Tanggapan Siswa dan Guru terhadap Penerapan Computer Assisted Instruction

7 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Computer Assisted Instruction sama pada pembelajaran dengan CAI atau tanpa CAI, dan 12 siswa senang dengan pembel- ajaran yang memfaatkan CAI. Pendapat guru tentang CAI di SMAK BPK PENABUR Sukabumi tidak berbeda dengan pendapat siswa. 75 guru menyatakan bahwa CAI membuat pembelajaran menyenangkan dan variatif serta 25 dari mereka menyatakan bahwa CAI membuat pembelajaran lebih variatif saja. Sesuai data yang diperoleh, siswa dan guru menyatakan bahwa CAI adalah pembelajaran yang variatif dan menyenangkan. Pembelajaran tersebut variatif karena berbeda dengan pembelajaran biasa yang bersifat tradisional. Pembelajaran yang bervariatif menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sebab tidak membosankan. Siswa dapat mengerjakan tugas di komputer atau gadget yang terhubung dengan internet. Komputer dan gadget sangat digemari anak usia sekolah. Gadget yang terhubung internet adalah bagian hidup dan atau gaya hidup anak remaja. Pendapat tersebut sesuai pernyataan Hernández 2004: 34 yang mengatakan bahwa internet telah menjadi semacam bagian penting dari kehidupan anak muda. Selain itu, penggunaan TIK dalam pembelajaran adalah bagian dari pembelajaran itu sendiri yaitu pendidikan karakter dalam pnggunaan TIK secara bijak. Terkait dengan materi pembelajaran, para guru masih menggunakan materi yang disediakan program tertentu seperti Quipper School. Para guru belum ada yang mencoba membuat ringkasan materi atau soal sendiri meskipun hal tersebut memungkinkan dilakukan dalam program CAI seperti Quipper School. Namun, mereka menyatakan bahwa Tabel 2: Pendapat Siswa Tentang CAI No Tanggapan 1 Menyenangkan 12 2 Pembelajaran lebih variatif 24 3 Menyenangkan dan pembelajaran lebih variatif 48 4 Biasa saja 17 Tabel 3: Pendapat Siswa tentang Kesesuaian Materi Pembelajaran dalam Program CAI dengan Materi Pelajaran No Pendapat siswa 1 Sangat sesuai pembelajaran 17 2 Sesuai pembelajaran 55 3 Cukup sesuai pembelajaran 26 4 Kadang-kadang sesuai pembelajaran 2 materi-materi dalam CAI yang sudah disediakan cukup sesuai dengan kurikulum atau pembel- ajaran 100. Pendapat siswa tentang kesesuaian materi CAI dengan pembelajaran sesuai Tabel 3 adalah: 55 siswa menyatakan bahwa materi sesuai, 17 siswa mengatakan bahwa materi sangat sesuai, 26 siswa mengungkapkan bahwa materi cukup sesuai pembelajaran, dan 2 kadang-kadang sesuai pembelajaran. Sampai pada tahun 2015, sekolah-sekolah di Indonesia menerapkan Kurikulum KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan ada juga yang sudah melaksanakan kurikulum 2013. Quipper School menyediakan topik-topik materi sekolah sesuai kurikulum yang berlaku dan digunakan di Indonesia. Quipper School menyediakan materi Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013. SMAK BPK PENABUR Sukabumi masih menggunakan KTSP pada tahun 2015 ini. Oleh karena itu materi yang diajarakan di SMAK BPK PENABUR Sukabumi sesuai dan tersedia di CAI dengan Quipper School. Namun, materi-materi tersebut bisa lebih sesuai apabila guru mau membuat materi atau soal sendiri yang dimasukkan dalam program CAI seperti Quipper School. Selanjutnya, setiap kegiatan tentu mempu- nyai kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu dalam angket yang dibagikan kepada siswa memuat pertanyaan yang dapat mengung- kapkan kelebihan dan kelemahan pembelajaran dengan CAI. Sesuai hal tersebut terungkap bahwa jawaban siswa sangat bervariasi lihat Tabel 4. Siswa menyukai pembelajaran berbasis komputer karena: 1 program menarik dan 8 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Computer Assisted Instruction menyenangkan seperti bermain game 10, 2 pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan 38, 3 membantu belajar mandiri di rumah 7, 4 program menarik dan menyenangkan seperti bermain game dan membantu belajar mandiri di rumah 10, 5 program menarik dan menyenangkan seperti bermain game dan pembelajaran lebih variatif Tabel 4: Hal yang Disukai Siswa dalam CAI No Tanggapan 1. Program menarik dan menye- nangkan seperti bermain game 10 2. Pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan 38 3. Membantu belajar mandiri di rumah 7 4. Program menarik dan menyenangkan seperti bermain game dan membantu belajar mandiri di rumah 10 5. Program menarik dan menye- nangkan seperti bermain game dan pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan 12 6. Program menarik dan menyenangkan seperti bermain game, pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan, dan membantu belajar mandiri di rumah. 2 7. Tidak ada 10 8. Program menarik dan menye- nangkan seperti bermain game, pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan, membantu belajar mandiri di rumah, dan penuh tantangan dalam mengerjakan 8 9. Pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan dan membantu belajar mandiri di rumah 2 10. Program menarik dan menye- nangkan seperti bermain game, pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan, dan penuh tantangan dalam mengerjakan 2 11. Biasa saja 2 s ehingga tidak membosankan 12, 6program menarik dan menyenangkan seperti bermain game, pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan, dan membantu belajar mandiri di rumah, 7 tidak ada 2, 8 program menarik dan menyenangkan seperti bermain game, pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan, membantu belajar mandiri di rumah, dan penuh tantangan dalam mengerjakan 5, 9 pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan dan membantu belajar mandiri di rumah 2, 10 program menarik dan menyenangkan seperti bermain game, pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan, dan penuh tantangan dalam mengerjakan 2, serta 11 biasa saja 2. Hal yang disukai dari CAI juga terlihat dari angket guru sesuai Tabel 5, yang menyatakan bahwa: 1 program menarik dan menyenangkan seperti bermain game serta membantu belajar mandiri di rumah 25, 2 program menarik dan menyenangkan seperti bermain game, membantu belajar mandiri di rumah, dan meringankan pengoreksian tugas 25, 3 program menarik dan menyenangkan seperti bermain game, membantu belajar mandiri di rumah, program menarik dan menyenangkan Tabel 5: Hal yang Disukai Guru dalam CAI No Tanggapan 1. Program menarik dan menyenangkan seperti bermain game dan membantu belajar mandiri di rumah. 25 2. Program menarik dan menye- nangkan seperti bermain game, membantu belajar mandiri di rumah, dan meringankan pengoreksian tugas. 25 3. Program menarik dan menyenang - kan seperti bermain game, mem-bantu belajar mandiri di rumah, program menarik dan menye-nangkan seperti bermain game, dan pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan. 25 4. Membantu belajar mandiri di ru- mah dan program menarik dan me- nyenangkan seperti bermain game. 25 9 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Computer Assisted Instruction seperti bermain game, dan pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan 25, serta 4 membantu belajar mandiri di rumah serta program menarik dan menyenangkan seperti bermain game 25. Data yang diperoleh menunjukkan, siswa menyukai CAI karena pembelajaran lebih variatif sehingga tidak membosankan. Mereka menganggap pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran yang variatif. Oleh karena itu guru harus bisa melakukan pembelajaran yang variatif dengan berbagai metode yang berbasis TIK maupun non-TIK. Tidak ada satu pun metode pembelajaran yang paling baik karena metode pembelajaran yang paling baik adalah metode pembelajaran yang variatif. Sementara itu, siswa juga mengungkapkan hal yang tidak disukai dalam pembelajaran dengan CAI. Hal yang tidak disukai ini merupakan kelemahan dari pembelajaran berbasis komputer. Beberapa hal diungkapkan dalam angket siswa tentang hal yang tidak disukai ketika pembelajaran dengan CAI seperti tertera dalamTabel 6 adalah: 1 membutuhkan jaringan internet yang lancarkuat 17, 2 materi sulit dipahami 5, 3 soal-soal yang diberikan sulit 5, 4 membuat lelah mata karena belajarmembaca di komputer 43, 5 tidak ada 12, 6 membutuhkan jaringan internet yang lancarkuat dan membuat lelah mata karena belajarmembaca di komputer 5, 7 membutuhkan jaringan internet yang lancar kuat dan soal-soal yang diberikan sulit 2, 8 materi sulit dipahami dan membuat lelah mata karena belajarmembaca di komputer 2, 9 membutuhkan jaringan internet yang lancar kuat, materi sulit dipahami, dan soal-soal yang diberikan sulit 9, 10 materi sulit dipahami dan soal-soal yang diberikan sulit 2. Kelemahan CAI yang terungkap dari angket guru sesuai Tabel 7 adalah: 1 membutuhkan jaringan internet yang lancarkuat 25, 2 kesalahan teknishuman error 25, 3 membutuhkan jaringan internet yang lancar kuat dan membuat lelah mata karena belajar membaca di komputer 50. Kelemahan CAI yang terlihat pada data adalah kelemahan secara umum metode Tabel 6: Hal yang Tidak Disukai Siswa dalam CAI No Tanggapan 1. Membutuhkan jaringan internet yang lancarkuat. 17 2. Materi sulit dipahami. 5 3. Soal-soal yang diberikan sulit. 5 4. Soal-soal yang diberikan sulit. 43 5. Membuat lelah mata karena belajarmembaca di komputer. 12 6. Tidak ada 5 7. Membutuhkan jaringan internet yang lancarkuat dan membuat lelah mata karena belajar membaca di komputer. 2 8. Membutuhkan jaringan internet yang lancarkuat dan soal-soal yang diberikan sulit. 2 9. Materi sulit dipahami dan membuat lelah mata karena belajarmembaca di komputer. 7 10. Membutuhkan jaringan inter- net yang lancarkuat, materi sulit dipahami, dan soal-soal yang diberikan sulit. 2 Tabel 7: Hal yang Tidak Disukai Guru dalam CAI No Tanggapan 1 Membutuhkan jaringan internet yang lancarkuat 25 2 Kesalahan teknishuman error 25 3 Membutuhkan jaringan internet yang lancarkuat dan membuat lelah mata karena belajar membaca di komputer. 50 pembelajaran berbasis komputer. Teknologi komputer di Indonesia sampai saat ini mayoritas masih tidak “ramah mata” sehingga pengguna komputer tidak bisa berlama-lama menatap layar monitor. Hal ini menyebabkan CAI tidak bisa dilakukan dalam jangka waktu yang lama demi kesehatan mata. Selain itu, jaringan internet yang tidak stabil juga dapat mengganggu penggunaan CAI karena CAI yang dilakukan di 10 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Computer Assisted Instruction SMAK BPK PENABUR Sukabumi memakai program Quipper School yang dilakukan online. Pada angket yang dibagikan kepada siswa juga memuat pertanyaan tentang hal yang diharapkan dalam pembelajaran dengan CAI dan tempat yang baik untuk melaksanakan pembelajaran tersebut, lihat Tabel 8. Berdasarkan hasil angket diperoleh data bahwa CAI diharap- kan: 1 diterapkan di semua pembelajaran 14, 2 diterapkan dengan penyempurnaan program 5, 3 diterapkan dengan penyempurnaan materi 19, 4 diterapkan dengan penyempur- naan program dan materi 52, 5 diterapkan di semua pembelajaran dan diterapkan dengan penyempurnaan program dan materi 2, 6 diterapkan di semua pembelajaran dan diterapkan dengan penyempurnaan materi 5, dan 7 diterapkan di semua pembelajaran, diterapkan dengan penyempurnaan program, dan diterapkan dengan penyempurnaan materi 2. Hal yang diharapkan siswa dari CAI tersebut tidak berbeda dengan harapan guru terhadap CAI. 25 para guru berharap CAI diterapkan dengan penyempurnaan program, 50 guru mengharapkan CAI diterapkan Tabel 8: Hal yang Diharapkan Siswa dalam CAI No Tanggapan 1 Diterapkan di semua pembelajaran. 14 2 Diterapkan dengan penyempurnaan program 5 3 Diterapkan dengan penyem- purnaan materi 19 4 Diterapkan dengan penyem- purnaan program dan materi. 52 5 Diterapkan di semua pembel- ajaran dan diterapkan dengan penyempurnaan program dan materi. 2 6 Diterapkan di semua pembel- ajaran dan diterapkan dengan penyempurnaan materi. 5 7 Diterapkan di semua pembel- ajaran, diterapkan dengan penyempurnaan program, dan diterapkan dengan penyempurnaan materi. 2 dengan penyempurnaan program dan materi, serta 25 sisanya mempunyai harapan agar CAI diterapkan di semua pembelajaran dan diterapkan dengan penyempurnaan program. Data pada Tabel 8 dan 9, siswa dan guru mengharapkan CAI terus diterapkan dengan penyempurnaan program karena mereka menyukai CAI yang memuat pembelajaran variatif sehingga menyenangkan. Penyem- purnan program ini tidak hanya bisa dilakukan oleh pengelola CAI tetapi juga bisa oleh guru. CAI dengan Quipper School memungkinkan guru menulis materi dan merancang soal yang sesuai dan lebih menarik. Tanggapan terakhir yang diungkapkan siswa lewat angket adalah tentang tempat kegiatan pembelajaran dengan CAI. Sebanyak 29 siswa menjawab sebaiknya pembelajaran berbasis komputer hanya dilakukan di sekolah. 7 siswa menjawab sebaiknya pembelajaran berbasis komputer cukup dilakukan di rumah. 45 siswa menginginkan pembelajaran dengan CAI dilakukan di sekolah dan di rumah. Sisanya, 19 siswa menyarankan sebaiknya pembel-ajaran berbasis komputer dapat dilakukan di berbagai tempat yang penting sempat dapat diakses internet. Tanggapan siswa tersebut sedikit berbeda dengan tanggapan guru tentang tempat CAI dilakukan. 75 guru-guru berpendapat bahwa CAI sebaiknya dilakukan di berbagai tempat yang penting siswa dapat mengakses CAI tersebut. Sementara 25 guru hanya menyarankan CAI dilakukan di sekolah dan di rumah. Perbedaan pendapat antara siswa dan guru tentang tempat pelaksanaan CAI dikarenakan Tabel 9: Hal yang Diharapkan Guru dalam CAI No Tanggapan 1 Diterapkan dengan penyempurnaan program 25 2 Diterapkan dengan penyem- purnaan program dan materi 25 3 Diterapkan di semua pembel- ajaran dan diterapkan dengan penyempurnaan program. 50 11 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Computer Assisted Instruction adanya perbedaan pola pikir tentang pembelajaran. Siswa beranggapan bahwa belajar cukup dilakukan di sekolah dan di rumah. Sementara guru mempunyai persepsi bahwa pembelajaran dapat dilakukan berbagai tempat, tidak hanya di rumah atau sekolah. Sesuai hasil penelitian yang telah diuraikan terungkap bahwa pembelajaran yang variatif sehingga menyenangkan karena tidak membosankan sangat disukai siswa maupun guru. Hal tersebut menjadi tantangan bagi guru dalam melaksanakan tugas pokoknya agar lebih kreatif dan inovatif. Guru dituntut melakukan variasi dalam melaksanakan tugas pokoknya terutama yang langsung bersinggungan dengan siswa seperti penyampaian materi, tugas, ulanganujian, remedial, atau pengayaan. Oleh karena itu guru harus melengkapi dirinya dengan: a pengetahuan perkembangan siswa terkini, b keterampilan melakukan berbagai metode pembelajaran, c keterampilan mengoperasikan TIK, dan d menguasai kompetensi keilmuan terkini terutama kompetensi keilmuan yang sesuai mata pelajaran yang diampu. Selanjutnya, penelitian ini hanya mendeskripsikan penerapan serta pendapat siswa dan guru terhadap proses CAI. Oleh kerena itu diperlukan penelitian lanjutan agar diketahui efek CAI yang utuh pada pembelajaran. Secara umum, keutuhan pembelajaran meliputi: perencanaan pembel- ajaran, proses pembelajaran, dan hasil pembelajaran. Penelitian lanjutan yang diperlukan adalah pengaruh CAI terhadap hasil Tabel 10: Tempat Kegiatan CAI Menurut Siswa No Tanggapan 1 Di sekolah 29 2 Di rumah 7 Di sekolah dan di rumah 45 3 Di berbagai tempat yang penting sempat dapat diakses internet 19 belajar siswa. Penelitian ini perlu dilakukan karena ukuran salah satu keberhasilan suatu pembelajaran dilihat nilai. Sementara dari segi proses pembelajaran, pemanfaatan CAI di SMAK BPK PENABUR Sukabumi untuk meningkatkan pembelajaran yang variatif dan menyenangkan dapat dikatakan berhasil. Di samping itu, perlu juga melakukan penelitian tentang manfaat CAI di luar SMAK BPK PENABUR Sukabumi. Penelitian ini perlu dilakukan karena pembelajaran dan warga di setiap daerah atau sekolah berbeda-beda serta memiliki karakter karakteristik yang khas. Walaupun demikian, penerapan CAI yang dibahas dalam karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai acuan pemanfaatan CAI, khususnya Quipper School, di sekolah lain. Simpulan Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, penerapan CAI di SMAK BPK PENABUR Sukabumi menggunakan Quipper School dengan alamat jaringan www.quipper school.com berlangsung di akhir semester genap tahun pelajaran 20142015 selama kurang lebih 3 bulan. CAI lebih banyak dimanfaatkan sebagai tugas mandiri untuk memperdalam materi serta dikerjakan di rumah. Hal ini dikarenakan CAI di sekolah ini baru tahap pengenalan. Oleh karena itu diperlukan sosialisasi yang sistematik dan intens tentang teknik dan manfaat CAI agar CAI dapat dilaksanakan dengan maksimal. Kedua , penggunaan CAI di SMAK BPK PENABUR Sukabumi membuat pembelajaran lebih variatif sehingga menyenangkan karena tidak membosankan. Saran Mengacu pada hasil penelitian ini, disarankan, pertama , agar CAI terus diterapkan dengan penyempurnaan program dan tidak hanya mengandalkan pengelola CAI online baca: Quipper School tetapi bisa dilakukan oleh guru dengan menulis materisoal yang sesuai dan menarik lalu dimasukkan dalam program CAI. 12 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Pemanfaatan Computer Assisted Instruction Kedua, Program CAI perlu disosialisasikan kepada semua pihak yang terkait seperti kepala Sekolah, pengurus Yayasan, dan orang tua siswa. Ketiga dalam proses pembelajaran guru hendaknya juga menggunakan pembelajaran yang tidak berbasis CAI tetapi lebih efektif dan efisien untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Keempat, perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh CAI terhadap hasil belajar siswa serta penelitian CAI di sekolah diluar SMAK BPK PENABUR Sukabumi. Daftar Pustaka Depdiknas. 2006. Peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah . Jakarta: Depdiknas Dewi, Rahma Dintia Kartika. 2012. Apa itu computer assisted instruction CAI? . http: rahmadkd.blogspot.com201204 apa-itu-computer-based-learning- CAI_17.html 2362015 12:06 Hernández, Roger E. 2007. Remaja dan media Terjemahan . Bandung: Pakar Raya Hisar, Anggiat. Evaluasi pemanfaatan program multimedia pembelajaran MiKids . http: b p k p e n a b u r . o r . i d w p - c o n t e n t uploads201510jurnal-No17-Thn10- Desember2011.pdf. Diunduh, 2 Juni 2015 Knight, George R.. 2007. Filsafat pendidikan Terjemahan . Yogyakarta: Gama Media Kwartolo, Yuli. 2010. Teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran. http:bpkpenabur.or.idwp-content uploads201510jurnal-No14-Thn9- Juni2010.pdf. Diunduh, 2 Juni 2015 Muniasari. 2008. Kiat jitu belajar bermutu. Jakarta: PT Perca Pemprov Jabar. Peraturan gubernur Jawa Barat No. 69 tahun 2013 tentang Pembelajaran muatan lokal bahasa dan sastra daerah pada jenjang satuan pendidikan dasar dan Menengah . Bandung: Pemprov Jabar Rizal, Herry Fahrur. 2014. Quipper School Indonesia: Startup yang menunjang proses KBM untuk pendidikan menengah . http: id.techinasia.comquipper-school- plat form-belajar -online-smp-sma- indonesia 23062015 13:44 SMAK BPK PENABUR Sukabumi. 2014. Tata Tertib Sekolah Tahun Pelajaran 20142015 . Sukabumi: SMAK BPK PENABUR Sukabumi Sukidin,dkk. 2010. Manajemen penelitian tindakan kelas . Jakarta: Insan Cendekia 13 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching Penerapan Metode Whole Brain Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak pada Anak Usia Dini Indriane Atmadja E-mail: inatmadjayahoo.com TKK BPK PENABUR 246 Bandung Penelitian K Abstrak emampuan menyimak anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung masih rendah. Hal ini terlihat dari masih banyak anak yang tidak memperhatikan guru ketika sedang berbicara, tidak memperhatikan media yang digunakan dan tidak dapat duduk dengan tertib sehingga anak tidak dapat melakukan perintah dan menjawab pertanyaan guru. Tujuan penelitian ini ialah untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga kemampuan menyimak anak meningkat. Kemampuan menyimak perlu ditingkatkan karena merupakan keterampilan dasar sebelum anak menguasai keterampilan berbicara, membaca, menulis dan merupakan langkah awal penguasaan informasi keilmuan. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan 18 September sampai 15 Oktober 2015, dengan desain penelitian Kemmis Taggart dan dengan pola kolaboratif. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan tehnik thematic analysis. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat peningkatan kemampuan menyimak anak setelah diterapkan metode Whole Brain Teaching. Kata-kata kunci: kemampuan menyimak anak usia dini, proses pembelajaran, metode Whole Brain Teaching Application of Whole Brain Teaching toImprove The Listening Skills of Early Age Children Abstract The students’ listening skills of class A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung were still weak. Based on the pre-observation data there were many children who couldn’t pay attention to their teacher when the teacher was speaking. They couldn’t concentrate on the learning resources that were being used and couldn’t sit properly so the children couldn’t follow the teacher’s instructions and couldn’t answer the teacher’s questions. Based on these points, the researcher did the research in the class with the aim of correcting the learning process so that the children’s listening skills improved. Children’s listening skills should be improved because it is the basic skill for speaking, reading and writing skills and as the first step to access a lot of information. The research employed the classroom action research by Kemmis Taggart by collaboration pattern. Data collection technique applied were observation, interview and documentation. The data were analyzed by qualitative analysis and thematic analysis. The results of the research are the children’s listening skills improved through implementation of the Whole Brain Teaching method. Key words: children’s listening skills, instructional process, Whole Brain Teaching method 14 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching Pendahuluan Keterampilan menyimak merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang anak dan merupakan aspek dominan di dalam kegiatan sehari-hari. Banyak orang beranggapan menyimak sama dengan mendengar. Menyimak listening bersifat aktif sedangkan mendengar hearing bersifat pasif, spontan dan tidak selektif. Menyimak tidak hanya merupakan aktivitas mendengarkan tetapi merupakan sebuah proses memilih dari sekian banyak rangsangan di sekitar kita, memproses informasi dan menginterpretasikan informasi yang diterima. Menyimak harus dipelajari dan dilatih karena merupakan salah satu bagian penting dalam proses komunikasi. Dengan menyimak anak dapat memahami tuturan atau pernyataan singkat atau sederhanaIskandarwassid, 2008:.283. Menyimak tidak semudah yang dipikirkan orang. Kegagalan dalam menerima dan memahami pesan dapat berakibat gagalnya sebuah proses komunikasi. Kita dituntut untuk mendengarkan dan memperhatikan pesan- pesan verbal, non verbal pembicara, memahami isi, maksud dan berbagai aspek lain yang bersifat kompleks seperti suasana hati, kebiasaan, nilai, kepercayaan, motif, sikap, dorongan, kebutuhan dan pendapat pembicara Hermawan, 2012:30 Pendidik berasumsi bahwa menyimak merupakan kemampuan alamiah saja, padahal menyimak merupakan langkah awal penguasaan informasi keilmuan. Begitu banyak ilmu yang dapat diserap dari hasil menyimak. Peneliti berpendapat bahwa keterampilan menyimak sangat perlu diberikan pada anak usia dini, sayangnya dalam pencapaian harapan tersebut, banyak hambatan atau kendala baik dari pengirim pesan maupun penerima pesan. Penelitian yang dilakukan oleh Beery Tarigan, 2013:13 melaporkan, ada korelasi antara intelegensi, daya, dan kecepatan yang dimiliki anak dengan kemampuan menyimak. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, seorang pendidik dituntut untuk dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat berbagai metode pembelajaran yang dapat diterapkan di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini PAUD seperti yang disampaikan oleh Moeslichatoen 2004: 24-28 yaitu metode bermain, karyawisata, bercakap- cakap, bercerita, demonstrasi, proyek, pemberian tugas, bermain peran, tanya jawab dan bernyanyi. Setiap metode memiliki keunggulan dan kelemahan, karena itu pendidik diharapkan dapat menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik anak sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Berdasarkan hasil observasi awal terhadap proses kegiatan pembelajaran di kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung yang berjumlah 17 anak, peneliti sering menemukan sebagian anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung kurang menyimak perkataan dan perintah guru. Hal ini terlihat ketika guru sedang bercerita dan bercakap- cakap. Ada anak yang asyik bicara dengan temannya dan tidak memperhatikan gurunya. Ada anak yang terlihat melamun, tatapan matanya tidak memandang pada guru. Ketika guru bertanya kepada anak untuk mengetahui pemahaman mereka tentang materi yang disampaikan, sebagian besar anak diam, tidak berani menjawab pertanyaan guru, atau ada yang berani menjawab namun jawabannya kurang tepat. Bahkan ketika anak harus mengerjakan tugas, sebagian anak tersebut terlihat bingung dan tidak mengerti dengan apa yang harus mereka kerjakan, sehingga guru harus terus mendampingi anak tersebut dan menjelaskan kembali apa yang harus mereka kerjakan. Anak masih sulit duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama karena pada usia ini mereka memiliki daya perhatian yang pendek. Guru harus pandai memilih metode yang tepat yang sesuai dengan karakteristik anak. Peneliti merasa penting meningkatkan kemampuan menyimak anak karena kemam- puan menyimak merupakan dasar keterampilan yang harus dikuasai anak sebelum anak menguasai keterampilan berbicara, keteram- pilan membaca dan keterampilan menulis. Peneliti mencari solusi dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas di kelompok A5 di TKK BPK PENABUR, untuk memperbaiki proses pembelajaran agar kemampuan menyimak anak 15 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching di kelas tersebut meningkat. Metode yang akan diterapkan adalah metode Whole Brain Teaching karena selama ini belum ada penelitian tentang meningkatkan kemampuan menyimak anak usia dini melalui penerapan metode Whole Brain Teaching. Metode ini diciptakan oleh Chris Biffle dan kawan–kawan dengan tujuan membantu proses pembelajaran yang melibatkan seluruh fungsi otak. Whole Brain Teaching adalah sebuah metode pembelajaran yang menekankan pada kegiatan anak untuk aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat membantu anak dalam menyimak. Kegiatan yang menjadi karakteristik utama dalam pelaksanaan metode Whole Brain Teaching adalah: a. Mendapatkan perhatian: untuk mendapat- kan perhatian anak, guru harus melibatkan anak dengan memberi instruksi seperti class- yes setiap kali guru melihat anak mulai tidak memperhatikan. b. Pengaturan kelas: membuat peraturan kelas tata tertib kelas bersama dengan anak-anak dan harus diucap ulang setiap hari agar kelas menjadi tertib. c. Penggerak seluruh bagian otak: guru memberi kesempatan pada anak untuk mengajarkan kembali pemahaman konsep pada temannya. d. Pemberi motivasi: guru memberi penghar- gaan kepada anak yang sudah dapat menyimak dengan baik. e. Memusatkan perhatian: untuk mendapat- kan perhatian yang lebih dari anak, guru dapat melibatkan anak dengan mengatakan seperti hands and eyes attention please f. Pemersatu kelas: guru meminta anak untuk meniru yang diucapkan dan digerakan oleh guru. Hal ini membantu anak dalam menyimak dan mengingat. g. Melibatkan anak: guru meminta anak untuk dapat bergantian ketika mengajar. Menurut Biffle 2014 guru harus menjelaskan sebuah konsep dengan kalimat yang singkat dan bertahap, dengan intonasi suara, volume suara dan lagu bicara yang beragam, gerakan tangan yang melambangkan suatu kata yang membantu anak mengingat kata dan media gambar sebagai alat bantu dalam mengenalkan sebuah konsep. Untuk itu rumusan masalah penelitian tindakan kelas ini adalah a bagaimana profil kemampuan menyimak anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 sebelum diterapkan metode Whole Brain Teaching, b bagaimana proses penerapan metode Whole Brain Teaching untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada anak-anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung, dan c bagaimana kemampuan menyimak anak-anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung setelah diterapkan metode Whole Brain Teaching? Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk menganalisis a profil kemampuan menyimak anak-anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 sebelum diterapkan metode Whole Brain Teaching, b proses penerapan metode Whole Brain Teaching untuk mengingkatkan kemampuan menyimak pada anak-anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung, dan c kemampuan menyimak anak di kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 setelah diterapkan metode Whole Brain Teaching. Mengacu pada tujuan tersebut maka penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Pertama, untuk anak usia dini dapat meningkatkan kemampuan menyimak, kedua, bagi guru TK hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan menyimak anak, ketiga, bagi peneliti diharapkan penelitian ini menjadi acuan dalam melakukan penelitian tentang kemampuan menyimak anak melalui metode Whole Brain Teaching. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan model Kemmis dan Mc Taggart. Menurut Stephen Kemmis Hopkins, 2011: 87 penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk penyelidikan refleksi diri yang dilaksanakan oleh para partisipan dalam situasi sosial termasuk pendidikan untuk mengem- 16 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching bangkan kurikulum berbasis sekolah dan pengembangan professional. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai penerapan metode Whole Brain Teaching untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak usia dini yang dilakukan melalui empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Partisipan penelitian tindakan kelas ini meliputi peneliti, guru kelas dan anak-anak kelompok A5 di TKK BPK PENABUR 246 sebagai subjek penelitian yang berjumlah 17 anak dengan komposisi 8 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Tempat penelitian adalah Taman Kanak-Kanak BPK PENABUR 246 Bandung beralamat di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 246 Bandung. TK ini memiliki program pengenalan bahasa Inggris sederhana seperti pengenalan salam dan instruksi sederhana. Alasan memilih subjek penelitian anak-anak kelompok A di TK BPK PENABUR 246 karena berdasarkan hasil observasi awal kemampuan menyimak anak tidak optimal. Sebagian anak belum dapat menjawab pertanyaan guru, padahal kemam- Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan didasarkan pada Model Stephen Kemmis Mc Taggart, 1988 puan menyimak sangat penting dimiliki oleh anak sebagai kemampuan dasar dalam berbahasa seperti berbicara, membaca dan menulis. Juga melalui menyimak, anak dapat dengan mudah berkomunikasi, memahami berbagai pengetahuan yang disampaikan secara lisan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 September sampai tanggal 15 Oktober 2015. Data dikumpulkan menggunakan tehnik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci Cresswell, 2014: 261 dengan mengumpulkan data melalui catatan lapangan, panduan wawancara, dan studi dokumentasi. Data dianalisis menggunakan pendekatan analisis kualitatif dengan tehnik analisis tematik. Menurut Boyatzis, 1998 analisis tematik adalah “… a method for identifying, analyzing and reporting patterns themes within data. And further than this, and interprets various aspects of the research topic. ” Pernyataan tersebut memiliki arti bahwa tematik analisis adalah sebuah metode untuk mengidentifikasi, menganalisis dan melaporkan pola tema yang terdapat pada data, dan lebih jauh lagi dapat menginterpretasikan aspek beragam dari topik penelitian. Sedangkan menurut Daly, Kellehear dan Gliksman Fereday Cochane, 2006 analisis tematik adalah sebuah pencarian tema yang muncul dan menjadi penting untuk sebuah gambaran dari fenomena. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan tematik analisis deduktifteoretikal Boyatzis, 1998 Hayes, 1997 atau data yang “top down” yang artinya sebelum melakukan penelitian peneliti sudah menentukan terlebih dahulu teori atau analisis minat di lapangan. Format tematik analisis ini untuk memberikan sedikit gambaran dari data keseluruhan dan analisis data yang lebih detail. Boyatzis, 1998 Peneliti melakukan deduksi, induksi dan verifikasi atas data kualitatif Alwasilah, 2011. Peneliti menggunakan sejumlah teori sebagai rujukan untuk memaknai data kualitatif, yang dalam hal ini peneliti sedang berpikir deduktif. Sebaliknya ketika peneliti melakukan katego- risasi terhadap data, yaitu untuk menemukan kategori maka peneliti sedang berpikir secara in duktif. Berpikir induktif dan berpikir deduktif 17 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching terus dilakukan secara bergantian saat melakukan penelitian. Berdasarkan hal tersebut, tematik analisis dalam penelitian ini mengacu pada pertanyaan penelitian terkait penerapan metode Whole Brain Teaching dalam meningkatkan kemampuan menyimak pada anak usia dini, yang meliputi kemampuan menyimak anak kelompok A5 sebe- lum diterapkannya metode Whole Brain Tea- ching, penerapan metode Whole Brain Teaching untuk meningkatkan kemampuan menyimak dan kemampuan menyimak anak setelah dite- rapkan metode Whole Brain Teaching. Tabel 1: Contoh Proses Coding Pengodean Data Selasa, 22 September 2015 Data Kode Untuk memusatkan perhatian anak setelah mengikuti moving class guru memanggil anak-anak dengan Children dan secara serentak anak akan menjawab, Yes Miss SR Lalu guru berkata Everybody sit down, please, anakpun duduk di lantai.PDT Guru bertanyajawab tentang nama-nama hari dalam 1 minggu. Guru menanyakan hari tanggal pada hari ini. Anakpun menjawab pertanyaan guru J. Guru menugaskan 1 anak untuk maju ke depan menempel hari dan tanggal pada hari ini. Guru mulai mengulang tema minggu ini yaitu tentang guru dan teman sekelas. Guru menjelaskan tentang tugas guru dan peran guru kemudian guru mencoba mengajarkan kepada anak beberapa karakteristik metode Whole Brain Teaching. Guru mengajarkan anak-anak dengan istilah Class- YesSR . Untuk pertama kali anak masih belum tanggap dengan yang diajarkan guru, ada 2 anak Ez dan St yang masih main-main dengan temannya dan tidak memperhatikan sama sekali perintah guru.TA DT Dapat duduk dengan tertib P Melakukan 2 perintah sederhana SR Meniru dan meres- pon stimulus guru seperti kelas-ya, ajarkan-ok, dan perhatikan. TA Menaati peraturan J Menjawab pertanyaan yang diberikan guru Dipaparkan langkah-langkah dalam menganalisa hasil penelitian menurut Saldana 2009: 12, seperti pada Gambar 2. 1. Melakukan pengodean datacoding Menurut Charmaz 2006: 43, “Coding means naming segments of data with a label that simultaneously categorizes, summarizes, and accounts for each piece of data .” Artinya koding berarti cara penamaan segmen data dengan label secara bersamaan, mengkategorikan, merangkum, dan account untuk setiap potongan data. Teori Temakonsep Kategorisasi Kode Kode Kode Kategorisasi Kode Kode Kode Gambar 2: Bagan dari Kode ke Teori untuk Kualitatif Inkuiri Saldana, 2009: 12 18 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching

2. Kategorisasi

Dari kode yang didapat, peneliti mengelom- pokkan ke dalam kategorisasi untuk memudahkan peneliti melakukan perban- dingan temuan dalam 1 kategori. Perban- dingan temuan ini untuk membangun konsep teoritis. Menurut Richards Morse Saldana, 2009: 11, kategorisasi adalah bagaimana kita keluar dari data yang beragam dan membentuk data, menyorting hal-hal yang mewakili, maksudnya mengelompokkan topik-topik yang saling berhubungan satu sama lain.

3. Dari kode dan kategorisasi ke tema dan teori

Dari kategorisasi peneliti dapat, menunjuk- kan bagaimana tema-tema dan konsep- konsep secara sistematis berkaitan dengan perkembangan teori. Corbin Strauss, Saldana, 2009: 11. Hasil dan Pembahasan

1. Profil Kemampuan Menyimak Anak

Sebelum Diterapkan Metode Whole Brain Teaching. Profil kemampuan menyimak anak-anak kelompok A 5, TKK BPK PENABUR 246 Bandung sebelum diterapkan metode Whole Brain Teaching masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil observasi awal dan wawancara dengan guru kelas bahwa sebagian besar anak masih suka mengobrol ketika guru berbicara, pandang- an mata anak-anak tidak tertuju pada guru, anak-anak tidak dapat duduk dengan tertib masih ada yang bermain-main ketika guru men- jelaskan sehingga anak-tidak dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar, dan bahkan ti- dak mengerti instruksi yang diberikan oleh guru. Berdasarkan pengamatan peneliti, anak kurang dapat menyimak dan berperilaku seperti di atas ketika guru sedang berbicara karena banyak faktor di antaranya karena karakteristik anak usia 4 tahun menurut Moeslichatoen 2004:10 anak- memiliki rasa ingin tahu yang kuat, senang bereksperimen dan menguji, senang berimajinasi dan berbicara sehingga anak sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama. Menurut peneliti, faktor lain yang mempeng- aruhi proses menyimak sehingga kemampuan menyimak anak kelompok A5 masih rendah adalah faktor psikologis anak. Anak memasuki masa transisi dari lingkungan rumah yang nyaman, tempat mereka sudah akrab dengan orang-orang yang ada di sekitar mereka untuk kemudian masuk lingkungan sekolah yang asing dan baru dapat membuat anak berhenti berbicara dan tidak menyimak dengan baik. Beaty, 2013: 314 Di kelompok A5 ada 6 anak yang belum pernah bersekolah di kelas kelompok bermain ataupun toddler sehingga ketika mereka bersekolah di kelompok A, hal tersebut merupakan pengalaman pertama mereka. Anak tersebut perlu beradaptasi dalam kegiatan belajar, perlu latihan dan pembiasaan dalam kegiatan menyimak. Anak-anak harus merasa nyaman berada di lingkungan yang baru. Pada umumnya anak tersebut kurang rasa percaya diri atau mungkin memang pemalu atau berasal dari keluarga yang sedikit menggunakan komunikasi lisan. Selain keenam anak yang belum berpeng- alaman bersekolah, faktor lain yang menyebab- kan anak sulit menyimak adalah faktor usia. Berdasarkan pengamatan peneliti dan studi dokumentasi data siswa, ternyata anak yang kurang menyimak di kelas tersebut disebabkan usia anak yang masih muda dibandingkan anak yang lain, walaupun hanya beda beberapa bulan ternyata mempengaruhi kemampuan anak dalam menyimak. Hal ini diperkuat dengan pendapat Tarigan 2013: 44-47 bahwa faktor yang mempengaruhi proses menyimak adalah salah satunya faktor pengalaman. Kurang atau tidak adanya minat dalam menyimak dikarena- kan anak tersebut miskin pengalaman dalam mendengarkan dan memperhatikan orang lain berbicara. Selain itu kosa kata yang dimiliki anak mempengaruhi kemampuan anak dalam menyimak dan memahami pesan yang disampaikan guru. Guru harus pandai memilih metode, media yang tepat yang sesuai dengan karakteristik anak. Jika anak pemalu atau tidak komunikatif, guru dapat membantunya dengan menciptakan 19 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25Tahun ke-14Desember 2015 Penerapan Metode Whole Brain Teaching suasana kelas yang nyaman untuk anak. Guru dapat memotivasi anak dengan memberikan reward agar anak dapat lebih percaya diri.Beaty, 2013: 317 Jika anak tidak menyimak karena terlalu aktif dan sulit konsentrasi maka guru harus dapat sering mengalihkan perhatian anak sehingga anak tersebut dapat terus memperhatikan dan menyimak gurunya.

2. Penerapan Metode Whole Brain Teaching

Penelitian tindakan kelas ini berlangsung sebanyak 3 siklus dengan 2 tindakan setiap siklusnya. Siklus I

1. Perencanaan Siklus I

Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 22 dan 25 September 2015 dengan tema “God Bless Me with Wonderful People ” dan subtema “Teacher and Friends ”. Guru kelas dan peneliti berkolaborasi menyiapkan perencanaan siklus pertama. Di bawah ini dipaparkan rancangan kegiatan siklus pertama tindakan pertama: Tabel 2: Rancangan Kegiatan Siklus I Tindakan 1 Selasa, 22 September 2015 No Kegiatan Aktivitas Pembelajaran 1 Morning Assembly 2 a b c Moving Class Renang Perpustakaan Mandarin 3 a b Pembukaan Pengenalan tentang karakteristik metode Whole Brain Teaching Bercakap-cakap tentang sub tema Guru dan Teman 4 a

b Kegiatan Inti

Penjelasan tentang peraturan kelas no 1-3 Mengerjakan Maze 5 a Penutup Menyanyi lagu Ibu Guru Kami Media yang digunakan berupa gambar karakteristik Whole Brain Teaching seperti class- yes, teach-ok, switch, class rule, mirror, gambar maze, gambar guru, dan buku cerita. Media yang digunakan pada tindakan kedua adalah gambar teman, gambar benda dengan huruf depan a,i,u,e,o, gambar peraturan kelas, dan simpai.

2. Pelaksanaan dan Pengamatan Siklus 1

Pelaksanaan metode Whole Brain Teaching pada siklus pertama tindakan pertama ini berdasarkan rancangan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya bersama guru. Adapun pelaksanaan dan pengamatan kegiatan pembelajaran yang mendukung kegiatan menyimak dan penerapan metode Whole Brain Teaching dapat terlihat dalam uraian berikut ini: a. Anak-anak mendengarkan penjelasan guru tentang karakteristik Whole Brain Teaching seperti class-yes, teach-ok, switch, class rule dan mirror. Anak menunjukkan respon positif terhadap karakteristik yang baru diajarkan tersebut. Cuplikannya antara lain sebagai berikut. “Kemudian guru mengucapkan kata ‘class’ dengan berbagai variasi intonasi dan lagu, Tabel 3: Rancangan Kegiatan Siklus I Tindakan 2 Jumat, 25 September 2015 No Kegiatan Aktivitas Pembelajaran 1 Morning Assembly 2 a b Pembukaan Mengucap ulang peraturan kelas no 1-3 Bercakap-cakap tentang sub tema Guru dan Teman 3 a b c Kegiatan Inti Pengenalan huruf vocal a,i,u,e,o Merobek gambar Melompat dengan simpai 4 a Penutup Menyanyi lagu Kau Temanku