nekrosis, sangat sakit, tidak terbentuk kalus dan lokasinya sering pada jari-jari kaki, tepi-tepi kaki dan tumit Pinzur, 2009.
Pasien dengan DM cendrung mempunyai kelainan dini pada makrovaskular sehingga mengakibatkan penurunan aliran darah. Hilangnya aliran
darah ini menyebabkan matinya jaringan tubuh nekrosis diikuti oleh infeksi bakteri, pembusukan dan pembentukan gas yang disebut gangren. Gangren yang
disebabkan paling banyak oleh infeksi bakteri anaerob jenis Clostridium perfringens dikenal sebagai gas gangren. Bakteri ini dapat menghancurkan
jaringan dengan gas dan toksin yang dihasilkannya Sutherland, et al. 2004. Selain Clostridia, infeksi dengan gas dapat disebabkan oleh mikroorganisme
anerob lainnya seperti Bakteriodes dan Streptoccus anaerob, atau fakultatif anaerob seperti Coliformis Smith, et al. 2006; Cooney, et al. 2011. Smith, et al
membagi infeksi pada pasien diabetes manjadi infeksi lokal dan sistemik. Infeksi lokal dapat terjadi pada kulit, fasia, atau otot. Clostridia dan Streptococcus
menyebabkan infeksi sistemik karena menghasilkan eksotoksin dan enzim yang dapat menghancurkan jaringan serta meningkatkan penyebaran kuman Smith, et
al. 2006.
2.2.2 Anatomi Kaki
Tulang-tulang pada kaki terdiri dari tulang talus, calcaneus, cuneiforme, cuboid, metatarsal dan phalanx. Anatomi tulang sangat penting dalam
patofisiologi kaki diabetik khususnya pada kasus osteomielitis dan charcot foot. Telapak kaki adalah bagian bawah kaki manusia, secara anatomis telapak kaki
disebut juga aspek plantar. Tidak seperti bagian tubuh lainnya, kulit telapak kaki tak memiliki bulu atau pigmen, dan memiliki konsentrasi pori keringat yang
tinggi. Telapak kaki memiliki sejumlah lipatan yang terbentuk selama embriogenesis dan mengandung lapisan kulit paling tebal pada tubuh manusia
karena bobot yang terus bertumpu di atasnya Katsilambros, et al. 2003. Sedangkan Pembuluh darah pada ekstremitas bawah memiliki beberapa
anastomosis yang mempunyai dua fungsi utama yaitu: 1.
Sebagai suplai darah alternatif jika terjadi gangguan pada salah satu pembuluh darah dan digunakan untuk desain flap.
2. Untuk memprediksi status penyembuhan luka. Hubungan anastomosis ini
sangat penting dalam menyokong kaki jika terjadi gangguan aliran darah pada salah satu vaskular Robert, et al. 2008.
Gambar 2.1 Anatomi tulang pada kaki Katsilambros, et al. 2003.
Gambar 2.2 Anatomi pembuluh darah pada kaki Robert, et al. 2008.
2.2.3 Epidemiologi Kaki Diabetik
DM merupakan salah satu penyakit kronis yang paling banyak hampir di seluruh dunia, dan prevalensinya terus bertambah yang disebabkan oleh karena
perubahan gaya hidup yang menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik, dan meningkatnya obesitas. Ulkus diabetik merupakan masalah umum yang sering
dijumpai pada penderita DM dan meliputi beberapa kelainan patologi, termasuk: diabetes neuropati, penyakit pembuluh darah perifer, Charcot neuroarthropathy,
ulserasi pada kaki, dan osteomyelitis. Pasien dengan kaki diabetik juga memiliki beberapa komplikasi dari diabetes itu sendiri dan perlu perhatian dari berbagai
disiplin ilmu Zubair, et al. 2015. Khanolkar, et al 2008 melaporkan, berdasarkan populasi tahunan kejadian untuk ulkus kaki diabetik adalah sebesar 1-
4, dengan prevalensi 4-10. Di Amerika Serikat dilaporkan sebesar 15 penderita DM mengalami ulkus diabetik dan 12 menjalani amputasi dengan
angka mortalitas berkisar antara 6 sampai 13,8. Di RSUD Dr Soetomo Surabaya, selama kurun waktu 5 tahun angka kejadian ulkus diabetik sebesar
3,8 dari penderita DM yang rawat jalan, 25 dari penderita DM yang rawat inap dan sebesar 30 dari penderita yang rawat inap dilakukan amputasi dengan
angka kematian 12. Penderita ulkus diabetik yang mengalami amputasi akan mengalami
depresi, hilangnya kontak sosial, terganggunya aktivitas seksual dan terbatasnya kegiatan sehari-hari. Proporsi ulkus kaki diabetik derajat Wagner III-V mencapai
74,6 dibandingkan dengan derajat Wagner I-II yang hanya mencapai 25,4 dari seluruh kasus ulkus kaki diabetik yang dirawat di RS Sanglah, semakin tinggi
derajat ulkus semakin besar risiko amputasi Muliawan, et al. 2006. Permasalahan ekonomi akan muncul secara bermakna dengan mahalnya
biaya perawatan ulkus diabetik. Di Amerika Serikat diperkirakan 200 juta dolar per tahunnya dibutuhkan untuk biaya perawatan gangguan kaki ini. Diperkirakan
biaya perawatan ulkus sebesar 6.600 dolar Amerika tiap kali perawatannya. Di RSCM Jakarta Waspadji 2006, melaporkan bahwa mahalnya biaya perawatan
ulkus diabetik berkisar 1,5-2 juta rupiah yang sering tidak terjangkau oleh masyarakat umum.
Waspadji 2006, dalam penelitiannya menghubungkan derajat ulkus diabetik dengan beberapa faktor terhadap kesulitan penyembuhan. Didapatkan
bahwa faktor merokok memberikan risiko 7 kali terjadi ulkus diabetik. Derajat ulkus diabetik yang lebih atau sama dengan Wagner 3 memberikan risiko 4,27
kali dalam hal kesulitan penyembuhan luka. Mulyawan 2006, juga melaporkan
bahwa semakin tinggi derajat Wagner, semakin tinggi prevalensi bakteri anaerob, dan waktu penyembuhan lebih lama daripada infeksi bakteri aerob.
2.2.4 Klasifikasi Kaki Diabetik