Empat Unsur Dalam Ruqyah
“Kalau saya dilanda kegoncangan jiwa dan mengalami keanehan pada diri saya, saya selalu mohon perlindungan dan hal itu merupakan hal
yang sangat penting sekali bagi saya. Jadi ee….ee…..jujur saja setelah saya melakukan itu permohonan dan terjadi gitu menurut saya
sangat penting karena lebih baik. Permohonan pembacaan melalui ruqyah yang dibacakan baik oleh saya dan oleh yang memberikan
terapi adalah sangat memberikan agak sedikit tenang dan sebenarnya yaitu cara saya yang bagaimana dapat mengelola hati dengan baik
cara yang baik”.
Pada dasarnya setiap penyakit ada obatnya, dan setiap obat sudah ada petunjuk yang diberikan baik oleh para ahli maupun dari yang lainnya.
Menurut Dina jika memang ada satu gangguan atau penyakit yang diderita maka hendaknya selain berusaha untuk meminta dan memohon kesembuhan
agar dijauhkan dari gangguan atau penyakit, juga dengan cara berobat kepada yang ahli. Pada umumnya, banyak manusia yang kurang
memperhatikan tentang keadaan dirinya baik sakit yang bersifat medis atau non medis. Setelah berusaha semaksimal mungkin maka manusia juga harus
bertawakal. Dan tawakal yang dilakukan Dina selama pengobatan, ia memohon kesembuhan dari yang Maha Pemberi kesembuhan pada waktu-
waktu tertentu dan waktu yang mustajab. “Ketika saya memohon untuk diberikan kesembuhan dari sang Maha
Penyembuh lebih enak sih....biasanya saya setiap hari dan lebih-lebih pada waktu-waktu yang mustajab dan lebih diterima”.
Pada dasarnya, semua usaha yang dilakukan dan berlandaskan syariat atau berdasarkan al-Quran dan sunnah akan lebih terasa dan lebih aman apalagi
bila ditinjau langsung dari pengaruh itu sendiri. Hal tersebut seperti yang
diungkapkan Dina, dengan pengobatan metode ruqyah yang dijalaninya, Dina menjadi tidak ragu lagi karena pengobatan tersebut dijalankan secara islami
yang bersumber dari apa yang diajarkan oleh Nabi dan sesuai dengan al- Quran. Terapi ruqyah yang dirasakannya baik oleh terapis ataupun oleh
dirinya sendiri membuatnya merasa enteng badannya dan terasa segar. Hal ini dialaminya karena bukan hanya sebagai penyembuh saja dari apa yang
dirasakannya tapi juga sebagai dasar dalam menjalankan keyakinan aqidah yang lebih baik lagi.
“Dalam permohonan penyembuhan dari penyakit kesurupan yang saya alami dan perasaan saya dapat terasa tenang dan nyaman terus
apalagi badan yang saya rasakan terasa segar dan ringan sekali enteng gitu .Ruqyah yang sudah secara syar’i apalagi saya sangat
yakin dan bahwa Allah akan memberikan kesembuhan melalui ruqyah tersebut dan selama saya melakukan ruqyah yang saya lakukan baik
diterapi atau terapi sendiri dan tentunya sesuai dengan yang diajarkan Nabi”
Walau bagaimanapun juga dan apapun yang terjadi, Dina tetap berfikir positif dengan semangat dan sepenuhnya diserahkan padaNya. Rasa dan berfikir
positif itu nampak dari perkataannya bahwa seandainya gangguan yang dirasakan belum sembuh total Dina tetap akan berprasangka baik pada Allah
SWT, bahwa apapun yang diberikan kepadanya terdapat Hikmah yang besar bila kita mengimaninya.
“Saya rasa mungkin belum waktunya dan harus minta terus tetap saya harus lebih berusaha lagi untuk berbuat baik atau husnudzon pada
Allah mungkin juga ada rahasia yang lain yang belum dapat diketahui
ujungnya dan apakah ada rahasia dari Allah adalah saya harus tetap berusaha lagi”.
Menurutnya ketika mengucapkan kalimah dzikir, Dina merasakan bahwa ada hal yang dirasa berbeda baginya dan merupakan hal yang sangat berbeda
ketika melakukan bacaan dzikir yang sesuai dengan aturan, yaitu bukan dzikir yang menambah kekuatan lain ataupun keanehan, tetapi dzikir yang
sesuai anjuran Nabi. Dzikir yang dibacakannya juga merupakan satu penghalang atau tameng agar Ia tidak terlalu terganggu dengan gangguan
dari luar.
“Ketika dzikir saya dibacakan dzikir yang bersifat dan ada hal yang dibolehkannya maka saya ada perasaan gimana rasa tenang itu ada
dan apalagi kalau dzikir itu sering dibaca sebagai tameng buat saya akan lebih nyaman untuk saya”.
Walaupun dzikir yang dimiliki oleh Dina tidak terlalu banyak namun dapat memberikan satu semangat untuk melakukan hal tersebut karena sesuai
dengan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw ataupun sesuai dengan hadits. Jika dibandingkan dengan dzikir-dzikir yang dulu bacaannya banyak dan
dapat dilakukan berjam-jam tanpa rasa lelah dan dirasa hal tersebut saat ini bukan memberikan solusi tapi sebaliknya
.
“ Tidak banyak bacaan dzikir yang saya lakukan pada saat ini, tentunya bacaan dzikir itu sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah.
Biasanya saya membaca dzikir al-ma’tsurat dan doa-doa masyhur lainnya. Kondisi tersebut berbeda ketika saya menjalani terapi bukan
dengan metode ruqyah, saya diberikan dzikir yang sangat banyak dan tidak sesuai dengan syar’i. Biasanya dzikir-dzikir itu dibaca sesudah
menjalani shalat. Saya bisa berjam-jam membaca dzikir-dzikir yang diberikan sebagai syarat kesembuhan gangguan yang saya alami.”
Dengan pengalaman dan perbandingan yang dirasa tersebut, Dina mulai sadar bahwa dzikir yang dilakukannya sekarang adalah al-ma’tsurat dzikir
yang sesuai dengan ajaran Nabi. Dalam sehari Dina membutuhkan waktu untuk membaca dzikir tersebut, kurang lebih antara 10-15 menit. Dan yang
paling penting didahulukan adalah dzikir yang dia hafal dan lebih dapat dipahami artinya sehingga dapat menimbulkan keyakinan.
“Dalam waktu sehari kadang teragantung dzikirnya yah… kalau dzikir yang sudah saya hafal bacanya lebih cepat tapi kalau rata-rata dzikir
yang saya baca antara 10 sampai dengan 15 menit”.
Menurut Dina, jika terjadi gangguan, ia langsung ingat yang harus dilakukannya adalah membaca al-Qur’an walaupun kondisi itu dirasakan
antara sadar dan tidak sampai gangguan tersebut dapat dihentikan. Jika dihubungkan dengan hal tersebut, Dina yakin bahwa bacaan al-Quran adalah
ayat yang masyhur untuk orang yang terkena kesurupan, al-Quran merupakan petunjuk yang memberikan hal yang positif untuk mengobati
orang yang terkena gangguan tersebut karena al-Quran juga sebagai obat yang manjur. Sementara untuk hadits yang dibaca oleh Dina adalah doa-doa
yang pendek dalam hadits dan mudah dipahami olehnya yang terlebih dahulu diseleksi agar manfaat dan terapi yang dipakai dapat memberikan efek positif
terhadap gangguan tersebut. Dalam hal ini Dina sudah melakukan hal yang
baik yaitu memilih dan mencari hadits yang shahih secara riwayat dan jelas sanad juga matannya
“Ketika saya mengalami kesurupan saya berusaha untuk membaca ayat-ayat al-Qur’an yang diajarkan untuk mengurangi dan
menghilangkan gangguan dari luar tersebut, tapi terkadang saya tidak ingat apa-apa dalam kondisi tersebut. Ayat-ayat yang saya ingat saja
yang biasanya spontan saya baca.”
Al-Quran adalah kitab suci ummat Islam, jadi seharusnya mereka memahami dan mengerti tentang kandungan, fungsi dan makna dari al-Quran itu sendiri.
Menurut Dina ummat Islam harus mengembalikan dan memfungsikan kembali al-Quran, karena al-Qur’an merupakan sumber petunjuk dalam
menjalani hidup termasuk bagaimana kita dapat mengobati gangguan dari alam ghaib. Sehingga semakin dapat menimbulkan keyakinan yang kuat
terhadap makna ayat-ayatNya dan begitu juga dengan hadits .
Hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif walaupun pada akhirnya
dikembalikan secara utuh pada niat dari individu itu sendiri. Dan untuk lebih meyakinkan lagi menurut Dina hal tersebut dirasakan oleh individu bukan
beberapa jam saja mungkin lebih dari satu hari terutama bagi yang mengalami gangguan adalah hal yang paling signifikan.
“Dan pengaruh itu sebenarnya al-Quran kan inti ajaran buat manusia sebagai kitab suci jadi memang harusnya dimengerti oleh ummat Islam
itu sendiri, jadi kalau saya hanya dapat memahami, bisa artinya atau paham dan ketika dibacapun semakin membuat saya agak tenang gitu
karena apapun yang dibaca sebenarnya tergantung diri kita sendiri yakin apa nggak. Memang sebenarnya semua dapat memberikan efek
yang positif buat saya dan pengaruh hadits dan al-Qur’an tidak langsung banget tergantung keyakinan dan proses itu sendiri tidak
langsung cepat banget kadang memang sampai bener-bener terasa lebih dari satu hari dalam setiap membacanya”.