Perbandingan hasil pengukuran peubah tegakan di lapangan dengan

B. Perbandingan hasil pengukuran peubah tegakan di lapangan dengan

citra satelit SPOT 5 Hasil pengukuran yang dilakukan di lapangan menunjukkan persentase penutupan tajuk berkisar antara 4 sampai dengan 94 , sedangkan hasil interpretasi citra SPOT 5 untuk persentase penutupan tajuk berkisar antara 9.67 sampai dengan 96.00 . Jika dilihat dari nilai rata-rata persentae penutupan tajuk di citra SPOT 5 Supermode adalah 48.02 sedangkan untuk persentase nilai penutupan tajuk di lapangan adalah 43.46 , berdasarkan nilai rata-rata antara persentase penutupan tajuk hasil interpretasi pada citra SPOT 5 dengan data di lapangan mempunyai nilai selisih sebesar 4.56 , yaitu hasil interpretasi dengan citra Cs lebih besar dari pada data di lapangan C. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran Cs cenderung overestimate. Hal ini disebabkan beberapa hal: • Adanya perubahan kerapatan tegakan di lapangan adanya perbedaan waktu perekaman dan pengamatan lapang yang berkisar 1 tahun. • Kemampuan mata interpreter dalam mengukur Cs. Untuk pengukuran diameter tajuk pada plot pengukuran di lapangan D diperoleh nilai rataan 10.21 m, sedangkan nilai interpretasi diameter tajuk rata-rata pada citra SPOT 5 Ds adalah 11.36 m. Dilihat dari nilai rata-rata yang diukur di lapangan dengan nilai hasi interpretasi citra maka nilai yang diukur pada citra lebih besar jika dibandingkan dari hasil pengukuran di lapangan. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa hal : 1. Keterbatasan interpreter dalam mendeliniasi batas tutupan tajuk. Beberapa gap tajuk tidak teridentifikasi secara jelas sehingga diameter tajuk yang diamati melalui citra cenderung “overestimate”. 2. Sulit memisahkan pohon-pohon yang tajuknya berhimpitan dan overlap, sehingga pengukuran Ds di citra cenderung lebih besar. Sedangkan untuk jumlah pohon yang ditemukan pada plot contoh di lapangan lebih besar jika dibandingkan dengan hasil interpretasi pada citra SPOT 5, hal ini desebabkan sulit memisahkan pohon-pohon yang tajuknya berhimpitan dan overlap, sehingga pengitungan jumlah pohon pada citra SPOT 5 lebih kecil. Hasil pengukuran yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan dan hasil interpretasi citra disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Data hasil pengukuran di lapangan dan interpretasi Citra SPOT 5 Supermode pada hutan lahan kering Peubah Tipe Hutan Lahan Kering Lapangan SPOT 5 Minimum Maksimum Rata-rata Minimum Maksimum Rata-rata C 4.00 94.00 43.46 9.67 96.00 48.02 D m 3.60 21.19 10.21 3.52 14.92 11.36 N 70.00 240.00 130.16 50.00 200.00 105.50 Keterangan : C = persentase kerapatan tajuk D = rata-rata diameter tajuk N = jumlah pohon Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang nyata antara hasil pengukuran lapangan dan citra maka selanjutnya dilakukan uji beda rata-rata dengan uji-z. Hasil uji beda rata-rata antara data hasil pengukuran di lapangan untuk persentase penutupan tajuk C, diameter tajuk rata-rata D, dan jumlah pohon dibandingkan dengan data hasil interpretasi citra SPOT 5. Berdasarkan uji rata-rata dengan uji-z diperoleh kesimpulan bahwa persentase penutupan tajuk dari data lapangan C dengan data citra SPOT 5 Cs menunjukkan bahwa hasil pengukuran di lapangan dengan di citra cukup konsisten tidak ada perbedaan yang nyata, sebagaimana disajikan pada Tabel 8. Demikian juga untuk jumlah pohon di lapangan dengan jumlah penampakan tajuk pada citra Ns. Sedangakan untuk diameter rata-rata dari hasil pengukuran di lapangan D dengan data diameter hasil interpretasi citra Ds menunjukkan bahwa hasil pengukuran di lapangan dengan hasil interpretasi citra tidak konsisten ada perbedaan yang nyata, sebagaimana disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil uji Z antara data hasil pengukuran di lapangan dengan data hasil interpretasi pada citra SPOT 5 Persentase penutupan tajuk di lapangan C dengan persentase penutupan tajuk dari hasil interpretasi pada citra SPOT 5 Supemrond Cs Cs C Rata-rata Mean 48.02 43.46 Ragam Known Variance 251.71 250.83 Jumlah Pengamatan Observations 60.00 60.00 Hipotesis Hypothesized Mean Difference 0.00 z -0.15 PZ=z satu arah one-tail 0.44 z Daerah Kritis satu arah Critical one-tail 1.64 PZ=z Dua arah two-tail 0.88 z Daerah Kritis Dua arah Critical two-tail 1.96 Diameter rata-rata tajuk pohon di lapangan D dengan diameter rata-rata dari hasil interpretsi dengan citra SPOT 5 Supermode Ds Ds D Rata-rata Mean 11.36 10.21 Ragam Known Variance 2.48 1.52 Jumlah Pengamatan Observations 60.00 60.00 Hipotesis Hypothesized Mean Difference 0 z 4.45 PZ=z satu arah one-tail 4.27 z Daerah Kritis satu arah Critical one-tail 1.64 PZ=z Dua arah two-tail 8.55 z Daerah Kritis Dua arah Critical two-tail 1.95 Jumlah pohon di lapangan N dengan jumlah penampakan tajuk pohon dari hasil interpretsi dengan citra SPOT 5 Supermode Ns Ns N Rata-rata Mean 105.50 130.16 Ragam Known Variance 1642.34 1469.23 Jumlah Pengamatan Observations 60.00 60.00 Hipotesis Hypothesized Mean Difference 0 z -3.42 PZ=z satu arah one-tail 0.00 z Daerah Kritis satu arah Critical one-tail 1.64 PZ=z Dua arah two-tail 0.00 z Daerah Kritis Dua arah Critical two-tail 1.95

C. Hubungan antara hasil pengukuran peubah tegakan di lapangan dengan