commit to user
b. Teknik, metode, dan tipologi pencucian uang atau pendanaan terorisme; dan
c. Kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT serta peran dan tanggungjawab pegawai dalam memberantas pencucian uang atau
pendanaan terorisme. Setiap petugas di BTN cabang Surakarta mendapat pelatihan intern
maupun ekstern. Pelatihan intern adalah pelatihan yang diadakan oleh BTN, contohnya berkaitan dengan produk bank atau sosialisasi peraturan
baru. Sedangkan pelatihan ekstern adalah pelatihan yang dilakukan oleh petugas itu sendiri, contohnya adalah pelatihan computer atau pelatihan
bahasa inggris, yang awalnya menggunakan uang sendiri tetapi nantinya mendapat uang ganti dari pihak bank. Dalam pelaksanaan wawancara
kepada petugas BTN cabang Surakarta tentang penerapan PBI No. 1128PBI2009 tentang Penerapan Program APU dan PPT pelatihan
terhadap ptugas bank terkesan seadanya saja, hal ini terbukti ketika penulis mengajukan beberapa pertanyaan mengenai WIC dan BO narasumber
tidak mengerti mengenai arti atau maksud dari pertanyaan tersebut. baru setelah penulis menjelaskan arti dari WIC dan BO baru narasumber
mengerti dan baru dapat menjelaskannya. Seakan pelatihan terhadap petugas bank hanya seadanya saja hanya sebagai formalitas saja.
Selain peraturan PBI No. 1128PBI2009 tentang Penerapan Program APU dan PPT, Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia
SEBI No. 1131DPNP2009 tentang Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang Dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.
Berikut ini hasil penelitian di BTN kantor cabang Surakarta.
1. Unit Kerja Khusus UKK
a. Pembentukan Unit Kerja Khusus 1 Unit Kerja Khusus UKK perlu dibentuk apabila dalam rangka
melaksanakan Program APU dan PPT, Bank membutuhkan suatu unit kerja yang secara khusus menanganinya.
commit to user
2 Dalam hal berdasarkan pertimbangan beban tugas operasional dan kompleksitas usaha Bank tidak dapat memenuhi kewajiban
pembentukan UKK, maka Bank wajib menunjuk sekurang-kurangnya seorang pejabat Bank yang bertanggungjawab dalam melaksanakan
Program APU dan PPT. 3 Jabatan tersebut dapat dirangkap oleh pejabat Bank yang mempunyai
tugas lain, dengan mempertimbangkan bahwa satuan kerja yang melaksanakan kebijakan dan prosedur Program APU dan PPT terpisah
dari satuan kerja yang mengawasi penerapannya sehingga rangkap jabatan diperkenankan sepanjang tugas lain tersebut tidak merupakan
bagian dari tugas operasional seperti unit kerja manajemen risiko. b. Struktur Organisasi
1 Dalam menjalankan tugasnya, UKK melapor dan bertanggung jawab kepada Direktur Kepatuhan.
2 Apabila Bank belum membentuk UKK dan hanya menunjuk seorang pejabat Bank, maka khusus untuk penerapan Program APU dan PPT,
pejabat tersebut melapor dan bertanggung jawab kepada Direktur Kepatuhan.
3 Seluruh satuan kerja operasional Bank wajib menerapkan Program APU dan PPTdibawah koordinasi UKK Kantor Pusat Bank. Hal ini
mengingat satuan kerja operasional yang berhadapan langsung dengan Nasabah sebagai garda terdepan yang memagari Bank dari upaya
pencucian uang dan pendanaan terorisme. 4 Satuan kerja operasional harus memastikan bahwa pengawasan
internal berfungsi dengan baik, tepat dan beroperasi secara efektif serta memastikan bahwa seluruh pegawai di satuan kerja operasional
telah diberi pelatihan yang memadai. 5 Agar arahan dan ketentuan dari UKK dapat dilaksanakan dengan baik,
Bank harus memiliki mekanisme kerja yang memadai, dan mekanisme kerja dimaksud didokumentasikan oleh setiap unit kerja terkait kepada
Pejabat UKK atau pejabat yang bertanggung jawab terhadap
commit to user
penerapan Program APU dan PPT. Mekanisme kerja tersebut juga dengan memperhatikan anti tipping off dan menjaga kerahasiaan
informasi. c. Tugas dan Tanggung Jawab UKK
Tugas pokok UKK atau pejabat Bank yang bertanggung jawab terhadap penerapan Program APU dan PPT adalah:
1 memantau adanya sistem yang mendukung program APU dan PPT; 2 memantau pengkinian profil Nasabah dan profil transaksi Nasabah;
3 melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan Program APU dan PPT dengan unit kerja terkait yang
berhubungandengan Nasabah; 4 memastikan bahwa kebijakan dan prosedur telah sesuai dengan
perkembangan Program APU dan PPT yang terkini, risiko produk Bank, kegiatan dan kompleksitas usaha Bank, dan volume transaksi
Bank; 5 menerima laporan transaksi keuangan yang berpotensi mencurigakan
red flag dari unit kerja terkait yang berhubungan dengan Nasabah dan melakukan analisis atas laporan tersebut;
6 mengidentifikasikan transaksi yang memenuhi kriteria mencurigakan; 7 menyusun LTKM dan laporan lainnya sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang untuk disampaikan kepada PPATK berdasarkan persetujuan Direktur Kepatuhan;
8 memantau bahwa: a terdapat mekanisme kerja yang memadai dari setiap satuan kerja
terkait kepada UKK atau kepada pejabat yang bertanggungjawab terhadap penerapan Program APU dan PPTdengan menjaga
kerahasiaan informasi; b satuan kerja terkait melakukan fungsi dan tugas dalam rangka
mempersiapkan laporan mengenai dugaan Transaksi Keuangan Mencurigakan sebelum menyampaikannya kepada UKK atau
commit to user
pejabat yang bertanggungjawab terhadap penerapan Program APU dan PPT; dan
c area yang berisiko tinggi yang terkait dengan APU dan PPT dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku dan sumber informasi yang
memadai. 9 memantau, menganalisis, dan merekomendasi kebutuhan pelatihan
Program APU dan PPT bagi pegawai Bank; dan 10 berperan sebagai contact person bagi otoritas yang berwenang terkait
dengan penerapan AML dan PPT antara lain Bank Indonesia, PPATK, dan Penegak Hukum.
d. Persyaratan Pejabat UKK atau Pejabat yang Bertanggung Jawab terhadap Penerapan Program APU dan PPTdi Kantor Pusat
Pejabat Bank yang bertanggung jawab dalam menerapkan Program APU dan PPT wajib memenuhi ketentuan:
1 memiliki pengetahuan yang memadai mengenai APU dan PPT dan peraturan lainnya yang terkait dengan pendanaan dan produk
perbankan; 2 memiliki kewenangan untuk mengakses seluruh data Nasabah dan
informasi lainnya yang terkait dalam rangka pelaksanaan tugas; dan memiliki pengalaman yang memadai di bidang perbankan.
e. Pegawai yang menjalankan Fungsi UKK atau Melaksanakan Program APU dan PPT di Kantor Cabang
1 Setiap kantor cabang Bank wajib memiliki pegawai yang menjalankan sebagian fungsi UKK atau yang melaksanakan Program APU dan
PPT. Untuk Kantor Cabang Bank Asing ketentuan ini berlaku juga untuk Kantor Cabang Pembantu.
2 Pegawai yang menjalankan fungsi UKK tersebut bukan merupakan pegawai dari satuan kerja operasional. Namun dalam hal kondisi Bank
tidak memungkinkan untuk memiliki pegawai yang berasal dari satuan kerja bukan operasional, maka pegawai di Kantor Cabang Bank dan
commit to user
Kantor Cabang Pembantu Bank Asing yang menjalankan fungsi UKK dapat berasal dari satuan kerja operasional.
3 Tugas dan tanggung jawab pegawai yang menjalankan fungsi UKK sebagaimana dimaksud pada angka 2 di atas adalah sebagai berikut:
a Memastikan bahwa kebijakan, prosedur, dan peraturan lainnya yang terkait pencrapan Program APU dan PPT telah dilaksanakan
secara efektif b Memantau dan meninjau setiap validitas proses, checklistdaftar
periksa dan dokumen pendukung pada saat pembukaan rekening. c Memastikan bahwa persetujuan penerimaan danatau penolakan
permohonan pembukaan rekening atau transaksi oleh calon NasabahWIC yang tergolong berisiko tinggi diberikan oleh
pejabat senior di satuan kerja terkait atau Kantor Cabang setempat.
d Mengkoordinasikan dan memantau proses pengkinian data Nasabah dan memastikan bahwa pengkinian data tersebut sejalan
dengan Laporan Rencana Kegiatan Pengkinian Data yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia.
e Menerima laporan transaksi keuangan yang mencurigakan dari satuan kerja terkait dan melakukan analisa terhadap laporan
tersebut untuk dilaporkan kepada UKK di Kantor Pusat. f Memberikan masukan yang terkait dengan penerapan APU dan
PPT kepada pegawai satuan kerja terkait atau Kantor Cabang yang memerlukan.
g Memantau, menganalisis, dan merekomendasikan kebutuhan pelatihan APU dan PPT Para pegawai di satuan kerja terkait atau
Kantor Cabang kepada UKK di Kantor Pusat. Berdasarkan kewajiban tersebut BTN kantor cabang Surakarta
menunjuk seorang pejabat bank yang melaksanakan tugas tersebut yakni Ibu Sri Mulyani yang merangkap jabatan sebagai petugas Costumer
Service dan sebagai pengawas penerapan program APU dan PPT
commit to user
dilaksanakan oleh Ibu Dyah Respati Woro H yang juga merangkap jabatan sebagai Kasie Retail. Rangkap jabatan ini diperbolehkan menurut SEBI
No. 1131DPNP2009 tentang Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang Dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum
disebutkan jabatan tersebut dapat dirangkap oleh pejabat Bank yang mempunyai tugas lain, dengan mempertimbangkan bahwa satuan kerja
yang melaksanakan kebijakan dan prosedur Program APU dan PPT terpisah dari satuan kerja yang mengawasi penerapannya sehingga rangkap
jabatan diperkenankan sepanjang tugas lain tersebut tidak merupakan bagian dari tugas operasional seperti unit kerja manajemen risiko.
2. Pengelompokan Nasabah