1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Risiko selalu melekat dalam setiap usaha atau kegiatan yang dilakukan, seperti mengelola proyek, menentukan prioritas kerja, membeli sistem peralatan
baru, mengambil keputusan tentang masa depan atau memutuskan untuk tidak mengambil tindakan apapun. Manajemen risiko merupakan sistem yang
digunakan untuk mengelola risiko sesuai dengan tujuan dan kebutuhan masing- masing perusahaan atau organisasi lainnya. Mengelola risiko berarti
mengidentifikasi dan mengambil peluang untuk meningkatkan kinerja serta mengambil tindakan untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan terjadi
sesuatu yang salah ASNZS 4360:2004. Manajemen risiko sangat penting bagi kelangsungan suatu usaha atau
kegiatan. Jika terjadi suatu bencana, seperti kebakaran atau kerusakan, perusahaan akan mengalami kerugian yang sangat besar, yang dapat menghambat,
mengganggu bahkan menghancurkan kelangsungan usaha atau kegiatan operasi Ramli, 2010.
Kebakaran di tempat kerja berakibat sangat merugikan baik bagi perusahaan, pekerja maupun kepentingan pembangunan nasional, oleh karena itu perlu
ditanggulangi. Untuk menanggulangi kebakaran di tempat kerja, diperlukan adanya peralatan proteksi kebakaran yang memadai, petugas penanggulangan
yang ditunjuk khusus, serta dilaksanakannya prosedur penanggulangan darurat KemenakerRI, 1999.
Masalah bahaya kebakaran di industri sangat berbeda dengan tempat umum atau pemukiman. Industri khususnya yang mengelola bahan berbahaya memiliki
tingkat risiko kebakaran yang tinggi. Kebakaran di industri menimbulkan kerugian yang sangat besar karena menyangkut nilai aset yang tinggi, proses
produksi dan peluang kerja. Kasus kebakaran juga banyak terjadi yang bersifat fatal dan banyak menelan korban serta kerugian yang tidak sedikit Luthfan F, et
al, 2014. Industri tekstil memiliki risiko kebakaran yang tinggi. Kasus kebakaran
disebabkan karena dalam proses produksinya menggunakan bahan yang mudah terbakar. Pada tahun 2012, Kebakaran terjadi di pabrik Tazreen, Bangladesh,
kebakaran tersebut mengakibatkan 112 pekerja meninggal dan 300 pekerja mengalami luka. Dan pada tahun 2013, kebakaran terjadi di Rana Plaza,
Bangladesh, sebanyak 1.127 pekerja meninggal dan lebih dari 2.000 pekerja mengalami luka Fatema T dan Nasrin S, 2014.
Kebakaran juga banyak terjadi di Indonesia yang menimpa pabrik industri tekstil dan menimbulkan kerugian dan korban yang tidak sedikit, seperti kejadian
kebakaran di pabrik pemintalan benang PT. Agung Kuncoro Textile di kawasan Karanganyar, Solo. Kebakaran terjadi pada tanggal 25 Juli 2014 yang
mengakibatkan empat ton kapas bahan baku pembuatan benang hangus terbakar Mariyana Ricky P.D., Solopos, 2014. Kemudian kebakaran terjadi di gudang
pemintalan benang
spinning
PT. Mertex di Mojokerto pada tanggal 1 September 2014. Kebakaran ini menimbulkan kerugian yang cukup besar, pemicu kebakaran
disebabkan oleh hubungan arus pendek Enggran Eko Budianto, detikNews,
2014. Kebakaran juga terjadi di pabrik tekstil PT. Hobi Sentosa di Kecamatan Periuk, Kota Tangerang. Kebakaran terjadi pada tanggal 7 Januari 2015, pemicu
kebakaran berasal dari percikan api mesin boiler Puskominfo, 2015. PT. Asia Pacific Fibers, Tbk. adalah perusahaan tekstil yang terletak di
Kaliwungu, Kabupaten Kendal, memproduksi sekaligus memasarkan
chip polyester
, serat dan benang
filament
. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan besar pengekspor tekstil yang telah disertifikasi oleh ISO 9001:2000, sehingga
diakui di pasar internasional dan memberikan jaminan bahwa produk yang dikeluarkan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. PT. Asia Pacific
Fibers,Tbk. dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian produksi
Spinning
IV, Multikarsa Investama MKI I dan II,
Texturizing
,
Doubling
,
Draw Twisting
, dan
Waste Recycling Plant
dan bagian non produksi
utility
dan departemen
support
lainnya LND-PT. APF, 2014. Data kejadian kebakaran PT. Asia Pacific Fibers, Tbk. pada tahun 2012
terdapat 10 kejadian kebakaran dari total kejadian tersebut 30 3 kejadian kebakaran terjadi di
Spinning
IV, 30 3 kejadian kebakaran di Area APF General, 20 2 kejadian kebakaran di
Electric Instrument
, 20 2 kejadian kebakaran di
Utility
. Pada tahun 2013 terdapat 7 kejadian kebakaran dari total kejadian tersebut 57 4 kejadian kebakaran terjadi di
Spinning
IV, 29 2 kejadian kebakaran di
Texturizing
III, 14 1 kejadian kebakaran di Area APF General. Dan pada tahun 2014 terdapat 9 kejadian kebakaran dari total kejadian
tersebut 34 3 kejadian kebakaran terjadi di
Spinning
IV, 22 2 kejadian kebakaran di
Texturizing
II, 22 2 kejadian kebakaran di Area APF General,
11 1 kejadian kebakaran di
Draw Twisting
dan
Sub Store Doubling
, 11 1 kejadian kebakaran di
Finance Office
. Berdasarkan data tersebut,
Unit Spinning
IV merupakan
unit
yang paling banyak terjadi kebakaran selama 3 tahun terakhir. Dalam 3 tahun tersebut telah terjadi peningkatan kejadian kebakaran sebanyak
23 sampai 27 tiap tahunnya FSD-PT. APF, 2014. Proses produksi di PT. Asia Pacific Fibers ada dua
unit
yang yang memproduksi benang dari bahan dasar
chip
diproses menjadi benang mentah yaitu
Unit Spinning
IV, MKI I dan II. Benang mentah yang dihasilkan
Unit Spinning
IV atau biasa disebut
Partially Oriented Yarn
POY akan kembali diproses pada
unit Texturizing
dan
unit Doubling
. Selanjutnya hasil dari proses tersebut adalah benang jadi yang siap digunakan untuk dibuat kain LND-PT. APF, 2014.
Setelah dilakukan observasi pada hari selasa 28 oktober 2014, proses produksi di
unit Spinning
IV terdapat 3 Proses yaitu Proses
Dryer
, Proses
Melting
, dan Proses
Take Up
. Masing-masing proses memiliki potensi bahaya dan risiko bagi pekerja, seperti tersayat
cutter
, terlindas
trolley
, terkena percikan polimer yang panas,
tertimpa gulungan benang, bahkan berisiko terjadi kebakaran. Dari ketiga proses kerja tersebut yang mempunyai risiko kebakaran terbesar di bagian
Spinning
IV adalah Proses
Melting
, karena menggunakan mesin
extruder
yang bersuhu mencapai 300ยบ
celcius
, selain itu terdapat berbagai bahan yang dapat menimbulkan kebakaran seperti serat sintetis,
finish oil
, meja kayu dan sebagainya. Jika pekerja tidak bekerja sesuai SOP Standar Operasional Prosedur
atau IK Instruksi Kerja, maka pekerja dapat terkena percikan polimer yang panas dan bahkan memungkinkan terjadi peledakan serta kebakaran yang
diakibatkan oleh mesin-mesin yang memiliki suhu panas seperti mesin
boiler
dan
extruder
. Upaya pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan diantaranya pelatihan K3 secara rutin,
fire risk assesment
tahun 2012, inspeksi K3 secara rutin, pengecekan APAR Alat Pemadam Api Ringan.
Unit Spinning
IV merupakan proses awal dari rangkaian proses produksi, kecelakaan yang terjadi bisa berdampak pada penurunan produktivitas kerja dan
menyebabkan keterlambatan proses produksi di
unit Texturizing
dan
unit Doubling
yang akhirnya menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Adanya kasus kecelakaan kerja tersebut menunjukkan perlu adanya perlindungan yang lebih
serius terhadap pekerja. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis risiko keselamatan kerja dengan terlebih dahulu melihat dan menilai proses kerja, jenis
risiko, konsekuensi
consequences
, dan keseringan
likelihood
risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dalam manajemen risiko kebakaran, penilaian
risiko kebakaran sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat risiko sehingga nantinya dapat dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian risiko kebakaran.
Penilaian risiko dapat dilakukan dengan menggunakan ASNZS
Australia StandardsNew Zealand Standards
4360:2004, HIRAC
Hazard Identification Risk Assesment and Control
maupun standar yang lain. ASNSZ 4360:2004
merupakan standar yang dijadikan bahan pengembangan ISO
International Organization for Standardization
yaitu ISO 31000 dan dapat diterapkan di berbagai perusahaan.
Melihat besarnya permasalahan di atas, maka untuk menurunkan angka kejadian kebakaran diperlukan sistem manajemen kebakaran untuk pencegahan
terjadinya kebakaran, dengan melaksanakan identifikasi dan penilaian risiko untuk mengetahui bahaya serta potensi risiko kebakaran yang terdapat di tempat
kerja sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memberikan
gambaran manajemen risiko kebakaran dengan penilaian risiko kebakaran menggunakan acuan ASNZS 4360:2004 serta memberikan rekomendasi
perbaikan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian risiko kebakaran di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.
1.2. RUMUSAN MASALAH