Kemanfaatan Bagi Pecandu Narkotika Dalam Fakta Di Lapangan

melindungi masyarakat dan para penyalahguna dan atau pecandu dari dampak buruk narkoba. Keterkaitan tujuan pemidanaan untuk mencegah seseorang supaya tidak melakukan kejahatan tindak pidana narkotika juga jelas berkaitan, karena hakim tidak selalu menjatuhkan vonis sanksi tindakan, tetapi disertai pidana penjara, seperti vonis yang menjatuhkan bahwa si tersangka di jatuhkan pidana penjara 1 satu tahun dengan tetap di rehabilitasi, yakni di rehabilitasi medis atau rehabilitasi sosial.

1. Kemanfaatan Bagi Pecandu Narkotika Dalam Fakta Di Lapangan

Kebijakan yang telah tertuang dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, memperluas peluang bagi pecandu narkotika untuk mendapatkan kesempatan menjalani proses pengobatan danatau perawatan melalui fasilitas rehabilitasi. Sebagaimana diungkapkan pada teori kemanfaatan sebagai acuan analisis aplikasi kebijakan hukum pidana terhadap pelaksanaan rehabilitasi sosial “menitiktekankan pada UU atau kebijakan hukum pidana seyogianya memberikan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dalam kehidupan”. Acuan teori tersebut jika dikaitkan kepada tujuan hukum yakni :keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum 110 110 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, PT. Toko Gunung Agung Tbk-2002, hlm. 83 , sepantasnya dalam memformulasikan kebijakan guna lebih efektif dan efisien sangat diperlukan keterpaduan antar institusi dari pihak aparat penegak hukum Polisi, Jaksa, Hakim dan pihak BNN Universitas Sumatera Utara dengan pihak eksekutif yakni Kementrian Sosial RI sebagai penanggung jawab pelaksana panti Rehabilitasi PSPP “Insyaf”. Rangkaian lain dari Teori Pencegahan dari Peter Hoefnagels, antara penyusunan regulasi kebijakan hukum pidana dengan pelayanan melalui sarana panti rehabilitasi Pamardi Insyaf terhadap para pencadu cukup singkron dalam pendukung peran dan fungsi dari tanggung jawab pemerintah. Hanya saja jika dikaitkan dengan ketentuan kewenangan dari hakim yang menagani perkara pecandu narkotika sedikit berbeda dan bahkan komunikasi belum terbangun secara maksimal guna kemaksimalan dalam pencapaian kebijakan yang telah disahkan. 111 Patut digarisbawahi yang menjamin upaya rehabilitasi adalah untuk para korban dan pecandu, bukan untuk penyalahguna seperti pengedar. 112 Motif rehabilitasi untuk para pecandu narkotika adalah untuk kepentingan pemulihan sembuh dari narkotika bagi para pecandu dan korban. Vonis yang dijatuhkan seperti menghukum dengan menjalani rehabilitasi di tempat yang sudah di tentukan, dan ada masa hukumannya. Yang terpenting dalam putusannya tetap ada hukumannya. Putusan rehabilitasi bukan berdiri sendiri, dan tetap diingatkan bahwa perbuatannya adalah salah. Proses ini melalui attachment. 113 111 Lihat SEMA No. 4 Tahun 2010, point 2 dan 3. Kalau murni pengedar, di penjara. Kalau murni pemakai, direhabilitasi. Orientasi penindakannya saja yang harus dilihat. 112 Wawancara dengan Indra Cahaya SH. MH , selaku Hakim Pidana Pengadilan Negeri Medan. Tanggal 3 Juli 2014 . 113 Ibid Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan rehabilitasi untuk para pecandu narkotika perlu mendapatkan prioritas penyembuhan. Yang cukup membantu menemukenali sumber-sumber atau sebab-sebab yang dapat menimbulkan prilaku menyimpang dari para pecandu narkotika. Sebagaimana ungkapan Bimo Walgito yang dikemukakan secara tidak langsung oleh Abintoro Prakoso 114 Sebagaimana ungkapan dari salah seorang Hakim mengemukakan terhadap pengaplikasian kebijakan pidana akan jelas berbeda penjatuhan sanksi pidana penjara yang diberikan kepada si penyalahguna bagi pengedar dengan pengguna.. Hal itu dikarenakan adanya kekhawatiran Vonis penjara yang dijatuhkan kepada para pecandu bisa memperburuk pengembangan dirinya menjadi lebih dekat dengan narkoba, karena keadaan di penjara tidak menjamin si pecandu dapat pulih dari narkoba. ungkapan pihak medis menyatakan lebih baik mencegah dari pada mengobati. 115 Beberapa fakta yang berhasil dihimpun dalam mendukung temuan lapangan dinyatakan 70 pecandu narkotika yang penyelesaiannya dilakukan lewat penjatuhan vonis penjara, dapat kembali menjadi penyalahguna yakni pecandu sekaligus pengedar. 116 114 Abintoro Prakoso, “Kriminologi Hukum Pidana” Laksbang Grafika-2013, hlm. 207. Secara tidak langsung peningkatan kemampuan dari sang pecandu tingkat inteltualitas kejahatanya yang telah meningkat menjadi corong pasar gelap narkotika. 115 Wawancara dengan Vicky Adha, S.H., Pengacara Kasus Narkotika, Tanggal 26 Juni 2014. 116 http:health.liputan6.comread2065274bnn-upayakan-pengguna-narkoba-tak-masuk- penjarasthash.KdkAGwU7.dpuf, . Diakses pada tanggal 24 Juni 2014. Universitas Sumatera Utara Tujuan rehabilitasi adalah refungsionalisasi secara fisik, sosial, keterampilan dan sebagainya. Kebijakan rehabilitasi sosial bagi para pecandu narkotika di Pamardi Putra Insyaf menggunakan metode therapeutic community, dengan suatu metode Social group work. Hal itu ditujukan bagi korban penyalahguna Napza, yang membawa prinsip “menolong orang lain untuk menolong dirinya sendiri”. Pelaksanaan metode therapeutic community menekankan pada pemangkasan perilaku pengguna, dengan menjalankan kegiatan individu dan kelompok yang dikondisikan. Di dalam pusat rehabilitasi, pecandu narkotika mendapatkan perawatan khusus. 117 Tingkat keberhasilan di seluruh dunia dengan menggunakan metode therapeutic community ini dalam pelaksanaan rehabilitasi adalah 80, dan itu sangat jauh dengan keberhasilan jika si pecandu dan korban dijatuhkan vonis penjara. 118 Aturan kebijakan secara internal pada aplikasi rehabilitasi pecandu narkotika pada Pamardi Putra Insyaf memiliki target penerima manfaat dalam setiap tahunnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Seksi Program dan Advokasi Sosial, 119 tergambar dalam tabel : 117 Wawancara dengan Sinar Sebayang, Kepala Panti Sosial Pamardi Putra “INSYAF” Sumatera Utara. Tanggal 11 Juli 2014. 118 http: dedihumas.bnn.go.idreadsectionartikel20120313324mengenal-therapeutic- community. Diakses pada tanggal 5 Juli 2014. 119 Wawancara dengan Ibu Meisi, Kasi Program Advokasi dan Sosial PSPP Insyaf, tanggal 22 Agustus 2014, pukul 13.30 Wib. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Tabulasi Taget Penerima Manfaat Setiap Tahun Dalam Perencanaan PSPP Insyaf Sumatera Utara Keterangan Jumlah Terpadu 70 orang Re-entry B 50 orang Total 120 orang Tabulasi data diatas memberikan peluang yang cukup besar bagi kesempatan para pemakai narkoba, guna mendapatkan penyembuhan secara rehabilitasi, bukan di penjara demi efek jera. Karena bagaimanapun pemakai narkoba adalah merupakan orang yang sedang kesakitan dan membutuhkan penanganan untuk pemulihan. Pemulihan dengan cara perawatan tidak didapatkan oleh pecandu narkotika apabila ia dimasukkan ke dalam Lembaga Pemasyarakatan. Hanya saja untuk efektivitas jangkauan dalam proses besaran penerima manfaat yang sembuh berpeluang kembali lagi, di 2 dua tahun terakhir sejak adanya pergantian kepemimpinan, bagi pecandu yang telah selesai masa rehabiltasinya, kesempatan untuk mendapatkan pelayanan rehabilitasi relaps tidak dapat diterima lagi oleh pihak terkait. Klasifikasi model layanan untuk July 2014, terangkai dalam pola pendekatan hal itu bertujuan guna melakukan penyembuhan kepada para pecandu terangkai dalam tabel sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Klasifikasi Pola Layanan Pendekatan Terhadap Penerima Manfaat pada July 2014 Jenis Entry Unit Primary House Re - Entry A Re - Entry B Ganja 6 4 - 12 Sabu 13 18 2 - Sabu Ganja 7 18 2 - Sabu, Ganja Inex 1 - - - Ganja Minuman Keras - - - 28 PutauSabuGanja - - - 1 Lem - - - 1 Total 27 40 4 45 Berdasarkan hal tersebut diatas, maka kebijakan hukum pidana dalam penanggulangan dan pencegahan kejahatan tampak tertuang dalam penentuan sanksi oleh hakim di dalam ketentuan mengenai pecandu dan korban narkotika melalui Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Hal tersebut menunjukkan adanya perhatian Negara dalam usaha yakni cenderung menjatuhkan sanksi tindakan berupa rehabilitasi. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN REHABILITASI TERHADAP

PECANDU NARKOTIKA

A. Hambatan Eksternal

1. Kebijakan

Konteks kebijakan sebagai aturan yang tertulis dalam memenuhi penegakan hukum terhadap kejahatan narkotika cenderung masih bersifat kontradiktif, dari berbagai pandangan masing-masing penegakan hukum, praktisi dan masyarakat. 120 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika tidak tegas mengatur kedudukan hukum bagi para pengguna narkotika, sehingga keberagaman istilah untuk pengguna narkotika mengaburkan kedudukan hukum terhadap layanan rehabilitasi pecandu dan pengguna narkotika, mempertegas pernyataan pendapat dari narasumber diatas. 121 Kebijakan internal PSPP Insyaf memberi ruang diskriminasi kepada calon penerima manfaat. Dimana setiap calon penerima manfaat rehabilitasi harus memenuhi SOP Standar Operasional Prosedural administrasi. Misalnya ditolak karena tidak memenuhi syarat kelengkapan dokumen administrasi, seperti Akte Kelahiran, Ijazah yang terakhir dan lain-lain. Hal ini menjadi suatu kesulitan 120 Wawancara dengan Bapak Ipan Staf Advokasi PSPP Insyaf, tanggal 15 Juli 2014. 121 Lihat Pasal 4 dan Pasal 54 Jo Pasal 127 Ayat 1. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Terhadap Pembayaran Dalam Perjanjian Pemborongan Kerja Penyediaan Makanan(Studi Pada Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Dengan Cv. Tri Putra Manunggal Di Medan)

15 127 93

Analisis Yuridis Rehabilitasi Terhadap Pecandu Narkotika Dalam Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana Nasional

5 136 119

Evaluasi Proyek Rehabilitasi Sosial Mantan Pecandu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif ( Kasus Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra " Galih Pakuan" Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

1 17 97

SKRIPSI URGENSI REHABILITASI PECANDU BAGI URGENSI REHABILITASI PECANDU BAGI PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PSIKOTROPIKA.

0 3 13

NASKAH PUBLIKASI REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA Rehabilitasi Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Yuridis-Empiris Di Lapas Narkotik Yogyakarta).

0 1 15

KEBIJAKAN PENEGAK HUKUM DALAM MELAKUKAN REHABILITASI TERHADAP PECANDU NARKOTIKA PADA ANAK DIBAWAH UMUR.

0 0 8

PELAKSANAAN REHABILITASI SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA (Studi Pada Loka Rehabilitasi Kalianda)

1 1 14

BAB II APLIKASI KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM PELAKSANAAN REHABILITASI PECANDU NARKOTIKA A. Kebijakan Kriminal Dalam Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan - Aplikasi Kebijakan Hukum Piana Terhadap Pelaksanaan Rehabilitasi Pecandu Dalam Tindak Pidana Nark

0 1 50

BAB I PENDAHULUAN - Aplikasi Kebijakan Hukum Piana Terhadap Pelaksanaan Rehabilitasi Pecandu Dalam Tindak Pidana Narkotika (Studi Di Rehabilitasi Kementerian Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara)

0 0 24

APLIKASI KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKSANAAN REHABILITASI PECANDU DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA (Studi di Rehabilitasi Kementerian Sosial Pamardi Putra “INSYAF” Sumatera Utara)

0 0 13