Macam-macam Bentuk Penahanan Tinjauan Umum tentang Penangkapan dan Penahanan a. Penangkapan

commit to user 1 Penahanan oleh penyidik atau pembantu penyidik : 20 hari 2 Perpanjangan oleh penuntut umum : 40 hari 3 Penahanan oleh penuntut umum : 20 hari 4 Penahanan oleh Ketua Pengadilan Negeri : 30 hari 5 Penahahan oleh hakim Pengadilan Negeri : 30 hari 6 Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri : 60 hari 7 Penahanan oleh Hakim Pengadilan Tinggi : 30 hari 8 Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Tinggi : 60 hari 9 Penahanan oleh Mahkamah Agung : 50 hari 10 Perpanjangan oleh Ketua Mahkamah Agung : 60 hari

d. Macam-macam Bentuk Penahanan

Menurut Pasal 22 KUHAP bentuk penahanan selain penahanan di rumah tahanan Negara, dikenal pula penahanan rumah dan penahanan kota. Cara pelaksanaan penahanan tersebut dikatakan bahwa masa penahanan tersebut dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Sesuatu yang menjadi rumit dalam ketentuan penahanan ini dalam KUHAP ialah adanya perbedaan perhitungan masa penahanan pada penjatuhan pidana dalam ketiga macam bentuk penahanan tersebut Andi Hamzah, 1996 : 140. Menurut Pasal 22 ayat 5 tersebut, untuk penahanan kota pengurangan tersebut seperlima dari jumlah lamanya waktu penahanan sedangkan untuk penahanan rumah sepertiga dari jumlah lamannya waktu penahanan. Ini harus diperhatikan benar-benar oleh pejabat. Yang melakukan penahanan, yaitu penyidik polisi, penuntut umum jaksa, dan hakim. Hal tersebut sehubungan dengan ketentuan Pasal 23 ayat 1 KUHAP yang menegaskan bahwa penyidik atau penuntut umum atau hakim berwenang untuk mengalihkan jenis penahanan yang satu kepada jenis penahanan yang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 212 KUHAP Andi Hamzah, 1996 : 40. commit to user Ini berarti bahwa penyidik atau penuntut umum atau hakim dalam mengalihkan bentuk penahanan dari yang satu kepada yang lain, harus menghitung dengan seksama. Kalau misalnya penahanan kota itu baru berlanjut empat hari tentu menyulitkan dalam perhitungan kalau dialihkan menjadi tahanan di rumah tahanan Negara karena nanti diperhitungkan menjadi empat per lima hari. Jadi tidak cukup satu hari, yang menahan harus memperhatikan bahwa penahanan kota baru dapat dialihkan menjadi tahanan di rumah tahanan Negara kalau sudah ditahan lima hari. Begitu pula dengan penahanan rumah, yang perhitungannya adalah sepertiga dari jumlah waktu penahanan. Ini berarti minimal tiga hari masa penahanan rumah baru dapat dialihkan menjadi tahanan di rumah tahanan Negara agar pengurangan pidana tepat satu hari Andi Hamzah, 1996 : 140. Perlu diperhatikan pula ialah penjelasan Pasal 22 ayat 1 KUHAP yang mengatakan bahwa selama belum ada rumah tahanan Negara di tempat yang bersangkutan, penahanan dapat dilakukan di kantor kepolisian Negara, di kantor kejaksaan negeri, di lembaga pemasyarakatan, di rumah sakit, dan dalam keadaan memaksa tempat di tempat lain Andi Hamzah, 1996 : 141. Dalam praktek yang akan menjadi masalah ialah kalau seorang tahanan rumah masuk ke rumah sakit. Apakah selama di rumah sakit itu tahanannya diperhitungkan sepertiganya dalam penjatuhan pidana karena ia berstatus tahanan rumah sebelum masuk ke rumah sakit, apakah diperhitungkan penuh, karena tahanan di rumah sakit itu menurut penjelasan pasal tersebut sama dengan rumah tahanan Negara. 3.Tinjauan Umum tentang Pra Peradilan a. Pengertian dan Ruang lingkupnya Menurut etimologinya Pra Peradilan terdiri dari dua suku kata, pra berarti sebelum, sedangkan peradilan berarti suatu proses pemeriksaan atas tersangka, saksi-saksi dan barang bukti oleh pengadilan, penuntut umum dan atau penasehat hukum guna mencari kebenaran materiil. Setelah Ketua Pengadilan Negeri memutus perkara dengan menjatuhkan pidana atau commit to user membebaskan terdakwa dan atau melepaskan terdakwa dari segala tuntutan hukum H.A.K. Mochamad Anwar, 2000 : 25. Pra peradilan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutus bukan mengenai pokok perkara tentang keabsahan penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan, penghentian penuntutan dan memutus permintaan ganti kerugian dan rehabilitasi yang perkara pidananya tidak dilanjutkan ke muka sidang Pengadilan Negeri, atas permintaan tersangka atau pelapor atau keluarganya dan atau penasehat hukumnya H.A.K. Mochamad Anwar, 2000 : 25. Keputusan Hakim Pengadilan Negeri di atas hanya mengenai acara pidananya saja tidak mengenai pelanggaran pidananya. Misalnya, si A disangka telah melakukan penipuan sebagaimana diatur dan diancam oleh Pasal 378 KUHP, penyidik dalam melakukan penyidikan tindak pidana tersebut melakukan upaya paksa penangkapan atau penahanan tanpa dilengkapi surat perintah penangkapan atau penahanan dan tidak memberitahukan hal itu kepada tersangka atau keluarganya. Dalam hal ini tersangka atau keluarganya dan atau penasehat hukumnya, dapat mengajukan permohonan gugatan pra peradilan kepada ketua Pengadilan Negeri setempat untuk memeriksa dan memutus keabsahan penangkapan atau penahanan tersebut H.A.K. Mochamad Anwar, 2000 : 25. Selain berwenang memeriksa dan memutus keabsahan penangkapan dan penahanan, hakim pra peradilan berwenang pula memeriksa dan memutus keabsahan penghentian penyidikan. Selain daripada itu, wewenang hakim pra peradilan adalah memeriksa dan memutus permintaan ganti kerugiaan atau rehabilitasi oleh tersangka yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan H.A.K. Mochamad Anwar, 2000 : 26. Pasal 95 KUHAP menyebutkan : 1 Tersangka, terdakwa atau terpidana berhak menuntut ganti kerugian karena ditangkap, ditahan, dituntut, dan diadili atau dikenakan commit to user tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan Undang-undang atau kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan. 2 Tuntutan ganti kerugian oleh tersangka atau ahli warisnya atas penangkapan atau penahanan serta tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orang atau hukum yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 yang perkaranya tidak diajukan ke Pengadilan Negeri diputus Pra Peradilan. 3 Tuntutan ganti kerugiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diajukan tersangka, terdakwa, terpidana atau ahli warisnya kepada pengadilan yang berwenang mengadili tersangka yang bersangkutan. Selanjutnya Pasal 97 KUHAP menyebutkan bahwa : 1 Seorang berhak memperoleh rehabilitasi apabila oleh pengadilan diputus lepas dari segala tuntutan umum yang diputusnya telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 2 Rehabilitasi tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1. Dari ketentuan Pasal 95 KUHAP dapat ditunjukkan bahwa alasan tersangka, terdakwa, terpidana untuk menuntut ganti kerugian selain daripada adanya ketidak absahan penangkapan, penahanan, penuntutan juga dalam hat dikenakan tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau dimaksudkan di sini adalah tindakan-tindakan upaya hukum dwangmiddlenen lainnya seperti pemasukan rumah, penggeledahan, penyitaan barang bukti, penyitaan surat-surat yang dilakukan secara melawan hukum dan menimbulkan kerugian materiil. Hal ini ditetapkan dalam pasal 95 KUHAP tersebut karena dipandang perlu bahwa hak-hak terhadap harta benda dan hal-hak atas privat tersebut perlu dilindungi terhadap tindakan-tindakan melawan hukum H. A. K. Mochamad Anwar, 2000:27. commit to user Sehubungan dengan Pasal 95 ayat 2 KUHAP dan dihubungkan dengan Pasal 77 KUHAP timbul pertanyaan. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi yang bagaimanakah yang menjadi wewenang Pra Peradilan, itu adalah tuntutan ganti kerugian yang perkarannya tidak diajukan ke pengadilan H.A.K. Mochamad Anwar, 2000 : 27. Apabila perkara pidana tidak diajukan ke pengadilan baik karena tidak cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana, sedangkan terhadap tersangka dilakukan penangkapan, penahanan dan tindakan-tindakan lain secara melawan hukum maka tuntutan tersebut diperiksa dan diputus di pra peradilan. Apabila perkaranya dihentikan sedangkan tersangka sebelumnya dikenakan penangkapan, atau penahanan tanpa alasan yang sah atau kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan, maka rehabilitasi diberikan oleh hakim pra peradilan. Dengan demikian keputusan pengadilan berupa penetapan H.A.K. Mochamad Anwar, 2000 : 27 .

b. Pihak-pihak yang dapat Mengajukan Pra Peradilan

Dokumen yang terkait

Kajian Perbandingan Hukum Atas Pembuktian Menurut Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia Dengan Sistem Peradilan Pidana Di Amerika Serikat

9 92 134

STUDI PERBANDINGAN HUKUM PENGATURAN SISTEM PRA PERADILAN MENURUT KUHAP DENGAN SISTEM RECHT COMMISARIS MENURUT HUKUM ACARA PIDANA BELANDA

1 16 95

STUDI KOMPARASI PENGATURAN SISTEM PEMBUKTIAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DENGAN HUKUM ACARA PIDANA REPUBLIK RAKYAT CHINA (CRIMINAL PROCEDURE CODE OF PEOPLE REPUBLIK OF CHINA)

0 2 62

KAJIAN PERBANDINGAN HUKUM PIDANA TENTANG SISTEM PENUNTUTAN PERKARA PIDANA MENURUT SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA DAN SISTEM PERADILAN PIDANA JEPANG.

1 3 16

TUGAS DAN WEWENANG HAKIM KOMISARIS DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA MENURUT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA.

0 0 6

STUDI KOMPARASI PENGATURAN SISTEM PEMBUKTIAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DENGAN HUKUM ACARA PIDANA REPUBLIK RAKYAT CHINA (CRIMINAL PROCEDURE CODE OF PEOPLE REPUBLIK OF CHINA).

0 0 13

STUDI PERBANDINGAN HUKUM PENGATURAN SISTEM PRA PERADILAN MENURUT KUHAP DENGAN SISTEM RECHT COMMISARIS MENURUT HUKUM ACARA PIDANA BELANDA (NETHERLANDS SV).

0 0 14

Hukum Acara dan Praktik Peradilan Pidana

0 0 39

BAB II PENGATURAN HUKUM PEMBUKTIAN DI INDONESIA A. Penerapan Alat Bukti, Barang Bukti dan Kekuatan Pembutian pada KUHAP - Kajian Perbandingan Hukum Atas Pembuktian Menurut Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia Dengan Sistem Peradilan Pidana Di Amerika Seri

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Kajian Perbandingan Hukum Atas Pembuktian Menurut Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia Dengan Sistem Peradilan Pidana Di Amerika Serikat

0 0 31