UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS XII IPS 2 MA NEGERI NGRAMBE NGAWI TAHUN AJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

i

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING PADA SISWA KELAS XII IPS 2 MA NEGERI NGRAMBE NGAWI TAHUN AJARAN 2010/2011

(Penelitian Tindakan Kelas)

SKRIPSI Oleh:

TITIS DWIPANTARA K7406152

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI

MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING PADA SISWA KELAS XII IPS 2 MA NEGERI NGRAMBE

NGAWI TAHUN AJARAN 2010/2011

(Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh:

TITIS DWIPANTARA NIM K7406152

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(3)

commit to user

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ngadiman, M. Si Laily Faiza Ulfa, S.E, M.M NIP. 195001211 98603 1 001 NIP. 19780803 200312 2 002


(4)

commit to user

iv

Skripsi ini telah direvisi sesuai dengan arahan dari Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Wahyu Adi, M.Pd ...

Sekretaris : Drs. Sudiyanto, M.Pd ...

Anggota I : Drs. Ngadiman, M. Si ...


(5)

commit to user

v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Wahyu Adi, M.Pd ...

Sekretaris : Drs. Sudiyanto, M.Pd ...

Anggota I : Drs. Ngadiman, M. Si ...

Anggota II : Laily Faiza Ulfa, S.E, M.M ...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001


(6)

commit to user

vi ABSTRAK

TITIS DWIPANTARA. K7406152. UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS XII IPS 2 MA NEGERI NGRAMBE NGAWI TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Ngawi Tahun Ajaran 2010/ 2011.

Penelitian ini menggunakan pendekatan tindakan kelas (classroom action research)

dengan strategi siklus. Obyek penelitian pada penelitian tindakan ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya proses pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan melibatkan partisipasi siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observas, tes dan dokumentasi. Prosedur penelitian meliputi tahap: (1) pengenalan masalah, (2) persiapan tindakan, (3) penyusunan rencana tindakan, (4) implementasi tindakan, (5) observasi, (6) Refleksi ,dan (7) penyusunan laporan. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, alokasi waktu masing-masing pertemuan 2 x 45 menit

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model

Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi.

Peningkatan kualitas pembelajaran tersebut terefleksi dari proses dan hasil pembelajaran. Dari sisi proses pembelajaran, indikator adalah: (1) keaktifan siswa dalam apersepsi menunjukkan peningkatan dari 55,55% atau 15 siswa menjadi 70,37% atau 19 siswa, (2) Keaktifan siswa bekerjasama dalam kelompok selama kegiatan diskusi sebanyak 19 siswa pada siklus I sedangkan pada siklus II meningkat 22 siswa, (3) Keaktifan siswa pada saat pembahasan hasil dikusi, mengajukan pertanyaan dan pendapat pada siklus I terdapat 17 siswa, pada siklus II terdapat 20 siswa. Dari segi hasil pembelajaran, indikatornya adalah: adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari 77,77% atau 21 siswa menjadi 92,59% atau 25 siswa. Peningkatan tersebut terjadi setelah guru melakukan beberapa upaya, antara lain: (1) Penerapan model Problem Based Learning, (2) Guru membuat Rencana Pembelajaran terlebih dahulu sebelum mengajar sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung terarah dan terprogram, (4) Guru melakukan evaluasi setelah pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar berikutnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model

Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas belajar akuntansi baik dari


(7)

commit to user

vii ABSTRACT

TITIS DWIPANTARA. K7406152. THE ATTEMPT OF IMPROVING THE ACCOUNTING LEARNING QUALITY BY APPLYING THE PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO THE XII IPS 2 GRADERS OF MA NEGERI NGRAMBE NGAWI IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, April 2011.

The objective of research is to find out whether or not the problem based learning model can improve the accounting learning quality of the XII IPS 2 Graders of MA Negeri Ngrambe Ngawi in the school year of 2010/2011.

This study employed a classroom action research approach with cycle strategy. The object of this action research is a variety of activities occurring in the classroom during the learning process. This research was taken place in collaboration between the researcher, classroom teacher, and involved the student participation. Techniques of collecting data used were observation, test, and documentation. The research procedure included: (1) problem identification, (2) action preparation, (3) action planning, (4) implementation, (5) observation, (6) reflection, (7) report writing. The research process was carried out in two cycles, each of which consists of four stages: (1) planning, (2) acting, (3) observing and interpreting, and (4) analyzing and reflecting. Each cycle was carried out in 2 meetings, with time allotment of 2 x 45 minutes, respectively.

Considering the data analysis and discussion, it can be concluded that the Problem Based Learning model application can improve the accounting learning quality. Such learning quality improvement is reflected from the learning process and result. From the learning process side, the indicators include: (1) student activeness in apperception showing increase from 55.55% or 15 students to 70.37% or 19 students, (2) student activeness in cooperation within group during discussion activity is 19 students in cycle I and 22 students in cycle II, (3) the student activeness in discussing the result of discussion, asking question and expressing opinion is 17 students in cycle I, and 20 students in cycle II. From the learning achievement aspect, the indicators include: there is an increase in student learning achievement passing from 77.7% or 21 students to 92.59% or 25 students. Such the improvements occur after the teacher takes some measures, including: (1) the application of problem based learning, (2) the teacher develops Learning Plan first before teaching so that the teaching-learning activity proceed in directed and programmed manner, (3) Teacher undertakes evaluation after the learning implementation to improve the next learning achievement. Thus, it can be concluded that the application of Problem Based Learning can improve the accounting learning quality from both activeness and learning achievement aspects.


(8)

commit to user

viii MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang

sabar.”

(Q.S. Al Baqarah: 153)

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”.

(Aristoteles)

“Hanya kebodohan meremehkan pendidikan”.

( P.Syrus )

“Problem-Based(PBL) is a learning method based on the principle of using problems as a starting point for the acquisition and integration of

knowledge”

(Problem Based Learning adalah metode pembelajaran yang menggunakan Masalah sebagai titik awal untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang

lengkap)


(9)

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud rasa sayang, cinta kasih penulis dan terima kasih penulis kepada :

- Ibu dan Bapak terimakasih atas segala cinta, kasih sayang dan doa yang telah tercurah untukku.

- Adikku Mada tersayang yang selama ini selalu memberiku semangat.

- Pak Ngadiman dan Bu Laili terima kasih atas bimbingan, kesabaran, dan semangatnya.

- Sahabat-sahabatku Rachmi, Ratih, dan Rini terimakasih buat dukungan doa dan semangatnya.

- Saudari- saudariku di Wisma Wijaya Monick, Ardhian, Ari, Astika, Nurita, Leny, Rela, Wahyu, Ary, Endah terimakasih buat perhatian, kasih sayang, doa dan semangat yang kalian berikan selama ini.

- Teman-teman Akuntansi 2006 yang tidak bisa tertulis semua terima kasih.


(10)

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.

3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan bijaksana. 4. Drs. Ngadiman, M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak

sekali motivasi, ilmu dan arahan dengan penuh kesabaran.

5. Laily Faiza Ulfa, S.E, M.M selaku pembimbing II yang telah memberikan dorongan, semangat dan bimbingan dengan baik.

6. Tim penguji skripsi yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk menguji penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan ujian skripsi guna menyelesaikan studi di bangku kuliah

7. Drs. Muljono, M.Ag, selaku Kepala MA Negeri 1 Ngrambe, yang telah banyak memberikan ijin kepada penulis untuk menyusunan skripsi ini.

8. Sri Sudarsi, S Pd, selaku guru pamong yang telah memberikan dorongan, semangat dan bimbingan dengan baik.

9. Guru, karyawan, dan siswa-siswa XII IPS 2 yang telah banyak memberikan bantuan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

10. Bapak, Ibu, dan adik tercinta, yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun spiritual, dan kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya mengiringi penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(11)

commit to user

xi

11. Teman-teman satu perjuangan Ratih, Tri, Mb Titin, Leny, Burhan, Wawan, Tonang, Arum, Novi dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.

Surakarta, April 2011


(12)

commit to user

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. LANDASAN TEORI ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Kualitas Pembelajaran Akuntansi ... 8

a. Hakikat Belajar ... 8

b. Hakikat Pembelajaran ... 9

c. Hakikat Kualitas Pembelajaran ... 10

d. Hakikat Akuntansi ... 12

e. Hakikat Kualiatas Pembelajaran Untuk Mata Pelajaran Akuntansi ... 13

2. Model Problem Based Learning ... 14


(13)

commit to user

xiii

b. Kelebihan dan Kelemahan Model

Problem Based Learning ... 18

B. Penelitian Yang Relevan ... 19

C. Kerangka Pemikiran ... 20

D. Hipotesis Tindakan ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 25

C. Pendekatan Penelitian ... 25

D. Sumber Data ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Prosedur Penelitian ... 32

G. Proses Penelitian ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 39

B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe ... 40

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 42

1. Siklus I ... 42

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 42

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 44

c. Observasi dan Interpretasi ... 47

d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I ... 49

2. Siklus II ... 50

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 52

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 52

c. Observasi dan Interpretasi ... 55

d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II ... 57


(14)

commit to user

xiv

BAB IV SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 63

A. Simpulan ... 63

B. Implikasi ... 66

C. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 69


(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir 22

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan kelas 28 Gambar 3. Grafik Perbandingan hasil penelitian siklus I dan siklus II 61


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pembelajaran Berdasarkan Masalah 17 Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitian 24 Tabel 3. Perbedaan Penelitian formal dan penelitian informal 27

Tabel 4. Indikator Ketercapaian 35

Tabel 5. Persentase capaian hasil pembelajaran pada Siklus I 48 Tabel 6. Persentase capaian hasil pembelajaran pada Siklus II 56


(17)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional pada hakekatnya diarahkan pada pembangunan Indonesia seutuhnya yang menyeluruh baik lahir maupun batin. Dipandang dari segi kebutuhan, pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas perlu dipersiapkan untuk berpartisipasi serta memberikan sumbangan terhadap terlaksananya program-program pembangunan yang telah direncanakan. Salah satu usaha untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas adalah melalui program pendidikan nasional.

Pendidikan nasional merupakan upaya untuk mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia guna mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya untuk mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003: 2), menyatakan bahwa:

1.Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2.Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

3.Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan fungsi pendidikan nasional diatas, maka peran guru menjadi fungsi keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan diatas.


(18)

commit to user

Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan pembaharuan dalam segala komponen pendidikan. Adapun komponen yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan meliputi kurikulum, sarana prasarana, guru, siswa dan model pengajaran yang tepat. Semua komponen tersebut saling terkait dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan (Djamarah, 2002:123). Hasil belajar yang meningkat merupakan salah satu indikator pencapaian tujuan pendidikan yang mana hal itu tidak terlepas dari motivasi siswa maupun kreativitas guru dalam menyajikan suatu materi pelajaran melalui berbagai model untuk dapat mencapai tujuan pengajaran secara maksimal.

Dewasa ini pendidikan hanya menitikberatkan pada tercapainya tujuan pendidikan, tetapi kurang memperhatikan proses pencapaian tujuan tersebut. Telah ditemukan beberapa studi di lapangan, bahwa sebagaian besar proses pembelajaran kurang melibatkan keaktifan siswa. Kegiatan pembelajaran berpusat pada guru yang berakibat terjadinya bentuk komunikasi satu arah yaitu dari guru kepada siswa, sehingga siswa sebagai pendengar hanya memperhatikan dan membuat catatan seperlunya. Padahal ada kecenderungan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

Mata pelajaran akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang dikatakan gampang-gampang susah. Belajar akuntansi pada dasarnya merupakan hasil belajar konsep, sedangkan konsep-konsep dasar akuntansi merupakan kesatuan yang utuh, untuk itu dalam proses belajar mengajar akuntansi yang terpenting adalah bagaimana guru dapat mengajarkan konsep itu pula. Pengajaran akuntansi harus dimulai dari hal yang sederhana menuju hal yang lebih kompleks dan harus memperhatikan urutan dari beberapa konsep, walaupun demikian sampai saat ini akuntansi masih menjadi masalah bagi sebagian siswa dan mengatakan bahwa akuntansi sulit. Akibat dari itu, sering terdapat kurangnya minat belajar dan hasil belajar akuntansi kurang optimal, karena siswa banyak


(19)

commit to user

melakukan kesalahan. Hal ini bisa terjadi akibat beberapa faktor, mungkin karena kualitas sumber daya manusia siswa atau mungkin juga pendekatan atau metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakteristik pelajaran akuntansi dan bisa diterima oleh siswa.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pembenahan dalam pembelajaran akuntansi, sehingga konsep-konsep dalam pembelajaran akuntansi lebih mudah dipahami oleh siswa. Pembenahan tersebut antara lain dengan diterapkannya pendekatan kontekstual disekolah. Di dalam pembelajaran akuntansi sebaiknya proses pembelajaran lebih dipusatkan kepada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator pembelajaran yang memberikan arahan, petunjuk, dan motivasi kepada siswa.

Kenyataan yang terjadi pada kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Ngawi menurut pengamatan penulis dan beberapa masukan dari guru bahwa sebagian siswa di kelas kurang aktif dalam pembelajaran. Siswa kurang antusias terhadap pelajaran akuntansi, para siswa menganggap bahwa akuntasi adalah pelajaran yang sulit sehingga siswa lebih sering mengobrol sendiri dengan temannya saat pelajaran sedang berlangsung. Selain itu siswa kurang aktif dalam pembelajaran akuntansi ditandai dengan terjadinya kemacetan komunikasi ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, berkomentar, berdiskusi, mengajukan usul, berdialog, mengkomunikasikan gagasan, dan hasil belajar yang tercermin dari prestasi siswa belum mencapai batas ketuntasan yaitu 70, dengan ditandai nilai rata-rata kelas untuk mata pelajaran akuntansi yaitu 68. Oleh sebab itu, hasil belajar masih harus diperbaiki dan guru harus mempunyai kreativitas tinggi dalam memilih model pembelajaran yang menarik minat/ antusisas siswa.

Model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam memberikan informasi kepada siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar mengajar. Setiap guru harus menguasai berbagai macam model mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga dapat tercapai sasaran yang diharapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar banyak model mengajar yang bisa digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran, seperti model pembelajaran kooperatif seperti Jigsaw II, Student Teams-Achievement Division (STAD),


(20)

Team-commit to user

Game-Turnament (TGT), Team Assisted Indivudualization (TAI), Cooperatif

Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Group Investigation (GI).

Adapula model pembelajaran seperti Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

dan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).

Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan, sehingga guru harus dapat memilih suatu model yang tepat dalam penyampaian materi sebab model mengajar yang digunakan untuk menyampaikan materi untuk suatu pokok bahasan belum tentu dapat digunakan untuk menyampaikan materi pada pokok bahasan yang lain. Model mengajar yang dipilih sebaiknya model yang dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Pemilihan model pengajaran yang tepat dapat menunjang kelancaran proses belajar mengajar, Dalam mata diklat akuntansi sering dijumpai soal-soal yang bervariasi sehingga membutuhkan banyak latihan agar siswa terampil dalam mengerjakan soal baik secara individu maupun secara kelompok atau kerjasama tim. Pembelajaran akuntansi akan lebih efektif jika dalam kegiatan belajar mengajar diterapkan model pembelajaran yang sesuai. Alternatif pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Problem Based Learning.

Model Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran dimana authentic assesment (penalaran yang nyata atau konkret) dapat diterapkan secara komprehensif, sebab didalamnya terdapat unsur menemukan masalah dan sekaligus memecahkannya (unsur terdapat didalamnya yaitu problem possing atau menemukan permasalahan dan problem solving atau memecahkan masalah). Tujuan dari PBL untuk menantang siswa mengajukan permasalahan dan juga menyelesaikan masalah yang lebih rumit dari sebelumnya, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapatnya, menggalang kerjasama dan kekompakan siswa dalam kelompok, mengembangkan kepemimpinan siswa serta mengembangkan kemampuan pola analisis dan dapat membantu siswa mengembangkan proses nalarnya.

Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk belajar bagaimana belajar. Pengajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan jika guru tidak


(21)

commit to user

mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Intinya, siswa dihadapkan pada situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat menantang siswa untuk memecahkannya (Nurhadi, 2004:109). Model ini cocok diterapkan pada mata pelajaran akuntansi karena mata pelajaran ini menuntut siswa untuk dapat memiliki keterampilan dalam melakukan pencatatan seperti pencatatan kedalam jurnal, membuat kertas kerja dan sebagainya. Yang mana keterampilan tersebut dapat dilatih setahap demi setahap.

Pembelajaran akuntansi akan lebih menarik jika disajikan dalam suatu bentuk pembelajaran interaktif yang menyenangkan dalam rangka meningkatkan kualitas belajar siswa. Untuk itu, peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian

dengan judul: “Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Melalui Penerapan Model Problem Based Learning Pada Siswa Kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Ngawi Tahun Ajaran 2010/2011”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Siswa kurang antusias terhadap mata pelajaran akuntansi karena mereka merasa bahwa akuntansi selama ini adalah mata pelajaran yang sulit, sehingga mereka mudah bosan dan sering berbicara sendiri ketika guru sedang mengajar

2. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran akuntansi ditandai dengan terjadinya kemacetan komunikasi ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang kesulitan yang mereka hadapi, berkomentar, berdiskusi, mengajukan usul, berdialog, dan mengkomunikasikan gagasan.

3. Hasil belajar yang tercermin dari prestasi siswa belum mencapai batas ketuntasan yaitu 70, dengan ditandai nilai rata-rata kelas untuk mata pelajaran akuntansi yaitu 68.


(22)

commit to user

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang teridentifikasi dapat terarah dan dikaji secara mendalam, maka perlu adanya pembatasan masalah. Pada penelitian ini masalah yang akan dikaji lebih mendalam berdasarkan identifikasi masalah diatas adalah tentang penggunaan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, yaitu dengan:

1. Menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada saat kegiatan pembelajaran.

2. Kualitas pembelajaran yang akan digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam penggunaan metode pembelajaran ini adalah mencakup (1) keaktifan siswa selama apresiasi, (2) keaktifan siswa dalam bekerjasama dengan kelompok selama kegiatan diskusi, (3) keaktifan siswa pada saat pembahasan hasil diskusi, mengajukan pertanyaan dan pendapat, (4) ketuntasan hasil belajar dengan standar nilai KKM 70

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah model Problem Based

Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi pada siswa kelas

XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Tahun Ajaran 2010/2011?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran akuntansi kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Ngawi Tahun Ajaran 2010/2011.


(23)

commit to user

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat teoretis

a. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi penelitian selanjutnya yang relevan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat.

2. Manfaat praktis a. Bagi Guru

- Hasil penelitian diharapkan dapat memberdayakan guru akuntansi untuk merancang pembelajaran dengan model Problem Based Learning

guna meningkatkan kualitas pembelajaran untuk mata pelajaran akuntansi.

b. Bagi Siswa

- Memotivasi siswa belajar akuntansi dengan cara yang menyenangkan dan bervariasi serta dapat memperoleh pengalaman belajar.

- Diharapkan dapat membuat siswa memiliki minat belajar yang besar khususnya pada mata pelajaran akuntansi.


(24)

commit to user

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kualitas Pembelajaran Akuntansi a. Hakikat Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks dan menyangkut banyak hal. Di kehidupan sehari-hari banyak di jumpai kegiatan yang sebenarnya merupakan kegiatan belajar, namun hal ini kadang tidak di sadari sepenuhnya. Perubahan akibat belajar ini akan bertahan lama dan sampai taraf tertentu mungkin tidak akan hilang. Kemampuan yang telah diperoleh tidak mudah terhapus begitu saja karena belajar merupakan suatu proses sehingga perubahan yang terjadi berjalan secara bertahap dan dengan waktu yang relatif lama. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah, di rumah maupun di masyarakat.

Belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku baik potensial maupun aktual (Gino et. al., 1999: 6). Pendapat lain yang mendukung pendapat ini mengemukakan belajar sebagai upaya perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, karsa dan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik (Sardiman, 2004: 21). Serangkaian kegiatan jiwa tersebut merupakan tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibbin, 2005: 91). Oleh karena itu belajar diartikan sebagai suatu aktivitas mental

atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman


(25)

commit to user

dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas (.Winkel, 1996: 53).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas atau usaha yang dilakukan seseorang yang menimbulkan serangkaian perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil dari pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya, di mana perubahan yang terjadi tersebut tidak bersifat sementara, melainkan relatif tetap pada individu yang belajar tersebut.

b. Hakikat Pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses baik disengaja maupun tidak disengaja, disadari ataupun tidak disadari yang terjadi setiapsaat dalam kehidupan. Dari proses belajar mengajar akan diperoleh suatu hasil yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau tujuan pembelajaran. Perpaduan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar akan menghasilkan suatu interaksi edukatif dengan memanfaatkan sarana dan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Pembelajaran merupakan aktivitas pokok dam kegiatan belajar mengajar.

Menurut Undang Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional bab XI pasal 39 ayat 2 : Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Menurut Peraturan Pemerintah no 19 Tentang Badan Standar Nasional Pendidikan Bab IV pasal 19 ayat (1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,


(26)

commit to user

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (2)

Perubahan paradigma pembelajaran dari paradigma mengajar ke paradigma belajar, merupakan salah satu agenda penting dalam keterlaksanaan KTSP yang berbasis kompetensi. Paradigma belajar mengandung makna bahwa siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuan barunya berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki. Dalam hal ini fungsi guru sebagai fasilitator dan motivator, guru mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menemukan sendiri konsep baru yang dipelajari dengan motivasi guru.

Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi (kepribadian), agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Prinsip-prinsip pembelajaran efektif sebagai berikut :

1) Berkaitan langsung dengan keberhasilan pencapaian pengalaman belajar 2) Menguatkan praktek dalam tindakan

3) Mengintegrasikan komponen-komponen kurikulum inti 4) Bersifat dinamis dan dapat membangkitkan kegairahan

5) Merupakan perpaduan antara seni dan ilmu tentang pengajaran

6) Membutuhkan pemahaman komprehensif tentang siklus pembelajaran 7) Dapat menemukan ekspresi terbaiknya ketika guru berkolaborasi untuk

mengembangkan, mengimplementasikan, dan menemukan bentuk praktek mengajar yang profesional

c. Hakikat Kualitas Pembelajaran

Secara konseptual maka kualitas pembelajaran tidak berbeda dengan arti keefektifan proses belajar mengajar jika dilihat dari indikator evaluasinya. Sudjana (1990) menggunakan sejumlah indikator untuk menilai PBM seperti


(27)

commit to user

kualitas hasil belajar, keterampilan, kemampuan mengajar, aktivitas siswa, motivasi, dan lain sebagainya. Menurut Mulyasa (2004), kualitas pembelajaran atau pembentukan kompetensi dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil.

Menurut Cox (2006 : 8) dalam jurnal Dr. S. Eko Putro Widoyoko mengemukakan bahwa kualitas program pembelajaran tergantung pada sarana dan prasarana pembelajaran, aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan personal yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran baik itu guru dan siswa. Kualitas pembelajaran merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa tinggi kualitas interaksi antar guru dengan siswa yang terjadi dalam tempat pembelajaran ( ruang kelas ) untuk mencapai tujuan pembelajaran. Interaksi tersebut melibatkan guru dan siswa yang dilakukan dalam lingkungan tertentu dengan dukungan sarana dan prasarana tertentu. Kualitas pembelajaran akan tergantung dan dipengaruhi oleh : guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana, fasilitas pembelajaran, lingkungan kelas dan iklim kelas, konteks dan lain-lain.

Kualitas dapat dimaknai juga dengan istilah mutu atau keefektifan. Menurut Etzioni yang dikutip oleh Cepi Ryana, secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas ini sesunguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Dengan demikian efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya. Efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasarannya atau suatu tingkatan terhadap mana tujuan - tujuan dicapai Dengan demikian, yang dimaksud dengan efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran seni. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.


(28)

commit to user

Mengutip dari Cepi Riyana UNESCO (1996) menetapkan 4 (empat) pilar pendidikan yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh pengelola dunia pendidikan, yaitu:

1) Belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan (learning to know) 2) Belajar untuk menguasai keterampilan (learning to do)

3) Belajar untuk hidup bermasyarakat (learning to live together) 4) Belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal (learning tobe).

Keempat pilar akan berjalan dengan baik jika diwarnai dengan pengembangan keberagamaan. Nilai-nilai keberagamaan sangat dibutuhkan bagi setiap warga negara Indonesia dalam menapaki kehidupan di dunia ini. Pengintegrasian nilai-nilai agama ke dalam mata pelajaran yang diajarkan/dipelajari siswa akan lebih efektif dalam pembentukan pribadi anak yang ber-Ketuhahan Yang Maha Esa daripada diajarkan secara monolitik yang penuh dengan konsep.

Dengan adanya pendapat para pakar diatas khususnya mengacu pada pendapat Mulyasa (2004), kualitas pembelajaran atau pembentukan kompetensi dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil. Untuk itu penulis menyimpulkan bahwa kualitas pembelajaran merupakan suatu hal mempunyai indikator keberhasilan yang komplek. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti membatasi indikator yang digunakan dalam melihat keberhasilan kualitas pembelajarannya berupa keaktifan dan tingkat pemahaman siswa yang dilihat dari pencapaian hasil belajar siswa pada saat akhir proses pengajaran.

d. Hakikat Akuntansi

Akuntansi adalah salah satu cabang ilmu ekonomi yang sering digunakan dalam dunia usaha. Akuntansi berasal dari bahasa Inggris yaitu

“accounting” yang berarti pencatatan. American Accounting Association

dalam Soemarso (2004:3) mendefinisikan akuntansi sebagai : “…proses

mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”. Beliau juga berpendapat


(29)

commit to user

bahwa “Proses akuntansi terdiri dari pengumpulan bukti transaksi, pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, pelaporan, analisis, dan interpretasi”. Soemarso (2004:4) mengemukakan bahwa “Tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi dari suatu kesatuan ekonomi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi berguna bagi pihak-pihak di dalam perusahaan itu sendiri maupun pihak-pihak di luar

perusahaan”.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat diartikan bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari pengumpulan bukti transaksi, pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, sampai pelaporan kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi akuntansi sebagai bahan pengambilan keputusan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan sebagai alat evaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Sedangkan bagi Instansi Pendidikan, seperti Madrasah Aliyah (MA), Akuntansi merupakan mata pelajaran yang masih menjadi bagian dari mata pelajaran ekonomi sehingga belum merupakan suatu mata pelajaran yang berdiri sendiri. Akuntansi diajarkan di MA sebagai pengantar agar siswa mengerti sejak sekarang mengenai cara membuat dan mengelola sistem pembukuan, mencatat transaksi-transaksi yang terjadi di dalam perusahaan jasa serta menyusun laporan keuangan perusahaan jasa sehingga siswa dapat mempraktekkannya. Mata pelajaran akuntansi di MA diajarkan setiap minggu selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x45 menit.

e. Hakikat Kualitas Pembelajaran Untuk Mata Pelajaran Akuntansi

Penilaian terhadap proses belajar dan mengajar sering diabaikan, setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil belajar. Sudjana (2009: 56) menyatakan bahwa “Penilaian kualitas pembelajaran tidak hanya berorientasi pada hasil semata-mata, tetapi juga

kepada proses”. Oleh sebab itu, penilaian terhadap hasil dan proses belajar

harus dilaksanakan secara seimbang. Penilaian terhadap hasil belajar semata-mata, tanpa menilai proses, cenderung melihat faktor siswa sebagai kambing hitam kegagalan pembelajaran pada khususnya dan pendidikan pada


(30)

commit to user

umumnya. Padahal tidak mustahil kegagalan siswa itu disebabkan oleh lemahnya proses belajar-mengajar dimana guru berperan sebagai penanggungjawabnya. Di lain pihak, pembelajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan pada siswa sebagai akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses mengajarnya.

Dalam kurikulum MA Negeri Ngrambe, terdapat mata pelajaran akuntansi. Pokok bahasan khusus yang diberikan kepada kelas XII semester ganjil membahas tentang Penyusunan Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang. Dalam pembelajaran tahun-tahun sebelumnya, untuk mata pelajaran ini masih menghasilkan capaian yang timpang diantara siswa. Kurangnya interaksi antar siswa, pemahaman terhadap materi yang kurang, pengelolaan waktu yang kurang menguntungkan baik bagi guru maupun siswa menjadikan proses belajar menjadi kurang maksimal. Oleh karena itu, dalam penerapan model

Problem Based Learning yang akan dilakukan oleh guru bersama peneliti

diharapkan pembelajaran akan memberikan kontribusi yang lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Dampak dari penerapan tersebut dapat kita lihat tidak hanya dari hasil akhir pembelajaran saja tetapi juga terhadap proses pelaksanaannnya. Penilaian/evaluasi pembelajaran akuntansi dengan model yang baru akan dilakukan dengan menilai kualitas pembelajaran dilihat dari proses belajar mengajar dan hasil dari pembelajaran yang dilaksanakan. Melalui penerapan model Problem Based Learning diharapkan kualitas pembelajaran untuk mata pelajaran akuntansi menjadi lebih baik.

2. Model Problem Based Learning a. Hakikat Model Problem Based Learning

Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan istilah problem based

learning (PBL), pada awalnya dirancang untuk program graduate bidang

kesehatan oleh Barrows (1988) yang kemudian diadaptasi untuk program akademik kependidikan oleh Stepein Gallager (1993). Menurut Arends dalam Trianto (2007: 68) Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu


(31)

commit to user

pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan kemampuan berfikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri.

Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang ciri utamanya pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau hasil peraga (Ibrahim,2000:5). Lebih lanjut menurut Claire Major (2001) dalam Halizah Awang, dan Ishak Ramly (2001:12), mengemukan bahwa:

“PBL is a total pedagogical approach to education that focuses on helping students develop self-directed learning skills. It derives from the theory that learning is a process in which the learner actively constructs new knowledge on the basis of current knowledge. PBL provides students with the opportunity to gain theory and content knowledge and comprehension. PBL helps students develop advanced cognitive abilities such as creative thinking, problem solving and communication skills”.

PBL adalah pendekatan pedagogis yang berfokus untuk membantu siswa mengembangkan diri yang diarahkan pada belajar keterampilan. Ini berasal dari teori belajar bahwa sebuah proses di mana pelajar secara aktif membangun pengetahuan baru atas dasar pengetahuan saat ini. PBL memberikan siswa kesempatan untuk mendapatkan teori dan pengetahuan serta pemahaman. PBL membantu siswa mengembangkan kemampuan kognitif seperti berpikir kreatif, pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi.

Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapat pengetahuan konsep-konsep penting. Pendekatan pembelajaran ini mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai ketrampilan mengarahkan diri. Guru dalam pembelajaran berdasarkan masalah berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog membantu menyelesaikan masalah, dan memberi fasilitas penelitian. Selain itu guru menyiapkan dukungan dan dorongan yang


(32)

commit to user

dapat meningkatkan pertumbuhan intelektual siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.

Menurut Arends dalam Trianto (2007:69). Para pengembang Problem

Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah telah mengemukakan

karakteristik model pembelajaran berbasis masalah yaitu :

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengkoordinasikan sekitar prinsip- prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengkoordinasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang dua- duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun PBL mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

3) Penyelidikan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah menghendaki siswa untuk melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen ( jika diperlukan ), membuat referensi, dan merumuskan kesimpulan.

4) Menghasilkan produk memamerkannya. PBL menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. Karya nyata itu kemudian didemonstrasikan atau dipresentasikan kepada


(33)

teman-commit to user

temannya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif terhadap laporan atau makalah.

5) Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir. Pembelajaran Berbasis Masalah biasanya terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dari guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Secara singkat kelima tahapan pembelajaran PBL adalah seperti berikut :

Tabel 1. Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1 Orientasi siswa pada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih

Tahap 2

Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Tahap 3

Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap 4 Mengembangkan dan

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti


(34)

commit to user

menyajikan hasil karya laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

(Sumber : Ibrahim & Nur,2000:13) b. Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning

Menurut Amir (2009:27), penerapan model Problem Based Learning

memiliki beberapa manfaat, antara lain :

1) Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar 2) Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan

3) Mendorong untuk berfikir

4) Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial 5) Membangun kecakapn belajar (life- long learning skill)

6) Memotivasi pemelajar

Di samping memiliki manfaat, menurut Nurhadi (2004:110) model

Problem Based Learning juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya :

1) Pencapaian akademik dari individu siswa 2) Waktu yang diperlukan untuk implementasi 3) Perubahan peran siswa dalam proses

4) Perubahan peran guru dalam proses 5) Perumusan masalah yang baik

Keuntungan pembelajaran berbasis masalah menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2008:118) adalah pembelajaran berdasarkan masalah mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas, pembelajaran berdasarkan masalah memiliki unsur-unsur belajar magang yang bisa mendorong pengamatan dan dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peran penting aktivitas mental dan belajar yang terjadi di luar sekolah, pengajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang


(35)

commit to user

memungkinkan siswa menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena tersebut, pengajaran berdasarkan masalah berusaha membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Tujuan dan hasil belajar PBL adalah untuk mengembangkan kemampuan keterampilan berfikir, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka pada pengalaman nyata, mengembangkan keterampilan belajar pengarahan sendiri yang efektif.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian orang lain yang relevan dijadikan titik tolak penelitian kita dalam mencoba melakukan pengulangan, revisi, modifikasi, dan sebagainya. Penelitian yang relevan dan selaras dengan judul penelitian yang diambil, yaitu “Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Melalui Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Tahun

Diklat 2010/2011”adalah sebagai berikut :

1. Fitri Yuni Astiti (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “ Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning) Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester II SMP N 5 Semarang Pokok Bahasan Bangun ruang Sisi Datar Tahun Pelajaran 2006/2007”, menyimpulkan bahwa: (1) Model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 5 Semarang sub pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok tahun pelajaran 2006/2007, (2)Dengan model pembelajaran berbasis masalah aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan.

2. Halizah Awang, and Ishak Ramly (2008) dalam penelitiannya yang berjudul

“Creative Thinking Skill Approach Through Problem- Based Learning:

Pedagogy and Practice in the Enginerring Classroom”. Menyimpulkan

bahwa keaktifaan dan keterampilan siswa dapat meningkat dengan menggunakan model Problem Based Learning.


(36)

commit to user

3. Nanik Siswidyawati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Implikasi Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Biologi Kelas VII-A SMP Negeri 1 Gesi Tahun Ajaran

2007/2008”, menyimpulkan bahwa: Penggunaan Model PBL dapat

meningkatkan hasil belajar sisswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Gesi Tahun Ajaran 2007/2008, dapat dilihat dari tercapainya target nilai pada semua ranah. Pada ranah kognitif siklus I persentase rata-rata kelas 73,54%, sedangkan pada siklus II persentase menjadi 76,93%. Pada ranah afektif persentase rata-rata kelas siklus I 76,93%, sedangkan pada siklus II menjadi 81,75%. Pada ranah psikomotorik persentase rata-rata kelas siklus I 48,74%, sedangkan siklus II menjadi 75%.

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian serta didasarkan pada kajian teoritis. Kerangka berpikir ini digambarkan dengan skema secara holistik dan sistematik. Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan penulis dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Selain itu pembelajaran merupakan proses belajar yang dilakukan siswa dalam memahami materi kajian yang tersirat dalam pembelajaran dan kegiatan mengajar guru yang berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi siswa agar mempunyai semangat dan kemauan tinggi dalam pembelajaran sehingga proses belajar yang telah direncanakan dan disajikan dapat berlangsung dengan mudah dan mampu mencapai hasil yang optimal.

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran akuntansi di MA Negeri Ngrambe Ngawi adalah kurangnya antusias/ minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Banyak siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran dan nilai rata- rata kelas yang masih kurang dari KKM. Selain itu penggunaan


(37)

commit to user

metode mengajar yang kurang bervariasi menyebabkan proses belajar mengajar menjadi kurang kondusif. Hal ini menyebabkan guru menghadapi masalah dalam membangkitkan minat dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran akuntansi.

Dalam pelajaran akuntansi siswa dituntut untuk dapat memahami sebuah konsep sehingga diperoleh pemahaman yang bersifat tahan lama dan menguasai konsep-konsep akuntansi, bukan hanya menghafal teori. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran antara lain dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Pemilihan model yang tepat akan membuat siswa lebih mudah memahami konsep atau materi. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti menawarkan salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran akuntansi adalah model

Problem Based Learning.

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based

Learning) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan diri siswa dengan berfikir

kreatif dan berani mengungkapkan pendapatnya, menumbuhkan ketrampilan sosial dari siswa untuk saling membantu, menimbulkan prilaku rasional dalam diri siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan pada kajian teori dan tema yang diambil dalam penelitian diatas dan sesuai dengan judul masalah penelitian, yaitu “Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Melalui Penerapan Model Problem Based Learning Pada Siswa Kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Ngawi Tahun Ajaran 2010/2011”, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:


(38)

commit to user

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir KONDISI

AWAL

T I N D A K A N

KONDISI AKHIR

- Siswa kurang aktif dalam pembelajaran - Hasil belajar yang belum memenuhi

KKM

- Guru kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran.

Guru:

Menerapkan model Problem Based Learning

(PBL)

Siswa:

- Keaktifan siswa selama apersepsi - Keaktifan siswa dalam bekerjasama

dengan kelompok selama kegiatan diskusi.

- Kemampuan siswa dalam

mengemukakan pertanyaan dan pendapat

- Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran

- Meningkatkan kemampuan diri siswa dengan berfikir kreatif

- Berani mengungkapkan pendapatnya - Menumbuhkan keterampilan sosial - Hasil belajar meningkat


(39)

commit to user

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori yang mencakup tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan serta kerangka pemikiran, maka dapat penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut ” Penerapan Model Problem Based

Learning dapat Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Di Kelas XII IPS


(40)

commit to user

24 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di MA Negeri Ngrambe, yang beralamat di Jl. Raya Pucangan, Ngrambe, Ngawi. Alasan pemilihan sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah:

a. Menurut pendapat beberapa siswa (khususnya kelas XII IPS 2) bahwa mata pelajaran akuntansi adalah pembelajaran yang sulit sehingga banyak siswa kurang memahami materi sehingga hasil yang diperoleh menjadi kurang maksimal.

b. Sekolah tersebut belum pernah dipergunakan sebagai objek penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru mata pelajaran akuntansi yang membantu dalam pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung, sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian bisa terkontrol sekaligus menjaga validitas hasil penelitian.

2. Waktu Penelitian

Penulis merencanakan pelaksanaan penelitian dari bulan Juli 2010 sampai Desember 2010. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan laporan penelitian, dengan jadwal sebagai berikut:

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitian

No Keterangan Juli Agst Sept Tahun 2010/2011Okt Nov Des Jan

Feb Ma 1 Pengajuan Judul

2 Penyusunan Proposal 3 Ijin Penelitian

4 Perencanaan tindakan 5 Implementasi Tindakan

siklus I dan Siklus II 6 Penyusunan Laporan


(41)

commit to user

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penelitian ini dikhususkan pada kelas XI IPS yang terdiri dari dua kelas, di mana jumlah siswa tiap kelas rata-rata 27 siswa. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS 1 MA Negeri Ngrambe Ngawi tahun diklat 2010/2011 dengan jumlah siswa 27 anak.

2. Objek Penelitian

Objek pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya Proses Belajar Mengajar yang terdiri dari :

a. Pemilihan model pembelajaran

b. Pelaksanaan model pembelajaran yang dipilih c. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran d. Hasil proses pembelajaran

C. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan pada suatu obyek dan mengkondisikannya seperti apa adanya. Menurut pendapat Kemmis dan Carr sebagaimana dikutip Kasihani

Kasbolah (2001: 9), “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjan ini serta di

mana pekerjaan ini dilakukan”. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan

riil yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur.

Untuk lebih memahami mengenai apa yang disebut dengan penelitian tindakan kelas, perlu dikatahui terlebih dahulu pengertian dan karakteristik penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto (2007:2-3), ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, yaitu :


(42)

commit to user

1. Penelitian

Menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan suatu cara dan aturan metodoligi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi si peneliti

2. Tindakan

Menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam bentuk penelitian rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas

Dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu(1) penelitian,(2) tindakan,(3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan sebuah pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

Untuk lebih memahami apa yang dimaksud PTK, perlu diketahui karakteristik dari PTK itu sendiri. Menurut Zainal Aqib (2007 : 128) karakteristik PTK meliputi :

1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional. 2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya.

3. Penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.

4. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional.

5. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.

6. Pihak yang melakukan tindakan adalah guru sendiri, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan.


(43)

commit to user

Berdasarkan definisi tersebut penelitian tindakan kelas dapat diartikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang memerlukan tindakan untuk menanggulangi masalah dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam kawasan kelas atau sekolah tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas (classroom action research) berbeda dengan

penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Classroom action research lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil classroom action research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimliki peneliti.

Perbedaan antara penelitian formal dengan classroom action research

disajikan dalam tabel berikut :

Table 3. Perbedaan penelitian formal dan penelitian tindakan kelas Penelitian Formal Penelitian Tindakan Kelas

Dilakukan oleh orang lain Dilakukan oleh guru

Sampel harus representative Kerepresentatifan sampel tidak diperhatikan

Instrumen harus valid dan reliable Instrumen yang valid dan reliabel tidak diperhatikan

Menuntut penggunaan analisis statistic

Tidak diperlukan analisis statistik yang rumit

Mempersyaratkan hipotesis Tidak selalu menggunakan hipotesis Mengembangkan teori Memperbaiki praktik pembelajaran

secara langsung

Menurut Hopkins (1993) yang dikutip oleh Prof. Suhardjono (2007:74), ada beberapa ahli yang menggunakan model penelitian tindakan kelas dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat kegiatan utama


(44)

commit to user

yang ada pada setiap siklus, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan,(c) pengamatan,dan (d) refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Siklus I

Siklus II

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan

(Suhardjono dalam Arikunto, Suhardjono, dan Sapardi, 2007: 74) Keterangan :

Rincian kegiatan pada tahapan adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan

Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.

Permasalahan

Permasalahan baru hasil refleksi

Apabila permasalahan belum

terselesaikan

Perencanaan tindakan I

Refleksi I

Perencanaan tindakan II

Refleksi II

Dilanjutkan ke siklus berikutnya

Pelaksanaan tindakan I

Pengamatan/ Pengumpulan data II

Pelaksanaan tindakan II

Pengamatan/ pengumpulan data I


(45)

commit to user

Secara rinci, pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut :

a. mengidentifikasi cara menganalisis masalah, yaitu secara jelas dapat dimengerti masalah apa yang akan diteliti. Masalah tersebut harus benar-benar factual terjadi di lapangan, masalah bersifat umum di kelasnya, masalah cukup penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil pembelajaran, dan masalah pun harus dalam jangkauan kemampuan peneliti.

b. menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan melatarbelakangi PTK.

c. merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat Tanya maupun kalimat pernyataan.

d. menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan oleh guru.

e. menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrument pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis indicator keberhasilan itu.

f. membuat secara rinci rancangan tindakan.

2. Tindakan

Pada tahap ini, rancangan strategi dan scenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Skenario atau rancangan tindakan yang akan dilakukan, hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan itu menjelaskan (a) langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan,(b) kegiatan yang seharusnya dialakukan oleh guru,(c) kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa, (d) rincian tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakan dan cara menggunakannya, (e) jenis intrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data/ pengamatan disertai dengan penjelasan rinci bagaimana menggunakannya.


(46)

commit to user

3. Observasi dan interpretasi

Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilaksanakan dengan menggunakan format observasi/ penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan scenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, kuis, presentasi, nilai tugas, dan lain-lain) atau data kualitatif yang menggambarkan kretifitas siswa, antusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain sebagainya.

Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya. Data yang telah terkumpul memerlukan analisis, baik untuk mempermudah penggunaan maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk hal ini berbagai teknik analisis statistika dapat digunakan.

4. Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTK menyangkut analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi.

D. Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam PTK berupa segala gejala atau peristiwa yang mengandung informasi yang berkaitan dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Data tersebut meliputi data sekolah, data siswa, nilai hasil belajar


(47)

commit to user

dan keaktifan siswa. Data penelitan dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi :

1. Dokumen/ arsip sekolah mengenai data siswa dan prestasi belajar siswa dilihat dari nilai siswa

2. Guru mata diklat akuntansi kelas XII IPS 2

3. Siswa kelas XII IPS 2 sebagai subjek penelitian. Data yang diperoleh berupa keaktifan siswa, nilai tes/ hasil belajar akuntansi siswa saat metode Problem

Based Learning diaplikasikan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam kegiatan penelitian, cara memperoleh data diketahui dengan nama teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas biasanya berupa metode observasi, dokumentasi dan tes.

1. Observasi

Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan mengamati proses pembelajaran di kelas saat guru tengah memberikan materi pelajaran. Observasi hanya dilakukan sebatas mengamati, mengidentifikasi, dan mencatat apa kekurangan dan kelebihan dalam proses pembelajaran. Catatan lapangan sebagai salah satu wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses.

2. Dokumentasi

Merupakan upaya untuk memberikan gambaran bagaimana sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengumpulkan data dan mengambil gambar kegiatan para siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran saat penelitian dilaksanakan. Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengklasifikasikan bahan-bahan yang berhubungan dengan hasil yang sedang diteliti, baik dari sumber dokumen maupun dari buku-buku. Teknik ini untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa dokumen sekolah, catatan-catatan, daftar hadir siswa, hasil karya siswa, dsb.


(48)

commit to user

3. Tes.

Tes merupakan alat yang digunakan peneliti untuk mengetahui hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Tes dilakukan dengan dua cara, yaitu tes tertulis dan praktek atau lisan dengan mendemonstrasikan pekerjaan mereka di depan kelas.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian dari awal sampai akhir secara urut. Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap kegiatan yaitu:

1. Tahap Pengenalan Masalah

Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah : a. Mengidentifikasi masalah

b. Menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu pada teori-teori yang relevan

2. Tahap Persiapan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi : a. Penyusunan jadwal penelitian

b. Penyusunan bentuk tindakan yang sesuai dalam bentuk RPP c. Penyusunan soal evaluasi

3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan

Rencana tindakan disusun dalam dua siklus, yaitu : siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta tahap analisis dan refleksi.

4. Tahap Implementasi Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan tindakan dengan menerapkan model Problem Based Learning, yakni untuk meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi dasar siswa. Hal ini diukur dari tingkat keaktifan siswa dan pemahaman siswa terhadap materi dengan diadakannya pre-test dan post-test.


(49)

commit to user

5. Tahap observasi dan interpretasi

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa yang sedang melakukan kegiatan belajar-mengajar dibawah bimbingan guru. Pengamatan dapat dilakukan secara beiringan bahkan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan (interpretasi metode). Semua hal yang berkaitan dengan hal diatas perlu dikumpulkan dengan sebaik-baiknya.

6. Tahap refleksi

Pada tahap ini peneliti mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan, kemudian bersama dengan guru mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Dalam hal ini, guru merefleksikan pengalamannya kepada peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya dalam tindakan.

7. Tahap Penyusunan Laporan

Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah dilakukan selama penelitian. Dalam kegiatan ini pertama-tama perlu ditulis paparan hasil-hasil PTK. Paparan hasil PTK ini disatukan dengan deskripsi masalah, rumusan masalah, tujuan, dan kajian konsep atau teoritis.

G. Proses Penelitian

Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah peningkatan kualitas pembelajaran akuntansi pada kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe tahun ajaran 2010/2011 dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Setiap tindakan upaya peningkatan indikator tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu : (1) Perencanaan Tindakan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi dan Interpretasi , (4) Analisis dan Refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya. Dalam penelitian ini, direncanakan dalam dua siklus.

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas meliputi: a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan


(50)

commit to user

Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut :

1) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran akuntansi menggunakan model Problem Based Learning, dengan skenario pembelajaran sebagai berikut:

a) Salam pembuka, guru mengabsen siswa.

b) Menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif.

c) Mengulangi sedikit materi terdahulu yang masih ada kaitannya dengan materi yang akan diajarkan melalui apersepsi dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa (tanya jawab) agar guru dan peneliti tahu seberapa jauh pemahaman siswa.

d) Guru menjelaskan materi tahap pencatatan siklus akuntansi perusahaan dagang, sub bab melakukan posting jurnal khusus ke buku besar dan mekanisme metode Problem Based Learning.

e) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami materi yang telah disampaikan dan membuka kesempatan untuk tanya jawab.

f) Siswa diminta bergabung dengan kelompok belajarnya yang sudah dibentuk oleh guru untuk mengerjakan tugas mengidentifikasi permasalahan materi tahap pencatatan siklus akuntansi perusahaan dagang yang harus dipecahkan bersama dengan waktu yang ditentukan. Masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 siswa. g) Guru memberitahukan bahwa soal latihan tersebut diharapkan

dapat dipresentasikan siswa sesuai dengan tugas masing-masing. h) Guru menunjuk dua kelompok secara acak untuk

mempresentasikan tugasnya.

i) Selama presentasi berlangsung, siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya pada kelompok yang sedang mempresentasikan hasilnya di depan kelas dan berdiskusi.

j) Guru dan peneliti mengawasi dengan baik agar suasana pembelajaran tetap tertib dan tenang.


(1)

commit to user

Peningkatan kualitas pembelajaran akuntansi tersebut juga dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Gambar 3. Grafik perbandingan hasil penelitian siklus I dan siklus II0 Berdasarkan tindakan tersebut, guru berhasil melaksanakan pembelajaran akuntansi yang dapat menarik perhatian siswa, sehingga prestasi/ hasil pembelajaran akuntansi dapat meningkat. Selain itu, peneliti juga dapat meningkatkan motivasi dan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif, menarik, dan menyenangkan. Keberhasilan pembelajaran akuntansi dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut:

1. Siswa terlihat antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran akuntansi. Karena dalam hal ini kegiatan belajar mengajar di kelas berpusat pada siswa (student center) sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran. 2. Siswa mampu memahami materi yang diberikan oleh guru. Hal ini terjadi

karena siswa yang mulanya belum memahami benar materi yang disampaikan oleh guru dapat menanyakannya lebih lanjut dan leluasa baik kepada guru secara langsung maupun kepada teman satu kelompoknya.

3. Siswa menjadi lebih menyadari pentingnya kerjasama dalam kelompok untuk

menyelesaikan suatu tugas bersama. Mereka terlihat aktif dalam mengikuti diskusi kelompok maupun diskusi kelas pada saat presentasi.


(2)

commit to user

4. Siswa lebih percaya diri dan berani untuk ke depan kelas mempresentasikan tugas yang diberikan guru. Hal ini dikarenakan siswa sudah paham tentang materi yang akan dipresentasikan.


(3)

commit to user

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah penulis lakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan:

1. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan

proses pembelajaran untuk mata pelajaran akuntansi siswa kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Ngawi. Peningkatan kualitas pembelajaran tersebut dapat dilihat dari segi proses dan hasil pembelajaran.

a. Dari segi proses pembelajaran, indikatornya meliputi: 1. Keaktifan selama apersepsi

Jumlah siswa yang aktif pada siklus I sebanyak 15 siswa (55,55%) mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 19 siswa (70,37%).

2. Keaktifan siswa dalam bekerjasama dengan kelompok selama

kegiatan diskusi.

Siswa yang aktif pada siklus I sebanyak 19 siswa (70,37%) mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 22 siswa (81,14%). 3. Keaktifan siswa pada saat pembahasan hasil diskusi, mengajukan

pertanyaan dan pendapat.

Siswa yang aktif pada siklus I ssebanyak 17 siswa (62,96%) mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 20 siswa (74,07 %). b. Dari segi hasil

Penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Ngawi. Hal ini bisa dilihat dari hasil evaluasi yang menunjukkan peningkatan pencapaian ketuntasan belajar siswa dari 77,77 % (21 siswaa) pada siklus I menjadi 92,59%(25 siswa) pada siklus II.


(4)

commit to user

2. Upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi pada siswa kelas

XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe menemui beberapa hambatan antara lain sebagai berikut:

a. Sarana dan prasarana sekolah yang kurang mendukung proses

pembelajaran. Fasilitas pembelajaran yang minim menyebabkan kelancaran proses pembelajaran menjadi terganggu.

b. Kemampuan siswa dalam bekerjasama dan berkomunikasi dengan siswa lain yang masih belum maksimal. Hal ini menyebabkan kemampuan siswa untuk bekerjasama dengan kelompok menjadi agak sulit, khususnya dengan anggota kelompok yang bukan dari siswa yang sudah dikenal akrab sebelumnya.

c. Kemampuan guru dalam mengelola kelas, khususnya dalam merangsang siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran masih belum maksimal. Selama proses pembelajaran dapat dilihat siswa yang aktif biasanya didominasi oleh siswa tertentu.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat dikaji implikasinya baik implikasi teoritis maupun implikasi praktis sebagai berikut:

1. Implikasi Teoretis

Penggunakan model Problem Based Learning dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran akuntansi bagi siswa kelas XII IPS 2 MA Negeri 1 Ngrambe. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses maupun hasil. Dari segi proses dilihat dari keaktifan selama apersepsi, keaktifan siswa dalam bekerjasama dengan kelompok selama kegiatan diskusi serta keaktifan siswa selama pembahasan hasil diskusi dalam mengajukan pertanyaan dan pendapat sehingga mereka memiliki kemandirian dan kepercayaan diri dalam mengerjakan soal- soal akuntansi. Sedangkan dari hasil dapat diketahui dari ketuntasan hasil belajar. Kesimpulan hasil penelitian ini mendukung pendapat Arends dalam Trianto (2007:08) yang mengemukakan bahwa pembelajaran


(5)

commit to user

berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan kemampuan berfikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri.

2. Implikasi Praktis

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa yang dapat dilihat dari proses (keaktifan) selama mengikuti pembelajaran dan hasil belajar siswa yang meningkat. Siswa menjadi aktif dan percaya diri dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan diskusi karena lebih memahami materi yang diberikan oleh guru serta 92, 59% siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal .

Pelaksanaan tindakan dari siklus I sampai siklus II dapat dideskripsikan bahwa terdapatnya kekurangan dan kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran akuntansi berlangsung. Kelemahan tersebut antara lain sarana dan prasarana yang kurang mendukung proses pembelajaran, fasilitas yang minim menyebabkan proses pembelajaran menjadi terganggu. Kemampuan siswa untuk bekerjasama dalam diskusi dan berkomunikasi baik dalam kelompok maupun dengan siswa lainnya masih belum maksimal, kemampuan guru dalam mengelola kelas, khususnya dalam merangsang siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran masih belum maksimal. Dari pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dari tindakan refleksi tersebut dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan proses dan hasil belajar akuntansi.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah:

a. Lebih mengusahakan fasilitas yang dapat mendukung kelancaran kegiatan


(6)

commit to user

b. Hendaknya mendorong dan memotivasi guru untuk selalu berusaha

mengembangkan model dan metode pembelajaran yeng merangsang siswa untuk aktif dan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran.

2. Bagi Guru:

a. Hendaknya guru selalu meningkatkan kemampuannya dalam

mengembangkan dan menyampaikan materi serta dalam mengelola kelas, sehingga kualitas pembelajaran dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya.

b. Kepada guru yang belum menerapkan model Problem Based Learning

dapat menerapkan model tersebut dalam kegiatan belajar mengajar yang tentunya disesuaikan dengan materi dan kondisi siswa.

c. Siswa dibiasakan untuk belajar kelompok dalam menyelesaikan masalah atau tugas tertentu bagi keberhasilan belajarnya. Karena belajar kelompok merupakan cara yang efektif untuk melatih sifat kesosialan siswa, antara lain : menghargai pendapat teman, memberikan kesempatan berbicara kepada teman, tidak menang sendiri dan saling membantu.

d. Kerjasama guru dan siswa selama proses pembelajaran harus diperhatikan

sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif dan siswa dapat lebih mudah memahami materi pembelajaran.

3. Bagi Siswa:

a. Hendaknya dapat bekerjasama dalam arti yang positif, baik dengan guru maupun dengan siswa yang lain dalam proses belajar mengajar.

b. Siswa hendaknya mampu memiliki ketrampilan berkomunikasi yang baik

dimana hal ini pada akhirnya akan sangat bermanfaat bagi siswa.

c. Siswa hendaknya selalu mencoba membuka diri dan tidak menganggap pusat informasi adalah guru, namun bisa berasal dari teman. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI SEKARAN 01 SEMARANG

0 7 326

Peningkatan prestasi belajar akuntansi melalui penerapan model pembelajaran problem based learning pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2009 2010

0 4 248

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN PENERAPAN METODE RESITASI BAGI SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 BATURETNO TAHUN AJARAN 2009 2010

0 5 84

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XII IPS DI SMA SWASTA HKBP 2 TARUTUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017.

0 2 27

PENINGKATAN PRESTASI MATA PELAJARAN EKONOMI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING Peningkatan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo Tah

0 2 11

PENINGKATAN PRESTASI MATA PELAJARAN EKONOMI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING Peningkatan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo Tah

0 4 19

PENDAHULUAN Peningkatan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016.

0 2 5

UPAYA PENGUASAAN UNGGAH UNGGUH BASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS VA SDN I PRACIMANTORO SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010 2011

0 7 77

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK (PROJECT BASED LEARNING) PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 0 17

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK (PROJECT BASED LEARNING).

0 0 12