commit to user 12
diberi model Missouri Mathematics Project MMP dan konvensional, dan apakah peserta didik yang diberi model Missouri Mathematics Project
MMP lebih baik daripada peserta didik yang diberi model konvensional. 2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik yang mempunyai gaya
kognitif reflektif lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai gaya impulsif.
3. Untuk mengetahui manakah di antara model pembelajaran MMP yang dimodifikasi, MMP dan Konvensional yang menghasilkan hasil belajar yang
lebih baik jika ditinjau dari gaya kognitif reflektif- impulsif.
G. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam pemilihan model pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran matematika. 2. Sebagai bahan acuan pada penelitian mengenai penggunaan model Missouri
Mathematics Project MMP yang dimodifikasi unsur-unsur Student Teams Achievement Divisions STAD dan model Missouri Mathematics Project
MMP. 3. Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat memperluas wawasan tentang
model pembelajaran matematika. Guru yang belum pernah berpindah dari cara mengajar lama dapat menggunakan model ini, yaitu modifikasi model MMP
dengan STAD, karena STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang
commit to user 13
paling sederhana sedangkan MMP adalah merupakan pengembangan dari struktur pembelajaran matematika SPM yang telah biasa dikenal sebelumnya
yaitu meliputi langkah-langkah pendahuluan, pengembangan, penerapan dan penutup.
4. Melalui penelitian ini diharapkan sekolah khususnya kepala sekolah dapat memperoleh informasi terkait dalam menentukan kebijakan pada proses
pembelajaran di kelas.
commit to user
14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Hakikat Belajar
Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber atau obyek baik secara
sengaja dirancang atau tanpa sengaja dirancang. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu atau dari tahu menjadi lebih tahu,
dari belum cerdas menjadi cerdas, dari sikap belum baik menjadi baik, dari pasif menjadi aktif, dari tidak teliti menjadi teliti. Menurut Hilgard dalam Wina Sanjaya,
2010: 112, belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.
Menurut Anthony Robbins dalam Trianto: 2010, belajar adalah proses menciptakan hubungan antara sesuatu pengetahuan yang sudah dipahami dan
sesuatu pengetahuan yang baru. Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang
yang dinyatakan dalam cara- cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.Oemar Hamalik, 2005: 21 Menurut Sumiati dan Asra 2007 : 38 belajar
adalah proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi seseorang dikatakan telah belajar jika dia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat
dilakukan sebelumnya. Menurut Slameto 2010 : 2 menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara itu Winkel 1991 : 36
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mentalpsikis yang berlangsung
commit to user
15
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Belajar ialah usaha melatih daya berpikir, daya mengingat perasaan, daya mengenal., daya kemauan agar berkembang sehingga kita dapat berpikir, mengingat,
mengenal, berkembang. Oemar Hamalik, 2005: 23 Belajar secara umum diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang
melalui interaksi dengan lingkungannya untuk mengubah perilakunya. Dengan perkataan lain, belajar adalah proses perubahan perilaku akibat interaksi individu
dengan lingkungan. Dari beberapa pendapat tentang belajar dapat disimpulkan bahwa belajar pada
penelitian ini adalah proses aktif yang dilakukan oleh individu sebagai akibat interaksi antara individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan
dari tidak tahu menjadi tahu.
2. Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana 2009 : 22, hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Kemampuan hasil belajar peserta didik dapat diukur. Keberhasilan seseorang di dalam mengikuti satuan proses pembelajaran pada satu jenjang pendidikan tertentu
dapat dilihat dari hasil pembelajarannya. Alat yang digunakan untuk mengukur hasil belajar dapat berupa tes .
Hasil belajar seseorang akan dipengaruhi oleh dua hal yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal meliputi usia, minat, profesi, kesehatan,
motivasi, prestasi, kemampuan, status sosial ekonomi atau kemampuan berbahasa
commit to user
16
asing. Sedang kondisi eksternal adalah rangsangan yang bersumber dari luar yang dapat menyebabkan terjadinya proses belajar mengajar. Kondisi eksternal dalam
proses belajar mengajar dipengaruhi antara lain oleh guru dan metode mengajar. Dalam hal ini bagaimana guru merancang dan menyediakan kondisi yang khusus
agar peserta didik berhasil dalam belajarnya. Kegagalan seseorang dalam belajar tidak semata-mata disebabkan oleh kemampuannya tetapi antara lain adanya
gangguan dari informasi lain yang menghambat untuk mengingat kembali apa yang telah pernah dipelajarinya. Hasil belajar yang dicapai peserta didik melalui proses
belajar-mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut :
a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrisik pada diri peserta didik. Motivasi intrisik adalah semangat juang untuk belajar
yang tumbuh dari dalam diri peserta didik itu sendiri. b. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya ia tahu akan kemampuan
dirinya dan percaya bahwa ia punya potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana seharusnya.
c. Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti tahan lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,
dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan
kreatifitasnya. d. Hasil belajar diperoleh peserta didik secara menyeluruh, yakni mencakup ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. e. Kemampuan peserta didik untuk mengontrol atau menilai mengendalikan dirinya
commit to user
17
terutama dalam menilai hasil yang dicapainya dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Hasil belajar matematika adalah kegiatan melalui proses belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan perubahan. Perubahan-perubahan ini meliputi
bidang atau aspek-aspek pengetahuan, perubahan keterampilan, nilai dan sikap Winkel, 1983 : 102. Adanya perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat pada
kemampuan yang dimiliki, dan tidak bisa menjadi bisa, dari belum tahu menjadi tahu. Namun perubahan yang dimaksud tidak cukup hanya dibuktikan melalui
pengamatan saja. Secara konkrit perubahan dapat diketahui dengan mengadakan evaluasi atau tes. Hal ini sangat bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana
perubahan atau keberhasilan peserta didik dalam menjalankan proses belajar mengajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada penelitian ini adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah melalui proses belajar sehingga
menimbulkan perubahan-perubahan dari tidak bisa menjadi bisa, dari belum tahu menjadi tahu, yang ditunjukkan dengan hasilnilai tes.
3. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang bertujuan membentuk kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir
kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan permasalahan, baik dalam bidang matematika, bidang lainnya, maupun
dalam kehidupan sehari-hari. Ganung Anggraeni, 2007: 7 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001:723 matematika diartikan
commit to user
18
sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Matematika yang
diajarkan di sekolah, materinya telah dipilih dan disesuaikan dengan perkembangan kemampuan peserta didik. Walaupun obyek matematika adalah abstrak, namun
pengajarannya dapat dimulai dari obyek yang kongkrit. Depdikbud, 1995:3 Matematika di sekolah berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus-rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya melalui materi pengukuran
dan geometri, aljabar dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika,
yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Depdiknas, 2005:26
Tugas seorang guru matematika adalah menciptakan lingkungan belajar, memotivasi peserta didik, mengendalikan disiplin dan suasana belajar. Termasuk
kegiatan ini antara lain menyediakan sumber belajar, merancang kegiatan pembelajaran, mengatur alokasi waktu, menyediakan peralatan belajar dan mengatur
pengelolaan kelas. Austin 2007 mengatakan bahwa:
This review aimed to investigate the role of different types of interaction such as classroom interaction, small group interaction, and interaction with
technology on learning mathematics. The studies examined give examples of how to use interaction, accompanied with other factors, to enhance
mathematical achievement and more importantly, higher order mathematical skills such as mathematical reasoning, self-regulation, and metacognition.
Improvement of such skills require the students to communicate mathematically, hence interaction with peers, teachers, or any other media
plays an essential role. Maksudnya pembelajaran matematika memerlukan interaksi baik interaksi antara siswa dengan guru, peserta didik dengan teman
sebaya maupun interaksi dengan media lain yang dapat meningkatkan prestasi matematika.
commit to user
19
Penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran belajar matematika adalah kegiatan mengkonstruksi di dalam pikiran konsep-konsep matematika dan hubungan-
hubungan di antara konsep-konsep itu yang diperoleh dari hasil interaksi selama proses pembelajaran. Jadi ada 2 komponen penting dalam belajar matematika, yaitu:
a. mengkonstruksi pengetahuan dan konsep-konsep matematika; b. mengembangkan pemahaman relasional.
4. Hasil Belajar Matematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001:895 prestasi diartikan sebagai
hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Sedangkan belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,
berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi prestasi belajar dapat diartikan sebagi hasil yang telah dicapai melalui penguasaan
pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Prestasi belajar lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.
Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil dari seorang peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar matematika yang diukur dari
kemampuan peserta didik tersebut dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika.
5. Model Pembelajaran Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
commit to user
20
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.Akhmad Sudrajat, 2010 Menurut Udin Winataputra dalam Rachmad Widodo, 2009, model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu
dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar. Menurut Heru
Setyawan, model pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenagkan.
Sedangkan menurut Agus Supriyono dalam Heru Setyawan, model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas maupun tutorial. Model pembelajaran menurut Muhhmad adalah suatu pola umum tindakan guru, peserta didik dalam manifestasi aktifitas pembelajaran. Model
sebagai daya upaya guru dalam menciptakan proses mengajar. Dari uraian di atas pengertian model pembelajaran pada penelitian ini adalah
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
6. Pembelajaran Konvensional Konvensional berasal dari kata konvensi yang artinya pemufakatan umum atau
kebiasaan. Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia 2001:592 konvensional mempunyai arti menurut apa yang sudah terjadi kebiasaan atau sudah menjadi
tradisional. Jadi berdarkan pengertian konvensional di atas dapat dianalogkan bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang umum dilaksanakan.
commit to user
21
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada keaktifan guru teacher centered. Demikian juga pada pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika dengan metode konvensional adalah pembelajaran yang berfokus pada kegiatan guru yaitu guru memberikan definisi, rumus, menjelaskan
materi dengan aktifitas guru tetap dominan, sedangkan peserta didik hanya pasif. Mereka hanya mendengarkan, menulis materi yang diberikan oleh guru.
Model konvensional disebut juga model tradisional yaitu cara-cara mengajar dengan cara lama. Metode ini yang paling terkenal adalah dengan ceramah. Dalam
mata pelajaran matematika, langkah-langkah pelaksanaan model konvensioanal umumnya adalah sebagai berikut:
a. Guru menerangkan materi ajar, peserta didik mendengarkan. b. Guru memberikan contoh soal kemudian peserta didik mencatat.
c. Guru memberikan soal latihan yang dikerjakan secara individu oleh peserta didik d. Membahas soal yang dikerjakan peserta didik.
e. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada peserta didik. Noblitt, Vance, dan Smith 2010 menyimpulkan the study case method
promoted improved critical thinking and communication skills for all rubric factors investigated, yang artinya metode studi kasus meningkatkan pengembangan berpikir
kritis dan ketrampilan berkomunikasi untuk semua faktor- faktor penyelidikan. Berdasar uraian di atas maka model konvensioal adalah model pembelajaran
yang dilakukan selama proses pembelajaran tanpa melibatkan peserta didik untuk berperan aktif mengkonstruksi sendiri materi baru yang diperolehnya,tidak
meningkatkan kemampuan berpikir kritis sehingga pembelajaran bagi peserta didik sama sekali tidak bermakna karena hanya guru yang aktif.
commit to user
22
7. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu jenis belajar kelompok dengan
kekhususan anggota kelompok heterogen, terdapat ketergantungan positif di antara anggota kelompok, kepemimpinan dipegang bersama, guru mengamati kerja
kelompok dan intervensi jika diperlukan, setiap anggota kelompok harus siap menyajikan hasil kerja kelompoknya.Setiawan, 2005
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompoknya untuk tujuan belajar
JonhsonJohnson, 1987 dalam Rosnawati, 2008: 4. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya
sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan suatu masalah. Menurut Mohamad Nur dalam Rosnawati, 2008: 4, pembelajaran kooperatif
mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: a.
Para peserta didik harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelamberenang bersama-sama.
b. Para peserta didik mempunyai tanggung jawab terhadap tiap peserta didik lain dalam kelompoknya, di samping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri
dalam mempelajari materi yang dihadapi. c.
Para peserta didik harus berpandangan bahwa mereka semua memilki tujuan yang sama.
d. Para peserta didik harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya di antara anggota kelompok.
e. Para peserta didik akan diberi evaluasipenghargaan yang akan ikut berpengaruh
terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
commit to user
23
f. Para peserta didik bebagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
ketrampilan kerjasama selama belajar. g. Para peserta didik diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Duren Phillip E. 1992 mengatakan bahwa:
Parker 1984 found that small-group cooperative learning emphasized the development of thinking and problem solving skills. One advantage of this
approach to teaching is that it seeks to minimize student anxiety and competition by creating an environment where students feel safe to make and learn from
mistakes. Gilbert Macmillan 1983 suggests that another advantage of cooperative learning groups is that they give students an opportunity to talk
aloud, challenge and defend a point of view and focus on the problem solving process rather than the answer.
yang berarti pembelajaran kooperatif kelompok kecil menekankan perkembangan berpikir dan keahlian memecahkan masalah. Satu keuntungan dari pendekatan ini
untuk mengajarkan bahwa pembelajaran ini mencoba untuk memperkecil kegelisahan peserta didik dengan menciptakan lingkungan di mana peserta didik
merasa aman untuk berbuat dan belajar dari kesalahan-kesalahan. Menurut Gilbert Macmillan bahwa keuntungan lain dari pembelajaran kooperatif adalah merekaguru
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berbicara, memberi tantangan dan mempertahankan pendapatnya pada proses pemecahan masalah.
Emily Lin 2006 mengatakan bahwa Research shows that humans learn best when they collaborate with others and actively process personally meaningfull
information. Artinya Manusia belajar paling baik ketika berkolaborasi dengan yang lain dan aktif secara individu.
Ding, Li, Piccolo, Kulm 2007 mengatakan bahwa Cooperative learning is an effective way to develop the ability to communicate with others. Artinya
pembelajaran kooperatif adalah cara yang paling efektif untuk mengembangkan
commit to user
24
kemampuan berkomunikasi dengan yang lain. Berdasarkan uraian-uraian di atas pengertian pembelajaran kooperatif pada
penelitian ini adalah suatu pembelajaran yang pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompoknya yang heterogen, mereka
dapat secara aktif meningkatkan kemampuan berpikirnya dengan adanya tantangan yang diberikan oleh guru dan mereka harus dapat mempertanggungjawabkan hasil
diskusi dari kelompoknya baik secara individu maupun kelompok. Banyak model-model pembelajaran kooperatif, antara lain tipe Student Teams
Achiement Divisions STAD, Jigsaw, Group Investigation GI. Sedangkan pada penelitian ini, model yang akan digunakan adalah model pembelajaran Missouri
Mathematics Project MMP yang dimodifikasi dengan unsur- unsur Student Teams Achiement Divisions STAD .
8. Tipe Student Teams Achievement Divisions STAD Guru memegang peranan penting dalam keberhasilan belajar peserta didik nya.
Oleh karena itu, guru harus pandai-pandai dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didiknya dan materi yang akan diberikan.
Model pembelajaran tipe Student Teams Achiement Divisions STAD adalah salah satu model pembelajaran yang terdiri dari lima komponen utama yaitu
presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan dan rekognisi tim. Slavin, 2010: 143 Langkah-langkah dalam Student Teams Achiement Divisions STAD :
Tahap 1 : Guru presentasi di depan kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari. Guru juga menjelaskan tata cara
kerjasama dalam kelompok, terutama pada kelas yang belum pernah
commit to user
25
mengenal model STAD. Tahap 2 : Tim kelompok. Tim kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik yang
heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, ras maupun etnik. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim
benar-benar belajar dan
lebih khususnya
lagi adalah
untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.
Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan maupun materi lainnya. Yang paling sering
terjadi adalah pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahn bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan
pemahaman jika anggota tim ada yang membuat kesalahan. Tim adalah fitur yang yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya yang
ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim dan tim juga harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap
anggotanya. Tahap 3: Kuis. Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan
presentasi atau setelah satu atau dua periode kerja tim, para peserta didik akan mengerjakan kuis individual. Para peserta didik tidak diperbolehkan
untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap peserta didik bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.
Tahap 4: Skor Kemajuan Individual. Tiap peserta didik dapat memberikan kontribusi point yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini,
tetapi tidak ada peserta didik yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap peserta didik diberi skor
commit to user
26
awal, yang diperoleh dari rata-rata kinerja peserta didik tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis. Peserta didik selanjutnya akan
mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikkan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.
Perhitungan poin kemajuan individu adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Perhitungan Poin Kemajuan Individu
No. Skor Kuis
Poin Kemajuan 1
Lebih dari 10 poin di atas skor awal. 30
2 Sama hingga 10 poin di atas skor awal.
20 3
Sepuluh hingga satu poin di bawah skor awal. 10
4 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5
Tahap 5: Rekognisi Tim. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain jika skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Tiga
macam tingkatan penghargaan diberikan di sini. Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Tim
No. Kriteria rata-rata tim
Penghargaan 1
25 – 30 Tim super
2 20 – 24
Tim sangat baik 3
15 – 19 Tim baik
9. Model Misouri Mathematics Project MMP Penelitian Good dan Grouws pada tahun 1979, Good, Grouws dan Ebmeimer
pada tahun 1983 dan juga Confey pada tahun 1986 dalam Setiawan, 2005, memperoleh temuan bahwa guru yang merencanakan dan mengimplementasikan
commit to user
27
lima langkah pembelajaran matematikanya, akan lebih sukses dibanding dengan mereka yang menggunakan pendekatan tradisional. Kelima langkah itulah yang
dikenal dengan Missouri Mathematics Project MMP. Model Misouri Mathematics Project MMP merupakan salah satu model yang terstruktur seperti halnya Struktur
Pembelajaran Matematika SPM yang mempunyai komponen struktur pengajaran pendahuluan, pengembangan, penerapan dan penutup. Model MMP adalah
pengembangan dari SPM. Lima langkah dalam Missouri Mathematics Project MMP adalah:
Langkah 1: Review. Meninjau pelajaran sebelumnya dan membahas PR. Langkah 2: Pengembangan. Berupa penyajian ide baru atau perluasan konsep
matematika yang terdahulu dan juga penyajian, diskusi interaktif antara guru dan peserta didik.
Langkah 3: Latihan Terkontrol Kerja Kooperatif. Peserta didik merespon soal dan guru mengamati. Pada latihan terkontrol ini, respon peserta didik sangat
berguna bagi guru dan peserta didik sendiri. Peserta didik bekerja sendiri atau dalam kelompok kooperatif.
Langkah 4: Seatwork Kerja Mandiri. Peserta didik bekerja mandiri untuk latihan atau perluasan konsep yang diberikan pada langkah pengembangan.
Langkah 5: PR. Pemberian PR dari guru agar peserta didik juga belajar di rumah tentang materi yang baru dipelajari
.
10. Modifikasi Model Missouri Mathematics Project MMP dengan unsur- unsur Student Teams Achiement Divisions STAD
Modifikasi di sini dimaksudkan adalah adanya gabungan antara model STAD dengan model MMP.
commit to user
28
Missouri Mathematics Project MMP adalah model pembelajaran klasikal yang sudah mengikutsertakan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Namun demikian, pembelajarannya masih klasikal sehingga peran aktif peserta didik belum maksimal, sehingga ada baiknya jika MMP dimodifikasi dengan STAD.
Sedangkan pada STAD masih ada presentasi guru, di mana peserta didik hanya mendengarkan saja materi yang diberikan guru, oleh karena itu perlu dihilangkan
yaitu dengan memodifikasinya dengan MMP. Langkah-langkah pada modifikasi ini adalah sebagai berikut:
Langkah 1: Pertama yang dilakukan pada proses pembelajaran pada MMP yaitu review. Pada langkah ini, guru mereview pelajaran yang lalu dan
membahas PR. Langkah 2: Pengembangan. Guru membimbing peserta didik dalam pengisian LKS
buatan guru untuk menemukan suatu rumus. Langkah 3: Seatwork Kerja Mandiri Pada langkah ini untuk latihan atau perluasan
mempelajari konsep yang disajikan pada langkah kedua, dan dikerjakan secara individu.
Langkah 4: Latihan terkontrol kerja kooperatif. Langkah kedua STAD yaitu tim, dimasukkan pada langkah ini. Peserta didik dengan kelompok
kooperatifnya mengerjakan soal aplikasi rumus tadi dengan pantauan bimbingan guru dan menemukan konsep baru seperti pada langkah
pengembangan. Kuis pada langkah ketiga STAD dilakukan setelaha langkah ini.
Dilanjutkan dengan langkah STAD berikutnya yaitu skor kemajuan individual dan rekognisi tim.
commit to user
29
Langkah 5: Guru memberi PR. Dengan modifikasi antara MMP dengan unsur-unsur STAD, peran serta
peserta didik lebih dominan pada proses pembelajaran, karena setelah dimodifikasi dengan unsur- unsur STAD pembelajaran berubah dari pembelajaran klasikal
menjadi pembelajaran kooperatif.
11. Gaya Kognitif Menurut Slameto 2010: 160, gaya kognitif adalah cara- cara sendiri yang
disukainya dalam menyusun apa yang dilihat, diingat dan dipikirkannya, cara menyusun dan mengolah informasi serta pengalaman-pengalamannya.
Labunan dalam Saptari: 2010 menyatakan: setiap individu memiliki cara-cara tersendiri yang dilakukan dalam menyusun dalam pikirannya, apa yang dilakukan,
dilihat, diingat dan apa yang dipikirkan. Individu akan memiliki cara-cara yang berbeda atas pendekatan yang dilakukannya terhadap situasi belajar, dalam cara
mereka menerima, mengorganisasikan, serta menghubungkan pengalaman- pengalamam mereka dalam cara mereka merespon terhadap metode pengajaran
tertentu. Perbedaan ini bukanlah merupakan suatu tingkat kemampuan seseorang namun merupakan suatu bentuk kemampuan individu dalam memproses dan
menyusun informasi serta cara individu untuk tanggap terhadap stimulus yang ada di lingkungannya. Perbedaan-perbedaan yang menetap pada setiap individu dalam cara
mengolah informasi dan menyususnya dari pengalaman-pengalamannya lebih dikenal dengan gaya kognitif.
Woolfolk dalam Saptari: 2010 mengemukakan bahwa cognitive styles adalah bagaimana seseorang menerima dan mengorganisasikan informasi dari dunia
commit to user
30
sekitarnya. Gaya kognitif adalah cara-cara khas dimana individu membangun atau
membentuk keyakinan dan sikapnya tentang dunia sekitarnya dan cara-cara ia memproses dan memberikan reaksi terhadap informasi yang masuk atau diterimanya.
Jeni Beatrix Karay, 2009 You, Zhang, Liu berpendapat Cognitive style is the difference in personality
inclination and characteristic performed by individuals in the cognitive process. Cognitive style is an important factor which impacted students’ cognitive structure.
dalam Mingzhen Li: 2011 Artinya gaya kognitif adalah perbedaan dalam perasaan dan karakteristik pribadi yang ditampilkan individu dalam proses kognitif. Gaya
kognitif merupakan faktor penting yang berdampak pada struktur kognitif peserta didik.
Tipe- tipe gaya kognitif adalah gaya field dependence- field independence, gaya reflektif- impulsif, dan gaya preseptif reseptif – sistematis intuitif. Gaya field
dependence adalah gaya yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau bergantung pada lingkungan, sedangkan field independence tidak atau kurang dipengaruhi oleh
lingkungan. Gaya reflektif adalah gaya yang selalu mempertimbangkan segala alternatif sebelum mengambil keputusan dalam situasi yang tidak mempunyai
penyelesaian yang mudah. Sedangkan gaya impulsif dengan cepat mengambil keputusan tanpa memikirkannya secara mendalam. Gaya reseptif adalah gaya yang
lebih memperhatikan perincian informasi dan tidak berusaha untuk mempertalikan yang satu dengan yang lain, sedangkan preseptif cenderung untuk menyaring data
informasi. Gaya sistematis mencoba melihat struktur suatu masalah dan bekerja secara sistematis, sedang gaya intuitif langsung mengemukakan jawaban tertentu
commit to user
31
tanpa menggunakan informasi secara sistematis. Nasution, 2010: 97 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya kognitif adalah kebiasaan
bertindak yang relatif tetap dalam diri seseorang atau cara-cara sendiri yang disukainya dimana individu membangun, menyusun dalam pikirannya apa yang
dilakukan, dilihat, diingat dan apa yang dipikirkan, mempersepsikan dan mengorganisasikan informasi dari sekitarnya
Gaya kognitif peserta didik dapat diukur dengan menggunakan instrumen berupa gambar. Peserta didik ditugasi untuk mengamati gambar yang disediakan,
kemudian disuruh untuk mencocokkan dengan gambar yang ada. Ketepatan kecepatan peserta didik dalam menjawab, mencirikan karakteristik masing- masing,
sehingga mereka masuk pada tipe gaya kognitif tertentu. Peserta didik yang tergolong mempunyai tipe reflektif, jika mereka dalam
menebak gambar yang benar memiliki rerata waktu lebih besar dari median waktu dan rerata frekuensi lebih kecil dari median frekuensi. Sedangkan yang tipe impulsif,
jika mereka memiliki rerata waktu lebih kecil dari median waktu dan rerata frekuensi lebih besar dari median frekuensi.
B. Penelitian yang Relevan