Pejabat yang Berwenang Menahan dan lamanya Penahanan

commit to user Jadi Pasal 21 ayat 4 KUHAP tersebut, terdapat kekeliruan yang disebut dalam Pasal 26 rechtenordonantie sebagai suatu delik yang pelakunya dapat ditahan, sedangkan pasal itu tidak mengandung perumusan delik. Pasal tersebut merupakan ketentuan tentang ancaman pidana terhadap pelanggaran rechtenondonantie, yang dengan dimasukkannya ke dalam delik ekonomi UUTPE, maka ancaman pidana yang tersebut disitu menjadi luluh diisap oleh ketentuan tentang ancaman pidana dalam UUTPE yaitu yang tercantum dalam Pasal 6 Undang-undang itu. Ketidakcermatan lain dalam Pasal 21 ayat 4 ialah adanya kata-kata “pecobaan dan pemberian bantuan tindak pidana tersebut…….”. yang dalam hal ini terdapat Pasal 351 ayat 1 KUHP yang jelas menurut KUHP tidak merupakan delik percobaan penganiayaan Pasal 351 itu Andi Hamzah, 1996 : 135. Dengan demikian penahanan merupakan upaya pencegahan terhadap tersangka atau terdakwa agar tidak melarikan diri atau merusak dan menghilangkan barang bukti.

c. Pejabat yang Berwenang Menahan dan lamanya Penahanan

KUHAP menentukan bahwa ada tiga macam pejabat atau instansi yang berwenang melakukan penahanan yaitu: 1 Penyidik atau penyelidik pembantu. 2 Penuntut umum. 3 Hakim yang menurut tindakan pemeriksaan terdiri atas hakim Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung Pasal 2 sampai 31 KUHAP. Setiap penahanan tersebut dapat diperpanjang. Perintah penahahan yang dikeluarkan oleh penyidik sebagaimana dimaksud oleh Pasal 20 KUHAP, hanya berlaku paling lama dua puluh hari. Ini sama dengan penahanan yang dilakukan oleh pembantu jaksa penuntut HIR. Penahanan yang dilakukan oleh penyidik tersebut dapat diperpanjang oleh penuntut umum paling lama empat puluh hari Pasal 24 ayat 1 dan 2 KUHAP, ini berbeda dengan sistem HIR dahulu, yang dalam hal ini penuntut umum tidak commit to user dapat memperpanjang penahanan yang dilakukan oleh pembantu jaksa. Hanya dapat melakukan penahanan sendiri yang paling lama tiga puluh hari Andi Hamzah, 1996 : 135. Dalam pasal 24 ayat 4 KUHAP ditentukan bahwa setelah waktu enam puluh hari tersebut, penyidik harus sudah mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum. Dalam Pasal 25 KUHAP itu ditentukan bahwa penuntut umum dapat mengeluarkan surat perintah penahanan yang berlaku paling lama dua puluh hari. Penahanan oleh penuntut umum ini dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan yang berwenang paling lama tiga puluh hari yang menurut ayat 2 pasal tersebut dengan alasan “ apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai Andi Hamzah, 1996 : 136. Selanjutnya, hakim Pengadilan Negeri yang mengadili perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 berwenang mengeluarkan perintah penahanan untuk paling lama tiga puluh hari, dengan alasan “guna kepentingan pemeriksaan” Pasal 26 ayat 1 KUHAP Andi Hamzah, 1996 : 136. Penahanan oleh hakim ini pun dapat diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan untuk paling lama enam puluh hari, dengan alasan “apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai” Pasal 26 ayat 2 KUHAP Andi Hamzah, 1996 : 136. Berarti penahanan yang dilakukan oleh hakim pada pemeriksaan tingkat pertama lamanya 90 hari. Dalam Pasal 26 ayat 4 KUHAP ditentukan bahwa apabila lewat sembilan puluh hari walaupun perkara tersebut belum putus, terdakwa harus dikeluarkan dari tahanan demi hukum. Ini berarti dua ratus hari setelah tersangka atau terdakwa yang ditahan oleh penyidik Andi Hamzah, 1996 : 136. Untuk pemeriksaan tingkat banding pun hakim Pengadilan Tinggi, dapat pula melakukan penahanan untuk paling lama tiga puluh hari, dengan alasan “guna pemeriksaan tingkat banding” Pasal 27 ayat 1 Andi Hamzah, 1996 : 136. commit to user Penahanan hakim Pengadilan Tinggi pun dapat diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Tinggi yang bersangkutan paling lama enam puluh hari Pasal 27 ayat 2. Alasan perpanjangan tersebut sama dengan tingkat pertama yaitu “guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai” Andi Hamzah, 1996 : 137. Terakhir, Mahkamah Agung pun berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan untuk paling lama lima puluh hari guna kepentingan pemeriksaan kasasi. Dan jika pemeriksaan belum selesai dapat diperpanjang oleh Ketua Mahkamah Agung untuk paling lama enam puluh hari. Rincian penahanan dalam hukum acara pidana Indonesia sebagai berikut: 1 Penahanan oleh penyidik atau pembantu penyidik : 20 hari 2 Perpanjangan oleh penuntut umum : 40 hari 3 Penahanan oleh penuntut umum : 20 hari 4 Penahanan oleh Ketua Pengadilan Negeri : 30 hari 5 Penahahan oleh hakim Pengadilan Negeri : 30 hari 6 Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri : 60 hari 7 Penahanan oleh Hakim Pengadilan Tinggi : 30 hari 8 Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Tinggi : 60 hari 9 Penahanan oleh Mahkamah Agung : 50 hari 10 Perpanjangan oleh Ketua Mahkamah Agung : 60 hari Jadi seorang tersangka atau terdakwa dari pertama kali ditahan dalam rangka penyidikan sampai pada tingkat kasasi dapat ditahan paling lama 400 hari Andi Hamzah, 1996 : 138. Namun perlu diperhatikan adanya ketentuan pengecualian tentang penahanan yang diatur dalam Pasal 29 KUHAP yang mengatakan bahwa jangka waktu penahanan sebagaimana tersebut pada Pasal 24, 25, 26, 27, dan Pasal 28 KUHAP guna kepentingan pemeriksaan, penahanan terhadap tersangka atau terdakwa dapat diperpanjang berdasar alasan yang patut dan tidak dapat dihindarkan karena : commit to user 1 Tersangka atau terdakwa menderita gangguan fisik atau mental yang berat, yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter atau 2 Perkara yang sedang diperiksa diancam pidana penjara sembilan tahun atau lebih Andi Hamzah, 1996 : 138. Pejabat yang berwenang memperpanjang penahanan sesuai dengan pasal 29 ayat 3 KUHAP berbeda dengan yang berwenang memperpanjang biasa. Dalam ayat tersebut ditentukan bahwa: 1 Pada tingkat penyidikan dan penuntutan diberikan oleh ketua Pengadilan Negeri. 2 Pada tingkat pemeriksaan di Pengadilan Negeri diberikan oleh Ketua Pengadilan Tinggi. 3 Pada tingkat pemeriksaan banding diberikan oleh Mahkamah Agung. 4 Pada tingkat kasasi diberikan oleh Ketua Mahkamah Agung. Dalam penggunaan wewenang perpanjangan penahahan tersebut KUHAP memberikan batasan-batasan sebagai berikut : 1 Tersangka atau terdakwa dapat mengajukan keberatan dalam tingkat penyidikan dan penuntutan kepada Ketua Pengadilan Tinggi, pemeriksaan Pengadilan Negeri dan pemeriksaan banding kepada Ketua Mahkamah Agung Pasal 29 ayat 7 KUHAP. 2 Tersangka atau terdakwa berhak minta ganti kerugian sesuai dengan ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96 KUHAP. Apabila tenggang waktu penahanan sebagaimana tersebut pada Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27 dan Pasal 28 atau perpanjangan penahanan sebagaimana tersebut pada Pasal 29 ternyata tidak sah Pasal 30 KUHAP tersebut “apabila tenggang waktu penahanan…” “ternyata tidak sah” kurang tepat karena bukan tenggang waktunya yang tidak sah tetapi dasar hukumnya atau cara melakukannya. Berdasarkan uraian dimuka pejabat yang berwenang menahan dan lamanya penahanan adalah : commit to user 1 Penahanan oleh penyidik atau pembantu penyidik : 20 hari 2 Perpanjangan oleh penuntut umum : 40 hari 3 Penahanan oleh penuntut umum : 20 hari 4 Penahanan oleh Ketua Pengadilan Negeri : 30 hari 5 Penahahan oleh hakim Pengadilan Negeri : 30 hari 6 Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri : 60 hari 7 Penahanan oleh Hakim Pengadilan Tinggi : 30 hari 8 Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Tinggi : 60 hari 9 Penahanan oleh Mahkamah Agung : 50 hari 10 Perpanjangan oleh Ketua Mahkamah Agung : 60 hari

d. Macam-macam Bentuk Penahanan

Dokumen yang terkait

Kajian Perbandingan Hukum Atas Pembuktian Menurut Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia Dengan Sistem Peradilan Pidana Di Amerika Serikat

9 92 134

STUDI PERBANDINGAN HUKUM PENGATURAN SISTEM PRA PERADILAN MENURUT KUHAP DENGAN SISTEM RECHT COMMISARIS MENURUT HUKUM ACARA PIDANA BELANDA

1 16 95

STUDI KOMPARASI PENGATURAN SISTEM PEMBUKTIAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DENGAN HUKUM ACARA PIDANA REPUBLIK RAKYAT CHINA (CRIMINAL PROCEDURE CODE OF PEOPLE REPUBLIK OF CHINA)

0 2 62

KAJIAN PERBANDINGAN HUKUM PIDANA TENTANG SISTEM PENUNTUTAN PERKARA PIDANA MENURUT SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA DAN SISTEM PERADILAN PIDANA JEPANG.

1 3 16

TUGAS DAN WEWENANG HAKIM KOMISARIS DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA MENURUT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA.

0 0 6

STUDI KOMPARASI PENGATURAN SISTEM PEMBUKTIAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DENGAN HUKUM ACARA PIDANA REPUBLIK RAKYAT CHINA (CRIMINAL PROCEDURE CODE OF PEOPLE REPUBLIK OF CHINA).

0 0 13

STUDI PERBANDINGAN HUKUM PENGATURAN SISTEM PRA PERADILAN MENURUT KUHAP DENGAN SISTEM RECHT COMMISARIS MENURUT HUKUM ACARA PIDANA BELANDA (NETHERLANDS SV).

0 0 14

Hukum Acara dan Praktik Peradilan Pidana

0 0 39

BAB II PENGATURAN HUKUM PEMBUKTIAN DI INDONESIA A. Penerapan Alat Bukti, Barang Bukti dan Kekuatan Pembutian pada KUHAP - Kajian Perbandingan Hukum Atas Pembuktian Menurut Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia Dengan Sistem Peradilan Pidana Di Amerika Seri

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Kajian Perbandingan Hukum Atas Pembuktian Menurut Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia Dengan Sistem Peradilan Pidana Di Amerika Serikat

0 0 31