commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan kemajuan zaman dimana peradaban manusia telah tumbuh dan berkembang dengan pesat, perilaku manusia juga menjadi semakin beragam
dan inovatif dalam melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan sumber
penghasilan dilakukan manusia dengan berbagai macam cara. Terlepas dari cara- cara yang dibenarkan, terjadi pula aktifitas untuk meningkatkan harta kekayaan
yang dilakukan dengan cara-cara yang melanggar norma atau peraturan masyarakat. Aktifitas ini sering disebut dengan tindakan kejahatan untuk
menghasilkan dan meningkatkan harta kekayaan. “Menurut Pompe di antara faktor-faktor yang diperlukan untuk adanya
akibat yang merupakan sebab, adalah faktor yang di dalamnya terdapat kekuatan untuk menimbulkan akibat. Jadi musabab asalah faktor yang mempunyai tendensi
untuk dalam keadaan tertentu menimbulkan akibat”. Winarno Budyatmojo, 2009: 152. Perkembangan di bidang pengetahuan dan teknologi telah mendorong pula
perkembangan ragam kejahatan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kejahatan dalam suatu wilayah negara semakin berkembang,
diantaranya illegal logging, perdagangan obat-obatan terlarang, penyelundupan barang, penyelundupan tenaga kerja, terorisme, penyuapan, korupsi dan
kejahatan-kejahatan kerah putih lainnya. Tindak kejahatan ini umumnya melibatkan dan menghasilkan uang dalam jumlah yang besar. Harta kekayaan
yang berasal dari berbagai kejahatan, pada umumnya tidak langsung dibelanjakan atau digunakan oleh para pelaku kejahatan karena dikhawatirkan akan mudah
diketahui oleh aparat penegak hukum. Jenis kejahatan tersebut dapat mempengaruhi atau merusak stabilitas perekonomian nasional atau keuangan
negara. Kejahatan ekonomi mempunyai dimensi, ruang lingkup dan dampak yang
sangat luas dan dapat melampaui batas-batas territorial. Kejahatan ekonomi ini
commit to user
seringkali diungkapkan dalam berbagai istilah, antara lain economic crime, crime as business, business crime dan abuse economic power, juga socio economic
crime Winarno Budyatmojo, 2008: 94. Terdapat berbagai modus yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan tersebut untuk menyembunyikan atau menyamarkan
asal-usul harta kekayaan, salah satunya adalah dengan memasukkan hasil tindak kejahatannya tersebut ke dalam sistem keuangan financial system, terutama ke
dalam sistem perbankan. Dengan demikian asal-usul harta kekayaan tersebut tidak dapat dilacak oleh penegak hukum. Modus inilah yang disebut dengan pencucian
uang Money Laundering. Secara umum pencucian uang merupakan metode untuk menyembunyikan,
memindahkan dan menggunakan hasil dari suatu tindak pidana, kegiatan organisasi kejahatan, kejahatan ekonomi, korupsi, perdagangan narkotika dan
kegiatan-kegiatan lainnya yang merupakan aktivitas kejahatan. Money Laundering atau pencucian uang pada intinya melibatkan asset pendapatankekayaan yang
disamarkan sehingga dapat digunakan tanpa terdeteksi bahwa asset tersebut berasal dari kegiatan yang legal. Melalui money laundering pendapatan atau
kekayaan yang berasal dari kegiatan yang melawan hukum diubah menjadi asset keuangan yang seolah-olah berasal dari sumber yang sahlegal Adrian Sutedi,
2006: 78.
Indonesia perlu melakukan upaya-upaya di tingkat nasional untuk memerangi praktek pencucian uang. Mengingat harta kekayaan yang akan
dicucikan begitu besar. Upaya-upaya kegiatan pencucian uang ini harus dicegah dan diberantas sehingga stabilitas perekonomian nasional dan keamanan negara
tetap terjaga. Oleh karena itu, perlu dibentuk suatu undang-undang yang mengatur tentang tindak pidana pencucian uang.
Di Indonesia masalah money laundering kini menjadi perhatian utama di dalam hubungannya dengan lembaga perbankan, mengingat kejahatan pencucian
uang lebih dari 2 dari Gross Domestic Product dunia, oleh karena itu pemerintah telah berupaya membentuk undang-undang pencucian uang yang merupakan
langkah antisipasi terhadap tekanan masyarakat yang melihat Indonesia sebagai lahan luas yang subur untuk kejahatan pencucian uang Adrian Sutedi, 2006: 60.
Indonesia telah mengkriminalisasikan kejahatan pencucian uang sebagai suatu tindak pidana seperti yang diatur dalam Undang-Undang No. 15 Tahun
2002 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003
commit to user
tentang Tindak Pidana Pencucian Uang TPPU. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kriminalisasi dapat diartikan sebagai ” berkaitan dengan kejahatan
pelanggaran hukum yang dapat dihukum menurut undang-undang pidana”. Sementara masih menurut Kamus yang sama, kata kriminalisasi diartikan sebagai
”proses yang memperlihatkan perilaku yang semula tidak dianggap sebagai peristiwa pidana, tetapi kemudian digolongkan sebagai peristiwa pidana oleh
masyarakat”. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa “tidak akan ada kejahatan apabila tidak ada hukum undang-undang pidana dan kita akan dapat
menghilangkan seluruh kejahatan hanya dengan menghapuskan semua hukum undang-undang pidana” Ninik Widiyanti dan Panji Anoraga, 1987: 11.
Kriminalisasi pencucian uang terdapat dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang TPPU. Rumusan Pasal 3 berkaitan dengan rumusan
Pasal 1 angka 1. Pencucian uang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan
maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.
Pemerintah Indonesia mempunyai tujuan mengkriminalisasikan tindak pidana pencucian uang dengan dibentuknya Undang-Undang No. 15 Tahun 2002
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang TPPU ini yaitu untuk melakukan tindakan pencegahan preventif agar masyarakat
takut untuk melakukan kejahatan pencucian uang ini, dikarenakan akan mendapat sanksi atau hukuman yang tegas dari aparat penegak hukum yaitu berupa
hukuman penjara. Seperti yang telah disebutkan diatas, kegiatan pencucian uang ini salah
satunya dapat dilakukan melalui lembaga keuangan bank, dikarenakan sektor inilah yang banyak menawarkan jasa-jasa dalam lalu-lintas keuangan yang dapat
digunakan untuk menyembunyikanmenyamarkan asal-usul danauang. Melalui bank dana hasil kejahatan mengalir atau bergerak dengan memanfaatkan kode etik
kerahasiaan bank. Melalui mekanisme ini maka dana hasil kejahatan bergerak dari
commit to user
satu bank ke bank lain dalam suatu negara yang belum mempunyai sistem hukum yang cukup kuat untuk menanggulangi kegiatan pencucian uang. Dengan kata
lain, disini bank digunakan sebagai sarana untuk mencucikan uangnya. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk menyusun penulisan
hukum dengan judul “PERAN BANK TABUNGAN NEGARA BTN KANTOR
CABANG SURAKARTA
DALAM IKUT
SERTA MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MELALUI
BANK”.
B. Perumusan Masalah