Ruang Lingkup Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

33 h. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 1995 maka PT. Jamsostek ditetapkan sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek ini memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat resiko sosial i. Pada tahun 2011 ditetapkan UU No. 24 Tahun 2011 tentang badan penyelenggara jaminan sosial, dan sesuai amanat undang-undang tersebut pada tanggal 1 januari 2014 PT. jamsostek akan berubah menjadi BPJS ketenagakerjaan.

2.7.2 Ruang Lingkup Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Adapun ruang lingkup program Jaminan Sosial Tenaga Kerja berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah a. Jaminan Kecelakaan Kerja JKK Jaminan Kecelakaan Kerja adalah santunan berupa uang sebagai pengganti biaya pengangkutan, biaya pemeriksaan, biaya pengobatan atau perawatan, biaya rehabilitasi serta santunan sementara tidak mampu bekerja, santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya baik, fisik maupun mental, santunan kematian sebagai akibat peristiwa berupa kecelakaan kerja. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan kerja JKK.Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus dihadapi oleh Universitas Sumatera Utara 34 tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya.Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-risiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24 - 1,74 sesuai kelompok jenis usaha. Adapun Tata Cara Pengajuan Jaminankecelakaan kerja adalah 1. Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form BPJS Ketenagakerjaan 3 laporan kecelakaan tahap I dan mengirimkan kepada BPJS Keteneagakerjaan tidak lebih dari 2 x 24 Jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan 2. Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh atau meninggal dunia oleh dokter yang merawat, pengusaha wajib mengisi form 3a laporan kecelakaan tahap II dan dikirim kepada BPJS Ketenagakerjaan tidak lebih dari 2 x 24 jam sejak tenaga kerja dinyatakan sembuhmeninggal. Selanjutnya BPJS Ketenagakerjaan akan menghitung dan membayar santunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang menjadi hak tenaga kerjaahli waris. 3. Form BPJS Ketenagakerjaan 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran jaminan disertai bukti-bukti: a. Fotokopi kartu peserta KPJ b. Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form BPJS Ketenagakerjaan 3b atau 3c Universitas Sumatera Utara 35 c. Kuitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi pengangkutan b. Jaminan Kematian Jaminan kematian JK adalah santunan kematian berupa uang tunai dan santunan berupa uang pengganti biaya pemakaman, seperti pembelian tanah sewa atau retribusi, peti jenazah, kain kafan, transportasi, dan lain-lain yang berkaitan dengan tata cara pemakaman sesuai dengan adat istiadat, agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta kondisi daerah masing-masing dan tenaga kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, keluarganya berhak atas jaminan kematian JK. Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program BPJS Ketenagakerjaan yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja.Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar 0,3 dengan jaminan kematian yang diberikan adalah Rp 21.000.000,- terdiri dari Rp 14.200.000,- santunan kematian dan Rp 2 juta biaya pemakaman dan santunan berkala. Adapun manfaat program jaminan kematian adalah memberikan manfaat kepada keluarga tenaga kerja seperti: 1. Santunan Kematian: Rp 14.200.000,- 2. Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,- Universitas Sumatera Utara 36 3. Santunan Berkala: Rp 200.000,- bulan selama 24 bulan sesuai dengan PP Nomor 53 Tahun 2012 Adapun Tata Cara Pengajuan Jaminan Kematian adalah Pengusaha atau keluarga dari tenaga kerja yang meninggal dunia mengisi dan mengirim form 4 kepada BPJS Ketenagakerjaan disertai bukti-bukti: 1. Kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan KPJ Asli tenaga Kerja yang Bersangkutan 2. Surat keterangan kematian dari Rumah sakitKepolisianKelurahan 3. SalinanCopy KTPSIM dan Kartu Keluarga Tenaga Kerja bersangkutan yang masih berlaku 4. Identitas ahli waris photo copy KTPSIM dan Kartu Keluarga 5. Surat Keterangan Ahli Waris dari LurahKepala Desa setempat 6. Surat Kuasa bermeterai dan copy KTP yang diberi kuasa apabila pengambilan JKM ini dikuasakan. Dimana BPJS Ketenagakerjaan hanya akan membayar jaminan kepada yang berhak c. Jaminan hari tua Jaminan hari tua JHT adalah santunan berupa uang yang dibayarkan secara sekaligus atau berkala atau sebagian dan berkala kepada tenaga kerja karena telah mencapai usia 55 lima puluh lima tahun, atau cacat total tetap setelah ditetapkan oleh dokter. Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, jaminan hari tua JHT dibayarkan kepada janda atau duda atau anak yatim piatu. Yang dimaksud dengan yatim piatu adalah anak yatim atau anak piatu yang ada pada Universitas Sumatera Utara 37 saat janda atau duda meninggal dunia masih menjadi tanggungan janda atau duda tersebut. Jaminan Hari Tua JHT dapat dibayarkan kepada tenaga kerja yang belummencapai usia 55 lima puluh lima tahun, yaitu dalam hal ini tenaga kerja telah mempunyai masa kepesertaan sekurang-kurangnya 5 tahun dan mengalami pemutusan kerja. Program jaminan hari tua program pensiun dapat dibedakan antara program manfaat pasti dan program iuran pasti yaitu: 1. Program manfaat pasti defined benefit, yaitu program yang manfaatnya ditetapkan dalam ketentuan yang mengaturnya, sedang iuran disesuaikan dengan manfaat tersebut. 2. Program iuran pasti defined contribution, yaitu program pension yang iurannya ditentukan dalam ketentuan yang mengaturnya, sedang manfaat bergantung pada akumulasi iuran dan hasil pengembangannya. Jaminan hari Tua JHT pada pokoknya termasuk kedalam jenis program pensiunan iuran pasti, dimana besar iuran telah ditentukan secara pasti dalam ketentuan yang mengaturnya dalam hal ini perturan pemerintah No. 14 Tahun 1993, sedangkan manfaatnya bergantung dari akumulasi iuran yang terpupuk beserta hasil pengembangannya. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947 adalah Undang-Undang tentang Kecelakaan. Oleh karena itu maka undang-undang inimemberikan jaminan kecelakaan atau menderita sakit dalam hubungan kerja yang meliputi jaminan sosial untuk : 1. Jaminan SosialTunjangan untuk Sakit perawatan dan pengobatan 2. Jaminan SosialTunjangan Cacat yaitu tunjangan kepada buruh sendiri Universitas Sumatera Utara 38 3. Jaminan SosialTunjangan Meninggal dunia, jandaduda, dan anak yatim piatu H. Zainal Asikin, S.H., S.U. dkk, op. cit., hal. 114 Jaminan-jaminan sosial tersebut diberikan kepada yang berhak sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan untuk masing-masing kecelakaan.Namun karena undang-undang ini dikeluarkan Tahun 1947 maka tentu saja jumlah pemberian ganti kerugian jaminan nya sudah tidak sesuai lagi untuk zaman sekarang. Dalam praktek, yang berlaku sekarang adalah Asuransi Sosial Tenaga Kerja Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977.Namun ini hanya terbatas pada pekerja yang menjadi peserta ASTEK saja.Bagi yang tidak, pada prinsipnya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947 masih tetap berlaku bagi mereka. a. Jaminan Sosial atau Tunjangan untuk Sakit Perlu diingat bahwa yang dimaksud dengan sakit dalam hal ini adalah sakit yang berhubungan dengan pekerjaanhubungan kerja. Jadi bukan semacam sakit malaria atau sakit kepala, panas dan lain-lainnya yang satu, dua atau tiga hari akan sembuh. Sakit yang akan mendapatkan tunjangan adalah sakit yang diderita lebih dari tiga hari dan nyata-nyata penyakit itu disebabkan oleh karena adanya hubungan kerja atau alat-alat kerja. Besarnya tunjangan sakit tidak ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947.Yang jelas, bahwa segala biaya pengobatan dan perawatan termasuk obat-obat yang berkaitan dengan penyakitnya harus diberikan penggantian kerugian.Oleh karena itu, segala kwitansi atau bukti-bukti pembayaran lainnya dari si penderita harus disimpan untuk nanti setelah dia Universitas Sumatera Utara 39 sembuh egala biaya tersebut dapat dimintakan penggantian kerugian kepada pengusaha. Di samping itu, bagi pekerja yang terkena kecelakaan, sehingga terpaksa dirawat di rumah sakit akan mendapatkan tunjangan berdasarkan pasal 11 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947. Besarnya tunjangan itu adalah sebesar upahnya setiap hari selama 120 hari. Apabila setelah lewat 120 hari pekerja ini belum juga sehat, dan tenaganya belum pulih untuk bekerja maka tunjangan itu menjadi 50 dari upah setiap hari selama pekerja yang bersangkutan belum mampu bekerja. Pembayaran tunjangan ini dilakukan setiap waktu para pekerja menerima upahnya, kecuali jika antara pengusaha dan pekerja yang bersangkutan telah dibuat perjanjian lain dari pada itu. Dalam hal menentukan mampu tidaknya seorang pekerja untuk bekerja kembali, setelah mengalami kecelakaan tentunya diperlukan jasa seorang dokter penasihat.Dokter ini adalah dokter khusus yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan sehubungan dengan diberlakukannya Undang- Undang Kecelakaan tersebut. b. Jaminan SosialTunjangan Cacat Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947 sebetulnya membagi pengertian cacat ini ke dalam 2 dua bagian, yaitu: 1. Cacat yang mengakibatkan pekerja untuk sementara tidak mampu bekerja 2. Cacat yang mengakibatkan pekerja untuk selama-lamanya tidak mampu bekerja Universitas Sumatera Utara 40 Cacat yang tersebut pada poin 1 satu bahwa tidaklah termasuk yang namanya cacat, sebab yang namanya cacat menurut persepsi adalah keadaan yang mengakibatkan seorang pekerja itu selamanya tidak mampu lagi mengerjakan yang biasa ia lakukan. Sedangkan kalau tidak mampu bekerjanya itu hanya untuk sementara saja maka itu bukanlah cacat, tetapi itu digolongkan ke dalam keadaan sakit. Dari tunjangan untuk ini sudah diuraikan pada sub a sebelumnya. Sedangkan tunjangan untuk pekerja yang mengalami kecelakaan yang mengakibatkan selamanya pekerja tersebut tidak akan mampu lagi untuk bekerja, sudah ditentukan di dalam lampiran Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947. Tunjangan tersebut harus sudah dibayar oleh pengusaha setelah dokter penasihat menyatakan, bahwa pekerja karena kecelakaan tersebut selamanya tidak akan mampu lagi bekerja. Untuk lebih jelasnya berapa besarnya tunjangan cacat untuk selamanya tidak mampu bekerja ini dapat dilihat dari Undang-Undang Nomor 33 tahun 1947, yaitu: Tabel 2.1 Persentase Santunan Tunjangan Cacat Tetap Sebagian No Macam Cacat Tetap Sebagian X Upah 1 Lengan kanan dari sendi bahu ke bawah 40 2 Lengan kiri dari sendi bahu ke bawah 35 3 Lengan kanan dari atau dari atas siku ke bawah 35 4 Lengan kiri dari atau dari atas siku ke bawah 30 5 Tangan kanan dari atau dari atas pergelangan kebawah 32 Universitas Sumatera Utara 41 6 Tangan kiri dari atau dari atas pergelangan kebawah 28 7 Kedua belah kaki dari pangkal paha ke bawah 70 8 Sebelah kaki dari pangkal paha ke bawah 35 9 Kedua belah kaki dari mata kaki kebawah 50 10 Sebelah kaki dari mata kaki ke bawah 25 11 Kedua belah mata 70 12 Sebelah mata atau diplopia pada penglihatan dekat 35 13 Pendengaran pada kedua belah telinga 40 14 Pendengaran pada sebelah telinga 20 15 Ibu jari tangan kanan 15 16 Ibu jari tangan kiri 12 17 Telunjuk tangan kanan 9 18 Telunjuk tangan kiri 7 19 Salah satu jari lain tangan kanan 4 20 Salah satu jari lain tangan kiri 3 21 Ruas pertama telunjuk kanan 4,5 22 Ruas pertama telunjuk kiri 3,5 23 Ruas pertama jari lain tangan kanan 2 24 Ruas pertama telunjuk tangan kiri 1,5 25 Salah satu ibu jari kaki 5 26 Slah satu telunjuk jari kaki 3 27 Salah satu jari kaki lainnya 2 Sumber: BPJS Ketenagakerjaan Universitas Sumatera Utara 42 Tabel 2.2 Persentase santunan tunjangan cacat-cacat lainnya No Cacat-Cacat Lainnya X Upah 1 Terkelupasnya kulit kepala 10-30 2 Impotensi 30 3 Kaki memendek sebelah a. Kurang dari 5 cm b. 5 Cm sampai kurang dari 7,5 cm c. 7,5 cm atau lebih 10 20 30 4 Penurunan daya dengar kedua belah telinga setiap 10 desibel 6 5 Penurunan daya dengar sebelah telinga setiap 10 desibel 3 6 Kehilangan daun telinga sebelah 5 7 Kehilangan kedua belah daun telinga 10 8 Cacat hilangnya cuping hidung 30 9 Perforasi sekat rongga hidung 15 10 Kehilangan daya penciuman 10 11 Hilangnya kemampuan kerja fisik a. 51-70 b. 26-50 c. 10-25 40 20 5 12 Hilangnya kemampuan kerja mental tetap 70 13 Kehilangan sebagian fungsi penglihatan. Setiap 7 Universitas Sumatera Utara 43 kehilangan efisiensi tajam penglihatan kanan dan kiri berbeda, maka efisiensi penglihatan binokuler dengan rumus kehilangan efisiensi penglihatan: 3 x efisiensi penglihatan terbaik + efisiensi penglihatan terburuk. 14 Setiap kehilangan efisiensi tajam penglihatan 10 7 15 Kehilangan penglihatan warna 10 16 Setiap kehilangan lapang pandang 10 7 Sumber: BPJS Ketenagakerjaan 2.7.3. Alasan yang Menyebabkan Perusahaan Tidak Mengikuti Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Dugaan penyebab perusahaan tidak mengikuti program jaminan sosial tenaga kerja adalah: a. Kesadaran hukum yang kurang Kesadaran hukum merupakan hal yang penting. Jika peraturan perundang- undangan dan penegakan hukum baik namun tidak didukung kesadaran hukum maka akan terjadi pelanggaran. Kesadaran hukum masyarakat dalam hal ini pengusaha sangat diperlukan agar tidak terjadi pelanggaran dalam menjalankan ketentuan jaminan sosial tenaga kerja.Adanya kesadaran hukum menjadikan pengusaha taat terhadap ketentuan perundang-undangan khususnya yang mengatur tentang jaminan sosial tenaga kerja. Pengusaha dalam pengertian Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah Universitas Sumatera Utara 44 1. Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri 2. Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya 3. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia, mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia b. Lebih mengutamakan kepentingan uang bisnis Pihak pengusaha memang lebih mengutamakan kepentingan bisnis, lebih mengutamakan uang profit oriented. Tujuan utama pengusaha mendirikan usaha adalah untuk mendapatkan laba, sehingga selalu dihindari hal-hal yang tidak mendatangkan keuntungan, antara lain ikut serta dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Keikutsertaan dalam program jaminan sosial tenaga kerja dianggap suatu pemborosan belaka karena tidak mendatangkan keuntungan atau laba c. Kurang memperhatikan nasib tenaga kerja Pihak pengusaha kurang memperhatikan nasib tenaga kerja, yang diperhatikan hanya kelangsungan perusahaannya saja dan keuntungan yang bakal didapat dan yang didapat. Padahal dengan memperhatikan nasib tenaga kerja berarti juga akan mendukung kelangsungan perusahaan. Produktivitas tenaga kerja akan berpengaruh langsung terhadap kelancaran perusahaan tersebut. Universitas Sumatera Utara 45 d. Upah terlalu kecil dan sifat pekerjaan tidak tetap Ketentuan upah minimum telah ditetapkan, namun pengusaha selalu saja berusaha untuk tidak memenuhinya.Pengusaha selalu berusaha menghindari ketentuan yang dianggap tidak menguntungkan.Pengusaha member upah terlalu kecil, sehingga tidak memenuhi persyaratan ketentuan kepesertaan dalam program jaminan sosial tenaga kerja dan tentunya perusahaan tidak ingin mengikutsertakan tenaga kerjanya secara sukarela. Penjelasan pasal 2 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja menyebutkan adanya kepesertaan secara sukarela, yaitu: “Namun demikian bagi perusahaan yang belum wajib mengikuti program jaminan sosial tenaga kerja kepada badan penyelenggara dapat mengikuti program jaminan sosial tenaga kerja kemauan sendiri atau sukarela”. e. Anggapan tenaga kerja bukan asset perusahaan Banyak pengusaha beranggapan bahwa asset perusahaan adalah mesin dan peralatan-peralatan perusahaan, sedangkan tenaga kerja bukan asset. Anggapan ini sebenarnya merugikan pengusaha sendiri, sebba tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dalam proses produksi. Kelancaran proses produksi tergantung pada pengendaliannya dalam hal ini adalah tenaga kerje itu sendiri f. Keikutsertaan dalam Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja merupakan beban Universitas Sumatera Utara 46 Bagi pengusaha kewajiban membayar upah itu sudah cukup, tidak perlu dibebani kewajiban lainnya.Keikutsertaan tenaga kerja dalam program jaminan sosial tenaga kerja mengharuskan pengusaha membayar premi atau iuran pada badan penyelenggara.Hal ini dianggap beban tambahan yang harus dihindari.Pengusaha lebih memilih tidak mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program asuransi tenaga kerja, sehingga tidak perlu membayar iuran yang merupakan pengeluaran tambahan bagi pengusaha.Untuk menghindari kepesertaan dalam program jaminan sosial tenaga kerja semakin menurun, maka diperlukan pengawasan. Jaminan sosial tenaga kerja di lapangan tidak akan terlaksana dengan baik bila pelaksanaannya tidak diawasi oleh suatu instansi pengawasan yang ahli. Pihak pengusaha dapat berharap bahwa pengawasan akan menjamin pelaksanaan peraturan jaminan sosial di semua perusahaan secara seragam uniform dan tidak memihak, sehingga pihak pengusaha terlindung dari persaingan tidak sehat unfair competition oleh perusahaan lain dan pengusaha akan menikmati keuntungan masyarakat yang terjadi karena adanya pelaksanaan peraturan secara efisien Ramli, 1997: 17-20. 2.7.4. Praktek Penegakan Hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Pada kenyataannya penegakan hukum jaminan sosial tenaga kerja sering tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Praktek penegakan hukm dalam bidang jaminan sosial bagi tenaga kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku itu antara lain: Universitas Sumatera Utara 47 a. Dalam pengenaan sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha Setelah diketahui adanya pelanggaran biasanya Departemen Tenaga Kerja hanya memberikan peringatan saja kepada perusahaan yang bersangkutan.Peringatan itu diberikan tiga kali dalam jangka waktu tiga bulan, maksudnya peringatan kedua diberikan jika sudah terhitung tiga bulan peringatan, sedangkan peringatan ketiga diberikan jika sudah terhitung tiga bulan dari peringatan kedua. b. Pengenaan denda adminstratif terhadap pengusaha oleh PT. Jamsostek Persero dapat juga karena keterlambatan pembayaran pengusaha membayar iuran tiap bulannya. Dalam hal ini biasanya ada penyimpangan yaitu apabila denda yang harus dibayar dirasa terlalu banyak oleh pengusaha, maka pengusaha dapat berupaya memohon keringanan. Dengan cara itu pengusaha berusaha memengaruhi petugas PT. Jamsostek memberikan keringanan. Apabila hal ini terjadi tentunya akan sangat merugikan badan penyelenggara karena terjadi pengurangan pendapatan akibat kecurangan tersebut. c. Pengenaan uang paksa Dwangsom oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi kepada badan penyelenggara jaminan sosial ketenagakerajaan yaitu PT. Jamsostek jika terjadi keterlambatan pembayaran kepada tenaga kerja. Dalam hal ini biasanya tidak pernah terjadi karena badan penyelanggara selalu tepat waktu untuk melakukan pembayaran kepada tenaga kerja. Bahkan dilakukan pula program Safari Klaim yaitu mengantarkan klaim asuransi ke rumah tenaga kerja yang Universitas Sumatera Utara 48 terkena musibah dan ikut serta dalam salah satu program jaminan sosial tenaga kerja. Program safari kalim dimaksudkan agar tenaga kerja tahu manfaat program jaminan sosial tenaga kerja dan mau mengajak pihak perusahaan untuk ikut serta dalam program-program jamsostek Ramli, 1997: 26-27. 2.7.5. Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja dilakukan oleh badan penyelenggara yaitu Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku yaitu Perseoran Persero.Mengingat luasnya program dan besarnya jumlah kepesertaan maka program jaminan sosial tenaga kerja bila dipandang perlu dapat diselenggarakan oleh lebih dari satu Badan Usaha Milik Negara.Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya BUMN mengutamakan pelayanan kepada peserta dalam rangka peningkatan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja beserta keluarganya. Mengingat Badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja melaksanakan program peningkatan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja yang dananya berasal dari iuran pengusaha dan tenaga kerja, maka BUMN yang diserahi tugas menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja sudah sewajarnya mengutamakan pelayanan kepada peserta disamping melaksanakan prinsip solvabilitas, likuiditas dan rentabilitas kansil dan kansil, 1992: 45-46. Penyelenggaraan Program Jamsostek bersifat wajib dan dilaksanakan dengan sistem asuransi sosial untuk menjamin solvabilitas dan kecukupan Universitas Sumatera Utara 49 danaguna memnuhi hak-hak peserta dan kewajiban lainnya dari badan penyelenggara dengan tidak meninggalkan watak sosialnya. Mengenai pengertian istilah asuransi dirumuskan mencakup suatu keadaan dimana pihak penanggung yang menerima sejumlah uang biasanya disebut premi atas janji dari pihak penanggung tersebut untuk memberikan perlindungan kepada pihak tertanggung terhadap resiko-resiko tertentu yang mungkin dihadapinya.Perlindungan tersebut dilaksanakan dengan memberikan penggantian atau pembayaran kepada tertanggung bila tertanggung yang bersangkutan terkena risiko yang dipertanggungkan Wahab, 2001: 146.

2.8. Kerangka Pemikiran