yang meliputi respon sel dan faktor pertumbuhan sel menurun, berkurangnnya aliran darah perifer dan penurunan lokal angiogenesis. Dengan demikian kaki
cendrung terkena penyakit pembuluh darah perifer, kerusakan saraf perifer, deformitas, ulkus dan gangren. Infeksi pada pasien diabetes akan lebih serius jika
gula darahnya tidak terkontrol. Hal ini disebabkan pada infeksi akan disekresi hormon anti-insulin seperti katekolamin, kortisol, hormon pertumbuhan, dan
glukagon yang dapat menyebabkan intoleransi glukosa ringan sampai ketoasidosis berat. Pasien diabetes khususnya yang tidak terkontrol sangat rentan terhadap
infeksi yang diperkirakan karena efek kemotaksis atau gangguan fagositosis
leukosit pada keadaan hiperosmolaritas Edmonds. 2008.
2.2.5.1 Neuropati Diabetik
Neuropati menyebabkan lebih dari 60 dari ulkus kaki diabetik dan dapat mengenai pada pasien dengan DM tipe 1 dan tipe 2. Peningkatan kadar gula darah
menyebabkan peningkatan produksi enzim seperti aldose reductase dan sorbitol dehydrogenase. Enzim ini mengubah glukosa menjadi sorbitol dan fruktosa.
Dimana bila terjadi penumpukan gula, maka sintesis sel saraf myonositol menurun yang mempengaruhi konduksi saraf itu sendiri. Selanjutnya keadaan
dimana hiperglikemia berimbas pada mikroangiopati yang mengakibatkan kelainan metabolik, kerusakan sistem imun dan iskemik dari saraf autonom,
motorik, dan sensorik. Hal ini yang menyebabkan penurunan sensasi perifer dan kerusakan saraf yang menginervasi otot pada kaki dan vasomotor pada sistem
sirkulasi. Bila sudah terjadi kerusakan pada saraf, pasien dengan DM mempunyai
risiko yang lebih tinggi terjadinya cidera hingga menjadi ulkus tanpa disadari. Risiko terjadinya ulkus kaki diabetik pada pasien dengan gangguan sensoris
meningkat hingga 7 kali lipat, dibandingkan dengan pasien DM tanpa kelainan neuropati Singh, et al. 2013
DM juga mempengaruhi sistem saraf otonom, yang mengakibatkan kulit kering dan timbulnya fisura, membuat rentan terhadap terjadinya infeksi. Sistem
saraf otonom juga mengontrol mikrosirkulasi pada kulit. Perubahan ini pada akhirnya berakibat terjadinya perkembangan ulkus, gangren, dan risiko
kehilangan anggota tubuh Singh, et al. 2013; Robolledo, et al. 2011.
2.2.5.2 Vaskulopati Diabetik
Keadaan Hiperglikemia menyebabkan disfungsi sel endotelial dan kelainan sel otot polos pada arteri perifer. Sel endotel mensintesis nitric oxide
yang menyebabkan vasodilatasi dan melindungi pembuluh darah dari cedera endogen. Oleh karena itu, pada hiperglikemia terjadi gangguan sifat fisiologis dari
nitric oxide yang biasanya mengatur homeostasis endothelial, antikoagulan, adhesi leukosit, proliferasi sel otot polos, dan kapasitas antioksidan. Penurunan
vasodilator endotelium dan nitric oxide menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan kecendrungan untuk terjadinya aterosklerosis, dan pada akhirnya
menyebabkan iskemia. Sistem mikrosirkulasi juga terganggu yang disebabkan karena arteriol venular shunting, dimana mengurangi sirkulasi darah ke tempat
yang membutuhkan. Hiperglikemia pada DM juga berhubungan dengan peningkatan thromboxane A2 menyebabkan hiperkoagulabilitas plasma. Secara
klinis pasien memiliki gejala-gejala dari kelainan pembuluh darah seperti: klaudikasio, nyeri pada saat istirahat rest pain, tidak teraba pulsasi, penipisan
kulit, hilangnya rambut pada kaki, dan lain-lain Singh, et al. 2013.
2.2.5.3 Imunopati Diabetik