Terapi ruqyah dalam konteks individu yang mengalami kesurupan

(1)

(2)

INDIVIDU YANG MENGALAMI KESURUPAN

Oleh :

Aan Anwarudin

NIM : 100070020095

Fakultas Psikologi

UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

1430 H/ 2009 M


(3)

TERAPI RUQYAH DALAM KONTEKS

INDIVIDU YANG MENGALAMI KESURUPAN

(STUDI KASUS PADA PASIEN BENGKEL ROHANI)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Oleh:

AAN ANWARUDIN

NIM: 100070020095

Di bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.DR.Abdul Mujib, M.Ag Bambang Suryadi, Ph. D NIP. 196806141997041001 NIP. 150 326 891

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

Segala puji dan syukur hanya dipersembahkan ke hadirat Allah SWT atas

segala nikmat dan karunia yang selalu tercurah kepada hamba-hamba-Nya.

Hanya dengan izin dan pertolonganMu lah ya Allah skripsi ini bisa

terselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah bagi Nabi

Muhammad Saw, keluarga, para sahabat serta orang-orang yang senantiasa

istiqamah mengikuti sunnah-sunnahnya.

Perjalanan panjang disertai perjuangan yang melelahkan terasa begitu indah

untuk dikenang suka dan dukanya dalam merampungkan dan menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Terapi Ruqyah Dalam Konteks Individu Yang

Mengalami Kesurupan” untuk mendapat gelar Strata Satu (S1) bidang

Psikologi di UIN Syarif Hidayatullah ini mencapai titik akhir dengan penuh

rasa syukur.

Skripsi ini bukanlah hasil karya dari perjuangan diri sendiri, namun banyak

pihak yang turut serta memberikan bantuan dan dukungan dalam

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang tak

terhingga penulis ucapkan kepada mereka, yaitu:


(5)

Umar Ph.D. Terima kasih atas segala kemudahan yang diberikan kepada

penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib M.Ag dan Bapak Bambang Suryadi Ph.D

selaku dosen pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan

mencurahkan perhatiannya selama membimbing penulis menyelesaikan

skripsi ini. Terima kasih atas segala kemudahan yang telah diberikan

kepada penulis semoga Allah membalasnya dengan keberkahan yang

berlimpah.

3. Ibu Dra. Hj. Netty Hartati M.Si, Ibu Dra Zahratun Nihayah, M.Si dan

seluruh staf pengajar yang telah memberikan kritik, saran dan motivasi

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini setelah tertunda beberapa

saat.

4. Seluruh staf akademik dan staf perpustakaan Fakultas Psikologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam berbagai

hal.

5. Dosen Pembimbing Akademik Kelas A angkatan 2000, Bapak Drs

Achmad Baidun, M.si yang telah mensupport agar segera menyelesaikan

perkuliahan dan untuk terus belajar yang lebih baik.

6. Orang tua tercinta Abah Kadiman (Alm) dan Ibunda Chasanah yang

senantiasa memberikan bantuan, dukungan serta iringan do’a yang tiada

henti kepada penulis sehingga segalanya terasa lebih ringan dalam


(6)

sayang yang telah kalian berikan kepada penulis.

7. Untuk Omah Syafni dan Opah Maizarudin yang tercinta terima kasih atas

dukungan serta doa yang tulus sehingga penulis terus termotivasi dalam

menyelesaikan tugas akhir dengan mudah.

8. Istriku tercinta Afrimaidarnis, S.Si, Lc yang selalu menemani penulis dalam

berbagai kesulitan dan kesabaran untuk mengingatkan agar

menyelesaikan skripsinya semoga Allah membalas segala kebaikan dan

menjadikan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Serta Ananda

tercinta Aufa Muzhaffar El-Fawwaz semoga menjadi anak yang saleh dan

terus berjuang di jalan Allah.

9. Ketiga subyek penelitian yang telah meluangkan waktunya dan membantu

penulis dalam memperoleh data penelitian semoga Allah senantiasa

memberikan kesabaran dan kemudahan serta kesuksesan dalam

menjalani kehidupan berikutnya.

10. Bapak Abu Aqila selaku Pimpinan Bengkel Rohani dan seluruh staf

pengurus Bengkel Rohani terima kasih telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk memberikan tempat untuk mendapatkan sumber

subyek penelitian.

11. Teman – teman penulis seluruh angkatan 2000 semoga kebersamaan

dalam menyemai ukhuwwah dan persaudaraan dapat menjadi kenangan.


(7)

Pandu, Kahfi, Dewi, Budi, Sugeng, Ozy, David, Broto, Erizge, Soleh

semoga tetap membangun kebersamaan dan satu dalam perjuangan.

13. Bapak Prof DR Didin Hafidhuddin dan seluruh Jajaran Manajemen

BAZNAS yang telah memberikan ruang belajar dan agar bekerja keras,

kerja cerdas, dan kerja ikhlas serta untuk menjadi yang terbaik.

14. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Setiap kehidupan memiliki sejumlah asa yang terus di munculkan agar jiwa

selalu terisi dan tergerak untuk terus melakukan perbaikan. Tak seorangpun

mendapatkan kesuksesan tanpa melalui rintangan masalah dan hambatan,

semoga semuanya adalah bagian dari pengujian setiap diri agar selalu tetap

mendapatkan gelar ke salehan baik secara individu maupun sosial. Dengan

kesalehan individu agar tetap mendapatkan gelar hamba terbaik di sisi Nya,

dan kesalehan sosial dapat mengantarkan pribadinya kepada asas

kemanfaatan bagi ummat di sekelilingnya. Yakin dan selalu berprasangka

baik setiap usaha yang dilalukan akan berbuah kesuksesan atas dasar

keihklasan maka sampailah setiap diri ke gerbang pintu kemenangan dan

kemuliaan diri.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sebuah nilai kesempurnaan

sebagaimana layaknya, baik dari segi bahasa maupun materi yang terdapat


(8)

memberikan tambahan wawasan baru dan dapat memberikan cakrawala

yang lebih luas bagi pembaca sekalian. Amiin.

Jakarta Juni 2009

Penulis

v ii


(9)

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah ... 1

1.2 Pembatasan masalah ... 6

1.3 Perumusan masalah ... 7

1.4 Tujuan penelitian ... 7

1.5 Manfaat penelitian ... 8

1.6 Sistematika penulisan ... 9

BAB 2. LANDASAN TEORI

2.1 Terapi Ruqyah ... 10

2.1.1 Pengertian Terapi Ruqyah ... 10

2.1.2 Dalil Ruqyah dalam Al-Qur’an ... 14

2.1.3 Jenis-jenis Ruqyah ... 14

2.1.3 Tata Cara Ruqyah ... 19


(10)

2.2 Kesurupan ... 29

2.2.1 Pengertian kesurupan ... 29

2.2.2 Dalil-dalil tentang kesurupan ... 30

2.2.3 Kesurupan dalam berbagai perspektif ... 34

2.2.4 Proses dan Gejala-gejala kesurupan ... 39

2.2.5 Gangguan Psikologi dalam Kesurupan ... 46

2.3 Kerangka Berfikir ... 48

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian ... 51

3.2 Subjek Penelitian ... 52

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.4 Prosedur Penelitian ... 58

3.5 Teknik Analisa Data ..., 59

BAB 4. ANALISA DATA

4.1 Gambaran Umum Bengkel Rohani ... 61

4.2 Identitas Responden Penelitian ... 66

4.3 Analisa Individual Subyek ... 68

4.3.1 Responden 1 (Dina) ... 68


(11)

4.3.3 Responden 3 (Bayu) ... 124

4.4 Analisa Perbandingan Antar Subyek ... 153

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 156

5.2 Diskusi ... 157

5.3 Saran ... 158

DAFTAR PUSTAKA ... 160

Lampiran


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Identitas Subyek Penelitian

Tabel 4.2 Tabel Perbandingan Antar Subyek


(13)

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Individu Yang Mengalami Kesurupan

Skema 4.1 Teknik Metode Terapi Di Bengkel Rohani

Skema 4.2 Kasus Dina

Skema 4.2 Kasus Mitha

Skema 4.3 Kasus Bayu


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pernyataan Kesediaan

Lampiran 2. Pedoman Wawancara

Lampiran 3. Lembar Observasi

Lampiran 4. Syarat-syarat Terapi Ruqyah

Lampiran 5. Bacaan-bacaan Ruqyah


(15)

1.1 Latar Belakang Masalah

Fenomena kesurupan dewasa ini adalah sebuah realita yang terjadi di

masyarakat, mungkin dari satu keluarga atau diri sendiri pernah terkena

perbuatan atau kejadian (kesurupan) tersebut. Fenomena ini sudah menjadi

satu bagian yang tak dapat dipisahkan lagi dari masyarakat., Kematangan

informasi dan kedekatan kesurupan telah didapat melalui sarana media, baik

media cetak maupun media elektronik. Tayangan dan acara saat ini yang

banyak diminati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia adalah hal yang

berkaitan dengan mistis, lihat saja beberapa acara televisi menampilkan

acara seperti; Dunia lain, Gentayangan, Ekspedisi Alam Gaib, Pemburu

Hantu, dan lain-lain. Acara tersebut dikemas dengan baik sehingga dapat

menjadi bagian dari informasi dan referensi masayarakat untuk melihat dan

mencontoh perlakuan yang terdapat di dalamnya.

Sangat memprihatinkan ketika fenomena kesurupan terjadi pada

individu yang berlatar belakang muslim terkena kejadian tersebut, padahal di

sisi lain seorang muslim dapat menghadapinya dengan ibadah dan do’a-do’a

yang dibacakan setiap hari. Seyogyanya sebagai seorang muslim agar tidak


(16)

semacamnya. Hal ini dilakukan karena faktor ketidaktahuan, kurangnya

sosialisasi kepada masyarakat tentang cara-cara yang sesuai dengan Islam

(syariat) juga menjadi faktor lain penyebab hal tersebut.

Fenomena kejadian kesurupan ini seperti terjadi di Madura puluhan santri

Pondok Pesantren Nurul Islam, Desa Karang Cempaka, Kecamatan Bluto

kesurupan. Puluhan santri putri itu tiba-tiba bergelimpangan tak sadarkan diri

sebelum pelajaran sekolah dimulai. Awal mula kejadian kesurupan itu saat

santri putri sedang duduk-duduk di emperan kelas menunggu jam pelajaran

dimulai. Tiba-tiba ada satu siswi yang menjerit-jerit dan tubuhnya kejang-

kejang dengan mata melotot jatuh ke lantai.

Santri yang kesurupan kemudian diberi pertolongan secara medis dibawa ke

Puskesmas Kecamatan Bluto. Sedangkan santri lainnya menggelar tahlilan

untuk mengusir roh halus agar tidak menggangu santri lainnya. ”Kegiatan itu

akan terus dilakukan sampai sekolahnya steril dari godaan makhluk halus,”

ungkapnya. (www.surya.co.id/2009/03/04/)

Kejadian kesurupan selain di Madura juga terjadi di daerah Nganjuk Sekitar

15 orang dari 136 mahasiswa-mahasiswi Fakultas Bahasa dan Sains

Universitas Wijaya Kusuma (UWK) Surabaya kesurupan saat menggelar


(17)

Kesurupan massal ini berlangsung sejak Jumat (24/4) malam sampai Sabtu

(25/4) sore.

Para mahasiswa dan mahasiswi tersebut kejang-kejang kemudian tak

sadarkan diri setelah berteriak histeris dan meronta-ronta dengan pandangan

mata tajam tetapi kosong. Peristiwa menggemparkan ini terjadi tatkala

mereka menyiapkan pentas dangdut dan kegiatan api unggun di Lapangan

Desa Perning. (www.surya.co.id/2009/04/26/15)

Segi ilmu pengetahuan ilmiah memandang tubuh sebagai dasar utama

dalam kehidupan, maka segala analisa dan pemecahan masalah yang timbul

selalu dimulai dari penelitian fungsi organ-organ didalam tubuh. Walaupun

pengetahuan ilmiah telah berkembang dengan cepatnya, tetapi para ilmuwan

masih mengakui adanya pengaruh unsur diluar tubuh seperti pikiran,

kepribadian, karakter, sifat-sifat, pembawaan, dan sebagainya.

Masalah yang tidak dapat terjawab secara metode ilmiah diserahkan

pemecahannya ke metode alternatif lain seperti psikologi. Sehingga ilmu

psikologi berkembang pesat kembali setelah beberapa lama terabaikan oleh

kemajuan ilmu pengetahuan dan logika yang begitu pesatnya. Permasalahan

yang banyak dipelajari oleh para psikologi lebih

banyak menyangkut masalah pikiran, kepribadian, karakter, sifat-sifat, mental,


(18)

bersumber pada masalah fisik ataupun kerusakan organ tubuh. Walaupun

tidak menutup banyaknya permasalahan yang timbul dari fisik dipengaruhi

oleh pikiran atau psikologis. Ilmu pengetahuan ilmiah dan ilmu psikologi, tidak

cukup sebagai referensi dalam mengungkap masalah yang terjadi dalam

kehidupan manusia. Untuk membantu pemecahan masalah yang belum

terpecahkan, kiranya cara spiritual dan religius dapat dipertimbangkan

sebagai salah satu alternatif tambahan sebagai sarana pemecahan masalah.

Dalam kasus kesurupan dan trance, yang memegang peranan adalah

energi roh dari luar. Walaupun kadangkala ada kasus tertentu awal terjadinya

kesurupan dan trance di mulai dari penggunaan minuman keras, obat-obatan,

dan masalah kejiwaan. Dimana mereka yang jiwanya mudah rapuh

tergoyangkan baik karena beban mental maupun karena ketergantungan

terhadap minuman keras dan obat, akan lebih mudah di kuasai oleh energi

roh lainnya yang berasal dari luar.

Energi roh yang masuk pada saat keadaan demikian, pada umumnya

berasal dari unsur energi roh negatif dan menguasai kesadaran yang lemah.

Walaupun sebenarnya kesurupan dan trance bermacam-macam. Sebagian

bentuk kesurupan dapat dijelaskan menurut kategori sebagai berikut: Sebab

dan awal terjadinya, Tingkat kesadaran penuh atau tidak, Persiapkan


(19)

pengundangan, hubungan dengan unsur Roh Suci, ikatan karma, Tingkat

energi pelindung, Tingkat kekuasaan yang ada, dan sebagainya.

(www.goldenmother.org)

Terdapat dua macam keadan yang dinamakan kesurupan oleh

masayarakat, yaitu (W.F.Maramis, 1994,h. 418) :

a. Orang itu merasa bahwa di dalam dirinya ada kekuatan lain yang

berdiri di samping “aku”-nya dan yang dapat mengauasainya. Jadi

simultan terdapat dua kekuatan yang bekerja sendiri-sendiri dan orang

itu berganti-ganti menjadi yang satu dan yang lain. Kesadarannya tidak

menurun. Perasaan ini berlangsung kontinu. Dalam hal ini kita melihat

suatu permulaan perpecahan kepribadian yang merupakan gejala

khas bagi skizofrenia.

b. Orang itu telah menjadi lain, ia telah mengidentifikasikan dirinya

dengan orang lain, binatang atau benda. Jadi pada suatu waktu tidak

terdapat dua atau lebih kekuatan dalam dirinya (seperti dalam hal yang

pertama, tapi terjadi suatu metamorfosis yang lengkap. Ia telah

menjadi orang lain, binatang atau barang, dan ia juga bertingkah laku

seperti orang, binatang atau barang itu. Sesudahnya terdapat amnesia


(20)

Keadaan yang kedua ini ialah disosiasi. Bila disosiasi itu terjadi karena

konflik dan stress psikologik, maka keadaan itu dinamakan reaksi disosiasi

(suatu sub jenis dalam nerosa histerik). Bila disosiasi itu terjadi karena

pengaruh kepercayaan dan kebudayaan, maka dinamakan kesurupan. Tidak

jarang kedua keadaan ini secara ilmiah sukar dibedakan karena kepercayaan

dan kebudayaan juga dapat menimbulkan konflik dan stress.

Metode yang digunakan dalam ruqyah dengan cara islam tidak

diperbolehkan menggunakan bahasa-bahasa yang dilarang, dan yang

diperbolehkan dalam Islam disebut dengan Ruqyah Syar’iyyah. Terapi

Ruqyah merupakan cara dan proses dalam menyembuhkan individu yang

mengalami gangguan atau kesurupan. Oleh karena itu Penelitian tentang

penanganan individu yang mengalami kesurupan menjadi penting karena,

fenomena ini bagian dari masalah kejiwaan dengan mengunakan metode

Ruqyah dapat membantu untuk proses penyembuhan hal tersebut.

1.2 Pembatasan Masalah

Metode dan proses dalam ruqyah, dengan menggunakan cara islami

terhadap penyembuhan dan pencegahan kesurupan, dan penelitian

dilakukan pada Bengkel Rohani.

Berdasarkan landasan pemikiran tersebut, perlu kiranya ada suatu


(21)

tersebut mengenai masalah ruqyah yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw,

atau ruqyah yang tidak mengandung unsur kesyirikan di dalamnya (ruqyah

syirkiyah).

Kesurupan ialah ketimpangan yang menimpa jiwa manusia sehingga

tidak dapat menyadari apa yang diucapkannya dan tidak dapat pula

menghubungkan antara apa yang telah diucapkan dengan apa yang akan

diucapkannya.

1.3 Perumusan Masalah

1. Bagaimana proses terapi ruqyah pada Bengkel Rohani dalam konteks

individu yang mengalami kesurupan?

2. Mengapa terapi ruqyah digunakan dalam menangani individu

kesurupan di Bengkel Rohani ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah ingin mengetahui

sejauh mana proses terapi metode ruqyah dalam konteks menangani individu

yang mengalami kesurupan yang di lakukan pada lembaga Bengkel Rohani


(22)

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan akan memberikan manfaat teoritis dan

manfaat praktis :

1. Manfaat secara teoritis adalah :

a) Untuk mengetahui proses terapi ruqyah yang digunakan pada

lembaga Bengkel Rohani dalam konteks individu yang mengalami

kesurupan.

b) Untuk menambah wacana keilmuan tentang fenomena individu

kesurupan dan proses terapi ruqyah yang digunakan oleh lembaga

tersebut. Di harapkan agar dapat dengan mudah mengatasi serta

menjawab tentang eksistensi dari terapi ruqyah yang digunakan oleh

para pendahulu dengan konteks yang ada pada saat ini.

c) Untuk menambah pembekalan keilmuan model-model ataupun

perkembangan keilmuan, terutama psikologi Islam, bagi penulis

khususnya dan ummat manusia pada umumnya.

2. Manfaat secara praktis adalah :

a) Untuk mensosialisasikan pengembangan terapi ruqyah kepada

masyarakat secara luas

b) Membantu masyarakat dalam menangani dan mendeteksi gejala dan


(23)

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini, sistematika

penulisan terbagi atas lima bab, sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, mencakup latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sisitematika penulisan.

Bab II Tinjauan Teoritis, membahas tentang terapi ruqyah, jenis-jenis

terapi ruqyah, tata cara ruqyah, ruqyah sebagai terapi, definisi kesurupan,

dalil-dalil tentang kesurupan, kesurupan dalam berbagai perspektif, proses

dan gejala-gejala kesurupan, gangguan psikologi dalam kesurupan, dan

kerangka berfikir.

Bab III Metodologi Penelitian. Bab ini membicarakan tentang desain

penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian,

dan analisa data.

Bab IV Hasil Penelitian; membahas tentang latar belakang subyek

penelitian, gambaran umum dari Bengkel Rohani, metode terapi ruqyah yang

digunakan pada Bengkel Rohani, efektifitas metode ruqyah terhadap individu

kesurupan.


(24)

Pada bab tiga ini penulis akan menguraikan beberapa hal penting berkaitan

dengan peneitian yang akan dilakukan. Diawali dengan metodologi yang

digunakan dalam penelitian ini, juga akan menjelaskan jenis dan metode

penelitian, serta instrumen yang dipakai dalam pengumpulan data. Sehingga

data yang diperoleh akan menjawab pertanyaan yang telah diajukan penulis

pada bab satu.

Pada bab ini juga akan mengemukakan mengenai subjek penelitian,

termasuk bagaimana seleksi dan kriteria dalam menentukan satu subjek yang

ada. Kemudian akan dijelaskan beberapa prosedur yang dipakai, dan analisa

data yang diperoleh dalam penelitian.

3.1 Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif yang dilakukan

pada setting alamiah. Menurut Bogdan Taylor, sebagaimana dalam Moleong

(2002) metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan


(25)

Pada studi kasus terdapat dua pola, yaitu single case design dan multiple

case design. Dalam single case design digunakan pada pengalaman tunggal,

memiliki sebuah kasus yang unik atau ekstrim, dan menganalisa fenomena

yang tidak dapat dianalisa secara penelitian ilmiah.

Sedangkan pola multiple case design menggunakan metodologi yang sama

dengan single case design. Perbedaannya adalah penggunaan responden

lebih dari satu orang. Dalam hal ini peneliti harus hati-hati dalam

menyertakan subjek, karena setiap kasus harus mengikuti replikasi pada

masing-masing kasus. Setiap kasus harus dipandang secara menyeluruh dan

terfokus (Yin : 2000).

Pola yang digunakan dalam penelitian ini adalah multiple case design karena

menggunakan lebih dari satu kasus. Dengan pola ini diharapkan dapat

diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang penghayatan responden

terhadap keadaan yang dialaminya, oleh karena itu maka diperlukan data

yang bersifat khusus dan individual untuk mendapatkan hasil yang cukup

mendalam.

3.2 Subyek Penelitian 3.2.1 Kriteria Subyek

Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah pasien yang


(26)

1. Pasien yang mengalami kesurupan berobat pada Bengkel Rohani,

minimal pendidikan responden adalah Sekolah Menengah Atas (SMA).

Hal ini untuk mengukur kemampuan dan validitas dari hasil wawancara

yang akan dilakukan.

2. Telah mengikuti metode pengobatan ruqyah dan terapinya minimal 3 kali

selama menjadi subyek dalam penelitian untuk mengetahui dan

menganalisis sejauh mana efektifitas metode tersebut dalam mengobati

individu yang kesurupan. Dengan asumsi dua kali terapi metode tersebut

merupakan waktu yang relevan dan dapat dirasakan dari pengobatan

pertama sampai dengan pengobatan berikutnya.

3.2.2 Teknik Pengambilan Subyek

Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive

subject (subyek bertujuan). Sampel bertujuan dilakukan dengan cara

mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi

didasarkan atas adanya tujuan tertentu. (Arikunto, 1993). Penelitian ini

difokuskan pada tiga orang yang sudah mengalami dan mengikuti terapi

metode ruqyah minimal tiga kali terapi.

Menurut Moleong (2004), sampel bertujuan dapat ditandai dari ciri-cirinya

sebagai berikut :

a) Rancangan subyek yang muncul : Subyek tidak dapat ditentukan atau


(27)

b) Pemilihan subyek secara berurutan : Tujuan memperoleh variasi

sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan

sampel dilakukan jika satuan sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis.

c) Penyesuian berkelanjutan dari subyek : Pada mulanya setiap sampel

dapat sama kegunaanya. Namun, makin banyak informasi yang masuk

dan makin mengembangkan hipotesis kerja, akan ternyata bahwa sampel

makin dipilih atas dasar fokus penelitian.

d) Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan : Pada subyek

bertujuan seperti ini jumlah subyek ditentukan oleh pertimbangan-

pertimbangan informasi yang diperlukan.

Sedangkan menurut Sarantakos (1993) seperti dikutip oleh Purwandari

(2001), prosedur pengambilan subyek umumnya menampilkan beberapa

karakteristik,yaitu :

a) Diarahkan tidak pada jumlah yang besar, melainkan pada kasus-kasus

tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian;

b) Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik

dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan

pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian;

c) Tidak diarahkan pada keterwakilan (dalam arti jumlah/peristiwa acak)


(28)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan dengan metode pendekatan kualitatif sehingga penulis

dapat dengan leluasa mengeksplorasi variable dalam penelitian ini dan

memperoleh data bukan dalam angka-angka yang kongkrit yang hanya akan

berbicara tentang seberapa besar atau seberapa jauh hubungan atau

pengaruh suatu variable dengan variable lainnya, melainkan berbentuk data

yang dapat mengungkapkan fenomena yang memang ingin diungkap atau

bahkan memungkinkan munculnya penemuan-penemuan baru di lapangan

yang belum pernah terungkap sebelumnya.

Pendekatan ini dipilih karena pendekatan kualitatif merupakan pendekatan

yang paling cocok dalam mengungkap realitas fenomena alamiah.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara sebagai metode utama dan observasi adalah sebagai metode penunjang terhadap penelitian ini. Interview merupakan suatu bentuk percakapan yang dilakukan secara lisan,

yang melibatkan pewawancara (interviewer) dan orang yang diwawancarai

(interviewee) yang dilakukan dalam usaha untuk mengumpulkan informasi

yang ingin diungkap untuk suatu keperluan antara lain keperluan penelitian.

Melalui wawancara bisa didapatkan informasi yang mendalam (in-depth information) antara lain karena baik pewawancara maupun orang yang diwawancarai dapat memberikan feedback dengan menanyakan kembali


(29)

Lincoln dan Guba menegaskan sebagaimana dalam Moleong (2002) bahwa

maksud diadakannya wawancara adalah mengkonstruksi mengenai orang

lain, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-

lain. Menurut kedua tokoh ini wawancara dibagi ke dalam empat jenis, yaitu:

1. Wawancara dengan tim atau pane; wawancara dilakukan tidak hanya

oleh satu orang melainkan dua orang atau lebih terhadap seseorang yang

diwawancarai, atau dua orang sekaligus yang disebut sebagai panel.

2. Wawancara tertutup dan wawancara terbuka (covert and overt);

wawancara tertutup biasanya yang diwawancarai tidak mengetahui bahwa

ia sedang diwawancarai serta tujuan dari wawancara tersebut

sedangkan wawancara terbuka adalah kebalikan dari wawancara tertutup.

3. Wawancara riwayat secara lisan: wawancara terhadap orang-orang yang

pernah membuat sejarah atau karya ilmiah, sosial, pembangunan,

perdamaian dan sebagainya yang dilakukan untuk mengungkap riwayat

hidup, pekerjaannya, kesenangannya, ketekunannya, pergaulannya, dan

lain-lain.

4. Wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur; wawancara

terstruktur adalah wawancara yang masalah dan pertanyaan-pertanyaan

yang akan dilakukan telah disusun oleh peneliti sendiri secara jelas dan

terinci dalam suatu bentuk catatan. Sedangkan pada wawancara tak

terstruktur, pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu, malah


(30)

menekankan kekecualian, penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim,

penafsiran kembali, pendekatan baru, pandangan ahli, atau perspektif

tunggal.

Kemudian ada juga pembagian berdasarkan perencanaan wawancara yaitu

wawancara terencana jika waktu dan tempat wawancara telah ditentukan

terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan bersama peneliti dan responden,

dan wawancara insidental jika wawancara dilakukan karena kebetulan ada

kesempatan yang baik untuk melakukan wawancara.

Pada penelitian ini dilakukan wawancara terbuka dengan menggunakan

pedoman umum wawancara yang dilakukan pada tiga orang responden.

Wawancara yang dilakukan juga tidak menutup kemungkinan adanya

pertanyaan-pertanyaan lanjutan atau munculnya pertanyaan baru jika

dianggap perlu.

Ada kemungkinan dalam penelitian ini menggunakan wawancara informal

tidak langsung pada beberapa orang informan untuk mengetahui informasi

yang belum terungkap dalam wawancara dengan responden tujuannya yaitu

untuk menguatkan data mengenai responden.

Teknik pengumpulan data yang kedua adalah observasi yaitu metode

pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui

pengamatan dan pencatatan terhadap gejala obyek yang diselidiki atau diteliti

(Badan Penelitian dan Pengembangan : 2000). Observasi dalam penelitian


(31)

wawancara berlangsung termasuk raut muka, mimic, intonasi, vibrasi suara,

dan tatapan mata. Observasi dilakukan pada saat wawancara berlangsung

dan pada saat sebelum dilakukan wawancara.

3.4 Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan (Pra Lapangan)

Pada tahap ini dilakukan beberapa persiapan hal-hal yang perlu atau

dibutuhkan dalam penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus

perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih responden,

menyiapkan perlengkapan penelitian termasuk surat izin, pedoman

wawancara, tape recorder, maupun perlengkapan lain yang diperlukan serta

mempersiapkan diri sepenuhnya untuk melakukan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memohon izin pihak Lembaga Swadaya Masyarakat Bengkel rohani,

dalam hal ini Ketua Umum Bengkel Rohani yaitu Ust.Abu Aqila sekaligus

penanggung jawab.

b. Mengumpulkan data-data referensi yang berkaitan yang dibutuhkan dalam

penelitian.

c. Menghubungi pasien yang sudah dipilih berdasarkan petunjuk dari

penanggung jawab Bengkel Rohani sebagai responden untuk dimintai


(32)

berusaha untuk membentuk rapor awal dengan responden, serta

memohon izin untuk melakukan observasi langsung dalam kehidupan

keluarganya.

d. Tahap keempat merupakan pengambilan data dengan melakukan

wawancara dengan berpegang pada pedoman wawancara dan berusaha

mengembangkan pertanyaan-pertanyaan dari pedoman wawancara

tersebut untuk memperoleh informasi yang mendalam dengan tetap

memperhatikan batasan-batasan yang ada. Merekam wawancara tersebut

dengan tape recorder dengan seizin responden.

e. Mencatat hal-hal yang perlu dan yang terjadi selama wawancara

berlangsung.

3.5 Teknik Analisa Data

Tahap selanjutnya yakni melakukan tahap analisa data. Data perlu dianalisis,

yaitu data dimaknai supaya berbunyi untuk menguraikan fenomena sentral

penelitian. Peneliti membuat interpretasi tentang makna data melalui refleksi

(Asmadi Alsa, 2003). Yaitu merefleksikan bias, nilai dan asumsi-asumsi

personal responden kedalam laporan penelitian.

Menurut Wilkinson yang dikutip Asmadi (2003) Refleksiviti fungsional

(functional reflexivity) adalah perlunya memeriksa secara kritis dan

berkelanjutan dalam proses penelitian untuk menyatakan asumsi-asumsi,


(33)

Analisis merujuk atas bagian-bagian serta keterkaitan antar bagian tersebut.

(A.Chaedar, 2002). Prosedur analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah:

1. Membuat transkrip hasil wawancara secara verbatim berdasarkan hasil

rekaman wawancara dengan responden.

2. Memberikan label pada hasil rekaman dan disimpan sebagai dokumen.

3. Memberikan penomoran pada masing-masing transkrip.

4. Melakukan koding (memberi kode) dan melakukan kategorisasi data dan

menjadikannya satuan-satuan kecil.

5. Menafsirkan data untuk memperoleh deskripsi dan teori substantif dari


(34)

BAB 4

ANALISA DATA

4.1 Gambaran Umum Bengkel Rohani

1. Latar Belakang Berdirinya Bengkel Rohani

Bengkel Rohani secara resmi berdiri pada tanggal 6 juli 2003. Tempatnya di

Jl.Ir.H. Juanda nomor.2 Ciputat, dengan diketuai oleh seorang ustadz muda

berbakat beliau bernama Abu Aqila.

2. Visi dan misi Bengkel Rohani

Bengkel Rohani memiliki visi Sehat Jasmani, Sehat Rohani. Adapun misinya

adalah menjadi sarana pencerahan spiritual dengan memberikan

pemahaman tentang Islam dan alam ghaib dan metode pengobatan secara

syamil dan bersumber dari al-Quran dan as-sunnah

3. Diversifikasi program Bengkel Rohani

Dalam rangka merealisasikan visi dan misinya, maka Bengkel Rohani

menyusun program sebagai berikut:

a. Terapi Ganguan Jin dan depresi, yaitu upaya mengatasi permasalahan

gangguan jin dan masalah kondisi yang buruk akibat depresi.

Pengobatan ini dengan menggunakan terapi Metode ruqyah dengan

didukung cara yang lain. Terapi ini di bimbing oleh Abu Aqila, Abu


(35)

b. Konsultasi keluarga, yaitu upaya mengatasi permasalahan seluruh

anggota keluarga dengan berpedoman pada al-Quran dan as-sunnah.

Konsultasi ini dibimbing oleh Abu Aqila

c. Majelis taklim, yaitu kajian Islam yang menyeluruh, sistematik, dan

kontinyu. Diadakan sebulan sekali di Bengkel Rohani

d. Jasa Psikiater, mengatasi permasalahan NAZA, stress, depresi bagi

yang memerlukan konsultasi medis dan obat. Di bimbing oleh Fuadi

Yatim

e. Iridiolgy, yaitu pemeriksaan General Chek Up oleh Fuadi Yatim

f. Spiritual Science Quantum (SSQ), program pembinaan, program

pembinaan aqidah dan pelatihan terapi, di bimbing oleh para ustadz

yang ahli dibidangnya. Di SSQ ini, semua peserta diberikan

pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar keimanan yang terangkum

dalam rukun iman, tentang alam ghaib khususnya jin dan roh, serta

diberikan skill terapi gangguan jin dengan menggunakan ayat-ayat al-

Quran

g. Bekam, yakni terapi fisik untuk melenturkan syaraf-syaraf yang tegang,

melancarkan peredaran darah dan menetralisir zat-zat yang

dibutuhkan dalam darah.


(36)

Metode Terapi Ruqyah yang digunakan pada Bengkel Rohani Jakarta adalah

berlandaskan syariat Islam atau sesuai dengan Al-quran dan Sunnah. Sesuai

dengan al-Quran maksudnya adalah apa yang dibacakan dalam terapi

tersebut adalah sesuai dengan ayat yang ada dalam al-Quran khususnya

ayat-ayat yang ada korelasinya dengan ruqyah dengan hubungan yang

sesuai maknanya.:

Secara umum metode terapi ruqyah yang digunakan pada Bengkel Rohani

menjadi dua bagian :

1. Metode terapi yang diberikan oleh terapis

Maksudnya adalah terapi yang diberikan oleh terapis dari Bengkel

Rohani sebagai pusat terapi ruqyah baik oleh Abu Aqila sendiri

maupun yang lainnya yaitu dengan cara membacakan ruqyah dan

terapinya itu sendiri pada pasien.

2. Metode Self terapi

Maksudnya adalah terapi ini sebagai cara untuk menguatkan diri

pasien agar dapat menjaga dari gangguan yang dialaminya dan

sebagai kontrol diri untuk menjaga akibat dari gangguan tersebut

sesuai dengan dzikir atau bacaan yang dianjurkan oleh terapis dari


(37)

Skema 4.1

Skema Tekhnik Metode Terapi di Bengkel Rohani

PASIEN

Registrasi

Konsultasi Terapi Bekam

Resep Obat

Adapun teknis yang dilakukan secara berurutan dalam terapi ruqyah yang

dilaksanakan di bengkel Rohani adalah :

1. Pasien datang pada Bengkel Rohani untuk kemudian mendaftarkan

perihal dari pengobatan dan kemudian mendapatkan buku konsultasi

yang diberikan oleh bagian administrasi atau registrasi

2. Setelah mendaftarkan hal tersebut kemudian diberikan petunjuk maka

pasien diarahkan kepada terapis yang akan mendeteksi apakah


(38)

3. Untuk memudahkan dan mendeteksi penyakit maupun gangguan dari

pasien maka terapis memberikan layanan berupa konsultasi dari apa

yang dialami pasien

4. Terapis menangani pasien kemudian dibacakan dengan bacaan

ruqyah untuk pasien yang mengalami gangguan jin atau kesurupan

maka akan terjadi reaksi yang berbeda dengan reaksi yang lainnya

yang tidak mengalami gangguan tersebut.

Cara terapis untuk melakukan hal tersebut adalah sebagai berikut :

Setelah pasien masuk ke dalam ruangan terapis, kemudian terapis

melakukan bacaan ruqyah yaitu surat al-fatihah, surat al-Ikhlas dan al-Naas,

surat al-Baqarah. Pasien sambil duduk di bangku kemudian sambil ditanya

dan sambil memijat tangannya kemudian sambil membacakan ayat ruqyah

tersebut. Setelah pasien di bacakan ruqyah tersebut kemudian di dudukkan

ke bangku panjang untuk kemudian sambil tiduran terlentang maka terapis

memijat ujung syaraf jari-jari kaki pasien dengan menggunakan alat bantu pijit

yaitu berupa kayu sambil membacakan ayat ruqyah yang dilakukan terapis.

Setelah melakukan hal tersebut maka pasien diberikan terapi berikutnya yaitu

sambil memukul-mukul punggung daripada pasien yang bersangkutan

dengan kedua tangannya sambil mengucap kalimat “Ukhruj ya ‘Aduwallah”

hal tersebut dilakukan terapis sebanyak tiga kali pukulan.

5. Kemudian pasien di berikan terapi yang lain berupa beckham (tekhnik


(39)

melenturkan syaraf-syaraf yang tegang, melancarkan peredaran darah

dan menetralisir zat-zat yang dibutuhkan dalam darah, seperti

kolesterol dsb. Untuk terapi dilakukan pada ruangan lain bekham

adalah terapi yang terakhir sebelum pasien diberikan obat

6. Kemudian terakhir terapis memberikan satu resep atau obat yang

digunakan dalam obat tersebut adalah madu dan herba serta

habbatusawda yang fungsinya sebagai membantu fungsi metabolisme

tubuh dari pasien yang bersangkutan.

4.2 Identitas Responden Penelitian

Dalam memilih dan menetapkan pasien yang akan dijadikan sebagai

responden peneliti dibantu oleh wakil ketua umum Bengkel Rohani bapak

Oke. Berdasarkan yang telah penulis tetapkan sebelumnya, terpilih tiga

responden yang dapat mewakili pasien yang berada di Bengkel Rohani

terutama pasien yang termasuk kesurupan, jenis kelamin dua orang

perempuan dan satu orang laki-laki.

Usia responden berkisar antara 20 – 30 tahun. Dalam wawancara tersebut

status dari pasien yang diwawancarai adalah dua orang perempuan yang

belum menikah dan satu orang laki-laki yang sudah menikah dan belum

lama dia menikah saat diwawancara. Nama dari responden sengaja penulis


(40)

menjaga kode etik. Komposisi responden atau pasien adalah berdasarkan

seperti yang ada dalam Tabel 4.1.

Pada dasarnya penulis tidak mendapatkan kesulitan saat meminta ketiga

pasien yang berada di Bengkel Ruhani untuk kesediaannya menjadi

responden dalam penelitian ini. Tetapi pada awalnya ada salah satu pasien

yang menutup diri saat proses wawancara berlangsung, dengan memberikan

pengertian pentingnya penelitian ini akhirnya pasien tersebut bersedia dan

sangat kooperatif saat proses wawancara berlangsung.

Adapun wawancara tersebut penulis lakukan pada dua tempat, yang pertama

di lakukan di mushola (tempat untuk melakukan sholat bersama para

karyawan) dan yang kedua adalah di tempat Bengkel Rohani Jakarta.

Tempat untuk wawancara ditentukan oleh penulis dengan persetujuan

responden.

Tabel 4.1

Identitas Subyek Penelitian

No Subjek

Nama Usia (thn) Pendidikan Status Perkawinan

Pekerjaan

1 Dina 26 S1 Belum Menikah

Pendidik

2 Mitha 27 SMEA Belum Menikah

Administrasi Lembaga swasta 3 Bayu 24 S1 Manajemen Sudah

Menikah


(41)

Selain faktor usia yang sudah termasuk dewasa, jika dilihat dari tabel diatas

latar belakang subjek minimal SLTA atau sederajat. Perbandingan

responden dalam penelitian ini antara SLTA dan Strata 1 (S1) adalah 1:2.

Sebagai seorang sarjana dapat memberikan pertimbangan yang lain dari

penelitian ini. Syarat yang paling penting untuk memenuhi kriteria validitas

responden adalah latar belakang subyek membuktikan sejauh mana kualitas

dan validitas dari hasil wawancara responden tersebut. Dalam menetapkan

pemilihan responden, penulis mempertimbangkan syarat pendidikan sebagai

salah satu syarat paling penting guna menilai kelayakan dari kesesuian kasus

yang ada pada individu untuk mendukung hasil dari penelitian ini.

4.3 Analisa Individual Subyek

4.3.1 Responden 1 (Dina) a. Gambaran Umum

Dina adalah anak ke empat dari enam bersaudara, berasal dari kota Jakarta.

Dina merupakan karyawan Bengkel Ruhani Jakarta, sebelumnya Dina

berprofesi sebagai pengajar dan pembimbing Taman Kanak-kanak, serta

pengajar privat di beberapa tempat di Jakarta. Dina mempunyai bentuk muka

oval, berkulit hitam manis, dan memiliki postur tubuh yang sedang, agak

langsing dengan tinggi badan kira-kira 165 cm dan berat kira-kira 50 Kg.


(42)

tempat sholat karyawan di kantor tersebut yang berlokasi di kabupaten

Tangerang.

Saat wawancara, responden agak pendiam namun dengan bertutur sopan

dan suara yang agak pelan responden tampak sedikit tegang. Pada saat

wawancara, responden memakai kerudung berwarna abu-abu, baju

berwarna cerah, bercorak bunga-bunga kecil dan memakai sepatu yang

bertali. Gangguan yang dihadapi peneliti dalam proses wawancara tersebut

adalah kehadiran dari karyawan lain untuk melakukan ibadah baik sunnah

maupun wajib dikantornya namun hal tersebut dapat diatasi peneliti sehingga

wawancara dapat berjalan dengan lancar.

Dari keterangan yang disampaikan oleh Dina dia sudah terganggu kesurupan

tersebut sudah cukup lama lebih dari tujuh tahun namun bingung untuk

mencari terapi dan tempat yang cocok untuk menyembuhkannya, hal yang

paling mengganggu adalah dia sering merasa cemas yang berlebihan,

ketakutan dan putus asa dalam menghadapi kehidupan ini.

b. Gambaran Terapi Ruqyah

Dina pertama kali mengenal terapi ruqyah di Bengkel Rohani dari salah satu

siaran radio yang berada di daerah Bekasi radio Dakta, menurutnya terapi


(43)

“Pertama kali saya mengenal pengobatan dengan metode ruqyah yaitu melalui radio Dakta Bekasi, ketika itu radio tersebut sedang

membahas tentang gangguan jin yang dipandu oleh ustadz muda yang bernama ustadz Abu Aqila. Tema tersebut sesuai dengan masalah yang sedang saya hadapi saat itu.”

Menurut Dina setelah melakukan metode terapi ruqyah yang dilakukan Abu

Aqila selama kurang lebih sepuluh kali terapi ruqyah tersebut dapat

memberikan satu ketenangan dalam jiwanya, berbeda ketika Dina berobat

dengan cara yang lain yang pernah ia jalani apalagi ke dukun yang tidak ada

kejelasan dan hanya dikasih mantera-mantera tapi gangguan yang dirasa

masih ada dan bahkan menjadi lebih dahsyat sehingga terapi tersebut bukan

menjadi solusi untuk penyembuhan.

“Kenapa saya memilih ruqyah sebagai metode terapi terhadap masalah yang sedang saya hadapi saat itu, karena pada awalnya saya senang dengan penjelasan dari ustazd Abu tentang proses pengobatan

melalui metode ruqyah ini. Alhamdulillah ustadz Abu langsung yang memberikan terapi ruqyah pada saya. Kurang lebih saya menjalani terapi ruqyah sebanyak sepuluh kali dan saya sudah mengalami manfaat dari ruqyah tersebut. Dibandingkan ketika sebelumnya saya berobat ke beberapa kiyai, hampir semua kiyai mendiaknosa saya mempunyai khodam dan ketika mengikuti proses pengobatan bukannya saya sembuh tetapi saya merasakan gangguan tersebut semakin dasyat. Allahmdulillah ketika saya menjalani proses terapi ruqyah saya merasakan ketenangan dan kebebasan dari khodamnya.”

Dengan rasa yakin yang mendalam terhadap metode pengobatan yang

diberikan oleh Bengkel Rohani akhirnya Dina dapat merasakan efek positif

terhadap terapi yang dijalaninnya. Gangguan-gangguan yang selama ini


(44)

kuat atas metode ruqyah yang sedang dijalaninya untuk menyembuhkan

gangguan-ganggauan mahluk halus yang dirasakannya selama ini, Dina

dianjurkan untuk memperbanyak puasa sunah, seperti puasa senin-kamis,

puasa Nabi Daud dan sebagainya.

“ Saat ini gangguan yang dulu saya alami sudah jarang sekali saya alami kembali, tetapi terkadang masih saya alami ketika saya sedang mengerjakan sholat. Rasa sakit yang saya alami dulu sudah hilang mungkin rasa sakit itu dinetralisir oleh puasa Daud yang saya jalani. Karena dengan keyakinan yang tinggi akan terapi ini perubahan dan kesembuhan yang saya harapkan tercapai. Selain menjalani ruqyah, di Bengel Ruhani ini saya juga belajar tentang SSQ (Spiritual Science Quetiont) manfaat yang saya rasakan sekarang ini saya dapat menguasai terapi ruqyah untuk diri sendiri.”

Menurutnya bahwa terapi di Bengkel Rohani adalah hal yang baru dan yakin

kepada Allah bahwa secara Islami atau secara syariat dapat menumbuhkan

rasa akan kebesaran Allah. Dina mengakui bahwa dengan usaha

penyembuhan yang sudah ia lakukan sebelumnya adalah sia-sia saja karena

pada saat itu ia berkeyakinan dan terus bergantung pada sesuatu selain Allah,

meski dengan dzikir tapi tidak ada aturan jelas dan kurang dipahami maksud

dan artinya. Setelah berobat ke bengkel rohani, kini didalam diri Dina timbul

keberanian dan tidak sungkan untuk bersosialisasi kembali dengan teman.

“Dalam melakukan sesuatu saya dapat memohon perlidungan sesuatu. Lurus dan bersihnya Aqidah Mentalitas yang berani, tindakan

menanggulangi benar dan hal-hal yang sifat klenik, masalah aqidah ketika masih gangguan. Jadi gini, setiap saya berobat saya dikasih amalan dan saya masih dapat membawa jimat karena saya percaya dengan jimat-jimat tersebut ya udah kemanapun saya bawa jimat itu dan masih ketergantungan dan percaya dan ketergantungan tasbih


(45)

dan kain. Jadi gini, kalau saya gak bisa tidur, kalau gak bisa tidur dzikir jadi saya punya tasbih dan kain khusus akhirnya saya punya

ketergantungan pada benda tersebut kalau gak ada tasbih dan kain tersebut saya gak bisa tidur, dan dari kiyai sebenarnya masih banyak ngasih benda. Setelah ke Bengkel Rohani saya jadi makin mantap dan lebih yakin kepada Allah bahwa apapun yang Allah kasih yang Allah beri mulai hari ini itu adalah hal terbaik buat saya. Keberanian

mentalitas berani itu sebelumnya saya takut dan tidak berani disitu kadang waktu itu saya ada perlawanan sedikit, jadi biasanya dulu saya kemana-mana bawa teman, dan setelah di terapi ruqyah sekarang keman-mana jadi berani.

c. Empat Unsur Dalam Ruqyah

Dalam menjalani aktifitas kehidupan sehari-hari dengan kondisi apapun Dina

berusaha selalu memohon perlindungan pada Allah, kondisi tersebutlah yang

membawa Dina pada suatu ketenangan, kenyamanan serta percaya diri

dalam menjalani hidup.

“ Ketika saya melakukan sesuatu saat ini saya selalu minta perlindungan kepada sang Maha Pelindung yaitu Allah SWT.

Memohon perlindungan dan pasrah kepada Allah saya lakukan ketika pada kondisi apapun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan sikap demikian Alhamdulillah saya merasakan ketenangan, kenyamanan dan percaya diri. Ketakutan yang selama ini saya alami sedikit demi sedikit hilang dan kondisi tersebut tentunya yang saya harapkan selama ini.”

Saat yang paling penting dirasakan bagi Dina adalah saat Dina mengalami

adanya sesuatu yang berbeda, ia segera ingat pada yang menciptakan-Nya

atas segala yang ia rasakan. Menurutnya, kegoncangan jiwa akan terjadi

pada siapapun, dimanapun dan kapanpun. Dan saat seperti itulah yang tepat

bagi Dina untuk segera semaksimal mungkin memohon perlindungan dan


(46)

“Kalau saya dilanda kegoncangan jiwa dan mengalami keanehan pada diri saya, saya selalu mohon perlindungan dan hal itu merupakan hal yang sangat penting sekali bagi saya. Jadi ee….ee…..jujur saja

setelah saya melakukan itu permohonan dan terjadi gitu menurut saya sangat penting karena lebih baik. Permohonan pembacaan melalui ruqyah yang dibacakan baik oleh saya dan oleh yang memberikan terapi adalah sangat memberikan agak sedikit tenang dan sebenarnya yaitu cara saya yang bagaimana dapat mengelola hati dengan baik cara yang baik”.

Pada dasarnya setiap penyakit ada obatnya, dan setiap obat sudah ada

petunjuk yang diberikan baik oleh para ahli maupun dari yang lainnya.

Menurut Dina jika memang ada satu gangguan atau penyakit yang diderita

maka hendaknya selain berusaha untuk meminta dan memohon kesembuhan

agar dijauhkan dari gangguan atau penyakit, juga dengan cara berobat

kepada yang ahli. Pada umumnya, banyak manusia yang kurang

memperhatikan tentang keadaan dirinya baik sakit yang bersifat medis atau

non medis. Setelah berusaha semaksimal mungkin maka manusia juga harus

bertawakal. Dan tawakal yang dilakukan Dina selama pengobatan, ia

memohon kesembuhan dari yang Maha Pemberi kesembuhan pada waktu-

waktu tertentu dan waktu yang mustajab.

“Ketika saya memohon untuk diberikan kesembuhan dari sang Maha Penyembuh lebih enak sih....biasanya saya setiap hari dan lebih-lebih pada waktu-waktu yang mustajab dan lebih diterima”.

Pada dasarnya, semua usaha yang dilakukan dan berlandaskan syariat atau

berdasarkan al-Quran dan sunnah akan lebih terasa dan lebih aman apalagi


(47)

diungkapkan Dina, dengan pengobatan metode ruqyah yang dijalaninya, Dina

menjadi tidak ragu lagi karena pengobatan tersebut dijalankan secara islami

yang bersumber dari apa yang diajarkan oleh Nabi dan sesuai dengan al-

Quran. Terapi ruqyah yang dirasakannya baik oleh terapis ataupun oleh

dirinya sendiri membuatnya merasa enteng badannya dan terasa segar. Hal

ini dialaminya karena bukan hanya sebagai penyembuh saja dari apa yang

dirasakannya tapi juga sebagai dasar dalam menjalankan keyakinan (aqidah)

yang lebih baik lagi.

“Dalam permohonan penyembuhan dari penyakit kesurupan yang saya alami dan perasaan saya dapat terasa tenang dan nyaman terus

apalagi badan yang saya rasakan terasa segar dan ringan sekali enteng gitu .Ruqyah yang sudah secara syar’i apalagi saya sangat yakin dan bahwa Allah akan memberikan kesembuhan melalui ruqyah tersebut dan selama saya melakukan ruqyah yang saya lakukan baik diterapi atau terapi sendiri dan tentunya sesuai dengan yang diajarkan Nabi”

Walau bagaimanapun juga dan apapun yang terjadi, Dina tetap berfikir positif

dengan semangat dan sepenuhnya diserahkan padaNya. Rasa dan berfikir

positif itu nampak dari perkataannya bahwa seandainya gangguan yang

dirasakan belum sembuh total Dina tetap akan berprasangka baik pada Allah

SWT, bahwa apapun yang diberikan kepadanya terdapat Hikmah yang besar

bila kita mengimaninya.

“Saya rasa mungkin belum waktunya dan harus minta terus tetap saya harus lebih berusaha lagi untuk berbuat baik atau husnudzon pada Allah mungkin juga ada rahasia yang lain yang belum dapat diketahui


(48)

ujungnya dan apakah ada rahasia dari Allah adalah saya harus tetap berusaha lagi”.

Menurutnya ketika mengucapkan kalimah dzikir, Dina merasakan bahwa ada

hal yang dirasa berbeda baginya dan merupakan hal yang sangat berbeda

ketika melakukan bacaan dzikir yang sesuai dengan aturan, yaitu bukan

dzikir yang menambah kekuatan lain ataupun keanehan, tetapi dzikir yang

sesuai anjuran Nabi. Dzikir yang dibacakannya juga merupakan satu

penghalang atau tameng agar Ia tidak terlalu terganggu dengan gangguan

dari luar.

“Ketika dzikir saya dibacakan dzikir yang bersifat dan ada hal yang dibolehkannya maka saya ada perasaan gimana rasa tenang itu ada dan apalagi kalau dzikir itu sering dibaca sebagai tameng buat saya akan lebih nyaman untuk saya”.

Walaupun dzikir yang dimiliki oleh Dina tidak terlalu banyak namun dapat

memberikan satu semangat untuk melakukan hal tersebut karena sesuai

dengan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw ataupun sesuai dengan hadits.

Jika dibandingkan dengan dzikir-dzikir yang dulu bacaannya banyak dan

dapat dilakukan berjam-jam tanpa rasa lelah dan dirasa hal tersebut saat ini

bukan memberikan solusi tapi sebaliknya.

“ Tidak banyak bacaan dzikir yang saya lakukan pada saat ini, tentunya bacaan dzikir itu sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah. Biasanya saya membaca dzikir al-ma’tsurat dan doa-doa masyhur lainnya. Kondisi tersebut berbeda ketika saya menjalani terapi bukan dengan metode ruqyah, saya diberikan dzikir yang sangat banyak dan tidak sesuai dengan syar’i. Biasanya dzikir-dzikir itu dibaca sesudah


(49)

menjalani shalat. Saya bisa berjam-jam membaca dzikir-dzikir yang diberikan sebagai syarat kesembuhan gangguan yang saya alami.”

Dengan pengalaman dan perbandingan yang dirasa tersebut, Dina mulai

sadar bahwa dzikir yang dilakukannya sekarang adalah al-ma’tsurat dzikir

yang sesuai dengan ajaran Nabi. Dalam sehari Dina membutuhkan waktu

untuk membaca dzikir tersebut, kurang lebih antara 10-15 menit. Dan yang

paling penting didahulukan adalah dzikir yang dia hafal dan lebih dapat

dipahami artinya sehingga dapat menimbulkan keyakinan.

“Dalam waktu sehari kadang teragantung dzikirnya yah… kalau dzikir yang sudah saya hafal bacanya lebih cepat tapi kalau rata-rata dzikir yang saya baca antara 10 sampai dengan 15 menit”.

Menurut Dina, jika terjadi gangguan, ia langsung ingat yang harus

dilakukannya adalah membaca al-Qur’an walaupun kondisi itu dirasakan

antara sadar dan tidak sampai gangguan tersebut dapat dihentikan. Jika

dihubungkan dengan hal tersebut, Dina yakin bahwa bacaan al-Quran adalah

ayat yang masyhur untuk orang yang terkena kesurupan, al-Quran

merupakan petunjuk yang memberikan hal yang positif untuk mengobati

orang yang terkena gangguan tersebut karena al-Quran juga sebagai obat

yang manjur. Sementara untuk hadits yang dibaca oleh Dina adalah doa-doa

yang pendek dalam hadits dan mudah dipahami olehnya yang terlebih dahulu

diseleksi agar manfaat dan terapi yang dipakai dapat memberikan efek positif


(50)

baik yaitu memilih dan mencari hadits yang shahih secara riwayat dan jelas

sanad juga matannya

“Ketika saya mengalami kesurupan saya berusaha untuk membaca ayat-ayat al-Qur’an yang diajarkan untuk mengurangi dan

menghilangkan gangguan dari luar tersebut, tapi terkadang saya tidak ingat apa-apa dalam kondisi tersebut. Ayat-ayat yang saya ingat saja yang biasanya spontan saya baca.”

Al-Quran adalah kitab suci ummat Islam, jadi seharusnya mereka memahami

dan mengerti tentang kandungan, fungsi dan makna dari al-Quran itu sendiri.

Menurut Dina ummat Islam harus mengembalikan dan memfungsikan

kembali al-Quran, karena al-Qur’an merupakan sumber petunjuk dalam

menjalani hidup termasuk bagaimana kita dapat mengobati gangguan dari

alam ghaib. Sehingga semakin dapat menimbulkan keyakinan yang kuat

terhadap makna ayat-ayatNya dan begitu juga dengan hadits. Hal tersebut

dapat memberikan pengaruh yang positif walaupun pada akhirnya

dikembalikan secara utuh pada niat dari individu itu sendiri. Dan untuk lebih

meyakinkan lagi menurut Dina hal tersebut dirasakan oleh individu bukan

beberapa jam saja mungkin lebih dari satu hari terutama bagi yang

mengalami gangguan adalah hal yang paling signifikan.

“Dan pengaruh itu sebenarnya al-Quran kan inti ajaran buat manusia sebagai kitab suci jadi memang harusnya dimengerti oleh ummat Islam itu sendiri, jadi kalau saya hanya dapat memahami, bisa artinya atau paham dan ketika dibacapun semakin membuat saya agak tenang gitu karena apapun yang dibaca sebenarnya tergantung diri kita sendiri yakin apa nggak. Memang sebenarnya semua dapat memberikan efek


(51)

yang positif buat saya dan pengaruh hadits dan al-Qur’an tidak langsung banget tergantung keyakinan dan proses itu sendiri tidak langsung cepat banget kadang memang sampai bener-bener terasa lebih dari satu hari dalam setiap membacanya”.

a. Kesurupan

Kesurupan yang dialami oleh Dina memang cukup lama, keadaan tersebut

dialaminya ketika Dina masih duduk dibangku sekolah ketika SMA dulu dan

keadaan itu tidak dirasakan setiap hari ataupun mengganggu. Gangguan

tersebut kadang-kadang terjadi saja dan terus berkelanjutan pada waktu-

waktu tertentu .Dari penjelasan orang pintar, menurut orang tua Dina, Dina

hanya dibalurin air pada tubuhnya dengan bacaan tertentu kemudian

gangguan tersebut langsung hilang. Bacaan-bacaan yang dibacakan orang

tuanya memang bacaan yang diberikan oleh orang yang pintar yang

metodenya belum tentu sesuai dengan yang dilakukan oleh para rasul

sebelumnya.

“ Rasa sakit yang saya rasakan udah lama jadi mulai kesurupannya dari kelas 3 SMA, jadi gini kalau saya sakit, sama orang tua saya cuma dibalurin dengan air doang dan dibaca-bacain dan otomatis hilang”.

Menurut Dina, yang merasuki dia hingga kesurupan adalah Jin Nasrani, hal

ini dia ungkapkan setelah dia mendapat penjelasan berobat pada Abu Aqila

yaitu pada Bengkel Rohani. Kesurupan tersebut awalnya khodam sebelum

berobat pada Bengkel Rohani.

“Kalau penjelasan ustadz itu kena sihir misionaris, Jin itu adalah jin Nasrani, ketika saya berobat ke selain Bengkel Rohani saya kena


(52)

khodam dan lama saya gak berobat, saya terkena sihir nasrani itu setelah ke Bengkel Ruhani kata ustadz itu sihir Nasrani, awalnya khodam kemudian sihir nasrani”.

Keadaan yang tidak stabil membuat Dina mengalami keadaan yang negatif

sehingga pikirannya seakan melayang dan tidak tenang. Hal inilah yang

dialami ketika kondisi yang kurang stabil dapat memungkinkan berbagai

pengaruh psikis pada Dina. Pikiran yang tidak menentu dapat mengakibatkan

kemungkinan untuk berbuat yang tidak dapat diperhitungkan dan bisa

mengakibatkan fatal. Memang kejadian tersebut sering terjadi ketika waktu

malam hari.

“Pikiran saya jadi melayang mungkin kejadiannya itu memang dari malam dalam kondisi yang tidak stabil kemudian dari emosi yang tidak stabil “.

Keadaan berbeda yang juga dialami oleh Dina adalah merasakan adanya

masa atau beban di punggungnya seolah-olah dia merasakan ada sesuatu

dibelakangnya seperti benda dan terasa menempel dibadan bagian belakang.

Kesakitan juga dirasakan dibagian kepalanya seolah-olah ada yang memukul

dan rasa nyeri yang tak dapat tertahankan, sehingga sering membuat badan

Dina panas dan demam serta mengakibatkan pikiran pun jadi tak menentu,

emosi yang tak t erkontrol terkadang seperti melayang-layang. Kesakitan

yang dialaminya itu dirasakannya secara sadar sehingga Dina merasa tak


(53)

“Ketika masa kesurupan itu sakit badan, punggung berat, kepala sakit kayak ada yang mukulin kadang saya merasa menggendong sesuatu seakan-akan ada masa berat tertentu yang menempel kemudian badan panas kadang tiba-tiba merinding dan perasaan pikiran saya melayang seperti angin dan lagi merasa sakit itu saya sadar”.

Sakit yang dirasakan oleh Dina memang cukup lama dan terus mengganggu

keadaan sehari-harinya. Selain mendapat terapi dari Bengkel Rohani Dina

juga menterapi dirinya sendiri dengan bacaan yang diberikan oleh terapis dari

Bengkel Rohani. Saat terapi berlangsung memang ada seuatu yang aneh

rasa sakit yang dialami oleh Dina di bagian tubuhnya tertentu berpindah-

pindah. Keadaan tersebut tentunya sangat mengganggu aktivitas sehari-hari

Dina. Ketika bagian tertentu dipijat pada bagian tubuh yang sakit itu

kemudian berpindah ke tempat yang lain, namun bacaan ruqyah yang

diberikannya dari terapi tidak membuat Dina putus asa.

“Jadi sakitnya itu pindah-pindah jadi kita pijit disini sakit dia pindah lagi kayak ngeledekin”.

Menurutnya kondisi trans kesurupan yang paling puncak adalah ketika

kondisi yang tidak stabil, sehingga mengakibatkan diri tidak terkontrol dan

tidak dapat dikendalikan. Hal tersebut berubah drastis dari keadaan normal.

Kondisi demikian dialami Dina ketika terapi dilakukan oleh Ustadz Abu

sehingga mengakibatkan amukan yang dahsyat, dari kondisi yang biasa

menjadi amukan yang menyeramkan dan menyerupai berbagai gerakan


(54)

berlipat ganda sehingga amukan yang dahsyat tersebut dapat membuat Dina

seperti orang kalap dan membanting apapun yang ada disekelilingnya.

Perasaan yang tidak sadar dan tidak stabil itu terus bereaksi dan berwujud

dalam keadaan seperti seekor macan yang buas menyerang setiap yang ada

disekelilingnya. Reaksi bacaan ruqyah dari terapis dapat mengakibatkan Jin

yang berada dalam tubuhnya bereaksi dan dapat mengubah keadaan yang

biasa menjadi keadaan yang tidak biasa dirasa oleh Dina. Hal tersebut

dialaminya secara tidak sadar. Kesadaran hilang ketika interaksi gangguan

tersebut bereaksi dan terjadi goncangan yang tinggi terhadap Dina. Dina

dapat mengetahui keadaan yang aneh tersebut dari cerita dan penjelasan

yang gamblang dari terapis. Terapis juga mengatakan bahwa keadaan yang

dialaminya adalah wajar ketika individu mengalami kesurupan dan menjalani

terapi, sehingga Jin yang ada didalamnya mengamuk.

“Ketika kesurupan kadang kalau saya kesurupan saya gak sadar saya tahu ketika orang yang mengobati saya cerita, kalau emosi tidak stabil khodam tadi bentuknya berubah seperti macan langsung nyerang pokoknya saya merusak apa yang ada disekelilingnya dan saya dipegang berapapun mereka tidak kuat”.

Keadaan tidak sadar dalam kondisi kesurupan dapat mengakibatkan fatal

atau mengakibatkan efek yang negatif bagi orang lain baik keluarga, teman

ataupun bagi dirinya sendiri karena aksi atau apa yang dilakukan ketika Dina

kesurupan adalah hal yang tidak wajar dan berada dalam kondisi yang tidak


(55)

“Bentuk kesurupannya itu yang bersifat merusak memukul orang dan memukul barang yang ada di sekitar”

Kejadian yang dialami Dina pernah terjadi juga pada saudara laki-laki Dina.

Namun kejadian yang dialami sepupunya itu tidak terlalu parah, sehingga

kesurupannya dapat dikendalikan dan tidak terlalu mengganggu bahkan

dapat dikendalikan sehingga kalau terjadi hal yang lain dia dapat

mengatasinya.

“Ada dari anggota yang lain sepupu saya laki-laki karena fisiknya lebih kuat dia terkena khodam tapi khodamnya itu dapat dikendalikan sama dia”

Gejala yang timbul akibat kesurupan menurutnya adalah berawal dari emosi

yang tidak stabil atau kurang tenang sehingga mengakibatkan kejadian yang

dilakukannya diluar kesadaran sehingga Dina melakukan sesuatu yang tidak

terkontrol dan bersifat kontradiktif. Gejala ini semakin parah jika terus

berkelanjutan dan tidak ada penanganan yang tepat akan semakin buruk

terhadap diri Dina dan semakin lama akan semakin bertambah berat.

“Gejala yang timbul ketika kesurupan merusak barang yang ada

disekitar, emosi yang tidak stabil dan kurang tenang sulit dikendalikan”.

Menurutnya ruqyah atau terapi yang diberikan oleh usatdz pada Bengkel

Rohani adalah sesuatu yang sangat membantu masalah atau gangguan yang

dialaminya. Selain terapi yang diberikan juga tidak lupa terapis memberikan

arahan yang positif dan solusi yang tepat. Dina memandang hal ini adalah


(56)

dirasa sangat memberatkan. Dina merasakan adanya pengurangan jumlah

gangguan yang dialami setelah mengikuti beberapa kali terapi yang

dijalaninya. Jika dikalkulasikan terapi yang dilakukan oleh Dina adalah lebih

dari sepuluh kali terapi dengan jangka waktu tertentu. Keberhasilan dari

pengobatan terapi metode tersebut adalah bergantung pada tekhnis

pengobatan yang dilakukan secara syariah sehingga menimbulkan efek

positif terhadap gangguannya. Tingkat kesembuhan yang dirasakannya

setelah pekan yang kesepuluh yaitu terasa ringan dan dapat berfikir positif,

serta kegoncangan jiwa yang dialaminya sudah mulai hilang dan terapi itu

juga harus diimbangi dengan terapi dari diri sendiri.

“Menurut saya terapi ruqyah memberikan solusi buat saya, saya diterapi seminggu sekali. Kemajuan yang dialami sangat bervariatif terkadang tidak ada perlawanan dalam terapi tapi tidak sedikit pula perlawanan itu hadir kembali dalam proses terapi. Setelah sepuluh kali mengadakan terapi badan saya merasa ringan dan saya bisa lebih berfikir positif”.

Terapi yang diberikan Bengkel Ruhani bukan sekedar terapi ruqyah yang

bertujuan untuk menghilangkan gangguan makhluk halus dengan gejala

kesurupan saja akan tetapi terapi yang diberikan bertujuan pula untuk

memotivasi dan membentuk perkembangan kejiwaan sehingga pasien yang

datang mempunyai motivasi baru dalam menyikapi hidup dan lebih tangguh


(57)

“Ketika ustadz memberikan terapi, ustadz memberikan terapi mental dan masukan nasehat. Sekarang setelah diterapi hidup lebih

bermanfaat berbeda dengan dulu hidup penuh putus asa”

d.1. Gejala waktu tidur

Dina bercerita ia mengalami mimpi pertama kali dan terjadi keanehan dalam

mimpi tersebut. Dalam mimpi tersebut terjadi sesuatu yang sangat

menakutkan dan sering didatangi binatang buas yang menyeramkan. Kadang

mimpinya sering dikawal oleh harimau dan seolah-olah dikerumunin oleh

orang banyak kemudian oleh harimau itu diminta duduk, juga mimpinya

pernah digigit oleh anjing dan kadang dililit ular.. Mimpi itu dirasakan sangat

berbeda dengan mimpi biasanya karena setelah mimpi tersebut keesokan

harinya badan Dina terasa panas dan langsung sakit. Mimpi itu sering datang

dan memang sangat aneh, membuat Dina melakukan hal lain untuk mencari

tahu tentang mimpi tersebut dan sempat merasa sangat kebingungan. Mimpi-

mimpi binatang buas itu sangat berpengaruh terhadap keadaan Dina dan bila

bermimpi dililit ular, esok harinya Dina langsung berobat ke dokter. Hal ini

sering terjadi saat Dina belum melakukan terapi dengan ustadz pada Bengkel

Rohani.

“Setelah mimpi pertama kali, jadi mimpi-mimpi itu datang sebelum saya ke ustadz. kalau mimpi-mimpi tersebut pasti besoknya sakit entah itu kesurupan atau apa”.

“Mimpi saya sering aneh dan menakutkan kadang saya mimpi dikawal sama harimau seakan-akan saya dikerumunin semua orang dan kemudian tiba-tiba saya diselamatkan oleh harimau tiba-tiba disuruh


(58)

duduk, kadang saya mimpi digigit anjing atau dibelit ular, kalau mimpi habis dibelit ular saya berobat”.

Rasa sakit yang dialami oleh Dina sangat sering terjadi ketika masih dalam

gangguan jin tersebut, kemudian keadaan yang membuat Dina menderita

dalam kesehariannya adalah Dina merasakan sangat sulit untuk

memejamkan mata pada waktu malam hari (susah tidur). Ketika akan

memejamkan mata pada malam hari, dalam diri Dina selalu muncul

kekhawatiran yang mendalam dan selalu muncul takut tidak akan bangun lagi

pada keesokan harinya seolah akan wafat (meninggal). Paradigma ini selalu

muncul dan sangat mengganggu keadaan psikis Dina yang menurutnya

ketika meninggal bagaimana nanti di alam kubur.

“Waktu saya masih sakit saya susah tidur kalu saya tidur saya merasa besok tuh tidak bakal bangun lagi takutnya gak bisa bangun muncul paradigma sendiri nanti saya tuh bagaimana dialam kubur”.

Bengkel Rohani yang di pilih Dina melakukan terapi yang sangat membantu

mengatasi gangguan yang dialaminya. Sewaktu masih mengalami kesurupan

sangat sulit bagi Dina untuk tidur dan walaupun dapat tidur ia sering

terbangun sehingga sangat mengganggu dari sisi kesehatan karena waktu

tidurnya sangat sebentar atau sebelum subuh sering terbangun dan susah

sekali untuk tidur pulas kalaupun bisa harus bersusah payah terlebih dahulu.

Di bengkel rohani tersebut, selain mendapat terapi untuk menghilangkan


(59)

dan hasilnya dapat dirasakan langsung oleh Dina sehingga gejala susah tidur

yang dialaminya berangsur-angsur hilang.

“Sebelum subuh udah bisa bangun. Untuk tidur pulas dalam kondisi susah payah.Setelah diterapi tidur ya langsung aja tidur”.

Menurutnya mimpi yang dialaminya sangat mengganggu dan menakutkan,

jika dalam kondisi yang tenang atau stabil Dina mimpi dinasehatin oleh

seorang kakek-kakek, namun jika dalam kondisi yang labil maka sangat

menyeramkan kadang dikejar-kejar binatang buas atau dililit oleh ular. Rasa

cemas yang dialami oleh Dina sangat kuat sehingga menyebabkan ketakutan

yang tinggi, namun menurut Dina keadaan itu akan muncul dalam bentuk

khodam yang peluangnya masih sangat mungkin jika tidak dijaga. Gambaran

yang kuat dari ketakutan yang dialami oleh Dina adalah ketika Dina sering

mimpi dan tidak bisa menafsirkan mimpi tersebut dan mimpi tersebut

cenderung membuat Dina cemas dan ketakutan seperti ingin keluar rumah

tanpa tujuan kemudian kembali lagi, kadang takut tidak sampai, takut tidak

bisa bertemu dengan orang-orang yang dicintainya lagi dan yang lebih

mengerikan takut akan menghadapi kematian yang terus menghantui.

“Dalam kondisi tenang ada kakek-kakek yang nasehatin, dalam kondisi emosional kadang dikejar-kejar binatang buas, dibelit ular dan

sebagainya. Hampir tiap hari itu saya mengalami kecemasan tiada hari tanpa cemas, tingkat kesembuhan 90% memang masih ada peluang dari khodam itu untuk datang, bentuk cemasnya itu adalah ketakutan yang kuat dan agak kurang mengerti abstrak kaya ingin keluar rumah terus balik lagi banyak timbul pertanyaan, kadang takut gak sampai, takut gak ketemu, takut gak pulang lagi, takut gak ketemu orang tua lagi, yang lebih sering sekali adalah takut mati.”


(60)

Hampir setiap malam ketika tidur sering terbangun dan merasakan sesuatu

yang kurang wajar, tentunya bangun tengah malam dengan kondisi yang labil

mengakibatkan kondisi fisik yang lemah. Terbangun tengah malam dalam

kondisi tertekan dan susah untuk berteriak meminta tolong tidak bisa keluar

suara, badan terasa dihimpit sesuatu dan sering disebut orang sunda dengan

sebutan ereup – eureup. Namun kejadian yang mengganggu tersebut pelan-

pelan hilang dengan terapi ruqyah yang diberikan oleh Ustadz yang ada di

Bengkel Rohani tersebut. Dengan terus menterapi diri selain pengobatan

yang diberikan oleh ustadz maka khodam tersebut kembali datang kalau

dalam keadaan futur (aktifitas beribadah berkurang).

“Ketika masa sakit saya sering bangun malam dan kalau kata orang sunda itu eureup..eureup..dan kejadian itu hampir tiap malam. Dan sekarang tenang-tenang aja. Khodam itu datang kalau kita agak futur”

Ketika Dina tidur sering sekali mimpi menyeramkan, mimpi-mimpi itu masih

berkaitan dan tingkat keseraman yang dirasakan olehnya. Dari rangkaian

mimpi-mimpi mengerikan dan menyeramkan tersebut timbulah rasa takut

yang mendalam dan sampai terjadi satu reaksi yang lebih kuat sehingga Dina

merasakan bahwa ketika berada di tempat tidurnya dia merasakan seperti

sedang berlari di atas tempat tidurnya. Dan yang terlebih lagi bahwa Dina

kadang menjerit karena tingkat ketakutan yang mendalam. Ketakutan yang

berulang-ulang yang sering dialami Dina sangat berpengaruh terhadap


(61)

“Saya sering mimpi yang menyeramkan, reaksi yang terjadi ketika mimpi menyeramkan pas kita datang mimpi saya ketakutan kadang menjerit kadang merasa ditempat tidur itu merasa berlari”

Bentuk mimpi yang dialami oleh Dina sangat beragam sehingga banyak hal

yang dapat mempengaruhi keseharian dan ativitasnya. Mimpi yang paling

sering menurut Dina adalah mimpi bertemu dengan binatang buas seperti,

anjing, monyet, ayam yang berwarna hitam, dan ular. Kadang mimpi yang

dialami Dina yaitu mimpi berada di tengah kuburan. Di samping itu juga, Dina

pernah mimpi melihat suatu jalan yang mengerikan, naik turun. Mimpi yang

dialami oleh Dina tersebut terjadi ketika masih kesurupan dan tingkat

kesembuhannya belum begitu baik. Namun setelah beberapa kali diterapi di

Bengkel Rohani, mimpi tersebut jarang datang walau pada awal terapi masih

mengalami mimpi tersebut.

“Mimpi sering jatuh dari tempat yang tinggi dan mimpinya kombinasi kadang jatuh dari tempat tidur. Mimpi sering melihat macam-macam binatang yaitu ayam hitam, anjing, monyet, macan dan ular. Pernah mimpi saya sering berada di dekat kuburan sebelum dan sesudah diterapi di Bengkel rohani dan udah lama. Pernah mimpi menemukan jalan yang mengerikan jalannya menanjak menurun, jalannya yang bersifat sulit”.

Selain itu, ia juga pernah bermimpi bertemu orang aneh atau seram yang

sering muncul pada saat Dian memasuki kamar kecil kemudian ada yang

mengganggu ketika membuka pintu tersebut dan sangat susah untuk

membuka gagang pintu dan terkunci di dalam kamar kecil tersebut. Saat


(62)

(slide) dengan wajah yang sangat menyeramkan. Dengan wajah yang

menyeramkan giginya bertaring dan kelihatan besar-besar kemudian setelah

itu Dina langsung pingsan.

“Kalau mimpi orang aneh itu gak hadir dalam mimpi dan dia datang saat saya berada dalam kamar mandi jadi kamar mandi itu gak bisa dibuka pintunya orang itu datang melihat dengan wajah yang jelas dan kadang dengan wajah yang menyeramkan (slide; penampakan). Biasanya yang muncul dengan wajah yang menyeramkan ada

taringnya yang besar .awal-awal saya sakit dulu kalau setelah ketemu dengan wajah orang yang serem, kadang seorang kakek-kakek yang memakai topi haji dan kurang menyeramkan tadi saya langsung pingsan”.

Setelah beberapa kali mendapatkan terapi dari terapisnya, Dina mengalami

perubahan dan seperti yang diungkapkan olehnya bahwa karena sering

datangnya mimpi yang berkelanjutan rasa ketakutan yang amat sangat

sedikit berkurang. Penampakan yang sering dialami oleh Dina saat ini sudah

berkurang dan bahkan jarang muncul lagi.

“Terus karena saking seringnya kadang kurang takutnya, dan

sekarang-sekarang sudah jarang lagi yang muncul penampakan tadi”.

d.2. Gejala pada waktu jaga

Mimpi yang dialami Dina yaitu mimpi dengan kakek-kakek dan mimpi ketemu

dengan yang berbadan besar, dan ini pada dasarnya hal yang menjadikan

Dina kesurupan adalah sebagian besar dari yang dialami oleh generasi

sebelumnya karena ada yang mempunyai ilmu yang diluar batas kemampuan


(63)

kakek ibunya. Sehingga efek dari yang dialaminya mengakibatkan semacam

urutan dan pergantian dari sakit secara fisik berakibat antara ayahnya dan

Dina sendiri, jadi ketika ayah sakit maka Dina sembuh namun sebaliknya jika

Dina sembuh maka ayahnya yang sakit.

“Mimpi kakek-kakek yang yang tinggi besar dan kadang ini ada keturunan karena kalau ayah sembuh saya sakit, kalau saya sembuh ayah sakit”.

Dalam keadaan masih berobat keadaan Dina sungguh sangat memberatkan

dan sangat mengganggu keadaan dirinya. Keadaan itu semakin hari bukan

semakin hilang namun semakin bertambah dan makin berat rasa yang

dialaminya saat itu badannya seperti ditusuk-tusuk dengan jarum yang tajam

dan sakit sehingga sering mengakibatkan pusing pada kepalanya. Sehingga

pada klimaksnya rasa sakit dan nyeri itu seperti dipukul dengan palu pada

kepalanya sehingga Dina merasakan sangat berat dan hal ini terus sering

berulang hingga membuat dina tidak kuat menahannya, ia hanya bisa

menangis.

“Ketika sakit dulu saya sering pusing seperti ditusuk-tusuk jarum atau kalau gak saya seperti dipukulin pake palu, ketika merasa pusing tanpa sebab karena saya gak tahan rasa sakitnya kadang saya sering menangis”.

Menurutnya efek dari kesurupan yang dialminya adalah sangat mengganggu

bagi dirinya, seperti sering terlewatnya sholat rawatib yang biasa dikerjakan

Dina, baik subuh, dzuhur, ashar dan maghrib sekalipun. Kondisi itu


(64)

yang harus dilakukan oleh Dina dengan bacaan yang banyak atau dzikir

dengan amalan tertentu. Dengan amalan-amalan itulah akhirnya menjadi

masalah baru bagi Dina bukannya menjadi sembuh atau mengalami satu

perubahan.

“Ketika datang masih dalam godaan tadi untuk sholat rawatib gak tiap hari cuman saya salahnya berobat sama yang salah yaitu pada kiyai- kiyai itu jadi saya ditambah dengan amalan-amalan jadi bukan

nambah sembuh malah menambah masalah”.

Setiap berjalan kemana pun Dina pergi, yang dialami Dina berbeda, seolah-

olah ada yang selalu mengawasi dan mengikuti kemana pun dia pergi. Hal ini

langsung saja kontan jika telah melakukan dzikir yang bukan sesuai anjuran

Rasulullah, jika memang dapat dilihat dari segi arti dari wirid itu memang

agak berbeda (nyeleneh). Sehingga khodam (gangguan dari jin) itupun

datang. kedatangan khodam itu memang dianggap oleh Dina seperti benang

kusut dan terlebih lagi wiridan itu bukan sedikit tetapi banyak.

“Dan khodamnya sering datang seperti benang kusut. Dzikir itu sangat banyak dan saya lakukan seperti wiridan yang agak kurang dimengerti dan bukan yang diajarkan oleh Rasulullah (wiridan yang nyeleneh), ketika jarang melakukan dzikir langsung dapat kena jadi jalan kemana pun khodamnya itu langsung ngikutin saya”.

Menurut Dina dari mulai gangguan awal sampai seterusnya memang lebih

terganggu lagi ketika ditambah dengan dzikir atau wiridan yang tidak berasal

dari hadits Rasulullah. Hal tersebut membuat Dina semakin kacau dan bukan

merasakan ketenangan. Dan keanehan yang dirasakannya ketika Dina


(65)

pagi tidak dapat merasakan tidur pulas juga tidak merasakan kantuk

sedikitpun. Jika hari sudah menjelang siang Dina pun tidak bisa tidur pulas

dikarenakan hal tersebut dan aktivitas yang dilakukan Dina, sehingga hampir

tiap hari, siang dan malam tidak bisa tidur pulas seperti yang lain pada

umumnya.

“Dari pertama saya sakit saya udah dikasih dzikir-dzikiran akhirnya saya bukan merasa makin tenang malah makin kacau, untuk dzikir yang lama dalam dzikir yang salah satu itu kalau paling lama itu bisa dilakukan saya kuat sampai pagi dari jam 12 malam sampai pagi gak bisa merasakan ngantuk saya itu kalau malam jarang tidur pulas dan kalau siang jarang tidur jadi tiap hari saya hampir tidak pernah tidur pulas malam gak tidur siang tidak tidur”.

Untuk masalah shodaqah memang Dina masih menyempatkan diri untuk

memberikan shodaqoh itu, masih membekas seperti apa yang diajarkan dan

yang dilatih oleh kedua orang tuanya. Namun yang merugikan bagi Dina

adalah sudah tidak lagi menganggap bahwa kepentingan sholat kurang dan

tidak merasakan hasilnya berarti dan hal ini mempengaruhi tingkat ibadah

yang dilakukan Dina terhadap sang Khaliq (pencipta).

“Arti penting sholat ketika masih sakit emang saya merasakan sholat bukannya ada hasilnya penting tapi habis sholat dan dzikir yang didapatkan, kalau bersedekah saya sering menyempatkan diri tapi untuk soal sedekah saya dilatih dari kecil oleh orang tua”.

Perasaan tidak menentu yang sering adalah bagian dari kebingungan yang

dialami oleh Dina, dia sudah tidak tahu lagi apa yang harus diperbuat olehnya.

Sehingga muncul perilaku yang kurang baik hingga hampir tidak mau


(66)

teman atau siapa saja yang ketemu itu hal yang tidak diinginkan. Keinginan

itu muncul juga Dina ingin mengasingkan diri merupakan jalan atau solusi

yang paling baik sehingga keinginan itu kemudian dia pergi ke satu tempat

dan masuk pada satu lubang. Bersembunyi dari cemas yang mendalam itu

adalah satu jalan bagi Dina serta masalah itupun dianggap sudah selesai.

“Dalam kondisi sakit saya sering merasa kebingungan, bingung apa yang saya rasakan gak menentu, pengennya pergi ke lubang dan terus tdak mau ketemu orang jadi pergi dengan meninggalkan dibilang dan kalau orang sakit ingin mengasingkan diri, itu waktu saya masih dalam gangguan jadi dengan cara tersebut saya merasa semua masalah itu dapat selesai”.

Memang disamping rasa pedenya yang muncul Dina juga merasakan ada

rasa yang mengguncang di dalam jiwanya. Kegoncangan dan kepedean yang

dialaminya seolah tak menentu sehingga sebenarnya mengganggu keadaan

psikologis Dina.

“Dari segi kejiwaan jiwa saya langsung merasa terguncang tapi kadang rasa pedenya muncul lebih dan keterlaluan.”

Ketika dalam keadaan masih labil antara keadaan kesurupan dan tingkat

kesembuhan yang masih jauh banyak teman-temannya yang memanfaatkan

Dina. Kelelebihan Dina saat itu memang berbeda dengan keadaan orang

normal yang lain, Dina pandai meramal orang lain dan untuk menjawab atau

ketika dalam ujian di sekolahnya dulu. Hal ini sebenarnya dipengaruhi oleh

khodam itu sendiri yang mengganggu. Pada akhirnya Dina sendiri


(1)

berdiri secara tidak normal. Juga apa yang di sampaikan oleh Dr.James Hailson berkata dalam bukunya ”Kesurupan””: Ia adalah pengaruh luar biasa yang dilakukan oleh makhluk luar yang berkesadaran pada akal dan jasad seseorang. Dengan melakukan terapi ruqyah yang di anjurkan maka dapat memberikan kesembuhan bagi individu dan juga makna yang lebih dalam hidup.

5.3 Saran - saran

Penulis menyadari penelitian ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh Karena itu, maka peneliti menganjurkan saran- saran bagi peneliti selanjutnya yang mungkin masih dapat meneliti tentang terapi ruqyah ini, yaitu :

1. Meneliti bentuk-bentuk lain dari terapi ruqyah yang di lakukan pada lembaga lain, Karena dalam terapi ini memiliki tekhnis dan terapi lainnya, sehingga akan dapat variasi dan berbagai metode terapi yang di lakukan dalam menyembuhkan dalam konteks individu yang

mengalami kesurupan

2. Disarankan partisipan observation, dengan ikut dan terlibat dalam kegiatan ruqyah. Sehingga lebih memahami tentang metode terapi dan seluk-beluknya

3. Hasil penelitian ini hanya dapat berlaku dalam konteks subyek yang mengalami kesurupan


(2)

4. Pada penelitian ini instrumen pengumpul data hanya observasi dan interview, pada penelitian selanjutnya ada baiknya dapat di tunjang dengan instrumen lain seperti kuisioner skal sikap sebagai metode penunjang data yang di dapat lebih valid dan reliable

5. Untuk para terapis dan individu yang menggunakan terapi metode ruqyah agar menjalankan selain datang ke tempat terapi tertentu agar dapat melakukannya dengan menggunakan terapi individu yang dilakukan secara istiqomah dan penuh dengan keyakinan agar terhindar dari gangguan kesurupan yang mengganggu kejiwaan seseorang.

6. Sebaiknya kepada subjek yang melakukan terapi agar meneliti dan melihat terlebih dahulu pada lembaga yang akan dilakukan proses terapi, karena masih banyak cara dan metode yang di gunakan

walaupun bacaan mirip dengan al-quran maupun hadits kalau tidak di bimbing oleh guru dan Ustadz akan tersesat dan agar lebih memahami lebih dalam terhadap metode ruqyah dan lebih tercapai dengan baik mengenai tujuan untuk kesembuhan.


(3)

Daftar Pustaka

Abdullah Bin Ali Al-Juaitsin, Hiburan Bagi Orang Sakit, Jakarta, Al- Kautsar. Tahun, 1999, cet. Ke-2.

Ali Bin Naafi’ Al-Ayani, Ruqyah Obat Guna-guna dan Sihir, Jakarta, Darul Falah, Tahun 2004, cet.ke-1.

Al-Quran Al-Karim dan Terjemahnya, Madinah, Tahun, 1998, cet. ke-1 Arikunto, Suharsimi.(1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta

Alsa, Asmadi.(2003). Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta : PT Pustaka Pelajar

Abul Mundzir Khalil bin Ibrahim Amin, Pengobatan Syariyyah dari gangguan Jin, sihir dan penyakit jiwa, Jakarta: Pustaka Progresif, 2005

Badan Penelitian dan Pengembangan, Metode Penelitian Sosial, Jakarta, Th.2000

Chaedar Alwasilah. (2002). Pokoknya Kualitatif : Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Dunia Pustaka dan Pusat Studi bahasa, cet ke-1

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), h. 219

Dhayyan, Fahd, Ah Kaamu Ruqo Wa Tamaim, Adwaus Salaf, Th. 1974

Dhubayyi, Ibrahim bin Muhammad (tans). Tarmana Ahmad Qasim. Pengobatan Godaan Jin dan Cara Pencegahannya. Bandung : Gema Risalah Pres, 1997


(4)

Eric Buckley, The Oxford English Dictionary, (Oxford : The Clarendon Press, 1978), Vol. III, p. 49

E.Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3), Univ Indonesia, Th.1998

J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Th.1999.

Jamaludin Muhammad Bin Mukarram, Lisanu Al’Arab, Daar Ash- Shidir, Beirut Th.1992

Kartoatmodjo Soesanto, Parapsikologi, Paragnosi, parergi dan Data Paranormal, Pustaka Sinar harapan, Jakarta, Th.1995.

Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosda Karya, cet. Ke -2.

Robert .K.Yin, Studi Kasus, Raja Grafindo, Jakarta, Th.2000

Shihab, M.Quraish.1997. Mukjizat Al-quran Ditinjau Dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, Dan Pemberitaan Ghaib.Mizan

Thabathaba’I, Muhammad Husain, al-Mizan fi Tafsir al-Quran, (teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1397

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995), cet ke-7, edisi ke-2, h. 250


(5)

Wahid Abdus Salam Bali, Kesurupan Jin dan Cara Pengobatannya Secara Islami, Jakarta: Robbani Press, Tahun 1995, cet.ke-1

W.F.Maramis, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya: University Airlangga Press, 1998, cet. Ke-7

Jurnal

Mujib, Abdul. Hubungan Ruqyah Dengan Psikoterapi Menurut Ibn Qayyim Al-Jawziyah. Mimbar Agama & Budaya. 2005 . UIN Syarif Hidayatullah

Muhammad Darojat Ariyanto, Terapi Gangguan Jin dengan Metode Ruqyah, Kongres 1 Asosiasi Psikologi Islam, Solo, Th.2003

Website

http://www.surya.co.id/2009/04/26/15-mahasiswa-kesurupan-massal-setelah- bermain-di-waduk-perning.html

http://www.surya.co.id/2009/03/04/santri-asuhan-bupati-sumenep- kesurupan.html

http://www.spiritualreasearchfoundation.org

http://www.goldenmother.org

http://www.gatra.com

http://www.transtv.co.id

http://www.nursyifa.net


(6)