EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT ( MMP ) YANG DIMODIFIKASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS X SMA NEGERI DI KABUPATEN CILACAP

(1)

commit to user

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU

DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS X

SMA NEGERI DI KABUPATEN CILACAP

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaraatan Mencapai Derajat Magister Program Pascasarjana Pendidikan Matematika

Oleh: WARDINAH

S851002026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU

DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS X

SMA NEGERI DI KABUPATEN CILACAP

Disusun oleh : Wardinah S851002026

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing Pada Tanggal ...

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Riyadi, M.Si. Drs. Budi Usodo, M.Pd.

NIP 19670116 199402 1 001 NIP 19680517 199303 1

002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Dr. Mardiyana, M.Si NIP 19660225 199302 1002


(3)

commit to user

iii

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU

DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS X

SMA NEGERI DI KABUPATEN CILACAP

Disusun oleh :

Wardinah S851002026

Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal ...

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Dr. Mardiyana, M.Si. ... NIP 19660225 199302 1002

Sekretaris : Drs. Tri Atmojo K, M.Sc., Ph.D. ... NIP 19630826 198803 1002

Anggota Penguji :

1. Dr. Riyadi, M.Si. ... NIP 19670116 199402 1 001

2. Drs. Budi Usodo, M.Pd. ... NIP 19680517 199303 1 002

Mengetahui

Direktur PPs. UNS, Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika,

Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D. Dr. Mardiyana, M.Si.


(4)

commit to user

iv Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Wardinah

NIM : S851002026

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul :

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS

PROJECT (MMP) YANG DIMODIFIKASI PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS X SMA NEGERI DI KABUPATEN CILACAP

adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.

Surakarta, .... Juli 2011 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

v

Jika kita mempunyai kemauan pasti ada jalan untuk mencapainya.

Tesis ini kupersembahkan kepada:

1. Ibu, suami dan anak-anak tercinta.

2. Teman-temanku mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNS.

3. Rekan-rekan guru matematika SMA N 3 Cilacap, SMA Negeri 1 Kroya dan SMA N Sampang Cilacap

4. Keluarga besar SMA Negeri 3 Cilacap 5. Almamater.


(6)

commit to user

vi

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

hidayahNya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: Eksperimentasi Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) yang Dimodifikasi pada Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa Kelas X SMA Negeri di Kabupaten Cilacap.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini telah banyak melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Direktur dan Asisten Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan belajar yang seluas-luasnya untuk menyelesaikan tesis ini.

2. Dr. Mardiyana, M.Si. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan petunjuk, dan dorongan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

3. Dr. Riyadi, M.Si. pembimbing I dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti dalam penyusunan tesis ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

4. Drs. Budi Usodo, M.Pd. pembimbing II dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti dalam penyusunan tesis ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik.


(7)

commit to user

vii

sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Kepala SMA N 3 Cilacap yang telah memberikan ijin belajar dan berbagai kemudahan, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

7. Kepala SMA N 1 Kroya dan SMA N Sampang yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di sekolahnya.

8. Keluarga besar SMA N 3 Cilacap yang telah membantu penyusunan tesis ini. 9. Teman-teman mahasiswa angkatan 2010 Program Studi Pendidikan

Matematika Program Pascasarjana UNS Surakarta yang telah memberikan motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

10. Supangat, S.Pd., M.M. , Joko Budi Santosa, S.Pd. dan Drs. Priyo Catur Santoso validator yang telah menyumbangkan pikirannya untuk memvalidasi butir soal tes prestasi.

11. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah Yang Maha Kuasa. Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Amien.

Surakarta, ... Juni 2011 Penulis


(8)

commit to user

viii

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN TESIS ... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO dan PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pemilihan Masalah ... 9

D. Pembatasan Masalah ... 10

E. Perumusan Masalah ... 10

F. Tujuan Penelitian... 11

G. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

A. Landasan Teori ... 14


(9)

commit to user

ix

4. Hasil Belajar Matematika ... 19

5. Model Pembelajaran... 19

6. Pembelajaran Konvensional ... 20

7. Pembelajaran Kooperatif ... 22

8. STAD ... 24

9. Model MMP ... 26

10. Modifikasi MMP dengan Unsur-Unsur STAD ... 27

11. Gaya Kognitif ... 29

B. Penelitian yang Relevan ... 31

C. Kerangka Berpikir ... 32

D. Perumusan Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ………... 37

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Jenis Penelitian ... 37

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 38

1. Populasi ... 38

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

1. Variabel Penelitian ... 41

2. Metode Pengumpulan Data ... 43

3. Instrumen Penelitian ... 44

E. Teknik Analisis Data ... 49


(10)

commit to user

x

4. Uji Lanjut Pascaanava ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 65

B. Deskripsi Data ... 67

C. Hasil Analisis Data ... 70

D. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 78

E. Keterbatasan Penelitian ... 85

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 84

A Kesimpulan ... 84

B. Implikasi ... 84

C. Saran ... 86


(11)

commit to user

xi

Tabel Halaman

1.1 Rerata nilai UN Matematika SMA Negeri Kabupaten Cilacap Tahun

Pelajaran 2009/2010 ... 2

1.2 Persentasi Penguasaan Materi Soal UN Matematika IPA SMA N Kabupaten Cilacap... ... 2

2.1 Perhitungan Poin kemajuan Individu ... 26

2.2 Kriteria Penghargaan Tim ... 26

3.1 Waktu Penelitian ... 37

3.2 Desain Faktorial Penelitian ... 38

3.3 Kategori Sekolah Berdasarkan Hasil Rerata UN Matematika Tahun Pelajaran 2009/2010 ... 39

3.4 Kategorisasi Indeks tingkat Kesukaran ... 47

3.5 Interpretasi Daya Beda Soal ... 48

3.6 Data Amatan, Rerata, dan Jumlah Kuadrat Deviasi ... 55

3.7 Rerata dan Jumlah Rerata ... 56

3.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan ... 59

4.1 Deskripsi Data Hasil Tes Matching Familiar Figures ... 65

4.2 Deskripsi data hasil belajar matematika ... 68

4.3 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ... 69

4.4 Rangkuman Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika ... 71

4.5 Rangkuman Uji Homogenitas Variansi ... 725

4.6 Rangkuman Analisis Variansi ... 73


(12)

commit to user


(13)

commit to user

xiii

Halaman Lampiran 1 : Silabus ... 92

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS

untuk kelompok eksperimen 1 ... 98

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS

untuk kelompok eksperimen 2 ... 173 Lampiran 4 : Instrumen MFFT ... 243

Lampiran 5 : Rekapitulasi Keseluruhan Hasil MFFT Kelompok

Eksperimen 1... 276

Lampiran 6 : Rekapitulasi hasil MFFT kelompok eksperimen 1 ... 279

Lampiran 7 : Data hasil tes akhir semester I kelompok eksperimen

1... 281

Lampiran 8 : Rekapitulasi Keseluruhan Hasil MFFT Kelompok

Eksperimen 2... 282

Lampiran 9 : Rekapitulasi hasil MFFT kelompok eksperimen 2 ... 285

Lampiran 10 : Data hasil tes akhir semester I kelompok eksperimen

2... 287

Lampiran 11 : Rekapitulasi Keseluruhan Hasil MFFT Kelompok

Kontrol... 288 Lampiran 12 : Rekapitulasi hasil MFFT kelompok kontrol... ... 291 Lampiran 13 : Data hasil tes akhir semester I kelompok kontrol ... 293

Lampiran 14 : Uji Normalitas tes semester I kelompok eksperimen 1 294


(14)

commit to user

xiv

eksperimen 1, eksperimen 2, kontrol ... 303

Lampiran 18 : Uji keseimbangan tes semester I kelompok model pembelajaran ... 304

Lampiran 19 : Data hasil tes akhir semester I kelompok gaya reflektif... 305

Lampiran 20 : Data hasil tes akhir semester I kelompok gaya impulsif... 307

Lampiran 21 : Uji Normalitas tes semester I kelompok gaya reflektif... 309

Lampiran 22 : Uji Normalitas tes semester I kelompok gaya impulsif ... 312

Lampiran 23 : Uji homogenitas tes akhir semester I kelompok gaya kognitif ... 315

Lampiran 24 : Uji keseimbangan tes akhie semester I kelompok gaya kognitif ... 316

Lampiran 25 : Lembar validasi instrumen tes hasil belajar ... 317

Lampiran 26 : Kisi-kisi Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika ... 320

Lampiran 27 : Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika ... 322

Lampiran 28 : Kunci Jawaban Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika ……….. 327

Lampiran 29 : Indeks Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Hasil Belajar Matematika ... 328


(15)

commit to user

xv

Lampiran 33 : Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika

Berdasarkan Model Pembelajaran ... 346

Lampiran 34 : Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Berdasarkan tipe gaya kognitif... ... 352

Lampiran 35 : Uji normalitas hasil belajar matematika kelompok eksperimen 1, eksperimen 2, kontrol ... 356

Lampiran 36 : Uji normalitas tipe reflektif dan impulsif ... 365

Lampiran 37 : Uji homogenitas kelompok eksperimen 1, eksperimen 2, kontrol ... 371

Lampiran 38 : Uji homogenitas tipe reflektif dan impulsif ... 372

Lampiran 39 : Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak sama ... 373

Lampiran 40 : Uji Komparasi Ganda dengan Metode Schefee ... 376

Lampiran 41 : Surat ijin penelitian dan surat keterangan penelitian dari sekolah ... 379

Lampiran 42 : Tabel Statistik ... 391


(16)

commit to user

xvi

Wardinah S851002026. Eksperimentasi Model Pembelajaran Missouri

Mathematics Project (MMP) yang Dimodifikasi pada Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa Kelas X SMA Negeri di Kabupaten Cilacap . Pembimbing I: Dr. Riyadi, M.Si., Pembimbing II: Drs. Budi Usodo, M.Pd. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) apakah hasil belajar peserta didik yang diberi model Missouri Mathematics Project (MMP) yang dimodifikasi unsur -unsur Student Teams Achievement Divisions (STAD) lebih baik daripada peserta didik yang diberi model Missouri Mathematics Project (MMP) dan konvensional, dan apakah peserta didik yang diberi model Missouri Mathematics Project (MMP) lebih baik daripada peserta didik yang diberi model konvensional.(2) apakah hasil belajar peserta didik yang mempunyai gaya kognitif reflektif lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai gaya impulsif. (3) manakah di antara model pembelajaran MMP yang dimodifikasi, MMP dan Konvensional yang menghasilkan hasil belajar yang lebih baik jika ditinjau dari gaya kognitif reflektif- impulsif.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain faktorial 3x2. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai dengan Juni 2011 dengan populasi peserta didik kelas X SMA Negeri di Kabupaten Cilacap. Sampel penelitian diperoleh dengan gabungan stratified random sampling dan cluster random sampling. Banyak anggota sampel untuk kelompok eksperimen 1 (penyajian materi dengan model MMP modifikasi) sebanyak 80 yang berasal dari kelas X-B SMA N 3 Cilacap sejumlah 24 peserta didik, kelas X-8 SMA N 1 Kroya sejumlah 28 peserta didik dan kelas X-F SMA N Sampang sejunlah 28 peserta didik. Kelompok eksperimen 2 (dengan model MMP) sebanyak 76 peserta didik berasal dari kelas X-A SMA N 3 Cilacap sejumlah 24 peserta didik, kelas X-5 SMA N 1 Kroya sejumlah 25 peserta didik dan kelas X-E SMA N Sampang sejunlah 27 peserta didik dan kelompok kontrol (penyajian materi dengan model pembelajaran konvensional) sebanyak 75, berasal dari kelas X-D SMA N 3 Cilacap sejumlah 23 peserta didik, kelas X-6 SMA N 1 Kroya sejumlah 25 peserta didik dan kelas X-D SMA N Sampang sejunlah 27 peserta didik. Pengumpulan data dilakukan dengan tes pilihan ganda. Validitas instrumen tes menggunakan validitas isi dan reliabilitas tes digunakan uji KR-20.

Uji prasyarat analisis data menggunakan uji Lilliefors untuk uji normalitas dan uji Bartlett untuk uji homogenitas. Analisis data dengan analisis variansi dua jalan sel tak sama.

Hasil analisis dua jalan dengan taraf signifikansi a = 5%, menunjukkan

(1) ada pengaruh penggunaan model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika pada peserta didik kelas X materi perbandingan dan fungsi trigonometri (Fa= 16,103 > 3,00 = F(0,05;2;225)), (2) ada pengaruh gaya kognitif peserta didik terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X materi perbandingan dan fungsi trigonometri (Fb = 54,090 > 3,84=F(0,05;1;225)) dan (3) Ada interaksi antara model pembelajaran dan gaya kognitif peserta didik pada peserta didik kelas X materi perbandingan dan fungsi trigonometri (Fab = 3,4148 > 3,00=F(0,05;2;225)).


(17)

commit to user

xvii

baik daripada model konvensional pada peserta didik kelas X untuk materi perbandingan dan fungsi trigonometri (2) hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki tipe gaya kognitif reflektif lebih baik daripada peserta didik yang bertipe impulsif. (3) Pada pembelajaran dengan model MMP modifikasi, peserta didik bergaya reflektif hasil belajarnya lebih baik dengan yang bergaya impulsif. Demikian juga untuk pembelajaran dengan model MMP. Sedangkan untuk pembelajaran konvensional, peserta didik yang bergaya reflektif hasil belajarnya sama dengan yang impulsif. Pada peserta didik bergaya reflektif, model pembelajaran MMP modifikasi dan MMP hasil belajarnya sama, model MMP modifikasi lebih efektif daripada konvensional, dan model MMP lebih efektif daripada konvensional. Pada peserta didik bergaya impulsif, pembelajaran dengan

MMP modifikasi, MMP maupun konvensional hasil belajarnya sama.

.

Kata kunci: Pembelajaran model modifikasi MMP dengan unsur-unsur STAD, pembelajaran model MMP dan gaya kognitif Reflektif dan Impulsif.


(18)

commit to user

xviii

(MMP) Modification Learning Model in Mathematics Learning Viewed from Cognitive Style of Senior High School Students Grade X in Cilacap . First supervisor: Dr. Riyadi, M.Si., second supervisor: Drs. Budi Usodo, M.Pd. Thesis. Mathematics Education Study Program of Postgraduate Program of Sebelas Maret University Surakarta. 2011.

The aims of this research are to know: (1) Is the result of learning procces using Modification of Missouri Mathematics Project (MMP) model better than Missouri Mathematics Project (MMP) and conventional model, and is the result learning procces using Missouri Mathematics Project (MMP) model better than conventional model. (2) is the result of students learning achievement in mathematics who have reflective cognitive style better than who have impulsive cognitive style. (3) which of MMP’s modification, Missouri Mathematics Project (MMP) and conventional model can result students’s learning achievement in mathematics which better if see of reflective-impulsive cognitive style.

This research is a quasi experiment with 3x2 factorial design. This study was conducted from Februari 2011 to June 2011 with the population is state senior high school students’ grade X in Cilacap. This sample was obtained by a combination of stratified random sampling and cluster random sampling. The number of participants in this research was 80 students that consist of 24 students of X-B SMA N 3 Cilacap, 28 students of X-8 SMA N 1 Kroya, and 26 students of X-F SMA N Sampang as the first experimental group (using Modification of MMP learning model), 76 students that consist of 24 of X-A SMA N 3 Cilacap, 25 students of X-5 SMA N 1 Kroya and 27 students of X-E SMA N Sampang as a second experimental group (using MMP learning model), and the control group (using conventional learning model) consists of 75 students, 23 students of X-D SMA N 3 Cilacap, 25 students of X-6 SMA N 1 Kroya and 27 students of X-D SMA N Sampang. The data was collected using multiple choice test. The validity of test instrument used content validity and the reliability of the test used KR-20 test.

The prerequisites of data analysis employed Lilliefors test for normality test and Bartlett test for homogenity test. The technique used to analyze data in this study was two ways variance analysis with different cells. The results of two

ways variance analysis at significance level a =5% show that (1) there is an effect

of learning method usage on the students’ learning achievement of students grade X in the subject matter of trigonometry comparations and functions (Fa= 16.103 >3.00 = F(0.05;2;225)), (2) there is an effect of reflective-impulsive

cognitive style usage on the learning achievement of students grade X in the subject matter of trigonometry comparations and functions (Fb = 54.090 > 3.84 = F(0.05;1;225)) and (3) there is interaction between the learning model and the students’s reflective-impulsive cognitive style in the learning achievement of grade X in the subject matter of trigonometry comparations and functions (Fab = 3.4148 > 3.00 = F(0.05;2;225)).

The conclusion of this research are: (1) learning model Missouri Mathematics Project (MMP) modification is better than learning achievement in mathematics which using Missouri Mathematics Project (MMP) and the conventional learning model, and Missouri Mathematics Project (MMP) model better than conventional model (2) the students who have reflective cognitive


(19)

commit to user

xix

reflective type is better than impulsive type but for conventional model learning achievement in mathematics who has reflective type same as impulsive. Students’ who has reflective type, MMP modification model result learning achievement same as MMP model, MMP modification is better than conventional model, MMP model is better than conventional model. But for students who have reflective type, learning by using MMP modification, MMP and conventional model are result the same learning achievement.

Key words: Missouri Mathematics Project (MMP) which is modified by parts of STAD learning model, Missouri Mathematics Project (MMP) learning model, cognitive style reflective and impulsive.


(20)

commit to user

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan adalah merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus terpenuhi, sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan yang sekaligus merupakan tuntutan kemajuan peradaban dan teknologi suatu bangsa. Peradaban suatu bangsa ditentukan oleh tingkat pendidikan warga negaranya, sehingga pendidikan adalah tolok ukur kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia berkualitas yang akan membawa negaranya menjadi lebih maju.

Pendidikan merupakan sarana yang penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sekarang ini merupakan suatu keharusan. Sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu mempertahankan eksistensinya dan akan menjadi pilar yang kokoh dalam suatu negara.

Rendahnya kualitas sumber daya manusia akan mengakibatkan negara kita tertinggal jauh dari negara lain. Rendahnya sumber daya manusia antara lain disebabkan oleh rendahnya kualitas pendidikan, yang kemungkinan juga diakibatkan oleh kurang berhasilnya proses pembelajaran di kelas. Kemungkinan diakibatkan oleh pembelajaran yang monoton.

Berdasarkan hasil Ujian Nasional (UN) SMA Negeri di Kabupaten Cilacap tahun pelajaran 2009/2010 untuk mata pelajaran matematika diperoleh data rerata sebagai berikut :


(21)

commit to user

Tabel 1.1 Rerata Nilai UN Matematika SMA Negeri Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2009/2010

Program IPA Program IPS

Rerata nilai UN tertinggi dari 18 SMA N 7,96 8,84

Rerata nilai UN terendah dari 18 SMA N 2,92 2,00

Dari data tersebut di atas, terlihat bahwa rerata hasil belajar UN mata pelajaran matematika masih kurang menggembirakan. Rendahnya hasil ujian nasional tidak lepas dari beberapa faktor, baik faktor intern peserta didik maupun ekstern. Faktor proses sangat menentukan output pendidikan. Karena itu masalah-masalah semacam kualitas guru, model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan menjadi sangat penting dalam proses pendidikan di sekolah.

Tabel 1.2 Persentase Penguasaan Materi Soal UN Matematika IPA SMA Negeri Kabupaten Cilacap

No. Tahun

Pelajaran Kompetensi yang Diuji

Persentase

Rayon Propinsi Nasional

1.

2.

3.

2007/2008

2008/2009

Menyelesaikan masalah

yang berkaitan dengan

aturan sinus.

Menentukan himpunan

penyelesaian dari

persamaan trigonometri

dalam sinus atau kosinus.

Menentukan luas

segibanyak dengan ukuran

tertentu dengan

memanfaatkan aturan sinus.

56,31

41,67

77,11

64,93

55,82

88,31

62,23

68,12


(22)

commit to user

No. Tahun

Pelajaran Kompetensi yang Diuji

Persentase

Rayon Propinsi Nasional

4.

5.

6.

7.

2009/2010

Menentukan himpunan

penyelesaian persamaan

trigonometri yang

diketahui.

Menyelesaikan persamaan trigonometri dalam interval tertentu.

Menghitung nilai

perbandingan trigonometri sudut antar garis dan bidang pada bangun ruang.

Menentukan volume

bangun ruang dengan aturan sinus dan kosinus.

74,76 52,37 43,59 69,51 72,25 66,61 61,53 75,74 73,95 80,69 59,50 82,01

Data di atas menunjukkan bahwa penguasaan materi trigonometri peserta didik rayon Kabupaten Cilacap hampir selalu berada di bawah rerata nilai UN matematika di tingkat propinsi maupun nasional. Rendahnya daya serap ini salah satunya kemungkinan disebabkan oleh gaya kognitif peserta didik atau juga disebabkan oleh proses pembelajaran yang monoton yang tidak melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran (teacher centered).

Untuk itu diperlukan suatu upaya pembelajaran yang optimal agar peserta didik dapat menerima matematika dengan baik dan benar serta menyenangkan.

Sebagian besar peserta didik masih belum dapat dengan mudah memahami mata pelajaran matematika. Sehingga mereka lebih sering membuat kesalahan. Kemungkinan penyebabnya adalah masih banyak proses pembelajaran yang


(23)

commit to user

menggunakan paradigma mengajar, yaitu guru sebagai sumber belajar yang mengajari peserta didik, yang menganggap peserta didik tidak memiliki kemampuan apapun, sehingga peserta didik menjadi pasif karena guru tidak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membangun sendiri konsep-konsep yang baru diperolehnya sehingga mereka sering mengalami kesulitan dalam memahami konsep dan menerapkan rumus-rumus, bahkan kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal sehingga berujung pada timbulnya kesalahan. Kesalahan yang dilakukan akan berdampak pada rendahnya nilai ulangan harian, ulangan akhir semester maupun nilai ujian nasional. Hal ini sering dikeluhkan oleh guru matematika dan juga guru yang relevan. Rendahnya mutu pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari peserta didik, guru, minat dan motivasi serta gaya kognitif peserta didik, kinerja guru yang rendah, serta penggunaan sarana dan prasarana yang kurang optimal.

Saat ini pemerintah Indonesia telah memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diharapkan mampu meningkatkan mutu lulusan pendidikan. Dalam KTSP yaitu sekolah diberi kewenangan untuk mengembangkan sendiri kurikulumnya. Menurut Mulyasa (2008:22), salah satu tujuan khusus KTSP adalah meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai. Kualitas pendidikan akan dibangun oleh satuan pendidikan, satuan pendidikan yang tidak memperhatikan kebutuhan global akan berimbas pada peningkatan pengangguran yang semakin banyak.

Mengingat sekolah mempunyai kewenangan penuh dalam menyusun kurikulum maka kompetensi lulusan dari masing-masing sekolah akan berbeda. Mulyasa (2008:109) mengemukakan bahwa kompetensi lulusan masing-masing


(24)

commit to user

sekolah salah satunya akan tergantung bagaimana guru dalam menyusun, menjabarkan, menganalisis, mengembangkan indikator, menyesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK dan KD) dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik, situasi dan kondisi sekolah, serta kondisi dan kebutuhan daerah. Guru memegang peranan penting dalam menentukan mutu kompetensi lulusan yang imbasnya juga akan menentukan mutu sumber daya manusia.

Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan peserta didik, sehingga peserta didik merasa bosan dan kurang minat belajar. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik dengan melibatkan peserta didik secara efektif dalam proses pembelajaran. Juga mengupayakan siswa untuk memiliki hubungan yang erat dengan guru, dengan teman–teman dan juga dengan lingkungan sekitarnya.

Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi, sangat bergantung pada kemampuan guru mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan peserta didik belajar sehingga merupakan titik awal berhasilnya pembelajaran. Banyaknya teori dan hasil penelitian pendidikan yang menunjukkan bahwa pembelajaran akan berhasil bila peserta didik berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Seharusnya guru dapat mengembangkan pembelajaran di kelas, namun masih banyak guru yang tidak sepenuhnya melaksanakan KTSP dengan baik dan kreatif.


(25)

commit to user

Hal ini dapat dilihat dari praktik pembelajaran matematika di kelas, masih banyak peserta didik yang kurang tertarik dengan pelajaran matematika, peserta didik tidak bisa menjawab tentang konsep yang dipelajari saat guru bertanya kepada peserta didik. Guru dalam pengajaran hanya memberikan rumus-rumus dan contoh soal serta latihan soal tanpa memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencerna atau mendiskusikan dengan peserta didik yang lain. Guru masih menjadi satu-satunya sumber belajar dan peserta didik menerima semua materi tanpa mau bertanya. Belajar matematika dengan hanya menghapalkan rumus dan menghafalkan konsep tanpa pemahaman sangat tidak bermakna. Bila kondisi pembelajaran ini berlangsung terus maka dikhawatirkan akan dihasilkan kompetensi lulusan yang tidak mampu bersaing dengan dunia global.

Metode ceramah sudah bukan jamannya lagi. Menurut Anita Lie (2010:3) paradigma lama adalah guru memberikan pengetahuan kepada peserta didik yang pasif sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Guru perlu menyusun dan melaksanakan pembelajaran berdasarkan beberapa pokok pemikiran, yaitu: (1) Pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh peserta didik, (2) Peserta didik membangun pengetahuan secara aktif, (3) Guru perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan peserta didik, (4) Pendidikan adalah interaksi pribadi antara para peserta didik dan interaksi antara guru dan peserta didik.

Untuk itulah guru harus merancang dan menerapkan suatu metode pembelajaran yang dapat mengembangkan kompetensi peserta didik. Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model kooperatif. Menurut Sumiati dan Asra (2007 : 141) pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran agar peserta didik dapat berbagi pengetahuan, pandangan dan keterampilannya.


(26)

commit to user

Pengguanaan metode ini memungkinkan adanya keterlibatan peserta didik dalam proses interaksi yang lebih luas.

Menurut Ibrahim, dkk (dalam Trianto, 2010: 62), bahwa belajar kooperatif dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar peserta didik, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis peserta didik. Peserta didik belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada dari guru.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk melakukan aktifitas sendiri. Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang berpusat kepada guru (teacher centered), menyebabkan aktifitas peserta didik kurang karena pembelajaran didominasi oleh guru.

Dengan metode kooperatif diharapkan peserta didik benar-benar aktif, karena pada metode ini bukan guru yang mendominasi proses pembelajaran tapi keaktifan peserta didik yang diutamakan (student centered ), sehingga diharapkan pada pembelajaran matematika peserta didik dapat menemukan sendiri konsep-konsep baru. Dengan menemukan sendiri, maka pembelajaran lebih bermakna pada diri peserta didik, karena pada kegiatan tersebut peserta didik jadi mengetahui arti belajar yang sebenarnya.

Missouri Mathematics Project (MMP) adalah model pembelajaran klasikal yang sudah mengikutsertakan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Namun demikian, pembelajarannya masih klasikal sehingga peran aktif peserta didik belum maksimal, sehingga ada baiknya jika MMP dimodifikasi dengan model yang paling sederhana yaitu Student Teams Achievement Divisions (STAD). Sedangkan


(27)

commit to user

pada model STAD masih ada presentasi guru, di mana peserta didik hanya mendengarkan saja materi yang diberikan guru, oleh karena itu perlu dihilangkan yaitu dengan memodifikasinya dengan MMP. Dengan modifikasi antara MMP dengan unsur-unsur STAD, peran serta peserta didik lebih dominan pada proses pembelajaran.

Gaya kognitif adalah kebiasaan bertindak yang relatif tetap dalam diri seseorang. Ada kebiasan sebagian peserta didik jika menjawab pertanyaan tidak memperhitungkan secara matang jawabannya tersebut. Sehingga dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika, karena jawaban yang diberikan cenderung salah. Tidak setiap guru mengetahui adanya pengaruh gaya kognitif ini. Untuk meningkatkan hasil belajar, guru perlu mengetahui tentang pengaruh ini. Ada beberapa tipe gaya kognitif antara lain gaya kognitif reflektif dan impulsif.

Kedua gaya ini menunjukkan cara cepat dan lambatnya peserta didik dalam menjawab pertanyaan. Ada peserta didik yang menjawab cepat tetapi salah, cepat tapi benar, lambat tapi salah dan ada yang menjawab lambat tapi benar.

Jika guru mengetahui dan paham tentang gaya kognitif ini, diharapkan guru dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat pada proses pembelajaran hubungannya dengan gaya kognitif yang dimiliki peserta didik.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar matematika dimungkinkan karena kurang tepatnya penggunaan model pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut, dapat


(28)

commit to user

diadakan penelitian tentang apakah penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran matematika.

2. Ada kemungkinan rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika disebabkan oleh kemampuan awal peserta didik. Sehingga dapat diteliti juga pengaruh kemampuan awal peserta didik terhadap hasil belajar mereka.

3. Rendahnya hasil belajar peserta didik dimungkinkan oleh proses pembelajaran di kelas, yaitu tidak melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran. Karena itu dapat diadakan penelitian tentang pengaruh peran aktif peserta didik dalam meningkatkan hasil belajar.

4. Masih rendahnya hasil belajar siswa dimungkinkan oleh penggunaan media pembelajaran yang masih kurang, sehingga dapat diadakan penelitian tentang pengaruh penggunaan media terhadap hasil belajar.

5. Masih rendahnya prestasi belajar peserta didik dapat juga karena motivasi belajar peserta didik terhadap mata pelajaran matematika, sehingga dapat diadakan penelitian tentang pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar. 6. Ada kemungkinan rendahnya hasil belajar peserta didik dikarenakan oleh gaya

kognitif peserta didik. Sehingga dapat dilakukan penelitian tentang pengaruh gaya kognitif terhadap hasil belajar.

C. Pemilihan Masalah

Di antara masalah-masalah yang teridentifikasi tidak mungkin untuk diteliti semua dalam waktu yang bersamaan karena keterbatasan waktu dan tenaga. Oleh


(29)

commit to user

karena itu, penulis hanya mencoba mengadakan penelitian tentang masalah yang berkaitan dengan model pembelajaran dan gaya kognitif dengan hasil belajar, yaitu hasil belajar dengan menggunakan model kooperatif ditinjau dari gaya kognitif. Model pembelajaran yang akan digunakan adalah model Missouri Mathematics Project (MMP) yang dimodifikasi dengan unsur-unsur (bagian) Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan tinjauan dari gaya kognitif reflektif dan impulsif. Karena model MMP dan STAD merupakan model yang sederhana, sehingga bagi guru atau peserta didik yang pembelajaran sebelumnya hanya dengan model konvensional dapat melakukan dengan mudah. Sedangkan gaya reflektif dan impulsif menunjukkan kecepatan dan ketepatan anak dalam menjawab sehingga diperlukan untuk dapat meningkatkan hasil belajar.

D. Pembatasan masalah

Sehubungan dengan pemilihan masalah tersebut, agar cakupan variabel terikat hasil belajar dan variabel bebas model pembelajaran tidak terlalu luas, maka peneliti melakukan pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar dibatasi pada pokok bahasan perbandingan dan fungsi trigonometri kelas X semester II SMA Negeri sekabupaten Cilacap tahun pelajaran 2010/2011.

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) yang dimodifikasi dengan unsur- unsur dari Student Teams Achievement Divisions (STAD), model Missouri Mathematics Project (MMP), dan model konvensional.


(30)

commit to user

3. Karakteristik peserta didik yang dilihat adalah gaya kognitif peserta didik yang dikelompokkan ke dalam gaya kognitif impulsif dan reflektif.

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas yaitu, identifikasi masalah, pemilihan masalah dan pembatasan masalah, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah hasil belajar peserta didik yang diberi model Missouri Mathematics Project (MMP) yang dimodifikasi unsur-unsur Student Teams Achievement Divisions (STAD) lebih baik daripada peserta didik yang diberi model Missouri Mathematics Project (MMP) dan konvensional, dan apakah peserta didik yang diberi model Missouri Mathematics Project (MMP) lebih baik daripada peserta didik yang diberi model konvensional?

2. Apakah hasil belajar peserta didik yang mempunyai gaya kognitif reflektif lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai gaya impulsif?

3. Manakah di antara model pembelajaran MMP yang dimodifikasi, MMP dan Konvensional yang menghasilkan hasil belajar yang lebih baik jika ditinjau dari gaya kognitif reflektif dan impulsif?

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik yang diberi model Missouri Mathematics Project (MMP) yang dimodifikasi unsur-unsur Student Teams Achievement Divisions (STAD) lebih baik daripada peserta didik yang


(31)

commit to user

diberi model Missouri Mathematics Project (MMP) dan konvensional, dan apakah peserta didik yang diberi model Missouri Mathematics Project (MMP) lebih baik daripada peserta didik yang diberi model konvensional. 2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik yang mempunyai gaya

kognitif reflektif lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai gaya impulsif.

3. Untuk mengetahui manakah di antara model pembelajaran MMP yang

dimodifikasi, MMP dan Konvensional yang menghasilkan hasil belajar yang lebih baik jika ditinjau dari gaya kognitif reflektif- impulsif.

G. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam pemilihan model pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika.

2. Sebagai bahan acuan pada penelitian mengenai penggunaan model Missouri Mathematics Project (MMP) yang dimodifikasi unsur-unsur Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan model Missouri Mathematics Project (MMP).

3. Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat memperluas wawasan tentang model pembelajaran matematika. Guru yang belum pernah berpindah dari cara mengajar lama dapat menggunakan model ini, yaitu modifikasi model MMP dengan STAD, karena STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang


(32)

commit to user

paling sederhana sedangkan MMP adalah merupakan pengembangan dari struktur pembelajaran matematika (SPM) yang telah biasa dikenal sebelumnya yaitu meliputi langkah-langkah pendahuluan, pengembangan, penerapan dan penutup.

4. Melalui penelitian ini diharapkan sekolah khususnya kepala sekolah dapat memperoleh informasi terkait dalam menentukan kebijakan pada proses pembelajaran di kelas.


(33)

commit to user

14

LANDASAN TEORI A. Landasan Teori

1. Hakikat Belajar

Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber atau obyek baik secara sengaja dirancang atau tanpa sengaja dirancang. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu atau dari tahu menjadi lebih tahu, dari belum cerdas menjadi cerdas, dari sikap belum baik menjadi baik, dari pasif menjadi aktif, dari tidak teliti menjadi teliti. Menurut Hilgard (dalam Wina Sanjaya, 2010: 112), belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

Menurut Anthony Robbins (dalam Trianto: 2010), belajar adalah proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara- cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.(Oemar Hamalik, 2005: 21) Menurut Sumiati dan Asra (2007 : 38) belajar adalah proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi seseorang dikatakan telah belajar jika dia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Menurut Slameto (2010 : 2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara itu Winkel (1991 : 36) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung


(34)

commit to user

dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.

Belajar ialah usaha melatih daya berpikir, daya mengingat perasaan, daya mengenal., daya kemauan agar berkembang sehingga kita dapat berpikir, mengingat, mengenal, berkembang. (Oemar Hamalik, 2005: 23)

Belajar secara umum diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk mengubah perilakunya. Dengan perkataan lain, belajar adalah proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan.

Dari beberapa pendapat tentang belajar dapat disimpulkan bahwa belajar pada penelitian ini adalah proses aktif yang dilakukan oleh individu sebagai akibat interaksi antara individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan dari tidak tahu menjadi tahu.

2. Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (2009 : 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan hasil belajar peserta didik dapat diukur. Keberhasilan seseorang di dalam mengikuti satuan proses pembelajaran pada satu jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil pembelajarannya. Alat yang digunakan untuk mengukur hasil belajar dapat berupa tes .

Hasil belajar seseorang akan dipengaruhi oleh dua hal yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal meliputi usia, minat, profesi, kesehatan, motivasi, prestasi, kemampuan, status sosial ekonomi atau kemampuan berbahasa


(35)

commit to user

asing. Sedang kondisi eksternal adalah rangsangan yang bersumber dari luar yang dapat menyebabkan terjadinya proses belajar mengajar. Kondisi eksternal dalam proses belajar mengajar dipengaruhi antara lain oleh guru dan metode mengajar. Dalam hal ini bagaimana guru merancang dan menyediakan kondisi yang khusus agar peserta didik berhasil dalam belajarnya. Kegagalan seseorang dalam belajar tidak semata-mata disebabkan oleh kemampuannya tetapi antara lain adanya gangguan dari informasi lain yang menghambat untuk mengingat kembali apa yang telah pernah dipelajarinya. Hasil belajar yang dicapai peserta didik melalui proses belajar-mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut :

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrisik pada diri peserta didik. Motivasi intrisik adalah semangat juang untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri peserta didik itu sendiri.

b. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya ia tahu akan kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia punya potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana seharusnya.

c. Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti tahan lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreatifitasnya.

d. Hasil belajar diperoleh peserta didik secara menyeluruh, yakni mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.


(36)

commit to user

terutama dalam menilai hasil yang dicapainya dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Hasil belajar matematika adalah kegiatan melalui proses belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan perubahan. Perubahan-perubahan ini meliputi bidang atau aspek-aspek pengetahuan, perubahan keterampilan, nilai dan sikap (Winkel, 1983 : 102). Adanya perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat pada kemampuan yang dimiliki, dan tidak bisa menjadi bisa, dari belum tahu menjadi tahu. Namun perubahan yang dimaksud tidak cukup hanya dibuktikan melalui pengamatan saja. Secara konkrit perubahan dapat diketahui dengan mengadakan evaluasi atau tes. Hal ini sangat bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana perubahan atau keberhasilan peserta didik dalam menjalankan proses belajar mengajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada penelitian ini adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah melalui proses belajar sehingga menimbulkan perubahan-perubahan dari tidak bisa menjadi bisa, dari belum tahu menjadi tahu, yang ditunjukkan dengan hasil/nilai tes.

3. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang bertujuan membentuk kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan permasalahan, baik dalam bidang matematika, bidang lainnya, maupun dalam kehidupan sehari-hari. (Ganung Anggraeni, 2007: 7)


(37)

commit to user

sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Matematika yang diajarkan di sekolah, materinya telah dipilih dan disesuaikan dengan perkembangan kemampuan peserta didik. Walaupun obyek matematika adalah abstrak, namun pengajarannya dapat dimulai dari obyek yang kongkrit. (Depdikbud, 1995:3)

Matematika di sekolah berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus-rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika, yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. (Depdiknas, 2005:26)

Tugas seorang guru matematika adalah menciptakan lingkungan belajar, memotivasi peserta didik, mengendalikan disiplin dan suasana belajar. Termasuk kegiatan ini antara lain menyediakan sumber belajar, merancang kegiatan pembelajaran, mengatur alokasi waktu, menyediakan peralatan belajar dan mengatur pengelolaan kelas.

Austin ( 2007) mengatakan bahwa:

This review aimed to investigate the role of different types of interaction (such as classroom interaction, small group interaction, and interaction with technology) on learning mathematics. The studies examined give examples of how to use interaction, accompanied with other factors, to enhance mathematical achievement and more importantly, higher order mathematical skills (such as mathematical reasoning, self-regulation, and metacognition). Improvement of such skills require the students to communicate mathematically, hence interaction with peers, teachers, or any other media plays an essential role. (Maksudnya pembelajaran matematika memerlukan interaksi baik interaksi antara siswa dengan guru, peserta didik dengan teman sebaya maupun interaksi dengan media lain yang dapat meningkatkan prestasi matematika.)


(38)

commit to user

Penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran / belajar matematika adalah kegiatan mengkonstruksi di dalam pikiran konsep-konsep matematika dan hubungan-hubungan di antara konsep-konsep itu yang diperoleh dari hasil interaksi selama proses pembelajaran. Jadi ada 2 komponen penting dalam belajar matematika, yaitu: a. mengkonstruksi pengetahuan dan konsep-konsep matematika;

b. mengembangkan pemahaman relasional.

4. Hasil Belajar Matematika

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:895) prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Sedangkan belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi prestasi belajar dapat diartikan sebagi hasil yang telah dicapai melalui penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Prestasi belajar lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.

Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil dari seorang peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar matematika yang diukur dari kemampuan peserta didik tersebut dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika.

5. Model Pembelajaran

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu


(39)

commit to user

pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.(Akhmad Sudrajat, 2010)

Menurut Udin Winataputra (dalam Rachmad Widodo, 2009), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar. Menurut Heru Setyawan, model pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenagkan. Sedangkan menurut Agus Supriyono (dalam Heru Setyawan), model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran menurut Muhhmad adalah suatu pola umum tindakan guru, peserta didik dalam manifestasi aktifitas pembelajaran. Model sebagai daya upaya guru dalam menciptakan proses mengajar.

Dari uraian di atas pengertian model pembelajaran pada penelitian ini adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

6. Pembelajaran Konvensional

Konvensional berasal dari kata konvensi yang artinya pemufakatan umum atau kebiasaan. Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia (2001:592) konvensional mempunyai arti menurut apa yang sudah terjadi kebiasaan atau sudah menjadi tradisional. Jadi berdarkan pengertian konvensional di atas dapat dianalogkan bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang umum dilaksanakan.


(40)

commit to user

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada keaktifan

guru (teacher centered). Demikian juga pada pembelajaran matematika.

Pembelajaran matematika dengan metode konvensional adalah pembelajaran yang berfokus pada kegiatan guru yaitu guru memberikan definisi, rumus, menjelaskan materi dengan aktifitas guru tetap dominan, sedangkan peserta didik hanya pasif. Mereka hanya mendengarkan, menulis materi yang diberikan oleh guru.

Model konvensional disebut juga model tradisional yaitu cara-cara mengajar dengan cara lama. Metode ini yang paling terkenal adalah dengan ceramah. Dalam mata pelajaran matematika, langkah-langkah pelaksanaan model konvensioanal umumnya adalah sebagai berikut:

a. Guru menerangkan materi ajar, peserta didik mendengarkan. b. Guru memberikan contoh soal kemudian peserta didik mencatat.

c. Guru memberikan soal latihan yang dikerjakan secara individu oleh peserta didik d. Membahas soal yang dikerjakan peserta didik.

e. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada peserta didik.

Noblitt, Vance, dan Smith (2010) menyimpulkan the study case method promoted improved critical thinking and communication skills for all rubric factors investigated, yang artinya metode studi kasus meningkatkan pengembangan berpikir kritis dan ketrampilan berkomunikasi untuk semua faktor- faktor penyelidikan.

Berdasar uraian di atas maka model konvensioal adalah model pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran tanpa melibatkan peserta didik untuk berperan aktif mengkonstruksi sendiri materi baru yang diperolehnya,tidak meningkatkan kemampuan berpikir kritis sehingga pembelajaran bagi peserta didik sama sekali tidak bermakna karena hanya guru yang aktif.


(41)

commit to user 7. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu jenis belajar kelompok dengan kekhususan anggota kelompok heterogen, terdapat ketergantungan positif di antara anggota kelompok, kepemimpinan dipegang bersama, guru mengamati kerja kelompok dan intervensi jika diperlukan, setiap anggota kelompok harus siap menyajikan hasil kerja kelompoknya.(Setiawan, 2005)

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompoknya untuk tujuan belajar (Jonhson&Johnson, 1987 dalam Rosnawati, 2008: 4). Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan suatu masalah.

Menurut Mohamad Nur (dalam Rosnawati, 2008: 4), pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

a. Para peserta didik harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam/berenang bersama-sama.

b. Para peserta didik mempunyai tanggung jawab terhadap tiap peserta didik lain dalam kelompoknya, di samping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para peserta didik harus berpandangan bahwa mereka semua memilki tujuan yang sama.

d. Para peserta didik harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya di antara anggota kelompok.

e. Para peserta didik akan diberi evaluasi/penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.


(42)

commit to user

f. Para peserta didik bebagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

ketrampilan kerjasama selama belajar.

g. Para peserta didik diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Duren Phillip E. (1992) mengatakan bahwa:

Parker (1984) found that small-group cooperative learning emphasized the development of thinking and problem solving skills. One advantage of this approach to teaching is that it seeks to minimize student anxiety and competition by creating an environment where students feel safe to make and learn from mistakes. Gilbert Macmillan (1983) suggests that another advantage of cooperative learning groups is that they give students an opportunity to talk aloud, challenge and defend a point of view and focus on the problem solving process rather than the answer.

yang berarti pembelajaran kooperatif kelompok kecil menekankan perkembangan berpikir dan keahlian memecahkan masalah. Satu keuntungan dari pendekatan ini untuk mengajarkan bahwa pembelajaran ini mencoba untuk memperkecil kegelisahan peserta didik dengan menciptakan lingkungan di mana peserta didik merasa aman untuk berbuat dan belajar dari kesalahan-kesalahan. Menurut Gilbert Macmillan bahwa keuntungan lain dari pembelajaran kooperatif adalah mereka/guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berbicara, memberi tantangan dan mempertahankan pendapatnya pada proses pemecahan masalah.

Emily Lin (2006) mengatakan bahwa Research shows that humans learn best

when they collaborate with others and actively process personally meaningfull information. Artinya Manusia belajar paling baik ketika berkolaborasi dengan yang lain dan aktif secara individu.

Ding, Li, Piccolo, Kulm (2007) mengatakan bahwa Cooperative learning is an effective way to develop the ability to communicate with others. Artinya pembelajaran kooperatif adalah cara yang paling efektif untuk mengembangkan


(43)

commit to user kemampuan berkomunikasi dengan yang lain.

Berdasarkan uraian-uraian di atas pengertian pembelajaran kooperatif pada penelitian ini adalah suatu pembelajaran yang pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompoknya yang heterogen, mereka dapat secara aktif meningkatkan kemampuan berpikirnya dengan adanya tantangan yang diberikan oleh guru dan mereka harus dapat mempertanggungjawabkan hasil diskusi dari kelompoknya baik secara individu maupun kelompok.

Banyak model-model pembelajaran kooperatif, antara lain tipe Student Teams Achiement Divisions (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI). Sedangkan pada penelitian ini, model yang akan digunakan adalah model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) yang dimodifikasi dengan unsur- unsur Student Teams Achiement Divisions (STAD) .

8. Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Guru memegang peranan penting dalam keberhasilan belajar peserta didik nya. Oleh karena itu, guru harus pandai-pandai dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didiknya dan materi yang akan diberikan.

Model pembelajaran tipe Student Teams Achiement Divisions (STAD) adalah salah satu model pembelajaran yang terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan dan rekognisi tim. ( Slavin, 2010: 143 )

Langkah-langkah dalam Student Teams Achiement Divisions ( STAD) :

Tahap 1 : Guru presentasi di depan kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari. Guru juga menjelaskan tata cara kerjasama dalam kelompok, terutama pada kelas yang belum pernah


(44)

commit to user mengenal model STAD.

Tahap 2 : Tim / kelompok. Tim / kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik yang heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, ras maupun etnik. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim

benar-benar belajar dan lebih khususnya lagi adalah untuk

mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan maupun materi lainnya. Yang paling sering terjadi adalah pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahn bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman jika anggota tim ada yang membuat kesalahan. Tim adalah fitur yang yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim dan tim juga harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.

Tahap 3: Kuis. Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi atau setelah satu atau dua periode kerja tim, para peserta didik akan mengerjakan kuis individual. Para peserta didik tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap peserta didik bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. Tahap 4: Skor Kemajuan Individual. Tiap peserta didik dapat memberikan

kontribusi point yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada peserta didik yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap peserta didik diberi skor


(45)

commit to user

awal, yang diperoleh dari rata-rata kinerja peserta didik tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis. Peserta didik selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikkan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

Perhitungan poin kemajuan individu adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Perhitungan Poin Kemajuan Individu

No. Skor Kuis Poin Kemajuan

1 Lebih dari 10 poin di atas skor awal. 30

2 Sama hingga 10 poin di atas skor awal. 20

3 Sepuluh hingga satu poin di bawah skor awal. 10

4 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

Tahap 5: Rekognisi Tim. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain jika skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Tiga macam tingkatan penghargaan diberikan di sini.

Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Tim

No. Kriteria( rata-rata tim) Penghargaan

1 25 – 30 Tim super

2 20 – 24 Tim sangat baik

3 15 – 19 Tim baik

9. Model Misouri Mathematics Project (MMP)

Penelitian Good dan Grouws pada tahun 1979, Good, Grouws dan Ebmeimer pada tahun 1983 dan juga Confey pada tahun 1986 (dalam Setiawan, 2005), memperoleh temuan bahwa guru yang merencanakan dan mengimplementasikan


(46)

commit to user

lima langkah pembelajaran matematikanya, akan lebih sukses dibanding dengan mereka yang menggunakan pendekatan tradisional. Kelima langkah itulah yang dikenal dengan Missouri Mathematics Project ( MMP). Model Misouri Mathematics Project (MMP) merupakan salah satu model yang terstruktur seperti halnya Struktur Pembelajaran Matematika (SPM) yang mempunyai komponen struktur pengajaran pendahuluan, pengembangan, penerapan dan penutup. Model MMP adalah pengembangan dari SPM.

Lima langkah dalam Missouri Mathematics Project (MMP) adalah: Langkah 1: Review. Meninjau pelajaran sebelumnya dan membahas PR.

Langkah 2: Pengembangan. Berupa penyajian ide baru atau perluasan konsep matematika yang terdahulu dan juga penyajian, diskusi interaktif antara guru dan peserta didik.

Langkah 3: Latihan Terkontrol / Kerja Kooperatif. Peserta didik merespon soal dan guru mengamati. Pada latihan terkontrol ini, respon peserta didik sangat berguna bagi guru dan peserta didik sendiri. Peserta didik bekerja sendiri atau dalam kelompok kooperatif.

Langkah 4: Seatwork / Kerja Mandiri. Peserta didik bekerja mandiri untuk latihan atau perluasan konsep yang diberikan pada langkah pengembangan. Langkah 5: PR. Pemberian PR dari guru agar peserta didik juga belajar di rumah

tentang materi yang baru dipelajari.

10. Modifikasi Model Missouri Mathematics Project (MMP) dengan unsur- unsur Student Teams Achiement Divisions (STAD)

Modifikasi di sini dimaksudkan adalah adanya gabungan antara model STAD dengan model MMP.


(47)

commit to user

Missouri Mathematics Project (MMP) adalah model pembelajaran klasikal yang sudah mengikutsertakan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Namun demikian, pembelajarannya masih klasikal sehingga peran aktif peserta didik belum maksimal, sehingga ada baiknya jika MMP dimodifikasi dengan STAD. Sedangkan pada STAD masih ada presentasi guru, di mana peserta didik hanya mendengarkan saja materi yang diberikan guru, oleh karena itu perlu dihilangkan yaitu dengan memodifikasinya dengan MMP.

Langkah-langkah pada modifikasi ini adalah sebagai berikut:

Langkah 1: Pertama yang dilakukan pada proses pembelajaran pada MMP yaitu review. Pada langkah ini, guru mereview pelajaran yang lalu dan membahas PR.

Langkah 2: Pengembangan. Guru membimbing peserta didik dalam pengisian LKS buatan guru untuk menemukan suatu rumus.

Langkah 3: Seatwork/ Kerja Mandiri Pada langkah ini untuk latihan atau perluasan mempelajari konsep yang disajikan pada langkah kedua, dan dikerjakan secara individu.

Langkah 4: Latihan terkontrol / kerja kooperatif. Langkah kedua STAD yaitu tim, dimasukkan pada langkah ini. Peserta didik dengan kelompok kooperatifnya mengerjakan soal aplikasi rumus tadi dengan pantauan/ bimbingan guru dan menemukan konsep baru seperti pada langkah pengembangan.

Kuis pada langkah ketiga STAD dilakukan setelaha langkah ini.

Dilanjutkan dengan langkah STAD berikutnya yaitu skor kemajuan


(48)

commit to user Langkah 5: Guru memberi PR.

Dengan modifikasi antara MMP dengan unsur-unsur STAD, peran serta peserta didik lebih dominan pada proses pembelajaran, karena setelah dimodifikasi dengan unsur- unsur STAD pembelajaran berubah dari pembelajaran klasikal menjadi pembelajaran kooperatif.

11. Gaya Kognitif

Menurut Slameto (2010: 160), gaya kognitif adalah cara- cara sendiri yang disukainya dalam menyusun apa yang dilihat, diingat dan dipikirkannya, cara menyusun dan mengolah informasi serta pengalaman-pengalamannya.

Labunan (dalam Saptari: 2010) menyatakan: setiap individu memiliki cara-cara tersendiri yang dilakukan dalam menyusun dalam pikirannya, apa yang dilakukan, dilihat, diingat dan apa yang dipikirkan. Individu akan memiliki cara-cara yang berbeda atas pendekatan yang dilakukannya terhadap situasi belajar, dalam cara mereka menerima, mengorganisasikan, serta menghubungkan pengalaman-pengalamam mereka dalam cara mereka merespon terhadap metode pengajaran tertentu. Perbedaan ini bukanlah merupakan suatu tingkat kemampuan seseorang namun merupakan suatu bentuk kemampuan individu dalam memproses dan menyusun informasi serta cara individu untuk tanggap terhadap stimulus yang ada di lingkungannya. Perbedaan-perbedaan yang menetap pada setiap individu dalam cara mengolah informasi dan menyususnya dari pengalaman-pengalamannya lebih dikenal dengan gaya kognitif.

Woolfolk (dalam Saptari: 2010) mengemukakan bahwa cognitive styles adalah bagaimana seseorang menerima dan mengorganisasikan informasi dari dunia


(49)

commit to user sekitarnya.

Gaya kognitif adalah cara-cara khas dimana individu membangun atau membentuk keyakinan dan sikapnya tentang dunia sekitarnya dan cara-cara ia memproses dan memberikan reaksi terhadap informasi yang masuk atau diterimanya. (Jeni Beatrix Karay, 2009)

You, Zhang, & Liu berpendapat Cognitive style is the difference in personality inclination and characteristic performed by individuals in the cognitive process. Cognitive style is an important factor which impacted students’ cognitive structure. (dalam Mingzhen Li: 2011) Artinya gaya kognitif adalah perbedaan dalam perasaan dan karakteristik pribadi yang ditampilkan individu dalam proses kognitif. Gaya kognitif merupakan faktor penting yang berdampak pada struktur kognitif peserta didik.

Tipe- tipe gaya kognitif adalah gaya field dependence- field independence, gaya reflektif- impulsif, dan gaya preseptif / reseptif – sistematis / intuitif. Gaya field dependence adalah gaya yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau bergantung pada lingkungan, sedangkan field independence tidak atau kurang dipengaruhi oleh lingkungan. Gaya reflektif adalah gaya yang selalu mempertimbangkan segala alternatif sebelum mengambil keputusan dalam situasi yang tidak mempunyai penyelesaian yang mudah. Sedangkan gaya impulsif dengan cepat mengambil keputusan tanpa memikirkannya secara mendalam. Gaya reseptif adalah gaya yang lebih memperhatikan perincian informasi dan tidak berusaha untuk mempertalikan yang satu dengan yang lain, sedangkan preseptif cenderung untuk menyaring data/ informasi. Gaya sistematis mencoba melihat struktur suatu masalah dan bekerja secara sistematis, sedang gaya intuitif langsung mengemukakan jawaban tertentu


(50)

commit to user

tanpa menggunakan informasi secara sistematis. (Nasution, 2010: 97)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya kognitif adalah kebiasaan bertindak yang relatif tetap dalam diri seseorang atau cara-cara sendiri yang disukainya dimana individu membangun, menyusun dalam pikirannya apa yang dilakukan, dilihat, diingat dan apa yang dipikirkan, mempersepsikan dan mengorganisasikan informasi dari sekitarnya

Gaya kognitif peserta didik dapat diukur dengan menggunakan instrumen berupa gambar. Peserta didik ditugasi untuk mengamati gambar yang disediakan, kemudian disuruh untuk mencocokkan dengan gambar yang ada. Ketepatan/ kecepatan peserta didik dalam menjawab, mencirikan karakteristik masing- masing, sehingga mereka masuk pada tipe gaya kognitif tertentu.

Peserta didik yang tergolong mempunyai tipe reflektif, jika mereka dalam menebak gambar yang benar memiliki rerata waktu lebih besar dari median waktu dan rerata frekuensi lebih kecil dari median frekuensi. Sedangkan yang tipe impulsif, jika mereka memiliki rerata waktu lebih kecil dari median waktu dan rerata frekuensi lebih besar dari median frekuensi.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Soekarno tahun 2010 dalam tesisnya yang berjudul: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Quantum Learning Mind Mapping terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kesiapan Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri di Kabupaten Magetan Tahun Ajaran 2009/2010.


(51)

commit to user

berjudul: Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Persamaan dan Fungsi Kuadrat Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa.Hasil penelitiannya adalah bahwa pembelajaran dengan model STAD lebih baik hasilnya dibanding konvensional. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Warli yang berjudul: Proses Berpikir Anak

Reflektif dan Anak Impulsif dalam Memecahkan Masalah Geometri yang dilakukan tahun 2009, dengan hasil penelitian bahwa siswa reflektif dalam memproses pemecahan masalah dilakukan secara analitik, sangat berhati-hati pada tahap mengerjakan (banyak mencoba-coba dulu) memperhatikan berbagai aspek, sehingga jawaban yang diperoleh cenderung bernilai betul. Siswa impulsif dalam memproses pemecahan masalah dilakukan secara holistic, kurang cermat pada tahap mengerjakan (sedikit mencoba-coba), langsung mengerjakan, sehingga jawaban yang diperoleh cenderung salah.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian pertama, kedua adalah pada model pembelajaran yang digunakan yaitu STAD, dan penelitian ketiga adalah gaya kognitif yang digunakan yaitu gaya kognitif reflektif dan impulsif.

Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian pertama adalah penelitian ini ditinjau dari gaya kognitif sedangkan pada penelitian petama dari kesiapan siswa, penelitian kedua dari aktivitas belajar. Perbedaan dengan penelitian keempat adalah penelitian ini berupa penelitian kuantitatif sedangkan penelitian kelima berupa penelitian kualitatif.

B. Kerangka Berpikir

1. Kaitan model MMP yang dimodifikasi dengan unsur-unsur STAD, model MMP


(52)

commit to user

Pembelajaran yang dipilih/digunakan oleh guru ketika proses pembelajaran sangat berpengaruh pada peran aktif peserta didik selama proses pembelajaran. Model konvensional yang sering digunakan memandang/menganggap peserta didik sebagai barang kosong yang harus diisi oleh guru sehingga peran aktif guru sangat dominan. Peserta didik hanya mendengarkan guru menerangkan, menulis dan mengerjakan soal. Mereka tidak diberi kesempatan untuk mengkonstruksi sendiri materi baru yang diperolehnya. Oleh karena itulah model konvensional sudah mulai ditinggalkan.

Model MMP adalah model pembelajaran yang memiliki langkah- langkah review, pengembangan, latihan terkontrol, seatwork/ kerja mandiri dan PR. Pada model ini pembelajarannya masih klasikal, sehingga peran aktif peserta didik belum kelihatan, sehingga MMP masih perlu diperbaiki.

STAD adalah model pembelajaran yang mempunyai langkah-langkah presentasi kelas, tim/ kelompok, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim. Presentasi kelas adalah miliknya guru sehingga tidak ada aktivitas peserta didik, oleh karena itu perlu ada perbaikan.

Oleh karena itulah kekurangan- kekurangan yang ada pada dua model tersebut dikurangi dengan memodifikasinya, yaitu dengan memasukkan unsur STAD ke dalam MMP. Langkah presentasi kelas pada STAD tidak dimasukkan karena langkah ini didominasi guru.

Pada model MMP yang dimodifikasi dengan unsur-unsur STAD peran guru dalam proses pembelajaran sudah lebih berkurang dan pembelajarannya bukan pembelajaran klasikal lagi. Peserta didik berpartisipasi aktif untuk mendiskusikan masalah/materi yang diberikan guru dalam kelompoknya dan peserta didik harus


(53)

commit to user

dapat mempertanggungjawabkan hasil diskusinya baik secara individu maupun kelompok.

Dengan model MMP dan model MMP yang dimodifikasi dengan unsur-unsur STAD, diharapkan pembelajaran lebih bermakna bagi peserta didik yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Model MMP modifikasi menghasilkan hasil belajar yang lebih baik daripada MMP dan konvensional, serta model MMP lebih baik daripada konvensional.

2. Kaitan gaya kognitif dengan hasil belajar.

Gaya kognitif adalah kebiasaan bertindak yang relatif tetap dalam diri seseorang atau cara-cara sendiri yang disukainya di mana individu membangun, menyusun dalam pikirannya apa yang dilakukan, dilihat, diingat dan apa yang dipikirkan, mempersepsikan dan mengorganisasikan informasi dari sekitarnya.

Hasil belajar peserta didik juga dipengaruhi oleh gaya kognitif yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Gaya kognitif masing- masing peserta didik berbeda- beda.

Tiap- tiap gaya kognitif mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Peserta didik bergaya kognitif impulsif mempunyai karakteristik cepat dalam menjawab masalah, tetapi tidak/kurang cermat sehingga jawaban cenderung salah. Sedangkan peserta didik bergaya kognitif impulsif mempunyai karakteristik lambat dalam menjawab masalah tetapi cermat/teliti, sehingga jawaban cencerung benar. Mereka yang bergaya reflektif memproses informasi tugas/masalah lebih efisien dibandingkan yang impulsif dan mengerjakan lebih sistematis atau mengedepankan strategi. Sehingga peserta didik yang reflektif cenderung menunjukkan kemampuan


(54)

commit to user

pemecahan masalah lebih baik dibandingkan yang impulsif. Dengan demikian peserta didik yang mempunyai gaya kognitif reflektif hasil belajarnya akan lebih baik dari pada peserta didik yang bergaya impulsif, karena yang bergaya kognitif relektif memikirkan lebih dulu secara matang apa yang harus diputuskannya.

3. Kaitan model MMP modifikasi, MMP dan konvensional dengan tiap- tiap tipe gaya kognitif.

Telah disebutkan di atas bahwa peserta didik yang bergaya kognitif reflektif selalu memikirkan secara matang apa yang harus diputuskan. Pada pembelajaran konvensional, guru lebih dominan dalam memberikan materi kepada peserta didik, sehingga peserta didik reflektif lebih banyak mempunyai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusannya / menjawab soal. Sedangkan baik pada pembelajaran MMP modifikasi maupun MMP peran aktif guru sudah berkurang, mereka memperoleh konsep-konsep baru sendiri sehingga bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan/ menjawab soal lebih sedikit dibandingkan dengan yang konvensional Oleh karena itu hasil belajar pada pembelajaran MMP modifikasi sama dengan MMP tetapi tidak lebih baik daripada konvensional. Sedangkan anak impulsif adalah anak yang dengan cepat mengambil keputusan/ menjawab pertanyaan. Pada pembelajaran MMP modifikasi dan MMP, peserta didik memperoleh sendiri konsep-konsep barunya, sehingga anak impulsif dapat dengan cepat mengambil keputusan dari yang mereka dapatkan. Sedangkan pada pembelajaran konvensional, konsep-konsep baru, mereka dapatkan dari guru sehingga untuk anak impulsif tidak bisa langsung memperoleh keputusan yang seharusnya sudah dibutuhkan. Sehingga dimungkinkan anak impulsif dengan pembelajaran model MMP modifikasi dan MMP akan lebih


(1)

commit to user

84 Hal di atas terjadi karena model MMP modifikasi dalam proses pembelajarannya lebih mengutamakan peran serta peserta didik baik dalam kerja kelompok maupun dalam kerja mandiri. Dalam kerja kelompok mereka harus dapat bekerja sama dalam menemukan konsep baru maupun mengerjakan soal aplikasi, peserta didik yang berkemampuan lebih harus menjelaskan kepada anggota kelompok yang belum paham, sehingga pada akhirnya mereka benar-benar menguasai materi dan merupakan bekal mereka dalam langkah kerja mandiri untuk mengerjakan soal kuis. Jika ada anggota yang belum paham pada kerja kelompok dan tidak berusaha untuk paham maka dia akan dicemooh teman sekelompoknya karena tidak dapat/kesulitan mengerjakan soal kuis yang berakibat nilainya rendah dan berdampak pada rendahnya nilai kelompoknya. Oleh karena itulah pembelajaran dengan model MMP modifikasi dapat menghasilkan prestasi lebih baik daripada yang lainnya.

Sedangkan untuk kelompok tipe gaya kognitif reflektif lebih berhati-hati dalam menjawab pertanyaan sehingga jawaban yang mereka berikan cenderung benar yang berakibat hasil belajar mereka lebih baik daripada yang impulsif, karena yang impulsif dalam menjawab tidak memikirkan matang-matang jawaban yang diberikan sehingga jawaban mereka cenderung salah.


(2)

commit to user

84 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran MMP modifikasi menghasilkan hasil belajar matematika peserta didik yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran MMP dan konvensional, dan juga model pembelajaran MMP menghasilkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model konvensional.

2. Hasil belajar matematika peserta didik yang mempunyai gaya kognitif tipe reflektif lebih baik dari peserta didik yang mempunyai gaya kognitif tipe impulsif. 3. Pada pembelajaran dengan model MMP modifikasi, peserta didik bergaya reflektif

hasil belajarnya lebih baik dengan yang bergaya impulsif. Demikian juga untuk pembelajaran dengan model MMP. Sedangkan untuk pembelajaran konvensional, peserta didik yang bergaya reflektif hasil belajarnya sama dengan yang impulsif. Pada peserta didik bergaya reflektif, model pembelajaran MMP modifikasi dan MMP hasil belajarnya sama, model MMP modifikasi hasil belajarnya lebih baik daripada yang konvensional sedangkan model MMP hasil belajarnya lebih baik daripada yang konvensional. Pada peserta didik bergaya impulsif, pembelajaran dengan MMP modifikasi, MMP maupun konvensional hasil belajarnya sama.

B. Implikasi

Berdasarkan kajian teori dan mengacu pada hasil penelitian ini maka penulis menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik.


(3)

commit to user

85

1. Implikasi Teoritis

Berdasarkan kesimpulan di atas tampak bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas X pada materi perbandingan dan fungsi trigonometri. Dengan kata lain terdapat perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas X pada materi perbandingan dan fungsi trigonometri yang menggunakan model MMP modifikasi, MMP dan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Dilihat dari hasil perhitungan sebelumnya maka hasil belajar matematika dengan menggunakan model MMP modifikasi lebih baik daripada model MMP dan konvensional dan model MMP lebih baik dari konvensional. Artinya model pembelajaran yang paling efektif untuk materi perbandingan dan fungsi trigonometri pada peserta didik kelas X adalah MMP modifikasi.

MMP modifikasi merupakan model pembelajaran yang paling efektif digunakan pada materi perbandingan dan fungsi trigonometri karena pada model ini terdapat modifikasi dari model MMP dengan STAD yaitu langkah-langkah MMP susunannya dimodifikasi menjadi review, pengembangan, seatwork, latihan terkontrol, dan PR, namun pada langkah latihan terkontrol dimodifikasi unsur STAD yang kedua yaitu tim, sehingga pada langkah ini peserta didik dengan kelompok kooperatifnya mengerjakan soal aplikasi rumus sebelumnya dan menemukan konsep baru sejenis konsep pada langkah pengembangan. Langkah kuis pada STAD dilakukan setelah langkah latihan terkontrol, dilanjutkan dengan langkah STAD yang lain yaitu skor kemajuan individu dan rekognisi tim. Dengan modifikasi itulah MMP modifikasi menjadi model pembelajaran yang paling efektif yang dapat meningkatkan hasil belajar pada materi perbandingan dan fungsi trigonometri.


(4)

commit to user

Sehingga hasil ini secara teoritis dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk pengembangan model pembelajaran pada materi perbandingan dan fungsi trigonometri, untuk meningkatkan hasil belajar matematika.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tipe gaya kognitif yang dimiliki peserta didik berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada materi perbandingan dan fungsi trigonometri peserta didik kelas X semester 2 tahun pelajaran 2010-2011. Hasil belajar matematika peserta didik yang mempunyai tipe reflektif lebih baik daripada peserta didik dengan tipe impulsif. Hal ini disebabkan karena tipe reflektif memikirkan terlebih dahulu keputusan yang harus diambilnya. Sehingga hasil ini secara teoritis dapat digunakan sebagai salah satu acuan guru untuk memperhatikan aspek tipe gaya kognitif yang dimiliki peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran, karena tipe gaya kognitif reflektif memberikan dampak yang berbeda (lebih baik) pada hasil belajar materi perbandingan dan fungsi trigonometri dengan yang tipe impulsif.

2. Implikasi Praktis

Model modifikasi MMP dengan unsur-unsur STAD dapat digunakan sebagai masukkan bagi guru atau calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar peserta didik pada materi perbandingan dan fungsi trigonometri.

Tipe gaya kognitif peserta didik perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran, karena ternyata peserta didik dengan tipe reflektif hasil belajrnya lebih baik daripada yang impulsif.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi pada penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut:


(5)

commit to user

87 1. Kepada rekan-rekan guru mata pelajaran matematika

Guru dalam proses pembelajaran hendaknya lebih banyak melibatkan peserta didik, guru sebatas fasilitator dan motivator, guru tidak mendominasi seluruh proses pembelajaran. Pada pembelajaran materi perbandingan dan fungsi trigonometri hendaknya guru menggunakan model MMP yang dimodifikasi dengan unsur-unsur STAD karena peserta didik diajak terlibat aktif dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah sehingga menghasilkan hasil belajar yang baik. Selain itu juga guru hendaknya memperhatikan tipe gaya kognitif yang dimiliki peserta didik karena berpengaruh dalam hasil belajar.

2. Saran bagi para peneliti

Bagi para peneliti dapat mengembangkan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi untuk penelitian yang relevan. Diharapkan para peneliti dapat mengembangkan penelitian untuk variabel lain yang sejenis misalkan model pembelajarannya dengan memodifikasi MMP dengan jigsaw atau dengan model yang lain, tipe gaya kognitif yang digunakan misalkan field dependence - field

independence sehingga dapat menambah wawasan dan kualitas pendidikan yang

lebih baik, khususnya pendidikan matematika. 3. Kepada Kepala Sekolah

Dalam melaksanakan proses pembelajaran model MMP yang dimodifikasi hendaknya kepala sekolah / sekolah menyediakan sarana dan prasarana agar siswa dapat bekerja dalam kelompok lebih efektif, dalam hal ini adalah penggandaan LKS.

4. Kepada Peserta Didik

Karena pembelajaran dengan model MMP modifikasi menghasilkan prestasi yang lebih baik daripada model pembelajaran yang lain, peserta didik hendaknya


(6)

commit to user

membiasakan diri untuk mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran tersebut.

5. Kepada Orang Tua

Orang tua hendaknya mamantau putranya dalam belajar di rumah, karena pada model MMP modifikasi, guru memberikan PR agar peserta didik lebih memahami materi yang diperoleh di sekolah.


Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

101 585 415

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MISSOURI Eksperimentasi Pembelajaran Missouri Mathematics Project Dan Penemuan Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Kemampuan Awal Di SMK.

0 2 16

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MISSOURI Eksperimentasi Pembelajaran Missouri Mathematics Project Dan Penemuan Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Kemampuan Awal Di SMK.

0 3 15

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MISSOURI Eksperimentasi Pembelajaran Missouri Mathematics Project Dan Penemuan Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Kemampuan Awal Di SMK.

0 2 21

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW YANG DIMODIFIKASI DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010 2011

0 6 119

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) BERBANTUAN KARTU MASALAH PADA MATERI FAKTORISASI SUKU ALJABAR DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMEST

0 1 104

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR.

1 4 15

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) BERBANTUAN CABRI 3D TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI IQ.

0 1 16

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL THINK-TALK-WRITE (TTW) DAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI DI KABUPATEN PACITAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 0 16

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN SPASIAL SISWA KELAS X SMA NEGERI KOTA SURAKARTA | Santosa | 9106 19394 1 SM

0 0 9