UPAYA PENGUASAAN UNGGAH UNGGUH BASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS VA SDN I PRACIMANTORO SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

i

UPAYA PENGUASAAN UNGGAH-UNGGUH BASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS VA SDN I PRACIMANTORO

SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010/2011

Skripsi Oleh:

RATNASARI YULIANTI X7107063

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

UPAYA PENGUASAAN UNGGAH-UNGGUH BASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS VA SDN I PRACIMANTORO

SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh:

RATNASARI YULIANTI X7107063

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Upaya penguasaan Unggah-ungguh Basa dalam Pembelajaran Bahasa Jawa melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas VA SDN I Pracimantoro Semester II Tahun Ajaran 2010/2011” yang disusun oleh:

Nama : Ratnasari Yulianti Nim : X7107063

Telah dipertahankan dihadapkan tim penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Hari : Tanggal : Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd Sekretaris : Drs. Kartono, M.Pd

Anggota I : Drs. Usada, M. Pd

Anggota II : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof .Dr.H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP . 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

v ABSTRAK

Ratnasari Yulianti. UPAYA PENGUASAAN UNGGAH-UNGGUH BASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SISWA KELAS VA SDN I PRACIMANTORO SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010/2011. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juli 2011.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah: Untuk meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, tindakan , observasi, refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VA SDN I Pracimantoro tahun ajaran 2010/2011. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, observasi, wawancara dan tes. Teknik analisis menggunakan teknik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data , penyajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011 meningkat. Hal ini dapat ditunjukkan data-data sebagai berikut : pada pra tindakan hanya 17,14% siswa yang mendapat nilai ≥ 70, pada siklus I 42,86% siswa telah mendapat nilai ≥ 70 dan pada siklus II 74,29% siswa telah mendapat nilai ≥ 70.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa penggunaan melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sangat berguna untuk membantu peningkatan penguasaan unggah-ungguh basa siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa. Berdasarkan hal tersebut, guru-guru dianjurkan untuk mengoptimalkan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam penyampaian materi unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa.

Berdasarkan simpulan yang dibuat, dapat diajukan suatu rekomendasi melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011.


(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Ratnasari Yulianti. ENGRAFTING THE CONCEPT OF MIND AND CHARACTER EDUCATION THROUGH UNGGAH-UNGGUH BASA IN JAVANESSE LANGUAGE LEARNING AT FIFTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL PRACIMANTORO I IN THE SECOND SEMESTER OF 2010/2011 ACADEMIC YEAR. Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, July 2011.

The objectives of this research are: To improve the engrafting of the concept of mind and character education as well as the stabilization of the implementation of unggah-ungguh basa in javanesse language learning in the second semester of fifth grade students of elementary school Pracimantoro I in the 2010/2011 academic year.

The model of this research was an action research that consists of two cycles, each cycle consists of four stages: planning, action, observation, reflection. The research subjects were fifth grade students of elementary school Pracimantoro I in 2010/2011 academic year. Data were collected by using documentation, observation, interviews and tests. Techniques of analysis were use the interactive analysis technique that consists of three components namely the analysis of data reduction, data presentation, and conclusion drawing or verification.

Based on this research, it can be concluded that the implementation of unggah-ungguh basa in Javanese language learning can improve the engrafting the concept of mind and character education at fifth grade students in the second semester of 2010/2011 academic year. It can be shown from the data as follows: from the result of pre test only 17.14% of students who scored ≥ 70, the cycle I had 42,86% of students scored ≥ 70 and the second cycle of 74.29% students have scored ≥ 70 .

These results indicate that the implementation of unggah-ungguh basa is very useful to help the growing concept of mind and character education of students in learning the Javanese language. Based on this, teachers are encouraged to optimize the delivery of content unggah ungguh basa in Javanese language learning.

Based on the conclusions made, may be filed a recommendation that the implementation of unggah-ungguh basa in javanese language learning can improve the engrafting of the concept of mind and character education at fifth grade students at elemtary school Pracimantoro I in the second semester of 2010/2011 academic year.


(7)

commit to user

vii MOTTO

“Maka sesungguhnya di samping ada kesukaran terdapat pula kemudahan.

Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan”

(Q. S. Al Insyirah:5-6)

“Saya mendengar maka saya lupa, saya melihat maka saya tahu, saya berbuat maka saya mengerti”

(Pepatah Cina)

“Berpura-pura tidak akan gagal ternyata memperbesar kemungkinan kita

untuk berhasil”

(Mario Teguh) Kalau tuan ingin hidup tiga bulan tanamlah padi, kalau ingin hidup tiga tahun

tanamlah pohon, tetapi kalau ingin hidup selama-lamanya tanamlah ilmu dan amal baik


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Hasil karya ini kupersembahkan kepada:

Ayah dan Ibuku (Sugiyatno & Mintarsih) yg sangat aku sayangi,

terimakasih atas doa serta dorongan motivasi dan materiil yang selalu diberikan kepadaku hingga saat ini.

Adikku tersayang (Dwi Prasetya Arga Sayoga) terimakasih atas doa serta motivasi yang telah diberikan hingga saat ini.

Keluarga besar PGSD FKIP UNS dan Almamaterku yang aku banggakan, terimakasih telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman hingga saat ini.


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah ucapan syukur akan kebesaran Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “Upaya Pengguasaan Unggah-ungguh Basa dalam Pembelajaran Bahasa Jawa melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas VA SDN I Pracimantoro Semester II Tahun Ajaran 2010/2011”.

Banyak hambatan dalam penyusunan laporan penelitian ini, namun berkat bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini peneliti mengucapkan terimakasih yang tulus kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. KRT. Rusdiana Indianto, M. Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Usada, M. Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan proposal ini.

5. Drs. Hasan Mahfud, M. Pd. Selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.

6. Kepala SDN I Pracimantoro yang telah memberikan ijin penelitian.

7. Bapak/Ibu Guru SDN I Pracimantoro yang banyak memberikan bantuan dan dorongan.

8. Bapak dan ibuku terima kasih atas doa, pengalaman hidup dan pengorbanan yang tulus selama ini.

9. Adikku terimakasih atas semangat, doa dan bantuannya selama ini. 10. Teman-teman S1’07 C terima kasih atas kebersamaannya selama ini.


(10)

commit to user

x

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Sehingga hasil penelitian ini dapat bermanfaat.

Akhirnya tidak lupa peneliti mengucapkan maaf bila terdapat tutur kata peneliti yang kurang berkenan di hati pembaca. Sekian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Surakarta, Juli 2011 Peneliti


(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PENGAJUAN ……… ii

HALAMAN PERSETUJUAN ……… iii

HALAMAN PENGESAHAN ………... iv

ABSTRAK ………... v

MOTTO …...……… vii

PERSEMBAHAN ………... viii

KATA PENGANTAR………... ix

DAFTAR ISI……… x

DAFTAR TABEL ………... xiii

DAFTAR GAMBAR ……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN………... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Rumusan Masalah ………... 5

C. Tujuan Penelitian………. 5

D. Manfaat Penelitian ……….. 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ………. 7


(12)

commit to user

xii

1. Unggah-ungguh Basa ………….……… 7

2. Model Pembelajaran Prblem Based Learning (PBL) ………. 11

B. Penelitian yang Relevan ………….………. 18

C. Kerangka Berfikir ………... 19

D. Hipotesis ……….. 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 22

B. Subjek dan Objek Penelitian ………... 23

C. Bentuk Penelitian ……… 23

D. Sumber Data ……… 24

E. Teknik Pengumpulan Data ……….. 24

F. Validitas Data ……….. 26

G. Analisis Data ………... 27

H. Indikator Kinerja …….……… 28

I. Prosedur Penelitian ………. 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………..………. 34

B. Pembahasan …………...……….. 54

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ………. 58


(13)

commit to user

xiii

B. Implikasi ……….. 58

C. Saran ………... 60

DAFTAR PUSTAKA ………. 62


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian ……….. 22

Tabel 2. Hasil Tes Awal ………. 35

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Nilai Pra Tindakan ……….. 36

Tabel 4. Hasil Tes Siklus I ……….. 42

Tabel 5. Data Distribusi Frekuensi Nilai Belajar Penguasaan Unggah-ungguh Basa dalam Pembelajaran Bahasa Jawa melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas VA SDN I Pracimantoro pada Siklus I ………... 43 Tabel 6. Hasil Tes Siklus II ……… 52

Tabel 7. Data Distribusi Frekuensi Nilai Belajar Penguasaan Unggah-ungguh Basa dalam Pembelajaran Bahasa Jawa melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas VA SDN I Pracimantoro pada Siklus II …………...….. 52 Tabel 8. Perkembangan Nilai Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan ... 55


(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 21

Gambar 2. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman ... 28

Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 29

Gambar 4. Grafik Distribusi Frekuensi Data Nilai Pra Tindakan ... 36

Gambar 5. Grafik Data Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Penguasaan Unggah-ungguh Basa dalam Pembelajaran Bahasa Jawa Model Pembelajaran melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas VA SDN I Pracimantoro pada Siklus I ……... 44 Gambar 6. Grafik Data Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Penguasaan Unggah-ungguh Basa dalam Pembelajaran Bahasa Jawa melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas VA SDN I Pracimantoro pada Siklus II……… 53 Gambar 7. Grafik Perkembangan Nilai Siswa ... 55


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus Bahasa Jawa Kelas V... 73

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 75

Lampiran 3. Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 1 84

Lampiran 4. Kartu Masalah (Siklus I Pertemuan I) ... 86

Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 1 ... 87

Lampiran 6. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 1 ...

89

Lampiran 7. Kriteria Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 1 ...

91

Lampiran 8. Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 2 92

Lampiran 9. Kartu Masalah (Siklus I Pertemuan 2) ... 94

Lampiran 10. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 2 ... 95

Lampiran 11. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 2 ...

97

Lampiran 12. Kriteria Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 2 ...

99

Lampiran 13. Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 ... 100


(17)

commit to user

xvii

Lampiran 15. Kriteria Penialaian Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 .. 102

Lampiran 16. Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 ... 103

Lampiran 17. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 ... 104

Lampiran 18. Kriteria Penilaian Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 .... 105

Lampiran 19. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 106

Lampiran 20. Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 1 ...

115

Lampiran 21. Kartu Masalah (Siklus II Pertemuan 1) ... 117

Lampiran 22. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 1 ... 118

Lampiran 23. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 1 ...

120

Lampiran 24. Kriteria Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 1 ...

122

Lampiran 25. Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 2 ...

123

Lampiran 26. Kartu Masalah (Siklus II Pertemuan 2) ... 125

Lampiran 27. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 2 ... 126

Lampiran 28. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 2 ...

128

Lampiran 29. Kriteria Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 2 ...


(18)

commit to user

xviii

130

Lampiran 30. Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 ... 131

Lampiran 31. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 ... 132

Lampiran 32. Kriteria Penilaian Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 ... 133

Lampiran 33. Soal Evaluasi siklus II Pertemuan 2 ... 134

Lampiran 34. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 2 ... 135

Lampiran 35. Kriteria Penilaian Soal Evaluasi Silus II Pertemuan 2 ... 136

Lampiran 36. Pedoman Observasi Guru ... 137

Lampiran 37. Lembar Observasi Guru (APKG) ... 141

Lampiran 38. Hasil Rekapitulasi Observasi Guru dalam Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ... 143 Lampiran 39. Pedoman Wawancara untuk Guru Sebelum Penanaman Unggah-ungguh Basa ... 144 Lampiran 40. Pedoman wawancara untuk Guru Setelah Penanaman Unggah-ungguh Basa ... 146 Lampiran 41. Daftar Nilai Siswa Sebelum Penanaman Unggah-ungguh Basa ... 148 Lampiran 42. Daftar Nilai Siswa Siklus I ... 150

Lampiran 43. Daftar Nilai Siswa Siklus II ... 152


(19)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (1) yang berbunyi ” Tiap-tiap warga Negara berhak untuk mendapatkan pendidikan.” Pendidikan bagi setiap warga negara pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga dengan kemampuannya, siswa akan dapat memenuhi hidupnya dan kelak akan berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, dan negara.

Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah unsur sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakan, bangsa, dan negara.

Tujuan pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Depdiknas, 2003: Bab II pasal 3).

Pembelajaran atau proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dan siswa atau pembelajar beserta unsur-unsur yang ada di dalamnya. Pembelajaran merupakan bagian dari


(20)

commit to user

pendidikan, yang di dalamnya ditunjang oleh berbagai unsur-unsur pembelajaran antara lain tujuan, materi pelajaran, sarana prasarana, situasi atau kondisi belajar, media pembelajaran, lingkungan belajar, metode pembelajaran, serta evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Proses belajar mengajar dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor pertama adalah faktor yang berasal dari dalam dan faktor yang kedua adalah faktor yang berasal dari luar siswa,sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa salah satunya adalah metode pembelajaran. Penggunaan metode yang tepat sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Akan tetapi, kenyataan yang ada saat ini bahwa masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajarannya.

Permasalahan yang timbul adalah pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Disisi lain adanya banyak fakta bahwa guru menguasai materi suatu subjek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Proses belajar mengajar di dalam kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, dimana ceramah menjadi pilihan utama proses belajar mengajar.

Seperti halnya di dalam kelas VA SDN I Pracimantoro. Permasalahan intern yang timbul ketika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung dapat dipaparkan sebagai berikut: observasi awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa minat dan motivasi siswa untuk belajar bahasa Jawa masih rendah. Hal tersebut tampak dalam hasil ulangan bahasa Jawa yang masih banyak siswa mendapat nilai di bawah 70. Pada ulangan bahasa Jawa tersebut hanya 6 siswa atau 17,14% siswa yang mendapat nilai ≥ 70 (selengkapnya terlampir). Selain itu, ditinjau dari metode pembelajaran, guru masih menerapkan metode pembelajaran ceramah yang kurang menarik. Begitu masuk kelas, guru memberikan sedikit ceramah tentang materi pelajaran yang telah dicatat sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan memberi siswanya beberapa latihan


(21)

commit to user

soal atau tugas. Siswa diminta untuk membuka buku catatan dan mengerjakan buku Lembar Kerja, atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Proses pembelajaran dengan metode konvensional ceramah masih belum cukup memberikan kesan yang mendalam pada siswa, karena peran guru dalam menyampaikan materi lebih dominan dibandingkan keaktifan siswa sendiri. Guru lebih banyak memberikan penjelasan daripada mencari tahu sejauh mana siswa bisa menerima dan memahami informasi yang disampaikan. Oleh sebab itu, guru harus mempunyai kreativitas tinggi dalam memilih model pembelajaran yang menarik minat siswa.

Agar upaya tersebut berhasil maka harus dipilih model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta lingkungan belajar, siswa dapat aktif, interaktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan kreatifitas seorang guru agar siswa tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat juga akan memperjelas konsep-konsep yang diberikan kepada siswa senantiasa antusias berfikir dan berperan aktif.

Model pembelajaran yang efektif dapat digunakan guru untuk mentransfer ilmu dengan baik dan benar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Model pembelajaran akan efisien jika menghasilkan kemampuan siswa seperti yang diharapkan dalam tujuan dan sesuai dengan target perhitungan dalam segi materi dan waktu. Seorang guru sebaiknya mampu memilih model yang tepat bagi siswa didiknya. Pemilihan model pembelajaran haruslah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Tujuan pembelajaran yang jelas akan memperjelas proses belajar mengajar dalam arti situasi dan kondisi yang harus diperbuat dalam proses belajar mengajar. Kemampuan dan kualifikasi siswa maupun guru berbeda-beda, sehingga pemilihan model pembelajaran yang tepat juga akan mengalami kesukaran karena tujuan yang berhubungan dengan emosi, perasaan, atau sikap dan tujuan yang beraspek afektif sulit dirumuskan dan sukar diukur keberhasilannya.

Model pembelajaran yang digunakan guru seharusnya dapat membantu proses analisis siswa. Salah satu model tersebut adalah model pembelajaran


(22)

commit to user

Problem Based Learning (PBL). Diharapkan model PBL lebih efektif bila dibandingkan dengan metode konvensional. Keefektifan model ini adalah siswa lebih aktif dalam berfikir dan memahami materi secara berkelompok terhadap permasalahan yang real di sekitarnya sehingga mereka mendapatkan kesan yang mendalam dan lebih bermakna tentang apa yang mereka pelajari. Model PBL merupakan salah satu model pembelajaran dimana authentic assesment (penalaran yang nyata atau konkret) dapat diterapkan secara komprehensif, sebab didalamnya terdapat unsur menemukan masalah dan sekaligus memecahkannya (unsur terdapat didalamnya yaitu problem possing atau menemukan permasalahan dan problem solving atau memecahkan masalah). Tujuan dari PBL untuk menantang siswa mengajukan permasalahan dan juga menyelesaikan masalah yang lebih rumit dari sebelumnya, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapatnya, menggalang kerjasama dan kekompakan siswa dalam kelompok, mengembangkan kepemimpinan siswa serta mengembangkan kemampuan pola analisis dan dapat membantu siswa mengembangkan proses nalarnya. Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk belajar bagaimana belajar. Pengajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan jika guru tidak mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Intinya, siswa dihadapkan pada situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat menantang siswa untuk memecahkannya (Nurhadi, 2004:109). Model ini cocok diterapkan pada mata pelajaran bahasa Jawa khususnya materi unggah-ungguh basa karena ini menuntut siswa untuk dapat lebih aktif dalam berfikir dan memahami materi. Yang mana hal tersebut tersebut dapat dilatih setahap demi setahap.

Dari latar belakang masalah yang telah dibahas sebelumnya, peneliti mengambil judul “UPAYA PENGUASAAN UNGGAH-UNGGUH BASA

DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS VA SDN I PRACIMANTORO SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010/2011”


(23)

commit to user

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang timbul yaitu:

“ Apakah model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011?”

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model pembelajaran problem based learning siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011.

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran bahasa Jawa yaitu pada penguasaan unggah-ungguh basa. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengambangkan

pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat.

c. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai rujukan bagi peneliti yang akan datang.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru


(24)

commit to user

1) Sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa.

2) Sebagai motivasi untuk menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran untuk menghasilkan output yang berkualitas.

b. Bagi Siswa

1) Mendapat peningkatan penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa.

2) Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari ilmu pengetahuan. c. Bagi Sekolah

1) Dapat memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran dalam kelas, khususnya dalam penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa.


(25)

commit to user

7 BAB II LANDASAN TEORI

A.Kajian Pustaka 1. Unggah-ungguh Basa a. Pengertian Unggah-ungguh basa

Bahasa merupakan alat komunikasi dalam pergaulan sehari-hari. Ketika seseorang berbicara selain memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa, juga masih harus memperhatikan siapa orang yang diajak berbicara. Berbicara kepada orang tua berbeda dengan berbicara dengan anak kecil atau yang seumur.

Unggah-ungguh basa adalah kata-kata atau bahasa yang ditujukan pada orang yang kita ajak berbicara atau lawan bicara (Aryo Bimo Setiyanto, 2007: 2).

Menurut Atun Suhono (1952: 12) unggah-ungguh basa merupakan alat untuk menciptakan jarak sosial, namun di sisi lain unggah-ungguh basa juga merupakan produk dari kehidupan sosial. Hal ini dapat dijelaskan bahwa struktur masyarakat merupakan faktor pembentuk dari struktur bahasa. Struktur bahasa yang mengenal unggah-ungguh basa merupakan pantulan dari struktur masyarakat yang mengenal tingkatan-tingkatan sosial. Makin rumit unggah-ungguh basa, pasti makin rumit juga tingkatan sosialnya. Unggah-unggah-ungguh basa pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu basa ngoko dan basa karma.

Menurut Poerwadarminta, 1939 dalam Aryo Bimo Setiyanto (2007: 2) unggah-ungguh basa memang sangat rumit, walaupun tatanan yang pokok hanyalah dua, yaitu basa ngoko dan karma, lalu di antara dua tatanan itu terdapat banyak variasi.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam berkomunikasi dengan orang lain, yaitu dengan orang yang lebih tua atau orang yang lebih kecil atau yang sebaya itu berbeda bahasanya. Kita berbicara dengan yang lebih tua harus lebih sopan dari pada dengan orang yang lebih


(26)

commit to user

kecil atau yang sebaya. Perbedaan bahasa ini yang dinamakan dengan unggah-ungguh basa.

b. Basa Ngoko

Istilah basa ngoko sebenarnya hanyalah sebuah singkatan untuk mempermudah percakapan, lengkapnya adalah basa ngoko lugu. Disebut basa ngoko lugu karena basa ini adalah bahasa yang lugu. Kata lugu berarti asli berdasarkan kepribadian orang Jawa (Haryana Harjawiyana dan Supriya, 2001: 32)

Basa ngoko lugu disusun dari kata-kata ngoko semua. Adapun kata: aku, kowe dan ater-ater (awalan): dak-, ko-, di-, juga panambang (akhiran): -ki, -mu, -e, -ake tidak berubah (Aryo Bimo Setiyanto, 2007: 29)

Menurut Aryo Bimo Setiyanto (2007: 29-32) basa ngoko digunakan untuk:

1) Orang tua kepada anak, cucu atau kepada anak muda lainnya. Contoh:

Bapak : “ Kowe lagi ngopo Ni?” Anak : “ Nembe sinau pak.”

Pada contoh di atas, kata kowe tetap atau tidak berubah.

2) Percakapan orang-orang sederjat, tidak memperhatikan kedudukan dan usia jadi sepeti anak-anak dengan temannya.

Contoh:

Ani : “ Ri, aku mbok ko-wuruki garapan aljabar ndek wingi kae!” Sari : “ Enya, iki tirunen bae.”

Pada contoh di atas, kata aku dan ater-ater (awalan) ko- tidak berubah. 3) Percakapan antara atasan dengan bawahan.

Contoh:

Atasan : “ Jo, gaweanmu wes mbok rampungke durung?” Bawahan : “ Sampun pak.”

Pada contoh di atas, panambang (akhiran) –mu dan –ake tidak berubah. 4) Dipakai pada saat ngunandika, sebab yang diajak berbicara adalah diri


(27)

commit to user

Contoh:

“ E, tak turu sadhela, awakku kok kesele ora kiro-kiro.” Pada contoh di atas, panambang (akhiran) –ku tidak berubah. c. Basa Krama

1) Basa krama madya

Basa karma madya dibentuk dari kata-kata madya yang dicampur dengan kata-kata krama yang tidak mempunyai kata madya, misalnya:

Aku diubah menjadi kula

Kowe diubah menjadi sampeyan

Ater-ater tak- diubah menjadi kula Ater-ater ko- diubah menjadi mang Panambang –ku diubah menjadi kula Panambang –mu diubah menjadi sampeyan Panambang –e tidak berubah

Basa krama madya adalah bahasa yang digunakan oleh orang desa yang satu dengan yang lainnya yang dianggap lebih tua atau yang dihormati (Aryo Bimo Setiyanto, 2007: 37-38).

2) Basa krama inggil

Menurut Aryo Bimo Setiyanto (2007: 45-46) basa krama inggil kata-katanya semua menggunakan krama inggil untuk orang yang diajak berbicara, misalnya:

Aku diubah menjadi kula

Kowe diubah menjadi panjenengan Ater-ater dak- diubah menjadi kawula Ater-ater ko- diubah menjadi panjenengan Ater-ater di- diubah menjadi dipun

Panambang –ku diubah menjadi kula

Tetapi tembung arannya (kata bendanya) diberi panambang –ipun terlebih dahulu.


(28)

commit to user

d. Bahasa Jawa

1) Pengertian Bahasa Jawa

Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa juga digunakan oleh penduduk yang tinggal di beberapa daerah lain seperti Banten terutama kota Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tengerang, Jawa Barat khususnya kawasan pantai utara terbentang dari pesisir utara Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon dan kabupaten Cirebon (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa, diunduh pada tanggal 22 Februari 2011)

Menurut Suwadji (2000: 300) basa Jawa dumadi saka tembung basa lan Jawa. Basa minangka sarana ginawe medharake gagasan, wondene Jawa mengku teges dudu asal ngamanca. Bahasa Jawa terdiri dari kata bahasa dan Jawa. Bahasa adalah sarana untuk menguraikan gagasan, sedangkan Jawa berarti bukan berasal dari luar negeri/bahasa asing.

Sedangkan menurut Samidi (2010: 1) bahasa Jawa bukan bahasa asing tetapi merupakan bahasa ibu dari orang-orang Jawa terutama yang bertempat tinggal di daerah propinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa jogyakarta dan Jawa Timur.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi orang-orang yang berasal dari Jawa, terutama Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur. 2) Peranan Bahasa Jawa dalam Pergaulan

Di dalam lingkungan sekolah, bahasa Jawa beberapa waktu lalu sempat tidak menjadi bahasa bergaulan. Hal ini sebagai imbas dari program bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di kantor pemerintah maupun sekolah. Bahasa pengantar di dalam kelas kebanyakan adalah bahasa Indonesia. Bahkan, dalam pergaulan siswa dengan guru lebih banyak berbahasa Indonesia. Hal ini mempunyai imbas bahwa anak atau siswa tidak lagi terbiasa dengan bahasa Jawa yang baik.


(29)

commit to user

Dalam lingkungan keluargapun belum tentu digunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar. Bahkan dalam pembicaraan antara anak dengan orang tua sering menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa tetapi basa ngoko saja. Hal ini juga mendidik siswa untuk berbudaya tidak saling menghormati antar sesama manusia. Orang tua yang berpendidikan baik, seharusnya mengajarkan anak untuk berbahasa Jawa, terutama ketika berbicara dengan orang yang derajatnya lebih kita hormati. Untuk itu dalam rangka memasyarakatkan bahasa Jawa, diharapkan semua pihak baik sekolah, orang tua dan masyarakat menjadi bagian yang saling mendukung terjadinya budaya berbahasa Jawa dengan baik dan benar. Dengan kondisi demikian, maka budi pekerti siswa akan terdorong umtuk semakin maju. Selain itu akan timbul budaya saling menghormati dan menghargai antar sesama manusia.

2. Model Pembelajaran Problem Based Laerning (PBL) a. Hakikat Pembelajar

Belajar dan mengajar pada dasarnya merupakan dua konsep yang tak terpisahkan yang membentuk suatu proses interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka mencapai tujuan yaitu perubahan tingkah laku individu ke arah yang lebih baik. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu ke arah yang lebih baik melalui pengalaman dan latihan. Sedangkan mengajar merupakan usaha seorang guru untuk menyampaikan pengetahuan atau informasi kepada siswa. Belajar dan mengajar dianggap sebagai proses karena di dalamnya terdapat interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dan siswa Proses itulah yang disebut pembelajaran.

Dalam Kamus Besar Bahasa lndonesia (2002:17) kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran menurut Nana Sudjana (2009:28) adalah kegiatan mengatur dan mengorganisasikan lingkungan di sekitar siswa yang dapat mendorong dan memudahkan minat siswa melakukan kegiatan belajar. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1999:57) pembelajaran adalah suatu


(30)

commit to user

kombinasi yang tersusun meliputi unsure-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan pengertian belajar adalah suatu proses yang sengaja menciptakan seseorang dalam suatu lingkungan tertentu sehingga terjadi proses dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa melalui prosedur tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada intinya belajar adalah perubahan menuju perkembangan ke arah yang lebih baik.

b. Model Problem Based Learning

Keberhasilan proses belajar mengajar salah satunya ditentukan oleh model atau metode mengajar yaitu bagaimana cara guru menyampaikan materi yang akan diajarkan. Secara harfiah metode ( method ) berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Nana Sudjana (2009:76) mengemukakan bahwa “Metode mengajar ialah suatu cara atau teknis yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Winataputra dalam Sugiyanto (2008:7) mengemukakan bahwa ”Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pencanan pembelajaran dan para pengajar dalam mencanangkan dan melaksanaka aktivitas pembelajaran”.

Dalam proses pembelajaran di sekolah, pada hakekatnya yang berperan aktif adalah siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. Dengan demikian, metode mengajar seharusnya beralih dari lectur-based


(31)

commit to user

format menjadi student-active approach atau student-centered instruction. Salah satu bentuk pembelajaran yang menerapkan student-active approach atau student-centered instruction adalah model Problem Based Learning (PBL). Dengan adanya penerapan model Problem Based Learning yang merupakan model pembelajaran inovatif, peran guru sebagai pendidik harus bisa membangkitkan minat belajar siswa, motivasi belajar dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan prestasi belajar siswa akan mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelumnya yang masih menerapkan metode konvensional ceramah.

Menurut Nana Sudjana (2009:85), “praktek model pembelajaran pemecahan masalah berdasarkan tujuan dan bahan pengajaran, guru menjelaskan apa yang harus dicapai siswa dan kegiatan belajar yang harus dilaksanakannya (langkah-langkahnya)”. Melalui ceramah dan alat bantu atau demonstrasi, guru menjelaskan konsep, prinsip, hukum, kaidah, dan yang sejenisnya, bersumber dari bahan yang harus diajarkannya. Beri kesempatan bertanya bila siswa belum jelas mengenai konsep, prinsip, hukum, kaidah yang telah dijelaskan tersebut, dan guru merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan.

Masalah yang diajukan bisa dalam bentuk penerapan konsep, prinsip, hukum, kaidah tersebut, bisa pula dalam bentuk proses bagaiman konsep atau prinsip tersebut beroperasi. Guru bersama siswa menentukan jawaban sementara terhadap masalah tersebut. Menentukan jawaban sementara, sebaiknya guru memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa agar siswa sendiri secara bersama merumuskan dugaan jawaban tersebut. Guru lebih berperan memberikan arahan dan membimbing pendapat siswa.Tahap selanjutnya, siswa diminta mencari informasi, keterangan, bahan, data, dan lain-lain yang diperlukan untuk menguji jawaban terhadap masalah di atas untuk membuktikan apakah dugaan atau jawaban sementara yang telah dirumuskannya itu benar atau salah. Mencari data dan informasi tersebut bisa dilakukan secara individual, bisa pula secara kelompok. Biasanya dilakukan lebih baik jika dalam bentuk kelompok agar terjadi diskusi di kalangan siswa.


(32)

commit to user

Sedangkan menurut Anies (2003), “Model problem-based learning adalah suatu metode instruksional yang mempunyai ciri-ciri penggunaan masalah nyata sebagai konteks siswa yang mempelajari cara berpikir kritis serta keterampilan dalam memecahkan masalah”. Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung dalam suatu mata pelajaran yang memerlukan praktek.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dengan masalah nyata yang sesuai minat dan perhatiannya, sehingga motivasi dan rasa ingin tahu menjadi meningkat. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mengembangkan cara berfikir dan keterampilan yang lebih tinggi.

c. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning (PBL)

Seperti metode pembelajaran lainnya, PBL memiliki kekuatan dan kelemahan. PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang memberdayakan daya fikir, kreativitas, dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan konsep belajar bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku.

Menurut Taufiq Amir (2009:27), penerapan model Problem Based Learning memiliki beberapa kelebihan, antara lain :

1) Fokus kebermaknaan, bukan fakta (deep versus surface learning) 2) Meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif

3) Pengembangan keterampilan dan pengetahuan

4) Pengembangan keterampilan interpersonal dan dinamika kelompok 5) Pengembangan sikap self-motivated

6) Tumbuhnya hubungan siswa-fasilitator

7) Jenjang penyampaian pembelajaran dapat ditingkatkan

Guna memperjelas kelebihan model Problem Based Learning tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

1) Fokus kebermaknaan, bukan fakta (deep versus surface learning)

Dalam pembelajaran tradisional siswa diharuskan mengingat banyak sekali informasi dan kemudian mengeluarkan ingatannya dalam ujian. Informasi


(33)

commit to user

yang sedemikian banyak yang harus diingat siswa dalam pembelajaran belum tentu dapat dipertahankan oleh siswa setelah proses pembelajaran selesai. Dengan demikian mungkin hanya sedikit informasi yang mampu dipertahankan oleh siswa setelah mereka lulus. PBL semata-mata tidak menyajikan informasi untuk diingat siswa tetapi juga menggunakan informasi tersebut dalam pemecahan masalah sehingga terjadi proses kebermaknaan terhadap informasi.

2) Meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif

Karena harus berpartisipasi aktif dalam mencari informasi untuk mengidentifikasi masalah dan memecahkan masalah, inisiatif akan sangat diperlukan. Penerapan PBL membiasakan siswa untuk berinisiatif dalam prosesnya sehingga pada akhirnya kemampuan tersebut akan meningkat. 3) Pengembangan keterampilan dan pengetahuan

PBL memberikan makna yang lebih, contoh nyata penerapan dan manfaat yang jelas dari materi pembelajaran (fakta, konsep, prinsip dan prosedur). Semakin tinggi tingkat kompleksitas masalah, semakin tinggi keterampilan dan pengetahuan siswa yang dituntut untuk mampu memecahkan masalah. 4) Pengembangan keterampilan interpersonal dan dinamika kelompok

Keterampilan interaksi sosial merupakan keterampilan yang sangat diperlukan siswa di dalam proses pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran tradisional seringkali mengabaikan keterampilan interaksi sosial karena amat terfokus pada kemampuan bidang ilmu. PBL dapat menyajikan keduanya sekaligus.

5) Pengembangan sikap self-motivated

Dalam PBL yang memberikan kebebasan untuk siswa bereksplorasi bersama siswa lain dalam bimbingan guru merupakan proses pembelajaran yang disenangi siswa. Dengan situasi pembelajaran yang menyenangkan, siswa akan dengan sendirinya termotivasi untuk belajar terus.

6) Tumbuhnya hubungan siswa-fasilitator

Dalam PBL atmosfir akademik dan suasana belajar terasa lebih aktif, dinamis dan berkualitas. Dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai


(34)

commit to user

pembimbing. Hubungan siswa-fasilitator yang terjadi dalam PBL pada akhirnya dapat menjadi lebih menyenangkan bagi guru maupun siswa. 7) Jenjang penyampaian pembelajaran dapat ditingkatkan

Proses pembelajaran menggunakan PBL dapat menghasilkan pencapaian siswa dalam penguasaan materi yang sama luas dan sama dalamnya dengan pembelajaran tradisional. Belum lagi keragaman keterampilan dan kebermaknaan yang dapat dicapai oleh siswa merupakan nilai tambah pemanfaatan PBL.

Keuntungan pembelajaran berbasis masalah menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2008:118) adalah pembelajaran berdasarkan masalah mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas, pembelajaran berdasarkan masalah memiliki unsur-unsur belajar magang yang bisa mendorong pengamatan dan dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peran penting aktivitas mental dan belajar yang terjadi di luar sekolah, pengajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan siswa menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena tersebut, pengajaran berdasarkan masalah berusaha membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Tujuan dan hasil belajar PBL adalah untuk mengembangkan kemampuan keterampilan berfikir, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka pada pengalaman nyata, mengembangkan keterampilan belajar pengarahan sendiri yang efektif (effective self directed learning).

Di samping memiliki kelebihan, menurut Nurhadi (2004:110) model Problem Based Learning juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya : 1) Pencapaian akademik dari individu siswa

PBL berfokus pada satu masalah yang spesifik, seringkali PBL tidak memiliki ruang lingkup yang memadai. Hal ini menyebabkan pencapaian akademik siswa akan lebih tinggi pada PBL, terutama karena fokus yang


(35)

commit to user

spesifik, dalam hal keterampilan siswa memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata.

2) Waktu yang diperlukan untuk implementasi

Waktu yang diperlukan oleh guru maupun siswa untuk mengimplementasikan PBL tidak sama dengan waktu yang diperlukan dalam pembelajaran tradisional, bahkan cenderung lebih banyak. Waktu yang lebih banyak diperlukan pada saat awal siswa terlibat dalam PBL, sebagai suatu proses pembelajaran yang kebanyakan belum pernah mereka alami.

3) Perubahan peran siswa dalam proses

Selama ini setiap siswa berasumsi bahwa mereka hanya mendengarkan dan bersikap pasif terhadap informasi yang disampaikan oleh guru. Asumsi ini tumbuh berdasarkan pengalaman belajar yang dialami dalam jenjang pendidikan sebelumnya. Dalam PBL, peran siswa dituntut aktif dan mandiri. Dengan perubahan ini, seringkali menjadi kendala bagi siswa pemula dan juga bagi guru yang terlalu berharap pada siswa. Proses transisi dan pembimbingan yang intensif pada tahap awal sangat diperlukan.

4) Perubahan peran guru dalam proses

Dalam metode ini bukan tidak mungkin guru mengalami situasi yang membingungkan dan tidak nyaman ketika harus memulai proses pembelajarannya. Apalagi guru yang sudah nyaman dan terbiasa dengan proses pembelajaran yang menggunakan metode ceramah. Metode ceramah relatif lebih mudah dan cepat bagi kebanyakan guru, karena hanya bermodalkan pengetahuan yang dimiliki ditambah beberapa media pembantu, kemudian disampaikan kepada siswa yang tidak terlalu banyak bertanya dan bersikap pasif. Dalam PBL, peran guru bukan sebagai penyaji informasi dan otoritas formal, tetapi sebagai pembimbing dan fasilitator. 5) Perumusan masalah yang baik

Dalam metode ini perumusan masalah yang baik merupakan faktor yang paling penting, padahal merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan, baik bagi guru maupun bagi siswa. Jika permasalahan tidak bersifat holistik


(36)

commit to user

tetapi juga berfokus mikro atau mendalam, maka akan ada banyak hal yang terlewatkan oleh siswa sehingga pengetahuan siswa menjadi parsial atau sempit.

d. Penerapan Problem Based Learning (PBL)

Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat ditempuh dengan:

1) Menjelaskan tujuan pembelajaran, melakukan apersepsi dan memberikan masalah berupa soal/ persoalan.

2) Membagi siswa ke dalam kelompok secara heterogen.

3) Mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam diskusi kelompok untuk memecahkan masalah yang berupa soal/ persoalan tersebut.

4) Membimbing siswa dalam mengerjakan dan menyelesaikan soal/ persoalan. 5) Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi melalui presentasi

atas hasil kerja mereka.

B.Penelitian yang Relevan

Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Penti Handayani (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Profil Ketuntasan

Belajar Ditinjau dari Pendekatan Problem Based Learning dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kualitas Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII di Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007”, menyimpulkan bahwa :

(1)Ketuntasan hasil belajar biologi kemampuan kognitif pada pokok bahasan sistem ekskresi manusia yang dikenai pendekatan PBL lebih tinggi dibanding dengan pendekatan konvensional, (2) Ada pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan PBL terhadap hasil belajar biologi siswa, (3) Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional terhadap hasil belajar biologi siswa, (4) Ada interaksi yang signifikan antara pendekatan PBL dan kecerdasan emosional terhadap hasil belajar biologi siswa, (5) Pendekatan pembelajaran PBL efektif guna peningkatan kualitas hasil belajar biologi siswa pada pokok bahasan sistem ekskresi manusia.


(37)

commit to user

2. Yuditya Falestin (2010) dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Akuntansi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”, menyimpulkan bahwa: secara keseluruhan penerapan model Problem Based Learning telah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti dari pencapaian nilai rata-rata siswa dan jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan. Pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 73,23 terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 4,18 dari sebelum diadakannya tindakan yaitu 69,05. Pada siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 9,67 (pada siklus I sebesar 73,23 menjadi 82,90 pada siklus II). Jumlah siswa yang mencapai batas tuntas pada siklus I sebanyak 33 siswa atau 78,57% sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang mencapai batas tuntas sebanyak 40 siswa dari 42 siswa atau sebesar 95,24% (mengalami peningkatan sebesar 16,67%).

Persamaan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian sebelumnya adalah penerapan model problem based learning. Sedangkan perbedaanya terletak pada bentuk penelitian dan mata pelajaran. Penelitian yang akan peneliti lakukan merupakan penelitian tindakan kelas dengan mata pelajaran bahasa Jawa.

C.Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal pembelajaran guru belum menggunakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan minat, motivasi dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran bahasa Jawa khususnya dalam penguasaan unggah-ungguh basa. Hal ini terbukti dengan hasil ulangan bahasa Jawa yang telah dilaksanakan. Masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah 70. Hanya 6 siswa atau 17, 14% siswa yang mendapat nilai ≥ 70. Selain itu, ditinjau dari metode pembelajaran, guru masih menerapkan metode pembelajaran ceramah yang kurang menarik, sehingga siswa menjadi bosan mengikuti pelajaran dan mengakibatkan kurang menguasai materi yang diajarkan.


(38)

commit to user

Salah satu cara untuk meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa siswa kelas VA SDN I Pracimantoro adalah dengan pemilihan metode yang tepat sehingga membuat siswa lebih mudah memahami konsep atau materi. Metode yang dapat dijadikan alternatif dalam masalah ini adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Melalui model pembelajaran Problem Based Learning siswa harus mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Semakin tinggi tingkat kebebasan yang diberikan kepada siswa, semakin tinggi pula kebutuhan pembimbingan yang harus dilakukan oleh guru sebagai fasilitator. Siswa akan terlibat sangat intensif, sehingga motivasi untuk terus belajar dan mencari tahu menjadi meningkat

Oleh karena itu, untuk meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa siswa dalam mata pelajaran bahasa Jawa, peneliti akan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning, yang melibatkan siswa aktif dengan masalah nyata yang sesuai minat dan perhatiannya, sehingga diharapkan mampu meningkatkan partisipasi, kreativitas, motivasi, dan rasa ingin tahu menjadi meningkat serta mengeliminer kejenuhan. Dalam artian bahwa diharapkan prestasi yang dicapai siswa juga akan meningkat karena minat dan pemahaman mereka terhadap pembelajaran pun meningkat. Untuk mengetahui jalannya penelitian, perlu digambarkan alur kerangka berpikir dalam melakukan penelitian yang ditunjukkan pada gambar 1.


(39)

commit to user

Gambar 1. Kerangka Berpikir

D.Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: “Dengan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011”

Kondisi awal

Penguasaan unggah-ungguh basa siswa masih rendah

Guru masih menggunakan model

pembelajaran

Penerapan model Problem Based Learning (PBL)

Siklus I

Jumlah anggota kelompok 5 siswa.

Berdiskusi menyelesaikan kartu masalah

Tindakan

Siklus II

Jumlah anggota kelompok 3 siswa.

Berdiskusi menyelesaikan kartu masalah yang berbeda

Melalui model Problem Based Learning dapat meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa

Kondisi akhir


(40)

commit to user

22 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN I Pracimantoro yang beralamat di jalan Pacitan-Wonosari (Pawonsari), Ngulu Wetan, Pracimantoro, Wonogiri. Sekolah ini dipimpin oleh bapak Sejarjo, S. Pd. dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas VA dengan guru kelas ibu Mintarsih, S. Pd.

Tempat tersebut dipilih karena beberapa pertimbangan. Di sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. Di samping itu tempat lokasinya mudah terjangkau oleh peneliti karena letaknya dekat dengan daerah tempat tinggal peneliti.

2. Waktu Penelitian

Rencana tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan dilakukan selama lima bulan, yakni mulai bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2011. Adapun rinciannya pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian Bulan N

O

Jenis

Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni

Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan:

a. penyusunan Proposal b. Penyusunan Instrumen c. Pengurusan ijin penelitian

X X X X X X X X X X X

X X

2 Tindakan: a.Siklus I b.Siklus II

X X X X


(41)

commit to user

3 Pasca Tindakan a.Pengumpula

n data. b.Analisis

Data

c.Penyusunan laporan. d.Ujian Skripsi

X X

X X X

X X X X X

B.Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VA SDN I Pracimantoro Tahun Ajaran 2010/2011. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan jumlah 35 siswa, yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Objek penelitiannya adalah budi pekerti siswa.

C.Bentuk Penelitian

Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari kegiatan di lapangan. Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitin tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang dimunculkan, dan tejadi di dalam sebuah kelas (Suharsimi Arikunto, 2006:91). Suatu kegiatan yang dilakukan di dalam kelas, dengan keadaan peserta didik yang sama..

Model tindakan menurut Kurt Lewin dalam Suharsimi Arikunto (2006:92), bahwa PTK terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukkan langkah, yaitu (a) perencanaan (planning); (b) tindakan (acting); (c) pengamatan (observing); dan (d) refleksi atau reflecting. Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berulang. “Siklus” inilah yang sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari penelitian tindakan, yaitu bahwa penelitian tindakan harus dilaksanakan dalam bentuk siklus, bukan hanya satu kali intervensi saja (Suharsimi Arikunto, 2006:92).


(42)

commit to user

D.Sumber Data

Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Sumber data atau informasi tersebut meliputi:

1. Sumber data primer, yaitu siswa kelas VA SDN I Pracimantoro, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2010/2011.

2. Sumber data sekunder diantaranya: dokumentasi, hasil observasi, hasil wawancara, dan hasil tes.

E.Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan juga sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda dan sebagainya ( Suharsimi Arikunto, 2006:158). Data dokumentasi digunakan untuk memperoleh berbagai arsip atau data berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Jawa kelas V. Dokumen yang lain berupa dokumen foto. Dokumentasi foto kegiatan pembelajaran, merupakan instrumen yang penting, yaitu sebagai bukti kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian. Melalui dokumen foto ini akan memperkuat data yang diperoleh. Adapun dokumen foto yang diambil adalah pada saat guru atau peneliti melaksanakan pembelajaran setiap siklus.

2. Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 156), Observasi adalah suatu kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui indra penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, pengecap. Tujuan dilakukan observasi adalah untuk mengetahui penyebab kurangnya penguasaan unggah-ungguh basa pada siswa kelas VA SDN I Pracimantoro. Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar Bahasa Jawa melalui model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajarannya, hal ini dilakukan untuk mengamati perkembangan pembelajaran bahasa Jawa khususnya penguasaan unggah-ungguh basa yang dilakukan oleh siswa kelas VA SDN I Pracimantoro dan guru kelas VA SDN I Pracimantoro, sebelum pelaksanaan tindakan, saat tindakan dan sampai akhir tindakan.


(43)

commit to user

3. Wawancara

Menurut Anas Sujiono (1996:82) wawancara adalah dalam praktek penelitian ini ada dua jenis alat bantu wawancara yaitu pedoman wawancara dan daftar pertanyaan. Pedoman wawancara hanya memberikan secara garis besar pokok permasalahan. Sedangkan daftar pertanyaan lebih terinci dari segala hal yang dikehendaki dalam penelitian.

Sedangkan menurut St. Y. Slamet dan Suwarto(2007:48) bahwa tujuan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan dan sebagainya.

Wawancara adalah daftar pertanyaan yang hanya berupa garis besar pokok permasalahan dalam penelitian. Wawancara dilakukan dengan guru, sesuai dengan pedoman wawancara yang bertujuan untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konsep mengenai tanggapan dan persepsi siswa, serta menggali informasi guna memperoleh data yang berkaitan dengan perubahan siswa dan kegiatan pembelajaran sebelum dan sesudah penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model pembelajaran Problem Based Learning siswa kelas VA SDN I Pracimantoro.

4. Tes

Menurut Suharsimi Arikunto, (2006:150). Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes ini penulis gunakan untuk mengetahui seberapa besar penguasaan siswa kelas VA SDN I Pracimantoro tentang materi unggah-ungguh.

F. Validitas Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2009:12) di dalam penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti.

Data yang telah berhasil dikumpulkan dalam penelitian harus diusahakan kebenarannya. Guna menjamin dan mengembangkan validitas data yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik validasi. Teknik validasi dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validitas ini adalah sejauh mana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh suatu alat ukur yang bersangkutan.


(44)

commit to user

Dalam validitas isi tidak melibatkan perhitungan statistik, melainkan dengan analisis rasional maka tidak diharapkan bahwa setiap orang akan sependapat dan sepaham dengan sejauh mana validitas isi suatu alat ukur telah tercapai. Penggunaan validasi yang menggunakan validitas isi untuk data tentang prestasi siswa kelas VA SDN I Pracimantoro dalam penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model Problem Based Learning (PBL).

G.Analisis Data

Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif Miles dan Huberman. Model analisis interaktif ini mempunyai tiga komponen pokok yaitu, reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan atau verifikasi. Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Pada penelitian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi siswa dan guru SDN I Pracimantoro Tahun Ajaran 2010/2011 serta data hasil tes penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model Problem Based Learning siswa kelas VA SDN I Pracimantoro Semester II Tahun Ajaran 2010/2011.

2. Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan. Dalam pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid.

Pada penelitian ini, data yang disajikan berupa data hasil tes penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model Problem Based Learning siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II Tahun Ajaran 2010/2011.

3. Penarikan Simpulan (Verifikasi)

Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji kebenarannya. Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi utuh,


(45)

commit to user

sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan penelitian (Milles dan Huberman, 1992:19). Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya merupakan validitasnya. Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dari Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini :

Gambar 2. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman. H.Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Yang dijadikan indikator kinerja dalam penelitian ini adalah penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model Problem Based Learning siswa kelas VA di SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011 dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila siswa yang mencapai nilai ≥70 sebanyak 70% atau lebih.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal hingga akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem siklus/ berdaur sebagaimana kerangka berpikir Suharsimi Arikunto (2009: 104). Prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) menyusun rancangan tindakan dan dikenal dengan perencanaan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (action); (3) pengamatan (observation); dan (4) refleksi, atau pantulan (reflecting). Setiap pelaksanaan siklus pada penelitian tindakan kelas, harus mencakup 4 tahapan di atas.

Pengumpulan data Sajian data

Penarikan simpulan (verifikasi)


(46)

commit to user

Adapun tahapan-tahapan dalam prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan secara jelas pada Gambar 3 sebagai berikut:

Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas ( Suharsimi Arikunto dkk, 2009:16)

Penerapan prosedur penelitian tersebut dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilaksanakan peneliti yaitu:

1. Siklus I a. Perencanaan (Planing)

Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan instrument yang diperlukan dalam penelitian (instrument sudah disusun bersamaan dengan proposal penelitian), menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan, mempersiapkan materi yang akan disampaikan, mempersiapkan media yang akan dipakai dalam pembelajaran, dan sumber belajar yang diperlukan.

b. Penerapan Tindakan (Action)

Penerapan tindakan merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Secara garis besar, tindakan yang akan dilaksanakan yaitu menerapkan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan RPP, dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir/ penutup.


(47)

commit to user

Dalam kegiatan awal, guru mempersiapkan siswa secara mental dan psikis agar siswa siap untuk menerima pelajaran, menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2) Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti, secara garis besar juga dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu:

a) Eksplorasi

Dalam kegiatan ini, terdapat interaksi antara guru dengan siswa. Guru menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang kemampuan yang dimilki oleh siswa, berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Dalam hal ini guru menggali pemahaman unggah-ungguh basa siswa.

b) Elaborasi

Dalam elaborasi, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran menerapkan model Problem Based Learning. Guru berusaha menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat menarik perhatian dan motivasi siswa untuk belajar serta dapat memperbaiki sikap/ aktivitas siswa yang masih menyimpang. Dalam kegiatan ini, terdapat hubungan/ interaksi yang hangat antara guru dan siswa, siswa dan siswa sehingga materi dapat tersampaikan kemudian tersimpan dalam ingatan siswa, dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

c) Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi ini, guru membenarkan jawaban/ pendapat siswa yang sekiranya kurang tepat sehingga tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi) dan pemantapan materi yang telah dipelajari/ disampaikan.

3) Kegiatan Akhir/ Penutup

Pada kegiatan akhir/ penutup, guru mengambil kesimpulan secara keseluruhan tentang materi yang telah disampaikan dan mengadakan evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. Guru juga memberikan penguatan/ motivasi kepada siswa, pemberian PR dan menyampaikan materi untuk pertemuan selanjutnya.

c. Observasi

Observasi adalah mengamati tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung untuk penelitian. Dalam melakukan observasi/


(48)

commit to user

pengamatan, peneliti dibantu oleh guru kelas. Sasaran yang diamati adalah aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan setiap akhir pembelajaran. Refleksi dilaksanakan untuk mengetahui bagian yang sudah sesuai dengan tujuan penelitian, masalah-masalah yang muncul saat kegiatan pembelajaran, dan bagian yang masih perlu diperbaiki, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat/ observer. Hasil pengamatan tersebut kemudian dianalisis dan didiskusikan dengan guru kelas. Selain itu, hasil evaluasi/ tes tertulis siswa juga dianalisis untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai konsep materi yang disampaikan.

Analisis terhadap hasil pengamatan dan hasil tes tertulis siswa, dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui hasil atau dampak pelaksanaan tindakan. Dari hasil refleksi tersebut dapat disusun rencana perbaikan untuk siklus II. Masalah-masalah yang muncul pada siklus I, dicari pemecahannya dan menentukan tindakan untuk memperbaikinya sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan ditingkatkan.

2. Siklus II a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan pada siklus II ini dipersiapkan rencana pembelajaran yang telah diperbaiki dan disempurnakan dari rencana pembeljaran siklus I. Materi yang diajarkan masih samadengan meteri pada siklus I. Namun, perencanaan pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Segala sesuatu yang dipersiapkan pasa siklus II, masih sama seperti siklus I. Hanya saja, perencanaan siklus II lebih dipersiapkan lagi untuk memperbaiki kekurangan/ kelemahan pada siklus I, berdasarkan hasil analisis dan pembahasan siklus I.

b. Tindakan

Tindakan pada siklus II sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Tindakan pada siklus II merupakan penyempurnaan tindakan pada siklus I. Pada tahap ini guru mengoptimalkan penerapan unggah-ungguh basa untuk memperbaikikekurangan dan masalah yang muncul pada siklus I. Penggunaan metode ini dapat melibatkan dan mengaktifkan siswa dengan bimbingan guru, sehingga akivitas/ sikap siswa dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi tersebut.

c. Observasi

Pada siklus II selama proses pembelajaran berlangsung, siswa tetap diamati. Pengamatan dilakukan untuk melihat peningkatan hasil tes dan perubahan perilaku/ akrivitas siswa.


(49)

commit to user

d. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengetahui keefektifan penerapan unggah-ungguh basa dalam penanaman konsep pendidikan budi pekerti siswa dan memperbaiki sikap/ perilaku siswa saat mengkuti pembelajaran. Untuk melihat peningkatan penguasaan konsep siswa pada materi tersebut, dapat dilihat dari hasil evaluasi siswa pada materi tersebut.

Pelaksanaan siklus pada penelitian tindakan kelas dapat terus berlanjut, sampai tujuan/ target yang diingikan tercapai. Setiap siklus harus melaksanakan 4 tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan,observasi, dan refleksi. Demikian selanjutnya apabila kondisi hasilnya belum sesuai harapan/ target yang diinginkan, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai target yang diharapkan tercapai.


(50)

commit to user

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian 1. Profil Tempat Penelitian

Lembaga pendidikan yang digunakan sebagai tempat penelitian ini adalah SDN I Pracimantoro. Sekolah ini terletak di Dusun Ngulu Wetan, Kelurahan Pracimantoro, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan di SDN I Pracimantoro yakni, karena SDN I Pracimantoro belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. Di samping itu tempat lokasinya mudah terjangkau oleh peneliti karena letaknya dekat dengan daerah tempat tinggal peneliti.

SDN I Pracimantoro merupakan Sekolah Dasar yang berkualitas menengah. Sekolah ini memiliki bangunan sekolah yang nyaman untuk belajar. Halaman sekolahnya cukup luas. Sekolah ini secara keseluruhan memiliki 12 kelas, dengan jumlah seluruh siswa-siswi yang terdaftar dalam institusi ini pada tahun ajaran 2010/2011 adalah sebanyak 339 siswa, yang terdiri dari kelas I sebanyak 72 siswa, kelas II sebanyak 44 siswa, kelas III sebanyak 38 siswa, kelas IV dengan 60 siswa, kelas V sebanyak 69 siswa dan kelas VI sebanyak 56 siswa.

SDN I Pracimantoro dipimpin oleh seorang kepala sekolah dengan jumlah tenaga pengajar seluruhnya ada 19 o rang yaitu 12 guru kelas, 1 guru Bahasa Inggris, 1 guru Agama Islam, 2 guru olah raga, 1 guru TIK, 1 penjaga perpustakaan dan 1 penjaga sekolah.

Demi kelancaran program-program sekolah dan semakin meningkatnya mutu pendidikan di sekolah, maka segenap komponen pengelola SDN I Pracimantoro baik kepala sekolah, komite sekolah, guru, karyawan senantiasa melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab masing-masing sebagaimana tertuang dalam program kerja yang telah direncanakan pada setiap tahun


(51)

commit to user

pelajaran. Mekanisme kerja segenap pengelola SDN I Pracimantoro tersebut berada di bawah koordinasi dan pengawasan kepala sekolah.

2. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti melakukan pengamatan di SDN I Pracimantoro dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang terjadi di lapangan. Hasil survei berdasarkan data hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran guru dalam pembelajaran bahasa Jawa materi unggah-ungguh basa untuk mengetahui gambaran awal pembelajaran masih terdapar kekurangan, antara lain guru masih menggunakan metode konvensional/ ceramah dalam menyampaikan materi dan siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran.

Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada hasil ulangan bahasa Jawa nilainya masih rendah (lampiran 45), yaitu :

Tabel 2. Hasil Tes Awal

Keterangan Ujian Awal

Nilai Terendah 32

Nilai Tertinggi 88

Rata-rata Nilai 58,45

Siswa yang Mendapat Nilai ≥ 70 17,14%

a. Nilai rata-rata kelas pada pokok bahasan unggah-ungguh basa : 58, 45 b. Anak yang mendapat nilai ≥ 70 adalah 6 siswa


(1)

commit to user

c. Nilai rata-rata kelas juga menjadi meningkat yaitu pada yaitu awal sebesar 58,45; siklus I 67,64; dan pada siklus II 76,29.

d. Untuk siswa yang mendapat nilai ≥ 70 pada pra tindakan 17,14%, tes siklus I 42,86% setelah dilakukan refleksi terdapat 20 siswa yang mendapat nilai < 70, namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat prosentase prestasi siswa, dan pada siklus II hanya 9 siswa atau 25,7% siswa yang belum tuntas.

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa tentang unggah-ungguh basa meningkat. Pada siklus I 42,86% siswa telah mendapat nilai ≥ 70 dan pada siklus II 74,29% siswa telah mendapat nilai

≥ 70. Dengan demikian penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran

bahasa Jawa melalui Model Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011 meningkat.

2. Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran dan solusinya.

Dalam pelaksanaan penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui Model Problem Based Learning (PBL) menemui beberapa hambatan, yaitu:

a. Pembelajaran menggunakan metode diskusi kelompok membutuhkan banyak waktu dalam pelaksanaanya. Dalam hal ini peneliti harus benar-benar pandai dalam mengatur waktu mulai dari penjelasan dan kegiatan diskusi. Selama kegiatan diskusi berlangsung guru harus membimbing siswa dan mengawasi siswa agar siswa fokus dalam kegiatan diskusi sehingga diskusi dapat berjalan dengan lancar dan tidak memakan banyak waktu dalam pelaksanaannya.

b. Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Dalam pelaksanaan diskusi kelompok siswa masih kurang berkolaborasi dan berinteraksi dengan teman kelompoknya. Sehingga dalam hal ini membutuhkan keterampilan guru memacu siswa untuk saling berinteraksi dan bekerja sama dengan temannya.

c. Guru sulit dalam mengendalikan siswa sehingga suasana kelas nampak ramai. Karena biasanya ketika siswa melaksanakan diskusi, masih banyak


(2)

commit to user

siswa yang berbicara hal lain dengan temannya. Karena siswa menganggap guru kurang memperhatikan. Misalnya dengan mendekati dan mengawasi siswa yang ramai serta membimbingnya dalam kegiatan diskusi agar siswa lebih fokus dalam kegiatan diskusi.

d. Masih banyak siswa yang belum memahami dan mengerti kata-kata dalam basa krama, sehingga guru harus lebih memahami dan mengerti kata-kata dalam basa krama.


(3)

commit to user

56

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama dua siklus, peneliti dapat menyimpulkan bahwa penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011 meningkat. Hal ini dapat ditunjukkan data-data sebagai berikut : pada pra tindakan hanya 17,14% siswa yang mendapat nilai ≥ 70, pada siklus I 42,86% siswa telah mendapat nilai ≥ 70 dan pada siklus II 74,29% siswa telah mendapat nilai ≥ 70.

B.Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada penguasaan unggah-ungguh basa pada pembelajaran bahasa Jawa melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I Pracimantoro. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus, dimana model siklus yang digunakan terdiri dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 1 – 9 April 2011 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 15-23 April 2011. Dalam setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang, sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu adanya perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya. Tindakan dalam setiap siklus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti bahwa penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I Pracimantoro tahun ajaran 2010/2011 meningkat.


(4)

commit to user

Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I Pracimantoro tahun ajaran 2010 / 2011 meningkat. Peningkatan ini dapat terlihat pada kenaikan nilai atau prestasi siswa dari setiap siklus. Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa adalah sebagai berikut:

a. Penggunaan buku-buku pelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, serta mengambil buku dari berbagai sumber dengan tujuan agar memperluas wawasan.

b. Penggunaan sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran. c. Penggunaan media yang menarik sehingga siswa lebih tertarik mengikuti

pelajaran.

d. Pemberian motivasi pada siswa. Motivasi diberikan agar siswa dapat belajar dengan baik sehingga siswa mempunyai keinginan untuk berpikir, memusatkan perhatian, dan melaksanakan kegiatan yang menunjang dalam proses pembelajaran.

e. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan memberikan penghargaan terhadap keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan media dan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa SDN I Pracimantoro.

Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang sejenis yang pada


(5)

commit to user

umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi dalam meningkatkan penguasaan unggah-unggah basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) harus di atasi semaksimal mungkin. Oleh karena itu aspek pemahaman konsep harus diperhatikan sehingga mendukung keberhasilan pembelajaran.

C.Saran

Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:

1. Bagi Sekolah

Hendaknya sekolah memperbaiki proses pembelajaran, khususnya dalam penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Sehingga penguasaan unggah-ungguh basa siswa menjadi lebih baik.

2. Bagi Guru

a) Guru hendaknya mengoptimalkan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam penyampaian materi unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa sehingga siswa lebih mudah memahami materi.

b) Guru hendaknya melakukan suatu perencanaan dan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan.

c) Guru hendaknya mengoptimalkan pengembangan potensi dan kreatifitas siswa baik di dalam maupun di luar kelas sebagai penunjang pembelajaran. d) Guru diharapkan selalu berpikir kreatif dan inovatif dalam upaya

menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, dan mampu memicu keaktifan, keantusiasan, dan ketertarikan siswa terhadap materi dan jalannya pembelajran yang sedang berlangsung.

e) Guru diharapkan mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai upaya perbaikan terhadap masalah dalam pembelajaran.


(6)

commit to user

3. Bagi Siswa

a) Siswa hendaknya lebih terbuka untuk menerima atau merasakan sesuatu yang diajarkan oleh guru, khususnya materi unggah-ungguh.

b) Siswa harus lebih mengembangkan inisiatif, kreatif, aktif, motivasi belajar dan meningkatkan keberanian menyampaikan gagasan dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

c) Siswa diharapkan dapat berlatih belajar tuntas dan mandiri, tidak hanya selama kegiatan pembelajaran di dalam kelas, tetapi juga harus mampu mengembangkan potensinya di luar kelas.

4. Bagi Peneliti Lain

Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih cermat dan lebih mengupayakan pesngkajian teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) guna melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran Bahasa Jawa yang belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VA SDN BOJONG SALAMAN 02 SEMARANG

0 10 343

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBATIK SISWA KELAS VI SDN MOJOSONGO II SEMESTER I TAHUN AJARAN 2010 2011

1 8 155

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS XII IPS 2 MA NEGERI NGRAMBE NGAWI TAHUN AJARAN 2010 2011

0 3 82

PENDAHULUAN UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIIF, SMP Negeri I Juwangi, Boyolali. Tahun Ajaran 2010/2011).

0 0 6

MATERI UNGGAH UNGGUH BASA JAWI

9 71 18

PeneRAPAn STRATeGI PeMBelAJARAn AFekTIF dAlAM PeMBelAJARAn UNGGAH-UNGGUH BAHASA JAWA dI SekOlAH dASAR

0 0 10

WAYAnG kARAkTeR dAlAM PeMBelAJARAn UNGGAH–UNGGUH BAHASA JAWA dI SekOlAH dASAR

0 0 7

UPAYA PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING SISWA KELAS 5 SDN KEBOWAN 02 SEMESTER II TAHUN 20142015 Skripsi

0 0 17

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BAHASA JAWA MATERI UNGGAH UNGGUH BASA DENGAN MENERAPKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII-E DI SMP NEGERI 1 POGALAN TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN 20122013

0 0 8

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BAHASA JAWA MATERI UNGGAH-UNGGUH BASA BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE DI KELAS V SEKOLAH DASAR - repository perpustakaan

0 1 17