Kemampuan Menyimak Pada Anak Setelah Diterapkan Metode Whole Brain Teaching
28
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching
Tabel 12: Kategorisasi Kode Kode yang Muncul
Kategori
LG = Anak dapat mengatur arah pandangan ketika guru berbicara LM = Anak dapat mengatur arah pandangan pada media yang
digunakan guru DT = Anak dapat duduk dengan tertib
Sikap anak dalam menyimak mendengarkan
dengan penuh perhatian
P = Anak dapat melakukan 2 perintah sederhana TA = Anak dapat menaati peraturan
J = Anak dapat menjawab pertanyaan guru Kemampuan anak dalam
menyimak
SR = Anak dapat meniru dan merespon stimulus guru seperti Class- Yes, Children- Yes, Ms., Hands and Eyes, Mirror, Switch
U = Anak dapat mengulangi kalimat dan gerakan yang dicontohkan guru
TO= Anak dapat mengajarkan konsep kepada temannya Karakteristik Whole Brain
Teaching
Tabel 13: Kategorisasi ke Teori Kode yang Muncul
Kategori Tema
Teori
LG = Anak dapat mengatur arah pandangan ketika guru berbicara
LM = Anak dapat mengatur arah pandangan pada media yang
digunakan guru DT = Anak dapat duduk dengan tertib
Sikap anak dalam
menyimak mendengarkan
dengan penuh perhatian
Kemampuan menyimak anak
usia dini Metode Whole Brain
Teaching dapat meningkatkan
kemampuan menyimak anak usia
dini.
P = Anak dapat melakukan 2 perintah sederhana
TA = Anak dapat menaati peraturan J = Anak dapat menjawab pertanyaan
guru Kemampuan
anak dalam menyimak
SR = Anak dapat meniru dan merespon stimulus guru seperti Class-
Yes, Children- Yes, Ms., Hands and Eyes, Mirror, Switch
U = Anak dapat mengulangi kalimat dan gerakan yang dicontohkan guru
TO= Anak dapat mengajarkan konsep kepada temannya
Karakteristik Whole Brain
Teaching Karakteristik Whole
Brain Teaching
Peneliti kemudian membuat kategorisasi dari koding tersebut sesuai Tabel 12.
Kemudian peneliti menentukan tema dari kategorisasi tersebut. Tema yang dimaksud
adalah kemampuan anak dalam menyimak dan kemampuan anak dalam menerapkan
karakteristik metode Whole Brain Teaching. Selama siklus satu hingga siklus ketiga, peneliti
menganalisa telah terjadi pengulangan dan
peningkatan frekuensi kegiatan yang menunjukkan kemampuan anak dalam
menyimak menyimak dan kemampuan anak dalam menerapkan metode Whole Brain
Teaching. Pada siklus pertama terlihat ada 9
29
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching
Sembilan anak yang sulit memandang guru yang sedang berbicara dan memperhatikan
media yang dibawa guru dan ada 7 tujuh anak yang sulit sekali duduk dengan tertib. Namun
setelah melakukan PTK dengan menerapkan metode Whole Brain Teaching sampai siklus
ketiga kemampuan anak dalam menyimak menjadi lebih meningkat hanya 1 satu anak
saja masih harus diingatkan untuk memperhatikan ketika guru berbicara ataupun
memperhatikan media yang digunakan guru dan masih ada 3 tiga anak yang masih belum
dapat duduk dengan tertib. Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan guru kelas dan guru
bimbingan dan konseling satu anak tersebut memang sulit sekali untuk menyimak karena
anak termasuk tergolong anak yang hiperaktif.
Setelah anak memiliki sikap menyimak yang baik, anak mampu melaksanakan perintah
sederhana dengan lebih baik. Berdasarkan analisis peneliti pada siklus pertama ada 8
delapan anak yang belum dapat melakukan perintah dengan baik, di mana anak-anak terse-
but baru mengerti dan melakukan perintah jika guru sudah mengulangi instruksi tersebut
berkali-kali baik secara umum ataupun pribadi. Setelah diterapkan metode Whole Brain Teaching
kemampuan anak dalam melaksanakan perin- tah menjadi meningkat, hal ini terbukti pada siklus
ketiga ada 2 anak yang masih harus memerlukan pengulangan perintah secara personal.
Begitu pula dengan kemampuan anak dalam menaati peraturan kelas. Pada siklus
pertama ada 6 enam anak yang kurang taat pada aturan kelas namun semenjak diterapkan-
nya metode Whole Brain Teaching di mana salah satu karakteristiknya adalah anak-anak wajib
mengucap ulang peraturan kelas setiap hari ternyata berdampak terdampak baik terhadap
ketertiban, kedisiplinan anak di kelas. Anak menjadi lebih taat pada aturan. Pada akhir
siklus ketiga masih ada 3 anak yang harus sering diingatkan guru untuk taat pada aturan kelas.
Dengan memiliki kelas yang tertib akan menciptakan suasana kelas yang nyaman dan
kondusif untuk belajar, sehingga anak-anak dapat belajar dengan baik.
Setelah diterapkan metode Whole Brain Teaching kemampuan anak dalam menjawab
pertanyaan guru menjadi lebih baik. Anak yang pada awalnya malu-malu untuk bicara menjadi
lebih berani untuk bicara karena anak-anak sudah terbiasa melakukan karakteristik Whole
Brain Teaching. Sebaliknya untuk anak yang tergolong banyak bicara, senang mengobrol
terkadang anak-anak tersebut asal menjawab pertanyaan guru tanpa pikir panjang karena
sebenarnya mereka tidak memahami pertanyaan dan tidak menyimak penjelasan guru. Sejak
diterapkan metode Whole Brain Teaching mereka menjadi lebih dapat menyimak
penjelasan guru sehingga anak-anak dapat menjawab pertanyaan guru dengan tepat.
Dengan diterapkannya metode Whole Brain Teaching anak-anak terbiasa merespon stimulus
guru seperti class-yes, children-yes, ms., hands and eyes- hands and eyes, attention, please- yes, ms,
mirror- mirror, dan switch-switch . Pada siklus
pertama hanya 6 enam anak saja yang dapat dengan cepat merespon stimulus tersebut, anak
yang lain masih diam karena masih baru, perlu pengulangan. Sejak diterapkan metode Whole
Brain Teaching sampai siklus ketiga ada 14 empat belas anak yang aktif merespon stimulus
guru, sisanya 3 tiga anak kadang-kadang masih melakukannya.
Salah satu strategi agar anak dapat menyimak dengan baik adalah dengan cara
mengulang kalimat yang disampaikan guru dan meniru gerakan yang dicontohkan guru. Dalam
karakteristik metode Whole Brain Teaching kegiatan ini disebut dengan mirror. Pada
awalnya hanya lima anak yang cepat paham dan tanggap mengulang dan meniru gerakan
guru, namun setelah melewati siklus ketiga terjadi perubahan perilaku anak dalam
menyimak menjadi 14 empat belas anak yang dapat mengulangi konsep yang diajarkan guru.
Dengan mengobservasi anak saat kegiatan mengulang mirror ini guru dapat menilai
langsung kemampuan anak dalam menghafal dan memahami konsep yang diajarkan.
Setelah anak dapat mengulang melakukan aktivitas mirror, maka gurupun dapat menilai
kemampuan anak dalam mengajarkan konsep kepada temannya. Kemampuan anak untuk
saling mengajarkan konsep adalah kemampuan yang kompleks karena anak harus melewati
30
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching
karaktersitik lainnya. Selain itu kegiatan mengajar adalah kegiatan yang paling banyak
melibatkan banyak fungsi dan bagian otak. Pada siklus pertama hanya 6 enam anak saja yang
dapat mengajarkan konsep pada temannya. Hal ini disebabkan anak belum terbiasa berbicara
dan belum terbiasa dengan karakteristik Whole Brain Teaching. Pada siklus pertama tindakan
kedua guru kelas dan peneliti mencoba mengubah tehnik dalam kegiatan teach-ok, di
mana yang pada awalnya anak-anak bebas memilih pasangannya namun setelah dievalua-
si, anak-anak kelompok A5 terlihat bingung guru menentukan pasangan anak dan menentukan
peran anak, siapa yang mau menjadi guru atau sebagai murid. Setelah melewati ketiga siklus
terjadi peningkatan kemampuan anak dalam menyimak seperti kemampuan mengajarkan
konsep pemahaman anak terhadap temannya.
Setelah menentukan kode, membuat kategorisasi dan menentukan tema penelitian,
maka peneliti dapat menyimpulkan teori tentang menyimak dan penerapan Whole Brain
Teaching. Menurut peneliti kemampuan menyimak pada anak usia dini adalah
kemampuan anak untuk mendengar dan memahami kalimat konsep yang diberikan
guru. Agar anak dapat menyimak dengan baik perlu adanya pengulangan kalimat, kalimat
harus singkat dan jelas disertai gerakan tangan, dan dibantu media pembelajaran.
Peningkatan kemampuan menyimak ini dikarenakan karakteristik yang terdapat dalam
metode Whole Brain Teaching digunakan guru sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak
seperti untuk memusatkan perhatian anak guru menggunakan kata children class attention,
please hands and eyes
, untuk membantu anak memahami konsep, guru mengajarkan dengan
kalimat sederhana disertai gerakan tangan, dan anak-anak mengulang konsep tersebut berkali-
kali sampai hafal, untuk mengetahui pemahaman anak tentang konsep guru menggunakan perintah
teach –ok
dan anak-anak selalu diberi reward agar memotivasi mereka untuk selalu konsentrasi
fokus dalam menyimak. Grafik 1 memaparkan peningkatan kemampuan menyimak selama
siklus kesatu sampai siklus ketiga.
Pada awal pelaksanaan siklus pertama guru kelas menemukan beberapa kendala, seperti ada
8 anak yang sangat sulit sekali fokus, konsentrasi dalam menyimak, mereka cenderung melamun,
main-main, mengobrol dengan temannya. Guru berusaha memusatkan perhatian anak tersebut
dengan memanggil nama anak tersebut untuk kembali fokus dan menyimak atau menegur anak
tersebut dan secara klasikal guru akan mengucapkan kata class dan anak-anak akan
mengucapkan ok. Guru terus mengucapkan kata class
sampai semua anak fokus dan siap untuk menyimak. Setelah dicoba berkali-kali akhirnya
kedelapan anak tersebut dapat menyimak. Selain
7 7
9 8
10
5 6
5 6
13 13
9 13
11 12
10 9
9 16
16 14
15 14
14 14
14 13
LG LM
DT P
TA J
SR U
TO SIKLUS 1
SIKLUS 2 SIKLUS 3
Grafik 1: Kemampuan Menyimak Siklus 1, 2 dan 3
31
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching
kata class, gurupun sudah terbiasa dengan kata Children dan attention, please
untuk memusatkan perhatian anak-anak. Secara spontan anak-anak
duduk dengan tertib, melipat tangan dan kaki mereka dan mata mereka tertuju pada guru. Pada
pelaksanaan siklus ketiga guru baru mengajar- kan karakteristik Hands and eyes karena sebelum-
nya guru sudah terbiasa dengan instruksi attention, please
. Menurut peneliti kata instruksi seperti ini sangat berdampak dan sangat
membantu dalam meningkatkan kemampuan menyimak anak.
Pada awal penerapan aktivitas teach-ok di mana anak akan saling mengajar konsep pada
temannya, anak-anak terlihat bingung dengan apa yang harus mereka lakukan, sehingga guru
yang menentukan pasangan anak-anak dan menentukan siapa yang terlebih dahulu jadi guru
dan murid. Hal tersebut tidak terpikirkan sebelumnya oleh peneliti dan guru kelas, namun
dalam prakteknya ternyata anak-anak masih perlu dibantu dalam menentukan siapa yang
jadi guru dan murid. Melalui kegiatan teach-ok ini guru kelas dan peneliti dapat melihat
kemampuan menyimak anak secara langsung karena guru dapat secara langsung memberi
umpan balik saat anak menjelaskan konsep. Hal ini berkaitan dengan metode Direct Instruction
di mana guru mengarahkan anak-anak mengguna-kan instruksi secara berurutan dan
materi yang tersusun . Kousar Biffle, 2013: 179. Dalam penerapan metode Whole Brain Teaching,
guru mengajarkan konsep dengan kalimat yang singkat, jelas dan sederhana, dan penjelasan
guru tidak boleh lebih dari 1 menit. Konsep tersebut disertai dengan gerakan tangan atau
badan yang menyimbolkan kata yang dimaksud. Anak-anak memperhatikan menyimak yang
disampaikan guru, kemudian mereka harus mengulanginya sampai paham dan hafal. Dalam
hal ini disebut dengan karakteristik mirror. Melalui metode Direct Instruction instruksi
langsung ini, guru dapat dengan langsung menilai kemampuan anak ketika mengulang,
mengajar konsep dan berdiskusi. Dengan dapat menilai langsung guru dapat mengetahui
keadaan anak yang sudah paham dan yang belum sehingga guru dapat langsung mengu-
lang kembali untuk anak yang belum mengerti.
Dalam penerapan metode Whole Brain Teaching juga, peneliti dapat menganalisis
kegiatan yang termasuk pembelajaran kooperatif, seperti keaktifan dan keterlibatan
anak-anak dalam proses pembelajaran Biffle, 2013: 179. Dalam cooperative learning ini anak-
anak belajar untuk bekerjasama secara positif, berinteraksi, bertanggung jawab dan melatih
keterampilan interpersonal. Dalam pelaksanaan metode Whole Brain Teaching, anak-anak belajar
dalam tiga dimensi yaitu sebagai anggota kelas, anggota kelompok kecil berpasangan dan seba-
gai seorang individu. Dengan pembelajaran kooperatif ini keterampilan sosial anak menjadi
berkembang, anak menjadi lebih berani dan percaya diri berbicara, bercerita di depan kelas.
Berkenaan dengan keterampilan sosial, penerapan metode Whole Brain Teaching ini
juga berdasarkan teori pembelajaran sosial Vygotsky Biffle, 2013: 180 yang merupakan
aspek yang mendasar dalam konstuktivisme. Menurut Vygotsky interaksi sosial merupakan
aspek penting dalam belajar dan berkembang. Melalui aktivitas teach-ok ini anak-anak
menerapkan aktivitas Zone of Proximal Developmen ZPD
. Anak yang terlebih dahulu mengajar temannya dapat dikatakan sebagai
seseorang yang memberi ‘pijakan’ pada temannya. Anak yang ‘lebih’ akan membantu
anak yang ‘kurang’.
Score board dalam penerapan metode Whole
Brain Teaching adalah sebagai motivator bagi anak-anak untuk selalu menyimak penjelasan
guru dan menyimak setiap orang yang berbicara. Hal ini sesuai dengan teori behaviorisme dimana
kemampuan menyimak anak menjadi mening- kat karena adanya aktivitas stimulus respon.
Penerapan metode Whole Brain Teaching juga menerapkan metode Total Physic Response
Respon Fisik Total untuk membantu anak menyimak guru selalu melakukan gerakan
tangan badan untuk melambangkan kata agar mudah dimengerti dan diingat oleh anak.
32
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching
Simpulan
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan : 1
Kemampuan menyimak anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung sebelum
diterapkan metode Whole Brain Teaching masih rendah. Hal ini disebabkan karena ada beberapa
anak yang baru bersekolah sehingga belum memiliki pengalaman yang banyak dalam hal
menyimak, ada anak yang pemalu sehingga tidak berani bicara atau menjawab pertanyaan,
ada anak yang terlalu aktif sehingga sulit konsentrasi dan sulit duduk dengan tertib. Selain
itu kurangnya pengetahuan dan pengalaman guru kelas dalam mengelola kelas yang sesuai
dengan karaktestik anak tersebut. 2. P r o s e s penerapan metode Whole Brain Teaching dalam
meningkatkan kemampuan menyimak dilakukan dengan Penelitian Tindakan Kelas
dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelompok A5 TKK BPK
PENABUR 246. Dalam pelaksanaan tindakan kelas ini peneliti berkolaborasi dengan guru
kelas
dalam kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal peneliti dan guru kelas selalu melakukan refleksi di akhir
kegiatan agar dapat diperbaiki pada tindakan berikutnya. Peneliti dan guru kelas melakukan
3 siklus dengan 2 kali tindakan dalam setiap siklusnya. 3Kemampuan menyimak anak-anak
kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 setelah diterapkan metode Whole Brain Teaching,
meningkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan anak dalam menyimak adalah
karena guru menerapkan karakteristik Whole Brain Teaching
seperti pengkondisian kelas yang baik agar anak-anak dapat menyimak dengan
adanya instruksi yang harus direspon anak, adanya peraturan kelas, adanya pengulangan
setiap konsep yang diajarkan guru, di mana konsep tersebut harus singkat dan jelas disertai
gerakan tangan yang mewakili kata, adanya kesempatan anak untuk saling mengajar, dan
adanya reward penghargaan pada anak.
Saran
1. Bagi Guru Guru diharapkan dapat secara konsisten
menerapkan karakteristik metode Whole Brain Teaching. Guru harus memiliki
ketegasan seperti menegur anak-anak yang tidak menyimak. Selain itu guru dapat
memotivasi anak-anak untuk menyimak dengan membuat papan score board.
2. Bagi Sekolah TK PAUD lainnya Sekolah hendaknya dapat menggunakan
metode Whole Brain Teaching ini di semua kelas dan menjadi ciri khas sekolah, di mana
akan menghasilkan profil anak yang mampu menyimak dengan baik, anak yang
tertib dan disiplin, memiliki kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir dan
kemampuan sosial yang baik.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
melakukan penelitian secara lebih mendalam lagi terhadap penerapan metode
Whole Brain Teaching dan dapat dikaitkan dengan peningkatan kemampuan anak
lainnya seperti kemampuan sosial, kemampuan pre-reading dan pre-writing.
Selain itu peneliti selanjutnya dapat meneliti kemampuan
menyimak dengan
menerapkan metode lain misalnya dengan bercerita bernyanyi dengan metode
penelitian lainnya misalnya kuasi eksperimen.
Daftar Pustaka
Alwasilah, A.C.2011. Pokoknya action research. Bandung: PT Kiblat Buku Utama
Alwasilah, A.C.2012. Pokoknya kualitatif. Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya
Beaty, J. 2013. Observasi perkembangan anak usia dini
. Jakarta: Kencana Biffle, C. 2014. Whole brain teaching for challenging
kids . Unites States of America: Lexington,
KY Charmaz, K. 2006. Constructing grounded theory.
London: Sage Publications
33
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching
Cresswell, J.W. 2014. Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed
. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fereday, J. dan E. Cochane. 2006. Demonstrating Rigor Using Thematic
Analysis: A Hybrid Approach of Inductive and Deductive Coding and
Theme Development. International Journal of Qualitative Methods
.5i, hlm 80-92. Diakses dari http:www.valberta.ca
i s q m b a c k i s s u e s 5 _ 1 P D F FEREDAY.PDF
Hermawan, H. 2011. Menyimak keterampilan berkomunikasi
yang terabaikan
. Yogyakarta: Graha Ilmu
Hopkins, D. 2011. A teacher’s guide to classroom research.
New York: McGraw Hill Iskandarwassid Sunendar, D. 2008. Strategi
pembelajaran bahasa . Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Kementerian Pendidikan Nasional. 2010
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 58 tahun 2009
tentang standar pendidikan anak usia dini PAUD
. Jakarta Moeslichatoen. 2004. Metode pengajaran di
Taman Kanak-Kanak . Jakarta : PT Rineka
Cipta Saldana,J. 2009. The coding manual for qualitative
researchers . California: Thousand Oaks:
Sage Tarigan, H.G. 2013. Menyimak sebagai suatu
keterampilan berbahasa . Bandung :
Angkasa
34
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik
Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik pada Anak Usia 5 - 6 Tahun
Felucia Hendriette E.P. E-mail: felucia.purukanbpkpenaburjakarta.or.id
Bagian Kurikulum dan Evaluasi BPK PENABUR Jakarta
Penelitian
P
Abstrak
enelitian ini bertujuan menganalisis keterampilan motorik kasar dan halus anak usia 5 - 6 tahun dengan rubrik dan peran rubrik sebagai alat pengukuran dalam membantu guru
mendapatkan hasil perhitungan yang valid. Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di
TKK PENABUR Jakarta, Maret 2012 dengan menggunakan 7 indikator untuk mengamati perkembangan motorik anak. Uji validitas menggunakan Uji Z dan reliabilitas menggunakan
Cronbach’s Alpha dengan kehandalan alat ukur diuji secara interrater reliability . Hasil penelitian ini
menunjukkan, data diperoleh menggunakan rubrik dapat dianalisis dan peran rubrik sebagai alat pengukuran sangat membantu guru dalam mendiskripsikan standar pengukuran untuk ketrampilan
motorik halus dan kasar.
Kata-kata kunci: alat pengukuran, rubrik, keterampilan motorik halus, ketrampilan motorik kasar
Rubric for Measuring Psychomotoric Skill of 5 – 6 Year Aged Children Abstract
The purpose of this study is to analyze both gross motor skills and fine motor skills of 5 – 6 year aged children using rubric and to describe the rubric role as a measurement tool to help teachers obtain a valid calculation
results. The experimen was conducted TKK PENABUR Jakarta in March 2012, applying seven indicators to observe the motoric skill development of the children . Instrument validity was tested using Z Test, and
reliability was measered applying Cronbach’s Alpha with the reliability of measuring devices used interrater reliability. The findings of this study indicate the data obtained by using rubric can be analyzed and the
measurement rubric strongly assists the teachers in describing the measurement standard for gross and fine motor skills.
Keywords: measurement tool, rubric, fine motor skills, gross motor skills, rubric
35
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik
Pendahuluan
Dalam upaya pembangunan manusia yang berkualitas, sejak manusia masih berada dalam
kandungan sudah dipantau pertumbuhan dan perkembangannya sehingga apabila ada suatu
kelainan bisa segara diketahui dan dicarikan upaya untuk mengatasinya. Oleh karena itu
dapat diciptakan anak yang berkualitas tinggi dan mempunyai pertumbuhan dan perkem-
bangan yang optimal.
Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, ketika diperlukan rangsangan atau
stimulus yang berguna agar potensi berkembangnya dapat optimal sehingga perlu
untuk mendapatkan perhatian. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa anak
di bawah lima tahun balita, karena pada masa ini merupakan pertumbuhan dasar yang akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikut-
nya.
Untuk lebih mengenal lebih jauh tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, perlu
dimengerti dahulu tahapan perkembangan anak. Perkembangan anak menurut Santrock 2007: 19-
20 merupakan segala perubahan yang terjadi pada anak, yaitu pada masa sebagai berikut.
a. Masa Bayi infancy toddlerhood usia 18 – 24
bulan, merupakan waktu ketergantungan yang ekstrem terhadap orang dewasa.
Banyak aktifitas psikologis baru dimulai; kemampuan berbicara, mengatur indera-
indera dan tindakan fisik, berfikir dengan simbol, meniru dan belajar dari orang lain.
b. Masa kanak-kanak awal early childhood
usia 2 – 6 tahun, selama masa tersebut, anak belajar menjadi mandiri dan merawat diri
sendiri, mereka mengembangkan keteram- pilan kesiapan sekolah mengikuti perintah,
mengenali huruf, dan bermain dengan teman sebaya.
c. Masa kanak-kanak tengah dan akhir middle
childhood usia 6 – 11 tahun, anak menguasai
keterampilan dasar membaca, menulis, aritmatika, dan mereka secara formal
dihadapkan pada dunia yang lebih besar dan budayanya.
d. Masa Remaja adolescence usia 18 – 22 tahun.
Masa remaja dimulai dengan perubahan fisik yang cepat.
Pada masa pertumbuhan, terjadi beberapa
perubahan dalam diri anak yang meliputi aspek seperti perkembangan fisik motorik, perkem-
bangan emosi, perkembangan kognitif dan perkembangan psikososial. Dilihat dari
beberapa aspek perkembangan anak, pertum- buhan anak sangatlah penting dipengaruhi oleh
perkembangan fisik. Perkembangan fisik merupakan proses tumbuh kembang kemam-
puan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi
yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Perkembangan fisik meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan
motorik kasar merupakan kemampuan anak untuk duduk, berlari dan melompat. Perkem-
bangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak karena proses kematangan
setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak juga berbeda satu sama lain.
Sedangkan perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang
menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan anak
pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan
menulis, menggunting dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.
Sylvia Rimm 2003, menyatakan bahwa semua anak perlu diperkenalkan dengan
kebiasaan berolahraga sejak dini. Taman bermain memberi kesempatan pada anak untuk
bermain ayunan, memanjat dan latihan keseimbangan. Belajar senam, jungkir balik,
olahraga sederhana dan menari perlu dilakukan meskipun koordinasi anak tidak terlalu bagus.
Anak yang semula terlihat kaku namun tetap melakukan aktivitas olahraga sejak dini sering
menunjukkan perubahan yang baik dalam hal koordinasi. Praktek akan membuat gerakan
mereka membaik dan pada tahun-tahun awal
36
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik
anak biasanya lebih sensitif menangkap apa yang dipelajarinya dalam bidang fisik, seperti
juga dalam hal intelektual.
Menurut May Lwin, Adam Khoo, Kenneth Lyen, dan Caroline Sim 2003, psikomotor
merujuk pada kemampuan untuk mengkoor- dinasikan bagian tubuh seseorang dengan otak
supaya berfungsi secara sinkron untuk mencapai tujuan fisik.
Ditekankan pula bahwa ranah psikomotorik mencakup kemampuan yang menyangkut
ketrampilan fisik dan mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu seperti ketrampilan
dalam bidang olahraga, penguasaan dalam menjalankan mesin, dan sebagainya. Ranah ini
juga terbagi dalam sejumlah aspek, meliputi persepsi terhadap panca indra, kesiapan untuk
melakukan suatu gerakan fisik, respon terpimpin dan gerakan yang dilakukan berdasarkan trial
and error ataupun berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya, mekanisme atau
kecakapan melakukan sesuatu, respon motorik yang tampak atau terlihat, penyesuaian atau
adaptasi, serta aspek penciptaan gerakan baru sebagai hasil dari ketrampilannya.
Psikomotorik itu penting karena berhubung- an dengan kecerdasan kinestetik. Hal ini
bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan gerak, meningkatkan kemampuan sosial dan
sportifitas, membangun percaya diri dan meningkatkan kesehatan. Menurut Gardner
1993, psikomotorik berkaitan dengan bodily kinesthetic intelligence body smart
yang memuat kemampuan seseorang untuk secara aktif
menggunakan bagian atau seluruh tubuh-nya untuk berkomunikasi dan memecahkan
berbagai masalah
Dalam mengukur tingkat pencapaian perkembangan psikomotorik anak diperlukan
alat ukur yang dapat menetapkan standar pengukuran yang tepat sehingga hasil yang
dicapai lebih akurat. Dalam menentukan standar penilaian ini sering kali guru tidak mempunyai
standar yang sama sehingga penilaian lebih pada subjektif.
Dengan menggunakan rubrik, guru dapat menganalisis secara tepat keunggulan dan
kelemahan seorang peserta didik. Rubrik meru- pakan alat penilaian yang menampilkan ekspek-
tasi yang spesifik dari sebuah tugas. Rubrik membagi sebuah tugas menjadi bagian-bagian
komponen dan memberikan deskripsi yang detil akan apa yang dianggap sebagai tingkatan yang
dapat diterima dan tidak dapat diterima untuk setiap bagian tersebut Steven dan Levi, 2005.
Dengan demikian dari uraian permasa- lahan dan latar belakang yang telah disampai-
kan sebelumnya, maka penulis melakukan penelitian yang bertujuan hanya untuk
menganalisis ketrampilan psikomotorik anak terutama keterampilan motorik kasar dan
motorik halus anak usia 5 – 6 tahun mengguna- kan rubrik sebagai alat pengukurannya, serta
peran rubrik dalam mendapatkan hasil perhitungan yang valid dengan menggunakan
tujuh indikator yaitu menggunting, melipat, menulis, lompat tali, keseimbangan, melempar
dan menangkap bola. Pengambilan data dilaku- kan selama bulan Maret 2012, pada 30 siswa TK
B di salah satu TKK PENABUR Jakarta.
Perkembangan Fisik Anak Usia 4-5 Tahun Menurut Papalia, dan Feldman 2008, pada
masa kanak-kanak awal, anak-anak menjadi lebih kurus dan lebih tinggi. Mereka membu-
tuhkan waktu tidur yang lebih sedikit dibandingkan sebelumnya dan cenderung
mempunyai masalah tidur. Mereka mengalami peningkatan dalam berlari, melompat, meloncat,
dan melempar bola. Mereka juga bertambah piawai dalam mengikat tali sepatu, menggambar
dengan krayon, serta menuangkan sereal, dan mereka mulai menunjukkan kecenderungan
terhadap tangan kanan atau kiri.
Pada usia 3-6 tahun, seorang anak tumbuh cepat, namun tidak secepat masa sebelumnya.
Pada usia sekitar 3 tahun, seorang anak mulai kehilangan bentuk kebayiannya dan mulai
mengambil bentuk masa kanak-kanak yang ramping dan atletis. Seiring dengan mengeras-
nya otot perut, kegendutan khas bayi mulai menghilang. Tubuh, tangan, dan kaki tumbuh
semakin panjang. Kepala masih relatif besar, akan tetapi bagian tubuh lainnya terus berusaha
menyusul seiring dengan semakin miripnya bagian anggota tubuh dengan tubuh orang
dewasa.
37
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik
Perkembangan otot dan tulang membuat anak semakin kuat. Tulang muda cartilage
menjadi tulang lebih cepat dari masa sebelumnya, dan tulang menjadi semakin keras
dan kuat, memberikan bentuk yang lebih ramping kepada anak serta melindungi organ
dalam. Berbagai perubahan ini, yang dikoordinasi oleh kematangan otak dan sistem
saraf, menghasilkan perkembangan berbagai ketrampilan motor. Peningkatan kapasitas
sistem pernapasan dan peredaran darah membangun stamina fisik, dan bersama dengan
pengembangan sistem kekebalan, menjaga anak untuk lebih sehat.
Keterampilan Motorik Halus Fine Motor Skill Menurut Magill 1993 keterampilan gerak halus
adalah keterampilan yang memerlukan kemam- puan untuk mengontrol otot kecilhalus untuk
mencapai pelaksanaan keterampilan yang sukses. Magil juga menyatakan bahwa
keterampilan ini melibatkan koordinasi neuromuscular
yang memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk berhasilnya keterampilan
ini. Keterampilan jenis ini disebut juga sebagai keterampilan yang memerlukan koordinasi
mata-tangan. Menulis, menggambar, dan bermain piano adalah contoh dari keterampilan
motorik halus.
Keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan, seperti
mengancing baju, dan melukis gambar. Dengan mendapatkan keterampilan ini akan
memungkinkan seorang anak kecil untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar
terhadap perawatan dirinya sendiri. Papalia, dan Feldman, 2008
Keterampilan Motorik Kasar Gross Motor Skill Menurut Magill 1993 keterampilan gerak kasar
adalah keterampilan yang bercirikan gerak yang melibatkan kelompok otot besar sebagai dasar
utama gerakannya. Dikatakan demikian karena seluruh tubuh biasanya berada dalam gerakan
yang besar dan menyeluruh, penuh, dan nyata Singer, 1980. Perkembangan fisik motorik anak
berkembang pada tahun pertama dan kedua dan terus berlanjut sampai perkembangan fisik
motorik yang lebih rumit. Permainan yang sesuai dengan usia anak dapat mendukung perkem-
bangan fisik dan motorik berlangsung secara optimal. Misalnya, kalau pada usia 2-3 tahun
seorang anak sudah dapat berlari, pada usia 3-4 tahun anak dapat diarahkan untuk bermain
dengan berlari menghindari rintangan. Pada usia 4-5 tahun anak sudah dapat naik turun
tangga. Begitu pula dalam kemampuan motorik halus, pada usia 5 tahun anak dapat
menggunting kertas. Sambil bermain dengan peran serta orangtua dan guru, anak dapat
mengoptimalisasikan perkembangan fisik motorik meliputi belajar mengontrol dan
mengenal tubuh, serta menolong diri sendiri.
Keterampilan fisik yang melibatkan penguat otot besar, seperti berlari, melompat, dan
sebagainya juga bertambah. Perkembangan daerah sensoris dan motor pada korteks
memungkinkan kordinasi yang lebih baik antara apa yang diinginkan oleh anak dan apa yang
dapat dilakukannya. Tulang dan otot mereka yang semakin kuat, dan kapasitas paru mereka
semakin besar, memungkinkan mereka untuk berlari, melompat dan memanjat lebih cepat,
lebih jauh dan lebih baik.
Anak bervariasi dalam kemampuan beradaptasi, tergantung kepada dukungan
generik dan peluang mereka untuk belajar dan mempraktekkan keterampilan motoris. Mereka
yang berusia di bawah 6 tahun jarang siap mengambil bagian dalam olahraga apa pun
yang terstruktur. Hanya 20 persen dari anak berusia 4 tahun dapat melempar bola dengan
benar, dan hanya 30 persen dapat menangkap bola dengan benar. Perkembangan fisik mekar
dengan sempurna dalam permainan yang aktif, bebas dan tidak terstruktur Papalia, dan
Feldman, 2008.
Pengertian Rubrik Mengacu pada pengertian rubric yang
dirumuskan oleh Glassgow dan Hicks 2003:67, Steven dan Levi 2005, serta Southworth 2006
dapat disimpulkan, rubrik adalah alat penilaian yang berisi serangkaian kriteria tentang
keterampilan dan pengetahuan yang harus dicapai peserta didik pada saat mengerjakan
suatu tugas.
Manfaat pemakaian rubrik adalah menjelaskan deskripsi tugas, memberikan
informasi bobot penilaian, siswa memperoleh
38
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik
umpan balik yang cepat dan akurat, serta penilaian lebih objektif dan konsisten. Di dalam
sebuah rubrik yang sangat sederhana terdapat deskripsi tugas, skala pencapaian atau nilai,
penjabaran tugas keterampilan dan pengetahu- an yang tercakup di dalam tugas dan gambaran
atau deskripsi yang spesifik dari apa yang merepresentasikan setiap tingkat kemampuan.
Semuanya itu dijabarkan dalam bentuk tabel. Dengan demikian, penggunaan rubrik dapat
menghemat waktu dan memberikan umpan balik yang berarti bagi peserta didik. Selain itu
juga bisa dijadikan bagian proses belajar mengajar yang efektif. Stevens Levi 2005
mengatakan bahwa rubrik merupakan proses penilaian yang lebih mudah bagi guru dan
memberikan umpan balik yang cepat, rinci dan mudah dibaca oleh peserta didik. Dengan
menggunakan rubrik, guru dapat menganalisis secara tepat keunggulan dan kelemahan seorang
peserta didik, demikian pula peserta didik mengetahui dengan jelas keunggulan dan
kelemahannya sehingga peserta didik dapat memperbaiki kesalahannya di masa mendatang.
Steven dan Levi 2005 menjelaskan pula bahwa rubrik dapat mengajak peserta didik
untuk berpikir secara kritis tentang pembel- ajaran mereka sendiri. Peserta didik dapat meni-
lai dan meningkatkan kemampuan mereka sendiri dengan melihat hasil belajar mereka
yang tertera dengan jelas di dalam sebuah rubrik. Rubrik juga dapat memfasilitasi komunikasi
dengan guru atau pendidik lainnya. Dengan membaca rubrik seorang peserta didik, guru atau
pendidik lain dapat mengetahui kemampuan peserta didik terhadap suatu tugas.
Penggunaan rubrik untuk menilai hasil pekerjaan peserta didik membantu guru dan
peserta didik mengenali kualitas kerja mereka. Selain itu juga dapat menghemat waktu dan
membuat tugas menjadi lebih mudah. Setiap nilai di rubrik menggambarkan persyaratan
yang harus dipenuhi untuk mendapatkan nilai yang diinginkan. Dengan demikian, akan sangat
membantu guru untuk menyampaikan kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam
mengerjakan tugas tertentu kepada orang tua dan peserta didik itu sendiri.
Palloff dan Pratt 2009 mengatakan rubrik adalah alat yang berguna dalam menilai
pekerjaan peserta didik, karena rubrik menjelaskan ekspektasi performa peserta didik
dan membantu dalam mengubah penilaian hasil kerja peserta didik yang subjektif menjadi lebih
objektif. Dengan demikian, penggunaan rubrik dianggap penting karena dapat membantu guru
untuk lebih objektif dalam menilai hasil pekerjaan peserta didik. Selain itu juga peserta
didik dapat mengevaluasi kualitas hasil pekerjaannya pada saat sebelum dan sesudah
pekerjaan itu dinilai oleh guru.
Cara Membuat Rubrik
Rubrik biasanya mempunyai 2 bagian yaitu daftar kriteria tugas dan gradasitingkat
pencapaian kriteria. Setiap kriteria di dalam rubrik merupakan acuan kinerja sehingga
dijadikan dasar untuk menilai respons siswa. Rubrik memiliki skala pemeringkatan. Berbeda
dengan skala penilaian yang pemeringkatannya hanya berupa peringkat sangat kurang, sangat
baik, cukup, sempurna; rubrik memiliki kelebihan yaitu pemeringkatan kriteria dalam
bentuk deskripsi yang rinci.
Dalam Palloff Pratt 2009, Stevens dan Levi menjelaskan empat tahap berikut dalam
mengembangkan rubrik. 1.
Refleksi. Ambil waktu untuk memikirkan ekspektasi yang diharapkan akan dicapai
dari sebuah tugas. Apa saja ekspektasinya dan bagaimana ekspektasi tersebut
dikomunikasikan dengan peserta didik?
2. Membuat daftar. Begitu ekspektasi telah
ditetapkan, mulailah mengembangkan tujuan pembelajaran. Apa saja detil dan
tujuan pembelajaran dari tugas tersebut?
3. Membuat grup dan label. Selanjutnya,
kelompokkan ekspektasi dan keterampilan- keterampilan yang serupa, lalu namakan
mereka berdasarkan tingkatan performa- nya. Apa saja kategori ekspektasinya dan
bagaimana tingkatan performa ditentukan? Apa yang merepresentasikan performa
dasar, dan contohnya? Apa yang merepre- sentasikan kemahiran? Seperti apa performa
yang luar biasa itu?
4. Aplikasi. Masukkan keterampilan dan
nama-nama dari tahap 3 di atas ke dalam format tabel rubrik.
39
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik
Menurut Southworth 2006, untuk membuat sebuah rubrik, tentukan terlebih
dahulu bagaimana kualitas yang baik yang harus dimiliki oleh sebuah hasil tugas, lalu
tentukan juga berapa tingkatan yang diinginkan oleh guru, seperti bagus sekali, bagus, cukup
bagus dan tidak bagus. Setelah itu jabarkan setiap kategori tersebut sehingga peserta didik
mengetahui apa arti dari setiap kategori. Sebaiknya rubrik ini disampaikan kepada peser-
ta didik di awal sesi pembelajaran, sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman apa yang
harus dicapai peserta didik di akhir sesi pembelajaran tersebut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa buntuk membuat sebuah rubrik yang
representatif, guru dapat memulainya dengan menentukan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Kemudian guru menentukan tingkatan yang dapat dicapai oleh peserta didik, misalnya
bagus, cukup bagus dan tidak bagus. Lalu, guru menjabarkan ketrampilan dan pengetahuan
yang akan dicapai peserta didik untuk setiap tingkatan.
Langkah-langkah dalam menyusun rubrik adalah sebagai berikut.
1. Menentukan kompetensi yang akan disusun
rubriknya 2.
Menentukan kriteria yang digunakan sebagai acuan untuk mengetahui keterca-
paian kompetensi 3.
Untuk setiap kriteria, disusun deskripsi tentang pencapaian kriteria dari yang paling
tinggi ke yang paling rendah kualitasnya 4.
Masukkan kriteria dan deskripsinya kedalam matriks
5. Pemberian skor dari deskripsi tingkatan
kriteria tinggi sampai rendah Selain berperan dalam penilaian juga
berperan dalam pembelajaran dan membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran,
karena rubrik mengandung kriteria atau indikator keberhasilan pencapaian hasil belajar.
Validitas dan Reliabilitas Validitas adalah tingkat keandalan dan
kesahihan alat ukur yang digunakan. Intrumen dikatakan valid menunjukkan alat ukur yang
dipergunakan untuk mendapatkan data itu dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur
Sugiyono: 2007. Dengan demikian, instrumen yang valid merupakan instrumen yang benar-
benar tepat untuk mengukur apa yang hendak di ukur.
Pengukuran validitas dan reliabilitas mutlak dilakukan, karena jika instrumen yang diguna-
kan sudah tidak valid dan reliable maka dipasti- kan hasil penelitiannya pun tidak akan valid
dan reliable. Sugiyono 2007 menjelaskan perbedaan antara penelitian yang valid dan
reliable dengan instrumen yang valid dan reliable yaitu penelitian yang valid artinya bila
terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada
objek yang diteliti. Artinya, jika objek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul berwar-
na putih maka hasil penelitian tidak valid. Sedangkan penelitian yang reliable bila terdapat
kesamaan data dalam waktu yang berbeda kalau dalam objek kemarin berwarna merah, maka
sekarang dan besok tetap berwarna merah.
Berdasarkan Fraenkel dan Wallen 2008, validitas didefinisikan sebagai suatu bentuk
kelayakan, kebenaran, dan memiliki suatu arti, serta kegunaan dari suatu kesimpulan spesifik
yang dibuat oleh para peneliti berdasarkan data yang mereka kumpulkan. Sedangkan validasi
dedefinisikan sebagai proses mengumpulkan dan menganalisis bukti untuk mendukung
kesimpulan tersebut.
Dalam penelitian ini, uji validitas dilaku- kan dengan mengukur korelasi antara variabel
menggunakan Uji Z. Kategori validitas mengacu pada pengklasifikasian validitas yang
dikemukakan oleh Guilford 1956, dalam Fraenkel dan Wallen h.145, yaitu:
0.80 r d” 1.00 validitas sangat tinggi sangat baik
0.60 r d” 0.80 validitas tinggi baik 0.40 r d” 0.60 validitas sedang cukup
0.20 r d” 0.40 validitas rendah kurang 0.00 r d” 0.20 validitas sangat rendah jelek
r d” 0.00 tidak valid
40
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik
Berbeda dengan validitas, reliabilitas mengacu pada konsistensi nilai-nilai yang
diperoleh – seberapa konsisten nilai-nilai tersebut untuk setiap individu dari satu
instrumen ke instrumen yang lainnya maupun dari satu set item ke item yang lainnya. Fraenkel
Wallen, 2008:154
Setiap alat ukur seharusnya memiliki konsistensi yang relatif tinggi dari waktu ke
waktu terhadap hasil pengukurannya. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk
melihat reliabilitas data adalah Cronbach’s Alpha á. Koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha bernilai
antara 0 dan 1. Semakin nilai á mendekati 1 maka reliabilitas semakin tinggi George and
Mallery, 2003.
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas:
dengan: r
11
: koefisien reliabilitas n
: banyaknya butir soal S
i 2
: varians skor soal ke-i S
t 2
: varians skor total Kategori dari reliabilitas akan mengacu
pada pengklasifikasian reliabilitas yang dikemukakan oleh Guilford, yaitu:
0.80 r
11
d” 1.00 reliabilitas sangat tinggi 0.60
r
11
d” 0.80 reliabilitas tinggi 0.40
r
11
d” 0.60 reliabilitas sedang 0.20
r
11
d” 0.40 reliabilitas rendah -1.00 d” r
11
d” 0.20 reliabilitas sangat
rendah tidak reliabel.
Rancangan Pengukuran
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan sampel data dari 30 orang siswa. Tempat
pengambilan sampel di kelas TK B, salah satu TKK PENABUR Jakarta.
Keterampilan psikomotorik merupakan keterampilan gerak yang bersifat produktif.
Untuk mengetahui apakah ketrampilan psikomotorik ini dapat dilakukan peserta didik,
maka diperlukan komponen yang berisi indikator yang akan menjadi tolak ukur
pencapaian. Dalam keterampilan psikomotorik, ada dua macam ketrampilan yang akan diukur
yaitu keterampilan motorik halus dan motorik kasar. Adapun komponen motorik halus terdiri
dari 3 indikator yaitu: menggunting, melipat dan menulis. Sedangkan komponen motorik kasar
terdiri dari 4 indikator yaitu : lompat tali, berjalan di atas balok titian, menangkap bola dan melem-
par bola. Secara detail indikator tersebut mem- punyai parameter pengukuran sebagai berikut.
Menggunting: Menggunakan ketiga jari jari telunjuk, tengah dan ibu jari yang digerakkan
mengikuti pola bentuk gambar dengan tidak keluar garis.
Melipat: Menggunakan jari tangannya untuk membuat lipatan pada penelitian ini membuat
lipatan roket sesuai dengan instruksi yang diberikan.
Menulis: Menggunakan pensil untuk memben- tuk kata dengan abjad yang benar dan tidak ke
luar garis.
Lompat tali: Melompat dengan kedua kaki pada posisi lutut yang ditekuk dan seirama dengan
putaran tali.
Berjalan di atas balok titian: Menggunakan kedua kaki dengan berjalan di sepanjang balok
pada posisi yang seimbang tidak jatuh.
Menangkap bola: Menggunakan kedua tangan untuk menangkap bola dengan posisi telapak
tangan terbuka.
Melempar bola: Menggunakan kedua tangan untuk melempar bola dengan posisi telapak
tangan memegang bola dan menghadap ke depan.
Rubrik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 7 pernyataan yang diisi
berdasarkan hasil observasi guru, dengan skala 1, 2 dan 3. Adapun rubrik dan kriteria pengukur-
an tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
41
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik
Keterangan: Rubrik no. 1 : Menggunting
Rubrik no. 2 : Melipat Rubrik no. 3 : Menulis
Rubrik no. 4 : Lompat tali Rubrik no. 5 : Berjalan di atas titian
Rubrik no. 6 : Menangkap bola Rubrik no. 7 : Melempar bola
-
Tabel 1: Rubrik Penilaian Keterampilan Motorik
Keteram-- pilan
Motorik
3 2
1
1. Meng- gunting
Dapat menggunakan ketiga jari yang digerakkan mengi-
kuti pola bentuk gambar dengan tidak keluar garis.
Dapat menggunakan ketiga jari yang digerakkan sesuai
dengan pola bentuk gambar dan keluar garis .
Dapat menggunakan ke- tiga jari yang digerakkan
tetapi tidak sesuai dengan
pola gambar dan keluar garis
2. Melipat Menggunakan jari tangan
untuk membuat lipatan roket sesuai dengan instruksi yang
diberikan secara sempurna. Menggunakan jari tangan
untuk membuat lipatan roket sesuai dengan
instruksi yang diberikan secara sederhana.
Menggunakann jari tangan untuk membuat lipatan
roket tetapi tidak sesuai dengan instruksi yang
diberikan.
3. Menulis Menggunakan pensil untuk
membentuk kata dengan abjad yang benar dan tidak
keluar garis Menggunakan pensil
untuk membentuk kata dengan abjad yang benar
dan keluar garis Tidak dapat menggunakan
pensil untuk membentuk kata dengan abjad yang
benar dan tidak keluar garis.
4. Lompat tali
Dapat melompat dengan kedua kaki pada posisi lutut
yang ditekuk dan seirama dengan putaran tali.
Dapat melompat dengan kedua kaki pada posisi
lutut tidak ditekuk tetapi
seirama dengan putaran tali.
Dapat melompat tetapi dengan tidak seimbang
dan tidak seirama dengan putaran tali.
5. Berjalan di atas
balok titian
Menggunakan kedua tum- puan kaki berjalan disepan-
jang balok pada posisi yang seimbang dan tidak jatuh.
Menggunakan kedua tumpuan kaki berjalan
tetapi tidak focus pada pijakan balok.
Menggunakan kedua tumpuan kaki berjalan
tetapi tidak sesuai pada pijakan balok.
6.Menang- kap bola
Menggunakan kedua tangan untuk menangkap bola
dengan posisi telapak tangan terbuka.
Menggunakan kedua tangan untuk menangkap
bola dengan posisi tangan diatas.
Menggunakan kedua tangan untuk menangkap
bola dengan posisi
7.Melem- par bola
Menggunakan kedua tangan untuk melempar bola
dengan posisi telapak tangan memegang bola dan
menghadap ke depan. Menggunakan kedua
tangan untuk melempar bola dengan posisi telapak
tangan memegang bola dan menghadap ke atas.
Menggunakan kedua tang- an untuk melempar bola
dengan posisi tela-pak tangan memegang bola
dan menghadap ke bawah.
Skala pengukuran yang dipakai untuk simbol yang digunakan adalah sebagai berikut.
= 3 Baik = 2 Cukup = 1 Perlu pengembangan
Hasil Penelitian
Untuk menguji alat ukur psikomotorik anak usia 5-6 tahun, maka alat ukur diberikan kesetiap
anak untuk diobservasi dan diamati oleh tiga orang guru. Hasil pengukuran oleh 3 orang guru
tertera pada Tabel 2.
42
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik
Tabel 2: Hasil Pengukuran oleh Tiga Orang Guru
No
Inisial Nama
Siswa
Guru 1 Indikator
Guru 2 Indikator
Guru 3 Indikator
1 2
3 4
5 6
7 1
2 3
4 5
6 7
1 2
3 4
5 6
7
1 Aw
3 3
3 3
2 2
2 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
2 2
2 2
Ay 2
3 3
3 3
2 3
3 3
3 3
3 3
3 2
3 3
3 3
3 3
3 Aa
2 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
2 3
3 3
3 3
3 4
Ca 2
3 2
2 3
3 3
2 3
3 3
2 3
3 2
3 2
3 3
3 3
5 En
2 3
2 2
2 3
3 2
3 3
2 2
2 3
2 3
3 2
3 3
3 6
Jh 2
3 3
3 3
3 3
2 3
3 3
3 3
3 2
3 3
3 3
3 3
7 Je
2 3
3 3
3 3
3 2
3 3
3 3
3 3
2 3
3 3
3 3
3 8
Jn 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
9 Ja
2 3
2 2
3 2
3 2
3 3
3 3
3 3
2 3
2 2
3 2
3 10
Jn 2
3 2
3 2
2 2
2 3
3 3
2 2
2 3
3 2
3 3
2 2
11 Ka
2 3
3 3
3 3
3 2
3 2
3 3
3 3
2 3
3 3
3 3
3 12
Ee 2
3 3
3 3
3 3
2 3
3 3
3 3
3 2
3 3
3 3
3 3
13 Kr
2 2
2 1
3 3
3 2
3 2
3 3
3 3
2 2
2 2
3 3
3 14
Ll 2
3 3
3 2
3 2
2 3
3 3
2 3
2 2
3 3
3 2
3 2
15 Sa
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 16
Mw 2
3 2
3 2
2 2
2 3
3 3
2 3
2 2
3 2
3 2
2 2
17 Mn
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 18
Ml 2
3 3
3 2
2 2
2 3
3 3
2 2
3 2
3 3
3 2
2 2
19 Nh
3 3
3 3
2 2
2 3
3 3
3 2
3 3
3 3
3 3
2 2
2 20
Ns 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
21 Nn
3 3
3 3
2 3
3 3
3 3
3 2
3 3
3 3
3 3
2 3
3 22
On 1
3 3
3 2
3 2
2 3
3 3
2 3
2 1
3 3
3 2
3 2
23 Ra
2 3
3 3
2 3
2 2
3 3
3 2
3 3
2 3
3 3
2 3
2 24
Ro 2
2 2
3 2
2 2
2 3
3 3
2 2
2 2
2 3
3 2
2 2
25 Rn
3 1
2 3
2 2
3 2
2 2
3 2
3 3
2 3
2 3
3 2
3 26
Ry 3
3 3
3 2
3 2
3 3
3 3
2 3
3 3
3 3
3 2
3 2
27 Sn
2 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
2 3
3 3
3 3
3 28
Oa 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
29 Ty
2 3
3 3
3 3
3 2
3 2
3 3
3 3
2 3
3 3
3 3
3 30
Sl 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
43
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik
Nilai setiap indikator adalah jumlah nilai ketujuh perlakuan dari indikator yang
disesuaikan.Kemudian dilakukan uji interrater reliability untuk melihat apakah penilaian ke tiga
guru atas anak yang sama dapat dikatakan
konsisten. Nilai R hitung antara ke-tiga guru untuk
setiap indikator diperlihatkan pada Tabel 3. Terlihat bahwa secara keseluruhan, seluruh
indikator konsisten atas ketiga guru tersebut. Secara total, kekonsistenan penilaian ketiga guru
adalah sangat baik lebih besar dari 0,6. Dari kedua hasil uji interrater reliability ini dapat
dikatakan bahwa alat ukur ini reliabel.
Nilai yang diperoleh dengan uji Z untuk guru 1 dengan guru 2 dengan tingkat keyakinan
95: -1.96-1.861.96, artinya tidak terdapat perbedaan penilaian antara guru 1 dan guru 2
dengan tingkat keyakinan 95 Kurva 1.
Nilai yang diperoleh dengan uji Z untuk guru 2 dengan guru 3 dengan tingkat keyakinan
95: -1.961.21.96, artinya tidak terdapat perbedaan penilaian antara guru 1 dan guru 3
dengan tingkat keyakinan 95 Kurva 2.
Nilai yang diperoleh dengan uji Z untuk guru 1 dengan guru 3 dengan tingkat keyakinan
95: -1.96-0.741.96, artinya tidak terdapat
Tabel 3: Hasil Uji Interrater Reliability 1
2 3
4 5
6 7
G1-G2 0,7092 0,8120
0,2070 0,3413 0,8643 0,3852 0,6325 0,8139
G1-G3 0,8846 0,8846
0,8292 0,8578 0,8086 0,9211 1,0000 0,9410
G2-G3 0,7092 -0,049
0,2942 0,5571 0,6659 0,4287 0,6325 0,7057
Kurva 1: Uji Z antara Guru 1 dengan Guru 2
perbedaan penilaian antara guru 2 dan guru 3 dengan tingkat keyakinan 95 Kurva 3.
Nilai Z hitung distribusi populasi normal antara ke tiga guru untuk setiap indikator
diperlihatkan pada Tabel 4 yang menunjukkan,
secara keseluruhan, seluruh indikator konsisten atas ketiga guru dan dapat diterima karena hasil
Z hitungnya lebih besar dari Z tabel. Maka secara total kekonsistenan penilaian ketiga guru
adalah berkorelasi baik, sehingga dapat dikatakan alat ukur ini valid Tabel 5 karena
mempunyai nilai korelasi lebih dari 0,3 yaitu 1.
Langkah berikutnya adalah menentukan nilai internal reliabilitas alat ukur ini. Dengan
asumsi bahwa setiap penilaian guru mewakili nilai setiap individu maka untuk nilai Cronbach
Alpha untuk suatu indikator yang terdiri dari
Kurva 2: Uji Z Antara Guru 2 dengan Guru 3
Kurva 3: Uji Z Antara Guru 1 dengan Guru 3
44
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik
Tabel 4: Nilai Z Hitung Antar ke tiga Guru Total Z
hitung Z tabel
Putusan
G1-G2 -1.86
-1.96 Terima
G1-G3 -0.74
-1.96 Terima
G2-G3 1.2
1.96 Terima
motorik halus 3 indikator dan motorik halus 4 indikator dengan 30 anak responden hasilnya
dapat dilihat pada Tabel 6.
Dari hasil analisis diperoleh semakin tinggi nilai reliabilitas menunjukkan kesalahan varian
semakin kecil Sukardi, 2010. Dalam hal ini berarti, untuk komponen yang mempunyai nilai
reliabilitas yang semakin tinggi menunjukkan kesalahan dalam variabel indikator semakin
kecil. Dalam Tabel 6 dapat dilihat, nilai reliabilitas Cronbach’s Alpha yang tinggi
dijumpai pada Keterampilan Motorik Halus sebesar 0.84. Sedangkan untuk total keseluruh-
an antara Keterampilan Motorik Kasar dan Motorik Halus mempunyai nilai reliabilitas 0,64
yang berarti sedang.
Tabel 5: Tabel Korelasi antar 7 Keterampilan Motorik
No Keterampilan
Motorik Corrected
Item Total Correlation
Keterangan
1 Menulis
1 Valid
2 Menggunting
1 Valid
3 Melipat
1 Valid
4 Lompat Tali
1 Valid
5 Berjalan diatas
balok 1
Valid 6
Melempar bola 1
Valid 7
Menangkap bola
1 Valid
Tabel 6: Nilai Reliabilitas Cronbach Alpha Untuk Motorik Halus dan Kasar
No Keterampilan
Motorik Nilai
Cronbachs Alpha
Keterang-- an
1 Keterampilan
Motorik Kasar
0.60 Sedang
2 Keterampilan
Motorik Halus
0.84 Tinggi
3 Keterampilan
Motorik Kasar dan
Halus 0.64
Sedang
Pembahasan
Tujuan penelitian ini adalah untuk meng- analisis keterampilan fisik motorik kasar dan
halus anak usia 5 - 6 tahun dengan rubrik dan peran rubrik sebagai alat pengukuran. Hasil
penelitian ini menunjukkan, rubrik dapat membantu guru mendapatkan hasil perhi-
tungan yang valid dengan menggunakan tujuh indikator untuk mengamati perkembangan fisik
yaitu menggunting, melipat, menulis, lompat tali, keseimbangan, melempar dan menangkap
yaitu sebagai berikut.
Dilihat dari rubrik penilaian keterampilan motorik pada Tabel 1, ketiga guru dapat menilai
dengan mudah dan mempunyai standar yang sama dalam mengukur tingkat pencapaian nilai
dari peserta didik. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Palloff dan Pratt 2009
yaitu bahwa rubrik adalah alat yang berguna dalam menilai pekerjaan peserta didik, karena
rubrik menjelaskan ekspektasi performa peserta didik dan membantu dalam mengubah
penilaian hasil kerja peserta didik yang subyektif menjadi lebih objektif. Dengan demikian,
penggunaan rubrik dianggap penting karena dapat membantu guru untuk lebih objektif dalam
menilai hasil pekerjaan peserta didik.
45
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik
Di samping itu, rubrik memiliki skala pemeringkatan yaitu kriteria dalam bentuk
deskripsi yang rinci. Seperti yang dikatakan oleh Southworth 2006 bahwa untuk membuat
sebuah rubrik, harus ditentukan terlebih dahulu bagaimana kualitas yang baik yang harus
dimiliki oleh sebuah hasil tugas, lalu tentukan juga berapa tingkatan yang diinginkan oleh guru,
seperti bagus sekali, bagus, cukup bagus dan tidak bagus. Dengan demikian, guru dengan
mudah mempunyai standar pengukuran dalam menilai kinerja pekerjaan siswa seperti yang
terlihat dari Tabel 3 hasil pengukuran oleh 3 orang guru. Penelitian ini menggunakan skala 1
sampai 3 pemeringkatan yang dilambangkan dengan bintang satu sampai bintang tiga.
Bintang 3 adalah baik, bintang 2 adalah cukup dan bintang 1 adalah perlu pengembangan.
Ketiga tingkatan yang akan dicapai oleh anak ini, dapat membantu guru menilai secara objektif.
Terlihat dari hasil perhitungan Interreter Relia- bility, bahwa nilai R hitung antara ketiga guru
untuk setiap indikator diperlihatkan pada Tabel 3, yaitu bahwa secara keseluruhan, seluruh indi-
kator konsisten atas ketiga guru tersebut. Secara total, kekonsistenan penilaian ketiga guru adalah
sangat baik lebih besar dari 0,6. Dari hasil uji Interrater Reliability ini dapat dikatakan bahwa
alat ukur ini reliabel. Dapat dikatakan pula bahwa secara total kekonsistenan penilaian
ketiga guru adalah berkorelasi baik. Sehingga dapat dikatakan alat ukur ini valid karena
mempunyai nilai korelasi 1 Tabel 5.
Selain itu juga, rubrik dapat berperan membantu guru dan siswa dalam proses
pembelajaran, karena rubrik mengandung kriteria atau indikator keberhasilan pencapaian
belajar. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh untuk Keterampilan Motorik Halus
yang terdiri dari 3 indikator yaitu menulis, menggunting dan melipat pada anak usia 5-6
tahun, terlihat bahwa penggunaan indikator ini sudah baik dan dapat mewakili keterampilan
fisik halus anak terbukti dari hasilnya yang tinggi 0.84. Anak mampu menggunakan pensil
untuk menulis dalam membentuk abjad yang benar dan tidak keluar garis, mampu
menggunakan ketiga jari jari telunjuk, tengah dan ibu jari yang digerakkan mengikuti pola
bentuk gambar dengan tidak keluar garis untuk menggunting dan mampu melipat dengan
menggunakan jari tangannya untuk membuat lipatan pada penelitian ini membuat lipatan
roket sesuai dengan instruksi yang diberikan.
Sedangkan untuk Keterampilan Motorik Kasar yang terdiri dari 4 indikator yaitu lompat
tali, berjalan di atas balok titian, menangkap dan melempar bola, menunjukkan hasil sedang
0.60. Hal ini berarti bahwa indikator yang digunakan cukup mewakili keterampilan fisik
kasar pada anak. Anak dapat melompat tali dengan melompat menggunakan kedua kaki
pada posisi lutut yang ditekuk dan seirama dengan putaran tali, bisa berjalan di atas balok
titian dengan menggunakan kedua kaki berjalan disepanjang balok pada posisi yang seimbang
tidak jatuh, anak dapat menggunakan kedua tangan untuk menangkap bola dengan posisi
telapak tangan terbuka, dan anak dapat menggunakan kedua tangan untuk melempar
bola dengan posisi telapak tangan memegang bola dan menghadap ke depan.
Simpulan
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat disajikan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan adalah sebagai
berikut. Pertama. rubrik pengukuran sangat membantu guru dalam mempermudah membuat
standar penilaian dari keterampilan psikomo- torik siswa motorik kasar dan halus. Kedua,
rubrik berperan dalam membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran, karena rubrik
mengandung kriteria atau indikator keberhasilan pencapaian belajar. Ketiga, melalui pengolahan
data yang dilakukan secara keseluruhan untuk keterampilan motorik halus dan kasar, seluruh
indikatornya konsisten atas ketiga guru dan dapat diterima. Demikian juga dengan
kekonsistenan penilaian ketiga guru adalah berkorelasi baik. Dengan demikian dapat
dikatakan alat ukur ini valid. Keempat, untuk uji reliabilitas dengan menggunakan rumus
Cronbach’sAlpha nilainya sebesar 0.64 yang berarti sedang sehingga dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan keterampilan motorik
46
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik
kasar menulis, menggunting, melipat dan motorik halus lompat tali, berjalan di atas papan
titian, menangkap dan melempar bola pada anak usia 5-6 tahun.
Di samping kesimpulan yang telah disebutkan, penelitian ini hanya untuk
mengukur keabsahan dan kekonsistenan alat ukur rubrik yang dicobakan untuk keterampilan
motorik halus dan keterampilan motorik kasar anak usia 5-6 tahun, tidak untuk mengetahui
kemampuan motorik kasar dan halusnya, sehingga tidak bisa digeneralisasi untuk semua
kasus Psikomotorik pada anak. Untuk teknik penilaian individu anak secara aktif, peneliti
belum dapat membuat indikator atau instrumen yang dapat mengukur penilaian perasaan anak
secara pasti. Keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti sehingga tidak bisa meneliti lebih dalam
lagi untuk mengukur kemampuan awal anak dibanding dengan kemampuan akhir anak
dengan metode penelitian yang lebih detail lagi.
Saran
Mengacu pada pengalaman dalam melakukan penelitian ini serta kesimpulan yang diperoleh,
disarankan sebagai berikut. Pertama, penelitian yang menggunakan rubrik pengukuran bisa
dilakukan untuk aspek lain selain psikomotorik anak seperti aspek bahasa, kognitif, seni yang
dalam pemeringkatannya dapat menggunakan skala 1-4. Kedua, bagi guru yang akan melalukan
penelitian keterampilan psikomotorik lebih lanjut dapat dilakukan pengujian awal dan akhir
sehingga hasil kemampuan anak yang didapatkan akan lebih valid. Ketiga, dalam
menggunakan alat-alat untuk meneliti keterampilan motorik kasar sebaiknya guru
menggunakan alat-alat yang aman bagi anak usia dini untuk menghindari seminimal
mungkin kecelakaan yang akan dialami anak apabila jatuh.
Daftar Pustaka
Feldman, Papalia Old. 2008. Human development Perkembangan manusia
. Jakarta: Salemba Humanika
Fraenkel, Jack R. Norman E. Wallen. 2008. How to design and evaluate research in
education Seventh Edition. New York:
McGraw Hill Companies George Mallery, 2003, Polyglot Jurnal Ilmiah
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pelita Harapan,
Vol.5 No.1 January 2011, hal.6-7 Glasgow, Neal Hicks, Cathy. 2003. What
successful teachers do, research-based classroom strategies for new and veteran
teachers . California: Corwin Press, Inc
Gardner, Howard. 1993. Multiple intelligences: The theory in practice a reader.
USA: Basic Books
Magill, Richard A 1993 Motor learning: Concepts and application 4
th
Ed, LA: WMC Brown,
Dubuque May Lwin, Adam Kho, Kenneth Lyen, Caroline
Sim. 2008. How to multiply your child’s intelligence
. Jakarta: PT.Indeks Palloff, Rena Keith Pratt. 2009. Assessing the
online learner, resources and strategies for faculty
. San Fransisco: John Wiley Sons, Inc
Rimm, Sylvia. 2003. Mendidik dan menerapkan disiplin pada anak prasekolah
. PT. Gramedia Pustaka Utama
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Singer, Robert N. 1980. Motor learning and human performance: An application to motor skill and
movement behavior. New York: Mc.Millan
Pub Southworth, Howie, Kemal Cakici, Yianna
Vovides Susan Zvacek, eds. 2006. Blackboard
®
For Dummies
®
. Indianapolis, Indiana: Wiley Publishing
Sugiono.2007. Metode penelitian administrasi. Bandung: Alfabeta
Stevens, Dannelle Levi, Antonia. 2005. Introduction to rubrics: An assessment tool to
save grading time, convey effective feedback and promote student learning
. Virginia: Stylus Publishing
47
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar
Penggunaan Media Surat Kabar dalam Pembelajaran Membedakan Fakta dan Opini
Sakila E-mail: sakilaspdyahoo.co.id
SMP Negeri 2, Singkawang, Kalimantan Barat
Opini
T
Abstrak
ujuan tulisan ini adalah memberikan sumbangan pemikiran dan gagasan penggunaan media surat kabar dalam pembelajaran membedakan fakta dan opini pada siswa SMP
kelas IX pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Media pembelajaran pada hakikatnya dipergunakan untuk memudahkan siswa belajar sehingga meningkatkan hasil belajar
siswa. Secara khusus tulisan ini membahas bagaimana surat kabar dapat dipergunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada materi pokok membedakan fakta dan opini
dalam sebuah iklan. Dengan menggunakan surat kabar sebagai sumber pembelajaran, siswa dapat diikutsertakan secara aktif, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
Agar penggunaan media surat kabar dapat berfungsi secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran, guru disarankan memilih informasi yang sungguh-sungguh sesuai sebagai
bahan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran serta sesuai dengan karakteristik siswa.
Kata-kata kunci : media, surat kabar, fakta, opini, sumber belajar Use of Newspaper Media in Learning the Differences Between Fact and Opinion
Abstract The purpose of this article is to share ideas of using newspaper as a learning resourse, particularly in
distinguishing fact from opinion, as one topic in the subject of Indonesia Language, Grade IX, Junior Secondary School. In general, educational media is used to facilitate learning and improve student’s learning achievement.
The discussion in this article is focused on using appropriate advertisement in newspaper to enable the student to understand the differences between fact and opinion as a topic in the subject of Indonesia Language at Junior
Secondary School. Beside facilitating learning, using newspaper also allows the student to prticipate actively in the learning preparation, impleentation, and evaluation. To succeed the use of newspaper media as a
learning resource, the teacher is suggested to select the most appropriate information from the newspaper on the basis of learningmaterials and learning objectives as well as the student’s characteristics.
Key words: media, newspapers, fact, opinion, learning resource
48
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar
Pendahuluan
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yakni mencerdasakan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia seutuh- nya, sangat dibutuhkan peran serta pendidik
yang profesional Kemendikbud, 2015:3. Kebutuhan ini menuntut guru mampu melak-
sanakan proses pembelajaran yang menyenang- kan, kreatif, inovatif dengan menggunakan
media pembelajaran. Media pembelajaran sangat diperlukan ketika proses pembelajaran di kelas
menuntut keaktifan siswa terutama untuk mata pelajaran bahasa pada umumnya dan mata
pelajaran Bahasa Indonesia pada khususnya.
Informasi awal dan pengamatan guru mata pelajaran Bahasa Indonesian menunjukkan,
sebagian besar siswa di salah satu kelas IX di SMP Negeri 2 Singkawang mengalami kesulitan
ketika mempelajari materi membedakan fakta dan opini dalam iklan, dengan rata-rata tingkat
ketuntasan belajar hanya berkisar antara 60 sampai 65 saja. Memang banyak faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa, seperti sekolah, guru, orang tua, dan siswa itu sendiri.
Akan tetapi, paling tidak dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat diharapkan
kualitas proses dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia,
sebagian besar siswa Kelas IX di SMP Negeri 2 Singkawang menghadapi beberapa kendala
yang antara lain dalam memahami konsep. Siswa cenderung berfikir dari konkret ke abstrak,
karena guru lebih dominan memberikan materi pokok dengan cara ceramah. Kendala lain ialah
kurang antusiasnya siswa dalam pembelajaran serta sulitnya melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran. Kedua kendala yang dicontohkan terjadi karena keterbatasan alat
peraga dan waktu yang dipergunakan dalam proses pembelajaran yang ternyata berdampak
negatif terhadap hasil belajar siswa.
Membaca merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia
pendidikan sehingga dicantumkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP.
Hal ini menunjukkan keterampilan membaca telah diajarkan sejak jenjang sekolah dasar
hingga perguruan tinggi. Menurut Depdiknas 2006: 6, dalam KTSP tahun 2006, membaca
dipandang sebagai bahan pelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa, yang
meliputi pengembangan kemampuan menyerap gagasan, pendapat, pengalaman, pesan,
perasaaan, dan sebagainya dari pihak yang lain yang disampaikan melalui tulisan.
Selanjutnya dengan membaca, siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan dan
keterampilan dari berbagai sumber bacaan. Hal ini sejalan dengan pemberlakuan Kurikulum
2013 yang dirancang untuk menyongsong model pembelajaran abad 21 dan di dalamnya terdapat
pergeseran dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu dari berbagai sumber belajar
melampaui batas pendidik dan satuan pendidikan, sehingga peran bahasa menjadi
sangat sentral. Kurikulum 2013 menempatkan bahasa Indonesia sebagai penghela mata
pelajaran lain. Apabila siswa tidak menguasai mata pelajaran tertentu, harus dipastikan bahwa
yang tidak dikuasainya adalah substansi mata pelajaran tersebut, bukan karena kelemahan
penguasaan bahasa pengantar yang dipergunakannya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Permendikbud Nomor 68
Tahun 2013, Kurikulum 2013 bertujuan mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
serta bernegara dan pada peradaban dunia. Di lain pihak, Permendikbud Nomor 81 a Tahun
2013 Tentang Implementasi Kurikulum disebutkan, tahap pertama dalam pembelajaran
menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP. RPP adalah rencana pembelajaran yang
dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada
silabus. Selanjutnya mengembangkan budaya membaca dan menulis adalah salah satu prinsip
dalam mengembangkan RPP.
49
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar
Membaca pemahaman pada hakikatnya adalah kegiatan membaca yang dimaksudkan
untuk memahami makna yang terkandung dalam suatu teks Depdiknas, 2015 :3.
Pemahaman suatu teks sangat bergantung pada berbagai hal. Salah satu yang perlu mendapat
perhatian dalam membaca adalah keterampilan yang dimiliki oleh seorang pembaca dalam
memahami teks yang dibaca. Tinggi rendahnya keterampilan yang dimiliki pembaca akan sangat
berpengaruh pada tingkat pemahaman pada teks yang dibaca.
Sebagai salah satu upaya dalam meningkat- kan efektivitas interaksi dalam proses pembel-
ajaran adalah menggunakan media yang tepat guna mempertinggi kualitas proses pembelajaran
yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa Iskandar, 2011:43. Dengan
demikian, dapat disebutkan bahwa media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat
dimanfaatkan untuk menghubungkan pesan dari guru kepada siswa dengan tujuan
meningkatkan proses pembelajaran.
Pada hakikatnya seorang pendidik adalah seorang fasilitator, baik dalam aspek kognitif,
afektif, psikomotorik, maupun konatif. Oleh karena itu, dia harus mampu membangun
suasana belajar yang kondusif untuk meng- giring siswanya belajar mandiri. Ia juga hendak-
nya mampu menjadikan proses pembelajaran sebagai kegiatan eksplorasi diri Ginting, 2011 :
14. Dengan demikian, diperlukan suasana belajar yang memungkinkan siswa tertarik dan
terlibat secara aktif dalam proses belajar. Guru harus dapat menentukan strategi belajar yang tepat.
Untuk mengembangkan iklim belajar, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa
untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya. Tugas guru bukan hanya
memberikan pengetahuan saja, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring siswa
bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, dan menemukan fakta serta konsep diri.
Berdasarkan kenyataan inilah, maka penggunaan media dalam pembelajaran
merupakan pendekatan yang sesuai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Penggunaan media surat kabar merupakan salah satu metode yang dapat digunakan guru
dalam menyampaikan materi yang berhubungan dengan penulisan, dan strategi ini dapat
digunakan guru menjembatani cara membedakan fakta dan opini dalam sebuah
iklan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Iskandar 2011:46 bahwa “dalam proses belajar
mengajar, media pembelajaran yang digunakan guru diharapkan dapat mempertinggi hasil
proses belajar-mengajar.”
Kesenjangan antara tujuan pembelajaran dengan kenyataan pembelajaran bahasa
Indonesia mendorong penulis untuk mencoba menerapkan metode yang tepat pada proses
pembelajaran, sebab fungsi metode dalam keseluruhan sistem pembelajaran adalah untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Metode yang yang dimaksud ialah penggunaan media
pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada kompetensi dasar
membedakan fakta dan opini.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, maka masalah dalam
pembahasan ini adalah bagaimana langkah- langkah penerapan media surat kabar dalam
pembelajaran membedakan fakta dan opini ? Masalah ini difokuskan di salah satu Kelas IX
SMP Negeri 2 di Singkawang.
Sungguhpun ruang lingkup pembahasan dalam tulisan ini mengacu pada salah satu
sekolah, diharapkan gagasan yang disampaikan dapat bermanfaat kepada guru dalam
meningkatkan kualitas pembelajarannya yang sangat berpusat pada siswa. Penerapan metode
pembelajaran yang disarankan juga akan memudahkan siswa memahami perbedaan
antara fakta dan opini melalui pembelajaran yang menyenangkan. Dengan demikian, sekolah
sebagai satuan pendidikan dapat mewujudkan lingkungan belajar yang tidak hanya
memberikan pengetahuan dan keterampilan tetapi juga memotivasi siswa mencintai bahasa
nasionalnya sendiri.
Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan memudahkan siswa memahami
bahan pembelajaran sehingga mempercepat pencapaian kompetensi yang dikehendaki
Depdiknas, 2005 dan Zifajriah, 2013. Guru dapat menggunakan media yang ia rancang dan
buat sendiri sesuai dengan kebutuhan pembel-
50
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar
ajaran atau guru juga dapat memilih dan menggunakan media yang sebenarnya tidak
khusus dibuat untuk keperluan pembelajaran tetapi dapat dan sesuai dipergunakan untuk
pembelajaran yang mengacu pada kompetensi tertentu. Surat kabar merupakan salah satu
media yang dapat dipergunakan untuk keperluan pembelajaran Zifajriah, 2013.
Surat kabar merupakan salah satu media informasi yang efektif dan efisien serta mudah
diperoleh. Bahasa yang dipergunkan dalam
surat kabar sangat komunikatif dan mudah dipahami oleh masyarakat umum. Jenis informa-
si yang disampaikan melalui surat kabar berane- ka raga, termasuk di antaranya iklan berbagai
produk. Iklan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar
tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan melalui media massa Tsalitsa, 2015 dan
Darmawati, 2010:6 . Iklan bertujuan menarik perhatian, mendorong, serta membujuk pihak
lain agar memiliki atau memenuhi permintaan
Tabel 1: Perbedaan Antara Fakta dan Opini Pembeda
Fakta Opini
Pengertian Keadaan atau peristiwa yang merupakan
kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi
Pikiran, anggapan, buah pemikiran, atau
perkiraan
Bentuk Gambar, foto, data statistik, tabel peristiwa, dan
grafik Berupa saran, kritik,
harapan, nasihat Sifat
Menunjukkan Mengharapkan
yang terdapat dalam iklan tersebut. Berdasarkan jenisnya iklan dibedakan atas iklan layanan
masyarakat, iklan niaga, dan iklan keluarga.
Iklan dapat dipahami dengan membaca intensif yang merupakan kegiatan membaca
untuk mengetahui semua hal yang disajikan dalam bacaan. Oleh karena itu, membaca intensif
dapat dilakukan dengan cara 1 membaca deng- an cermat setiap kalimat dari awal hingga akhir
teks dan 2 mencatat hal-hal yang ingin diketahui.
Kalimat dalam iklan mengandung fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa atau keadaan yang
merupakan kenyataan atau sesuatu yang benar ada atau terjadi. Opini merupakan pendapat,
pemikiran, atau sikap terhadap fakta. Darmawati, 2010:6. Perbedaan antara fakta dan
opini dalam iklan sesuai Tabel 1 Darmawati, 2010:81.
Tabel 2 adalah perbedaan antara fakta dan opini, khususnya jika terdapat dalam sebuah
iklan.Tsalitsa, 2015.
Tabel 2: Perbedaan Fakta dan Opini dalam Iklan Fakta
Opini
- Berupa identitas produk yang
ditawarkan dalam iklan tersebut -
Berupa kalimatbahasa yang membujuk agar orang mau membeli produk yang diiklankan
-
Komposisi kegunaan produk dalam iklan
- Menuturkan kelebihan produk tersebut
- Sarana penggunaan secara lengkap
- Kalimatbahasa bersifat subjektif berdasar-
kan pendapat seseorang -
Kalimatbahasa dapat dipertang- gungjawabkan bukan rekayasa
51
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar
Pembahasan
Paradigma baru pembelajaran mengharuskan pendidik mampu melaksanakan pembelajaran
yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan Mi’raj, 2014:95. Oleh karena
itu, guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alatmedia meskipun sederhana
dan bersahaja, tetapi merupakan upaya mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Berikut ini disajikan bahasan tentang gagasanide dalam upaya memecahkan
masalah yang berkaitan dengan pembelajaran dengan topik membedakan fakta dan opini
dalam sebuah iklan di surat kabar.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IX, terdapat materi membedakan fakta dan
opini dalam teks iklan. Setelah mempelajari materi pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat 1
mengidentifikasi fakta dan opini dalam teks iklan di surat kabar dan 2 membedakan antara fakta dan opini
dalam teks iklan di surat kabar.
Hampir semua surat kabar atau majalah menyediakan ruang untuk memuat iklan dan
setiap hari ada saja orang, lembaga, atau perusa- haan yang memasang iklan untuk berbagai
keperluan. Dengan demikian, setiap hari kita dapat menemukan informasi baru berupa
penawaran produk, jasa, lowongan kerja atau informasi yang lain dalam kolom iklan. Hal ini
sebagai indikator bahwa komunikasi antara pemasang iklan dengan pelanggan atau dengan
pembaca dapat dijalin melalui media iklan. Oleh sebab itulah, dalam pembelajaran siswa diajak
mencermati fakta dan opini yang terdapat dalam iklan.
Pengamatan pendahuluan kegiatan belajar mengajar di salah satu Kelas IX tempat penulis
bertugas sebagai guru Bahasa Indonesia, menggambarkan suasana kelas tidak
menggairahkan dan kurang menyenangkan karena dicekam oleh tugas yang dirasa
membebani siswa. Sebagian besar siswa tampak sulit menuangkan gagasannya ke dalam bentuk
tulisan. Hal tersebut berdampak pada nilai siswa yang mencapai rata-rata tingkat
ketuntasan belajar hanya berkisar antara 60 sampai 65 saja. Dalam proses pembelajaran
siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, membaca buku yang tidak relevan dengan materi
yang sedang diajarkan, enggan membaca buku pelajaran, melamun, keluar masuk kelas, saling
mengganggu antarteman dan mengantuk.
Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, antara lain guru kurang menggunakan
media pembelajaran dalam proses pembelajaran, yang pada akhirnya berdampak pada
kurangnya motivasi siswa mengikuti proses pembelajaran di kelas. Hal ini diperparah lagi
dengan metode ceramah yang dipergunakan guru membosankan sehingga tidak terjadi
interaksi yang menarik antara guru dan siswa.
Suasana kelas mata pelajaran Bahasa Indonesia seperti yang digambarkan juga terjadi
ketika pokok bahasan adalah membedakan fakta dan opini. Siswa tidak tertarik apabila disuruh
membedakan fakta dan opini dengan menggu- nakan bahan dari buku pegangan siswa.
Mengatasi masalah tersebut, penulis menggunakan media surat kabar yang lebih
menarik. Surat kabar adalah sumber informasi yang biasa bagi siswa dan mudah diperoleh di
lingkungan mereka. Surat kabar juga mudah serta sesuai dipergunakan sebagai media pembel-
ajaran karena mendukung isi dan tujuan pelajaran. Isi informasi dalam surat kabar bersifat
mutakhir, bermakna, dan mudah dipahami oleh siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Iskandar 2011: 45 bahwa guru dalam pemilih- an media pembelajaran diharapkan tidak asal-
asalan, tapi harus dapat menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhan pembelajaran..
Oleh karena fokus pelajaran adalah membedakan fakta dan opini, iklan yang
dipililih ialah yang mengandung kedua unsur itu Ketepatan memilih media yang sesuai dalam
proses pembelajaran akan sangat menentukan keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran.
Dapat dikatakan bahwa jika peran guru dalam proses pembelajaran dan penggunaan media
pembelajarannya menarik, maka siswa tidak akan merasa bosan dan tertekan dalam proses
pembelajaran itu karena penyampaian materi pelajaran akan lebih mudah diserap oleh siswa
apabila disertai dengan penggunaan media pendidikan yang sesuai Juliono, 2015:59
Sebagai contoh, disajikan sebuah iklan berikut.
52
Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar
Dalam teks iklan di atas terdapat informasi yang berupa fakta dan berupa opini. Dikatakan
sebagai fakta apabila informasi itu berupa sesuatu yang benar-benar ada, benar-benar
terjadi atau memang kenyataannya seperti itu. Selain itu kebenaran informasi yang berupa fakta
tidak diragukan lagi. Fakta merupakan sesuatu yang sudah terjadi Herjanto, 2015. Sebaliknya,
sesuatu dikatakan pendapatopini jika informasi dalam iklan itu merupakan ide,
gagasan, pendapat, pemikiran atau penawaran untuk mempengaruhi pembaca Tsalitsa, 2015.
Informasi yang berupa fakta pada iklan yang dikutip ialah sebagai berikut.
1. Produk Quick-Up 2. Telah hadir di Kalimantan Barat
3. Untuk pemesanan hubungi Budi Mulfiandi, SP Informasi yang berupa opini adalah: