membagi bagian dalam testis menjadi beberapa kompartemen internal yang dinamakan lobulus. Setiap lobulus memiliki satu hingga tiga
tubulus seminiferus, dimana spermatozoa diproduksi.
9
Tubulus seminiferus terdiri dari dua jenis sel, yaitu sel spermatogenik dan sel sertoli. Sel spermatogenik memiliki fungsi
sebagai sel penghasil spermatozoa, sedangkan sel sertoli berfungsi membantu proses spermatogenesis. Di ruang antara tubulus seminiferus
terdapat kumpulan sel yang disebut sel Leydig. Sel Leydig berfungsi untuk menghasilkan hormon testosteron, umumnya androgen. Hormon
androgen berfungsi membantu perkembangan maskulin. Selain itu, hormon androgen juga berfungsi menghasilkan libido pada pria.
10
Gambar 2.2 Potongan sagital testis Testis memiliki septum sehingga
membentuk lobulus-lobulus yang tersusun atas tubulus seminiferus.
9
2.1.2 Sistem Duktus
Sistem duktus pada saluran reproduksi pria memiliki fungsi untuk membawa sperma matur dari testis ke bagian eksterior tubuh. Sperma
yang terdapat pada testis akan disalurkan menuju duktus eferen, lalu masuk ke dalam epididimis untuk mengalami proses pematangan dan
penyimpanan sperma. Setelah itu, spermatozoa akan disalurkan menuju duktus deferen hingga akhirnya memasuki duktus ejakulatorius.
Spermatozoa dialirkan keluar tubuh melalui uretra dalam bentuk semen.
11
2.1.3 Kelenjar Aksesorius
Kelenjar aksesorius memiliki fungsi untuk menutrisi dan melindungi sperma. Kelenjar aksesorius pada saluran reproduksi pria terdiri atas 3
kelenjar berikut :
Vesikula seminalis Vesikula seminalis merupakan kantong berkelok-kelok yang
berakhir ke dalam duktus ejakulatorius. Sekret yang dihasilkan berkonsistensi kental dan mengandung basa. Sekret tersebut juga
kaya akan fruktosa yang mampu menutrisi dan melindungi sperma.
11
Kelenjar prostat
Prostat mensekresi cairan basa yang berfungsi untuk menetralisir keadaan asam dalam vagina. Selain itu, cairan ini juga dapat
meningkatkan motilitas sperma yang akan mencapai kemampuan optimal dalam pH 6,0 sampai 6,5.
11
Kelenjar bulbouretral
Kelenjar ini dikenal juga dengan sebutan kelenjar Cowper. Kelenjar ini berukuran kecil dan berbentuk menyerupai kacang
polong. Fungsi dari kelenjar bulbouretral adalah untuk menghasilkan cairan basa yang mengandung mukus ke dalam
uretra penis untuk melumasi dan melindungi sperma.
11
2.1.4 Skrotum
Kulit skrotum merupakan kulit yang berpigmen, tersusun atas lipid dan kaya akan kelenjar keringat dan sebasea. Pada bagian dalam,
skrotum tersusun atas dua kompartemen yang dipisahkan oleh septum. Pada gambar 2.3 dijelaskan bahwa pada lapisan subkutan skrotum dapat
diidentifikasi M.dartos. Selain itu, masing-masing testis dihubungkan dengan skrotum oleh M.cremaster.
12
Skrotum berfungsi sebagai kantong penyangga testis. Selain itu, skrotum juga berfungsi mengatur suhu testis. Terdapat beberapa
mekanisme untuk meregulasi suhu testis. Lokasi skrotum dan kontraksi serat otot dapat meregulasi suhu dalam testis. Produksi sperma normal
memerlukan suhu 2°-3°C lebih rendah dari suhu inti tubuh. Pada temperatur yang lebih rendah, M.cremaster dan M.dartos akan
berkontraksi. Kontraksi M.cremaster akan menyebabkan posisi testis mendekat ke inti tubuh sehingga dapat menyerap panas tubuh, sedangkan
kontraksi M.dartos menyebabkan kulit skrotum berkerut hingga mengurangi pelepasan panas pada skrotum.
9
Gambar 2.3 Skrotum dan lapisannya Lapisan skrotum dari luar ke dalam tersusun atas kulit
dan lapisan subkutan. Lapisan subkutan tersusun atas M. Dartos dan M. Cremaster.
12
2.1.5 Penis
Penis memiliki uretra sebagai saluran ejakulasi semen dan eksresi urin pada pria, hal ini dapat dilihat pada gambar 2.4. Penis memiliki
bentuk silindris dan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu body, glans penis, dan root. Pada bagian body terdapat jaringan fibrosa yang disebut tunika
albugenia. Diantara corpora cavernosum penis dan corpus spongiosum penis terdapat jaringan erektil yang kaya akan pembuluh darah.
9
Gambar 2.4 Potongan frontal penis Uretra pada penis memiliki fungsi sebagai saluran
ejakulasi semen dan eksresi urin pada pria .
9
2.2 Anatomi Sistem Reproduksi Mencit Jantan
Saluran reproduksi mencit jantan, seperti yang dijelaskan pada gambar 2.10, terdiri atas sepasang testes dengan epididimis, vesikula seminalis,
prostat, kelenjar bulbouretra, kandung kemih, dan penis. Testes dapat terletak di dalam abdomen atau skrotum, hal ini disebabkan oleh karena hewan
pengerat memiliki kanal ingunalis yang terbuka. Prostat pada mencit terbagi menjadi empat lobus, yaitu lobus anterior, lateral, dorsal, dan ventral.
17
Gambar 2.10 Saluran reproduksi mencit Saluran reproduksi mencit jantan terdiri atas
testes, epididimis, veikula seminalis, prostat, kelenjar bulbouretra, kandung kemih, dan penis.
17
2.3 Fisiologi Sistem Reproduksi Pria
2.3.1 Spermatogenesis
Pada manusia, proses spermatogenesis berlangsung selama 65 – 75 hari.
Proses spermatogenesis diawali dengan terbentuknya spermatogonia dengan jumlah kromosom diploid 2n. Spermatogonia merupakan stem cell yang
terdapat di membran basal tubulus seminiferus. Spermatogonia yang memasuki blood-barrier testes akan mengawali proses spermatogenesis. Spermatogonia
berdiferensiasi menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer memiliki jumlah kromosom diploid 2n dengan total jumlah 46 kromosom sama dengan
spermatogonia.
9
Setelah itu, DNA dalam masing-masing kromosom spermatosit primer bereplikasi secara meiosis. Pada proses meiosis I terbentuk spermatosit
sekunder. Setiap meiosis sekunder mengandung 23 kromosom dan bertipe haploid n. Pada proses meiosis II terbentuk spermatid.
9
Gambar 2.5 Proses spermatogenesis Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus testis.
Spermatogenesis akan menghasilkan spermatid.
9
2.3.2 Spermatozoa
Terdapat 300 sperma yang telah melewati proses spermatogenesis lengkap setiap harinya. Sperma memiliki panjang 60 µm dan terdiri dari beberapa
struktur yang telah diadaptasi untuk melakukan penetrasi pada oosit sekunder. Seperti yang dijelaskan pada gambar 2.5, bagian mayor dari sperma dibagi
menjadi dua, yaitu bagian kepala dan ekor. Pada bagian kepala dikandung sebuah nukleus dengan 23 kromosom. Pada dua pertiga bagian nukleus dilapisi
dengan akrosom yang mengandung enzim hyaluronidase dan protease yang memudahkan sperma untuk melakukan penetrasi pada oosit sekunder. Bagian
ekor dibagi menjadi empat bagian, yaitu neck, middle piece, principal piece, dan end piece. Dalam sekali ejakulasi, sperma tidak dapat hidup lebih dari 48 jam di
dalam saluran reproduksi wanita.
9
Gambar 2.6 Morfologi sperma Sperma terdiri dari dua bagian,
yaitu kepala dan ekor.
9
2.3.3 Semen
Semen merupakan campuran dari sperma dan cairan seminal. Cairan seminal merupakan cairan yang diseksresi oleh tubulus seminiferus, vesikula seminalis,
prostat, dan kelenjar bulbouretra. Volume semen yang disekresikan tiap sekali ejakulasi pada umumnya sekitar 2,5
– 5 mL dengan jumlah sperma sekitar 50- 150 juta per mL semen. Semen memiliki pH yang basa, yaitu sekitar 7,2
– 7,7. Konsistensi semen lengket dan kental, sedangkan penampakannya berwarna
putih susu.
10
2.4 Infertilitas
Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan memperoleh keturunan dalam jangka waktu lebih dari 12 bulan pada pasangan suami istri yang telah
rutin melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
9
Infertilitas pada pria dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain gangguan hormon, faktor genetik, faktor imunologi, faktor sistemik, dan faktor eksogen.
Salah satu faktor eksogen yang dapat menyebabkan infertilitas adalah stress oksidatif.
13
Terdapat 15 kasus infertilitas pada pasangan suami di dunia. Pada 30-40 kasus infertilitas pada pasangan suami istri disebabkan oleh infertilitas pada pria
yang tidak diketahui penyebabnya atau bersifat idiopatik. Pada pasien pria dengan infertilitas idiopatik, tidak terdapat riwayat masalah fertilitas dan
gangguan hormon. Selain itu, pemeriksaan fisik pada pasien tersebut menunjukkan hasil yang normal. Namun, pada analisa semen akan didapatkan
penurunan jumlah sperma oligozoospermia, penurunan motilitas sperma asthenozoospermia, dan morfologi sperma abnormal teratozoospermia.
14
Infertilitas pada pria yang bersifat idiopatik cenderung dikaitkan dengan status stress oksidatif akibat peningkatan kadar ROS.
15
Infertilitas pada pria lebih sering terjadi dibandingkan dengan infertilitas pada wanita. Hal ini disebabkan
oleh sel germinal pria yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap stress oksidatif. Sel sperma secara rutin terpapar oleh ROS, hal ini disebabkan oleh sperma dapat
menghasilkan ROS melalui fosforilasi oksidatif yang terjadi pada mitokondria sperma. Selain itu, sel sperma terdiri atas banyak polyunsaturated fat, sehingga
menjadi target utama terjadinya peroksidasi lipid.
16
2.5 Vitamin E
Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lipid. Vitamin E memiliki dua substansi biologis yang aktif, yaitu tocopherol dan tocotrienols. Vitamin E
merupakan antioksidan terpenting yang dapat larut dalam lipid pada membran sel. Vitamin E melindungi fosfolipid yang tak tersaturasi pada membran dari
degradasi oksidatif akibat Reactive Oxygen Species ROS dan radikal bebas lainnya. Pada gambar 2.7
dilampirkan mekanisme vitamin E, terutama α- tocopherol, dalam mengikat ROS.
8