Tabel 1.Ciri-ciri Feminis dan Maskulin
Feminis Maskulin
Tidak agresif Sangat agresif
Tergantung Tidak tergantung
Emosional Tidak emosional
Sangat subjektif Sangat objektif
Mudah terpengaruh Tidak mudah terpengaruh
Pasif Aktif
Tidak kompetitif Sangat kompetitif
Sulit mengambil keputusan Mudah mengambil keputusan
Tidak mandiri Mandiri
Mudah tersinggung Tidak mudah tersinggung
Tidak suka spekulasi Sangat suka spekulasi
Kurang percaya pada diri sendiri Sangat percaya pada diri sendiri
Membutuhkan rasa aman Tidak sangat membutuhkan rasa
aman Sangat memperhatikan
penampilan Tidak terlalu memperhatikan
penampilan
C. PERBEDAAN KEPUASAN TERHADAP SUPERVISI DITINJAU DARI
JENIS KELAMIN GENDER PEMIMPIN
Kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang menentukan atas berhasil tidaknya suatu organisasi. Sebab, kepemimpinan yang
Universitas Sumatera Utara
sukses menunjukkan bahwa pengelolaan suatu organisasi berhasil dilaksanakan dengan sukses pula. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan
yang ditetapkan oleh seorang manajer pimpinan dalam organisasi dapat menciptakan integrasi yang serasi dan mendorong gairah kerja pegawai untuk
mencapai sasaran maksimal. Untuk itu seorang pemimpin harus lebih bertanggungjawab dan bijaksana.
Gaya kepemimpinan erat hubungannya dengan kepuasan kerja karyawan karena tindakan pemimpin dapat menghilangkan kekecewaan karyawan terhadap
pekerjaannya. Perilaku pengawasan terdekat merupakan suatu pengaruh penting bagi kepuasan kerja Wexley Yukl, 2005. Kepuasan kerja merupakan salah
satu bentuk sikap yang dapat terbentuk dari persepsi karyawan tersebut terhadap kepemimpinan. Gordon 1975, dalam Wijono, 2010 mendapati bahwa pegawai
yang memberi persepsi positif terhadap pengawasan dari pemimpinnya akan merasa puas.
Spector 1995 mengemukakan dua dimensikomponen penting yang mempengaruhi kepuasan karyawan terhadap kepemimpinan. Dua komponen itu
adalah hubungan personal, yaitu bagaimana kemampuan atasan dalam menjalin
hubungan interpersonal dan kemampuan teknis, yaitu bagaimana kemampuan atau keahlian atasan menyangkut segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan
Spector, 1997. Kepemimpinan laki-laki dan perempuan pada dasarnya tidak jauh berbeda
dengan kepemimpinan pada umumnya, yang membedakan adalah gaya
Universitas Sumatera Utara
kepemimpinannya Paramita, 2008. Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas
kepemimpinan adalah
karakteristik kepribadian
pemimpin. Karakteristik kepribadian antara pemimpin laki-laki dan perempuan jelas berbeda.
Laki-laki diasumsikan memiliki sifat seperti tegas, agresif, ambisi, dan memiliki pola pikir logis sedangkan perempuan digambarkan pasif, submisif, emosional
dan tidak tegas Deux Lewis, dalam Baron Byrne, 2004. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan tetap ada terutama dalam hal
identifikasi, keyakinan diri, nilai moral, kepedulian interpersonal dan penggunaan kekuasaan. Perbedaan yang muncul diantaranya adalah sikap terhadap kekuasaan,
kecenderungan untuk bekerjasama, orientasi peran gender dan sikap terhadap diri sendiri. Perbedaan-perbedaan ini mungkin merupakan perbedaan yang ada terus
diantara kedua jenis kelamin tersebut yang dapat mempengaruhi kepemimpinan. Bass, 1990.
Rosener dalam Jewell, 1998 menyatakan perempuan lebih cenderung menggunakan kepemimpinan yang interaktif, membesarkan hati para anggotanya,
berbagi cerita tentang kemampuan dan informasi, menaikkan keberhargaan diri seseorang dalam organisasi itu, dan membuat orang lain bangga dan senang
terhadap pekerjaan mereka. Sharpe 2000 mendapati bahwa perempuan selalu lebih mementingkan hubungan interpersonal, komunikasi, motivasi pekerja,
berorientasi tugas, dan bersikap lebih demokratis dibandingkan dengan laki-laki yang lebih mementingkan aspek perancangan strategik dan analisa.
Universitas Sumatera Utara
Dari penjelasan tentang kecenderungan pada kepemimpinan perempuan, dilihat bahwa pemimpin perempuan memiliki komponen hubungan personal yang
lebih baik dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikuatkan oleh Tannen dalam penelitian Sudarmo 2010 yang menyatakan bahwa pemimpin yang menekankan
pada hubungan dan keakraban yang cenderung dimiliki oleh perempuan, memungkinkan seorang pemimpin tersebut bersikap egalitarian, memberdayakan
segenap anggotanya, serta menekankan struktur organisasi. Adler 1996 menemukan kalau wanita sebagai kepala Negara di dunia ini cenderung
meminimalisirkan permerintahan yang hirarki, mereka menggunakan proses inklusif untuk membangun suatu mufakat dan memfokuskan pada pembentukan
persatuan yang utuh. Papu 2002 bahwa para supervisor dapat memperoleh loyalitas dan kepercayaan dari bawahannya jika ia memperlakukan bawahannya
sebagai mitra kerja. Sehingga dalam komponen hubungan personal, pemimpin perempuan dapat memberi kepuasan kepada karyawan dibandingkan pemimpin
laki-laki. Pemimpin
pria lebih
task-oriented sedangkan
wanita lebih
peoplerelations-oriented Wexley, Yukl,1997. Pemimpin yang task-oriented berfokus pada prosedur pelaksanaan tugas dan pencapaian tujuan. Seorang
pemimpin yang berorientasi pada tugas kurang peduli terhadap ide-ide yang dikemukakan oleh bawahan, ia lebih berfokus pada mencari teknis. langkah
pelaksanaan tugas guna mencapai tujuan tersebut. Dari penjelasan ini dapat dilihat bahwa laki-laki cenderung tingi pada komponen kemampuan teknis dbandingkan
dengan perempuan.
Berbeda dengan
task-oriented, kepemimpinan
Universitas Sumatera Utara
peoplerelations-oriented berorientasi pada hubungan yang difokuskan untuk mendukung, memotivasi dan mengembangkan orang-orang di dalam tim dan
hubungan yang terbentuk. Gaya kepemimpinan ini mendorong kerja sama dan kolaborasi tim melalui pengembangan hubungan yang positif dan komunikasi
yang baik. Pemimpin berorientasi pada hubungan memprioritaskan kesejahteraan semua orang dalam kelompok, dan akan menempatkan waktu dan usaha dalam
memenuhi kebutuhan individu setiap orang yang terlibat. Bass 1990 menyatakan bahwa gaya kepemimpinan peoplerelations-
oriented lebih memberikan kepuasan bagi karyawan. Kepuasan karyawan akan lebih tinggi ketika ada kedekatan secara psikologis antara atasan dan bawahan
Julian, 1964, dalam Bass, 1990 Bass 1990 menemukan bahwa gaya kepemimpinan peoplerelations-oriented dihubungkan dengan kepuasan bawahan
sedangkan gaya kepemimpinan task-oriented dihubungkan dengan kinerja kelompok.
Berdasarkan uraian diatas, jelaslah bahwa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang mana perbedaan ini akan menyebabkan perbedaan gaya
kepemimpinan laki-laki dan perempuan dan menimbulkan penilaian yang berbeda bagi bawahan terhadap kepemimpinan laki-laki dan kepemimpinan perempuan
pada suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
D. HIPOTESIS