Sistem Proteksi Aktif Sarana Evakuasi

2. Terletak jauh dan cukup aman dari bangunan, biasanya merupakan tempat terbuka semisal area parkir; 3. Dalam menentukan titik berkumpul, pertimbangkan untuk meminimalkan kemungkinan karyawan mengganggu operasi penyelamatan. Menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No:11KPTS2000, prasarana penanggulangan kebakaran yang harus tersedia, antara lain: 1. Cukup tersedianya sumber air sehingga memudahkan pemadaman api apabila terjadi kebakaran; 2. Jalan evakuasi dalam bangunan yang tidak terhalang, sehingga dalam keadaan darurat evakuasi dapat dilakukan tanpa hambatan; 3. Akses mobil kebakaran yang cukup sehingga memudahkan mobil pemadam kebakaran bersirkulasi tanpa hambatan; 4. Berfungsinya alat komunikasi internal di dalam bangunan seperti PA Public Address , Telepon Kebakaran Fire Telephone . 2.5.5. Sistem Proteksi Kebakaran Adanya sistem proteksi kebakaran bertujuan untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran sedini mungkin dengan menggunakan peralatan yang digerakan secara manual maupun otomatis Ramli, 2010:79. Menurut Ramli 2010:80 dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No: 10KPTS2000, sistem proteksi kebakaran dibagi menjadi 2, yaitu sebagai berikut.

2.5.5.1. Sistem Proteksi Aktif

Sistem proteksi aktif adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan yang dapat bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan oleh penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan operasi pemadaman. Selain itu sistem ini digunakan dalam melaksanakan penanggulangan awal kebakaran. Sistem proteksi aktif terdapat bermacam-macam alat diantaranya detektor asap mendeteksi kebakaran berdasarkan keberadaan asap, detektor panas mendeteksi kebakaran berdasarkan keberadaan panas, detektor nyala mendeteksi kebakaran berdasarkan keberadaan radiasi sinar infra merah dan ultraviolet yang dilepaskan api, alat pemadam api ringan, hidran, dan lain-lain. Dalam National Fire Protection Assosiation NFPA 14, ketentuan pemasangan hidran adalah sebagai berikut: 1. Kapasitas hidran minimal memiliki debit air 380Lmin; 2. Kotak hidran harus lebih mudah dibuka, dilihat, dijangkau dan tidak terhalang oleh benda lain; 3. Semua peralatan hidran di cat merah serta kotak hidran berwarna merah bertuliskan “HIDRAN” di cat putih; 4. Terdapat petunjuk penggunaan yang dipasang ditempat mudah dilihat; 5. Nozzle harus sudah dipasang pada selang kebakaran; 6. Selang berdiameter 1 ½ inch dengan panjang 30 m; 7. Terdapat kelengkapan hidran: selang, kopling, nozzle , kran pembuka; 8. Dilakukan uji operasional dan kelengkapan hidran setiap 1 tahun sekali. Dalam National Fire Protection Assosiation NFPA 10, ketentuan pemasangan Apar adalah sebagai berikut: 1. Apar dipasang sesuai dengan jenis dan klasifikasinya jenis kebakaran; 2. Sebelum dipakai segel harus dalam keadaan baik dan tutup tabung harus terpasang dengan kuat; 3. Selang harus tahan tekanan tinggi; 4. Bahan baku pemadam selalu dalam keadaan baik; 5. Isi tabung gas sesuai dengan tekanan yang dipergunakan; 6. Ada petunjuk penggunaan APAR pada bagian tengah; 7. Setiap APAR harus dipasang pada posisi yang mudah dilihat, dicapai, serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan yang sesuai; 8. Setiap APAR harus dipasang menggantung pada dinding dengan penguatan sekang atau dalam lemari kaca, tidak terkunci dan dapat dipergunakan dengan mudah pada saat diperlukan; 9. Untuk jenis CO 2 dan bubuk kimia kering yang penempatannya minimum 150 cm, dari permukaan lantai; 10. APAR tidak boleh dipasang di dalam ruangan yang mempunyai suhu lebih dari 49 C dan dibawah 4 C; 11. Jarak antar APAR maksimal 15,25 m; 12. Bobot APAR tidak melebihi 18,14 kg dan ujung berjarak 1,53 m dari lantai, jika bobot lebih dipasang dengan ujung atas APAR berjarak 1,07 m dari lantai; 13. Setiap APAR harus diperiksa secara berkala 6 bulan sekali atau 12 bulan sekali.

2.5.5.2. Sistem Proteksi Pasif