isi teks iklan yang memuat fakta dan opini. Guru dapat memberikan sebuah contoh teks iklan dari guntingan surat kabar seperti di bawah ini :

b. Kegiatan Inti

1. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru memfasi- litasi siswa dapat membedakan antara fakta dan opini. Siswa mencari informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Guru menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain. Siswa menjalin interaksi antara siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Siswa terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. 2 Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis. Secara kelompok siswa mendiskusikan fakta dan opini yang ada dalam teks iklan. Siswa diajak membahas dan mengelompokkan mana yang berupa fakta dan opini. Siswa menyim- pulkan dan membedakan fakta dan opini dalam teks iklan. Guru memfasilitasi siswa membuat laporan eksplorasi secara lisan atau tertulis, individual atau kelompok. Guru memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual dan kelompok. 3 Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah atas keberhasilan siswa. Guru memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa melalui berbagai sumber. Siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan. Guru memfasilitasi siswa memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar, dengan cara: a berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan, b membantu menyelesaikan masalah, c memberi acuan agar siswa dapat mela- kukan pengecekan hasil eksplorasi, d memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh, dan e memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. Sumber : Pontianak Post, Senin 19 Januari 2015 Gambar 2: Contoh Iklan dari Surat Khabar