Pembinaan lanjut merupakan tahap untuk memelihara dan memantapkan kondisi kepulihan eks penerima manfaat dari ketergantungan terhadap narkotika setelah
selesai menjalani pelayanan dan rehabilitasi sosial di panti rehabilitasi.
Keseluruhan tahapan proses rehabilitasi dalam penjabaran diatas dimaksudkan sebagai langkah yang sistematis yang bertujuan untuk memulihkan
kondisi fisik dan mental para penerima manfaat agar nantinya dapat kembali ke lingkungan sosialnya di masyarakat tanpa harus bersentuhan lagi dengan NAPZA.
Pelaksanaan keseluruhan proses rehabilitasi sosial tentunya sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan. Karena tahapan yang
tersusun sistematis secara konseptual tidak selalu dapat diterapkan dengan sempurna pada kenyataan yang disebabkan oleh banyak faktor. Hasil observasi
yang dilakukan dalam proses pelaksanaan rehabilitasi terhadap pecandu narkotika di PSPP Isnyaf memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut :
1. Kondisi Fisik
Pelaksanaan tahapan proses rehabilitasi sosial dengan kaitan fasilitas, daya tampung dan lokasi panti rehabilitasi akan sangat mempengaruhi kenyamanan
semua pihak yang terlibat dalam proses rehabilitasi. Fasilitas juga akan mempengaruhi daya tampung pelayanan sosial pada para penerima manfaat. Baik
berupa fasilitas yang berkaitan langsung dengan penerima manfaat seperti penginapan, makan, alat peraga pembinaan, sampai pada fasilitas komunikasi. Juga
fasilitas tidak langsung seperti akses transportasi ke lokasi panti.
Universitas Sumatera Utara
Pada awal pendiriannya hingga tahun 2008 PSPP Insyaf beralamat di Jl. Williem Iskandar No. 377 Medan. Dalam Keputusan Menteri Sosial No.
09HUK2008 tanggal 23 Januari 2008, dilakukan pemindahan lokasi PSPP Insyaf ke desa Lau Bakeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang. PSPP INsyaf
sumut Lau bakeri memliki luas tanah 46.962 m2 dengan luas bangunan 8.103 m2 fasilitas yang tersedia di PSPP Insyaf lau bakeri yaitu :
1. Kantor 2. Aula
3. Ruang Pendidikan 4. Ruang Fungsi
5. Ruang Perpustakaan 6. Ruang Assesment
7. Ruang data dan informasi 8. Ruang Komputer
9. Asrama Konvensional dan terpadu 10. Asrama re-entry putra
11. Gedung khusus rehabilitasi terpadu 12. Gedung Poliklinik
13.Gedung Keterampilan Elektro 14. Keterampilan otomotif roda 2 dan roda 4
15. Kenderaan Dinas BUS 16. Lapangan OlahragaGOR
17 Lapangan Volly dan Sepak Bola 18. Guest House
19. Gazebo 20. Rumah Dinas
21. Dapur dan Ruang Makan Kelayan
Sebelumnya gedung ini digunakan untuk penerima manfaat rehabilitasi sosial untuk penderita cacat, tetapi beralih fungsi untuk rehabilitasi pecandu narkotika.hal
ini dilakukan untuk menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif dalam proses rehabilitasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Para Penghuni Panti Jumlah, asal Daerah
Besarnya kerusakan yang ditimbulkan akibat perilaku menggunakan narkoba sangatlah kompleks. Adiksi atau ketergantungan terhadap narkoba merupakan suatu
kondisi dimana seseorang mengalami ketergantungan baik secara fisik dan psikologis terhadap suatu zat adiktif dan menunjukan tanda-tanda sebagai berikut,
yaitu adanya toleransi dimana individu membutuhkan narkoba dalam jumlah yang semakin lama semakin besar untuk dapat mencapai keadaan fisik dan psikologi
seperti yang diinginkan. Selain itu ketergantungan narkoba juga mempunyai cirri yang dikenal dengan istilah sakaw yaitu keadaan dimana muncul gejala-gejala fisik
dan psikologi yang tidak nyaman apalagi penggunaan zat dihentikan. Penghuni Panti Insyaf saat ini berjumlah 110 orang dan semua penghuni
adalah laki-laki. Tidak diterimanya pecandu perempuan karena menghindari sexual acting out. Kapasitas daya tampung dan isi PSPP “Insyaf” Lau Bakeri dalam
melaksanakan rehabilitasi sosial yakni untuk kapasitas isi 150 orang dan kapasitas tampung 100 orang. Hal tersebut dapat kita lihat pada grafik berikut:
Universitas Sumatera Utara
Grafik 1.
Sumber : Seksi Rehabilitasi Sosial PSPP “INSYAF” Sumatera Utara
Berdasarkan grafik diatas menunjukan bahwa penerima manfaat rehabilitasi mayoritas berasal dari kota medan bahwa medan sudah sangat terpengaruhi dengan
narkotika sehingga rentan dengan kriminal. Persentase berikutnya ditempati orang yang berasal NAD, Kabupaten Langkat, Kabupaten Karo, Kabupaten Labuhan Batu
Utara. Kabupaten Dairi dan Provinsi Riau memiliki jumlah yang seimbang untuk penerima manfaat rehabilitasinya. Disusul dari daerah Kabupaten Asahan, Kota
Tanjung Balai dan Kabupaten Simalungun.
3. Aturan-aturan internal