Kecenderungan penurunan kerapatan pohon pada kelas diameter yang lebih tinggi seperti ini ternyata tidak sama untuk semua jenis, terutama sifat
toleransinya terhadap naungan. Lebih jauh dikemukakan bahwa untuk jenis pohon yang tidak tahan terhadap naungan intoleran, maka kerapatan
pohonnya tidak akan secara drastis berkurang dengan bertambah tingginya kelas diameter, bahkan biasa terjadi kerapatan pohonnya akan rendah pada
kelas diameter yang rendah, kemudian naik sampai pada kelas diameter tertentu tetapi selanjutnya turun kembali pada kelas diameter yang lebih besar
lagi. Pada jenis pohon yang tahan terhadap naungan toleran, kerapatan pohon akan menurun secara drastis dengan bertambahnya tinggi kelas
diameter. Walaupun terdapat bermacam-macam tipe sebaran kerapatan pohon,
terdapat dugaan yang kuat bahwa pada umumnya terdapat hubungan yang kuat antara kerapatan pohon dengan diameter, baik pada jenis pohon yang
toleran maupun pada jenis pohon yang intoleran, sehingga akan terdapat hubungan fungsional antara kelas diameter dengan kerapatan pohonnya. Atas
dasar ini maka struktur tegakan hutan akan dapat dipakai sebagai alat untuk menduga besarnya kerapatan pohon pada setiap kelas diameternya.
D. Diameter pohon
Diameter pohon merupakan salah satu dimensi pohon yang penting, oleh karena selain secara langsung menentukan volume pohon juga akan berperan
sebagai penggantinya dimensi umur pada hutan alam. Umur pohon pada hutan alam hujan tropika secara pasti tidak dapat ditentukan oleh karena tidak
dapat diketahui kapan pohon tersebut mulai tumbuh berkecambah. Atas dasar ini maka dalam setiap pembicaraan mengenai hutan alam tropika,
dimensi umur tidak pernah dipakai sebagai ciri. Diameter pohon biasanya dipakai untuk pengganti umur, walaupun tidak selamanya pohon dengan
diameter kecil menunjukkan umur pohon yang masih rendah Suhendang, 1985.
Diameter pohon dibatasi sebagai panjang garis lurus yang menghubungkan dua buah titik pada garis lingkaran luar pohon dan melalui
titik pusat penampang melintangnya. Besarnya diameter ini dalam suatu
pohon akan berpariasi oleh karenanya maka struktur tegakan ini akan dapat dipakai untuk menduga kerapatan pohon pada berbagai kelas diameter,
apabila dugaan parameter struktur tegakan dan jumlah pohon secara total diketahui.
Diameter batang pohon tidak hanya dapat diduga dengan diameter tajuknya, namun bila ditambah dengan tinggi pohon sebagai peubah bebas
lainnya, maka ada kemungkinan akan dapat meningkatkan ketelitian hasil dugaan yang diperoleh. Tinggi pohon berbanding lurus dengan diameter
batang pohon yang bersangkutan. Dengan kata lain pohon yang tinggi akan mempunyai diameter batang yang besar pula. Sebagai contoh, perbedaan
tinggi pohon pinus putih di Amerika sebesar 10 kaki menunjukkan adanya perbedaan diameter batang sebesar 1 satu kaki dan diameter tajuk 2 dua
kaki Spurr, 1960 dalam Jaya, 2006. Hasil penelitian ditemukan pula adanya korelasi antara diameter tajuk
dengan diameter batang pohon yang diukurdiamati. Hubungan tersebut pada umumnya berbentuk garis lengkung curvilinear yaitu berbentuk sigmoid
huruf-S. Menurut Spurr 1960 dalam Jaya 2007, hubungan yang berbentuk sigmoid tersebut telah dibuktikan dari hasil penelitian Zieger 1928 di
Jerman, Ilvessalo 1950 di Finlandia terhadap pohon pinus; Ferree 1953 di Amerika Serikat terhadap jenis pohon berdaun lebar hardwood; Dilworth
1951 terhadap jenis pohon cemara Douglas; Minor 1951 terhadap jenis pinus bagian Selatan Douglas; Hollerwoger 1954 terhadap jenis kayu jati di
Indonesia; dan dari hasil penelitian para ahli lainnya terhadap berbagai jenis di berbagai tempat. Bentuk-bentuk kurva hubungan antara diameter batang
dan diameter tajuk berbeda-beda untuk setiap jenis dan lokasi pohon bersangkutan. Menurut Eule 1959 dalam Spurr 1960, penjarangan tidak
banyak mempengaruhi bentuk-bentuk hubungan tersebut.
E. Inventarisasi