commit to user 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Unggah-ungguh Basa
a. Pengertian Unggah-ungguh basa
Bahasa merupakan alat komunikasi dalam pergaulan sehari-hari. Ketika seseorang berbicara selain memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa,
juga masih harus memperhatikan siapa orang yang diajak berbicara. Berbicara kepada orang tua berbeda dengan berbicara dengan anak kecil atau yang
seumur. Unggah-ungguh basa adalah kata-kata atau bahasa yang ditujukan
pada orang yang kita ajak berbicara atau lawan bicara Aryo Bimo Setiyanto, 2007: 2.
Menurut Atun Suhono 1952: 12 unggah-ungguh basa merupakan alat untuk menciptakan jarak sosial, namun di sisi lain unggah-ungguh basa
juga merupakan produk dari kehidupan sosial. Hal ini dapat dijelaskan bahwa struktur masyarakat merupakan faktor pembentuk dari struktur bahasa. Struktur
bahasa yang mengenal unggah-ungguh basa merupakan pantulan dari struktur masyarakat yang mengenal tingkatan-tingkatan sosial. Makin rumit unggah-
ungguh basa, pasti makin rumit juga tingkatan sosialnya. Unggah-ungguh basa pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu basa ngoko dan basa karma.
Menurut Poerwadarminta, 1939 dalam Aryo Bimo Setiyanto 2007: 2 unggah-ungguh basa memang sangat rumit, walaupun tatanan yang pokok
hanyalah dua, yaitu basa ngoko dan karma, lalu di antara dua tatanan itu terdapat banyak variasi.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam berkomunikasi dengan orang lain, yaitu dengan orang yang lebih tua atau orang
yang lebih kecil atau yang sebaya itu berbeda bahasanya. Kita berbicara dengan yang lebih tua harus lebih sopan dari pada dengan orang yang lebih
commit to user 8
kecil atau yang sebaya. Perbedaan bahasa ini yang dinamakan dengan unggah- ungguh basa.
b. Basa Ngoko
Istilah basa ngoko sebenarnya hanyalah sebuah singkatan untuk mempermudah percakapan, lengkapnya adalah basa ngoko lugu. Disebut basa
ngoko lugu karena basa ini adalah bahasa yang lugu. Kata lugu berarti asli berdasarkan kepribadian orang Jawa Haryana Harjawiyana dan Supriya, 2001:
32 Basa ngoko lugu disusun dari kata-kata ngoko semua. Adapun kata:
aku, kowe dan ater-ater awalan: dak-, ko-, di-, juga panambang akhiran: -ki, -mu, -e, -ake tidak berubah Aryo Bimo Setiyanto, 2007: 29
Menurut Aryo Bimo Setiyanto 2007: 29-32 basa ngoko digunakan untuk:
1 Orang tua kepada anak, cucu atau kepada anak muda lainnya.
Contoh: Bapak
: “ Kowe lagi ngopo Ni?” Anak
: “ Nembe sinau pak.” Pada contoh di atas, kata kowe tetap atau tidak berubah.
2 Percakapan orang-orang sederjat, tidak memperhatikan kedudukan dan usia
jadi sepeti anak-anak dengan temannya. Contoh:
Ani : “ Ri, aku mbok ko-wuruki garapan aljabar ndek wingi kae”
Sari : “ Enya, iki tirunen bae.”
Pada contoh di atas, kata aku dan ater-ater awalan ko- tidak berubah. 3
Percakapan antara atasan dengan bawahan. Contoh:
Atasan : “ Jo, gaweanmu wes mbok rampungke durung?”
Bawahan : “ Sampun pak.”
Pada contoh di atas, panambang akhiran –mu dan –ake tidak berubah.
4 Dipakai pada saat ngunandika, sebab yang diajak berbicara adalah diri
sendiri.
commit to user 9
Contoh: “ E, tak turu sadhela, awakku kok kesele ora kiro-kiro.”
Pada contoh di atas, panambang akhiran –ku tidak berubah.
c. Basa Krama