b Pemilihan subyek secara berurutan : Tujuan memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan
sampel dilakukan jika satuan sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis. c Penyesuian berkelanjutan dari subyek : Pada mulanya setiap sampel
dapat sama kegunaanya. Namun, makin banyak informasi yang masuk dan makin mengembangkan hipotesis kerja, akan ternyata bahwa sampel
makin dipilih atas dasar fokus penelitian. d Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan : Pada subyek
bertujuan seperti ini jumlah subyek ditentukan oleh pertimbangan- pertimbangan informasi yang diperlukan.
Sedangkan menurut Sarantakos 1993 seperti dikutip oleh Purwandari 2001, prosedur pengambilan subyek umumnya menampilkan beberapa
karakteristik,yaitu : a Diarahkan tidak pada jumlah yang besar, melainkan pada kasus-kasus
tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian; b Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik
dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian;
c Tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti jumlahperistiwa acak melainkan pada kecocokan konteks
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan dengan metode pendekatan kualitatif sehingga penulis dapat dengan leluasa mengeksplorasi variable dalam penelitian ini dan
memperoleh data bukan dalam angka-angka yang kongkrit yang hanya akan berbicara tentang seberapa besar atau seberapa jauh hubungan atau
pengaruh suatu variable dengan variable lainnya, melainkan berbentuk data yang dapat mengungkapkan fenomena yang memang ingin diungkap atau
bahkan memungkinkan munculnya penemuan-penemuan baru di lapangan yang belum pernah terungkap sebelumnya.
Pendekatan ini dipilih karena pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang paling cocok dalam mengungkap realitas fenomena alamiah.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara sebagai metode utama dan observasi adalah sebagai metode penunjang terhadap penelitian ini.
Interview merupakan suatu bentuk percakapan yang dilakukan secara lisan, yang melibatkan pewawancara interviewer dan orang yang diwawancarai
interviewee yang dilakukan dalam usaha untuk mengumpulkan informasi yang ingin diungkap untuk suatu keperluan antara lain keperluan penelitian.
Melalui wawancara bisa didapatkan informasi yang mendalam in-depth information antara lain karena baik pewawancara maupun orang yang
diwawancarai dapat memberikan feedback dengan menanyakan kembali apabila ada hal-hal yang tidak jelas.
Lincoln dan Guba menegaskan sebagaimana dalam Moleong 2002 bahwa maksud diadakannya wawancara adalah mengkonstruksi mengenai orang
lain, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain- lain. Menurut kedua tokoh ini wawancara dibagi ke dalam empat jenis, yaitu:
1. Wawancara dengan tim atau pane; wawancara dilakukan tidak hanya oleh satu orang melainkan dua orang atau lebih terhadap seseorang yang
diwawancarai, atau dua orang sekaligus yang disebut sebagai panel. 2. Wawancara tertutup dan wawancara terbuka covert and overt;
wawancara tertutup biasanya yang diwawancarai tidak mengetahui bahwa ia sedang diwawancarai serta tujuan dari wawancara tersebut
sedangkan wawancara terbuka adalah kebalikan dari wawancara tertutup. 3. Wawancara riwayat secara lisan: wawancara terhadap orang-orang yang
pernah membuat sejarah atau karya ilmiah, sosial, pembangunan, perdamaian dan sebagainya yang dilakukan untuk mengungkap riwayat
hidup, pekerjaannya, kesenangannya, ketekunannya, pergaulannya, dan lain-lain.
4. Wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur; wawancara terstruktur adalah wawancara yang masalah dan pertanyaan-pertanyaan
yang akan dilakukan telah disusun oleh peneliti sendiri secara jelas dan terinci dalam suatu bentuk catatan. Sedangkan pada wawancara tak
terstruktur, pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu, malah disesuaikan dengan keadaan responden. Wawancara jenis ini