Jenis-jenis Budaya Banyumas yang Dapat Dijadikan sebagai Sumber Belajar IPS

cviii dan ketoprak, tapi hubungannya dengan pelajaran IPS kelihatannya mengada- ada. Lagi pula kearifan lokalnya saya tidak paham letaknya dimana, yang saya tahu ya hanya sebatas hiburan, kalau ada buku pegangan guru tentang itu mungkin saya bisa memahami,” wawancara tanggal 15 September 2009. Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kesadaran para guru tersebut budaya lokal kurang. Oleh karena itu sangat sedikit guru yang mengaplikasikan Budaya Banyumas dalam proses belajar mengajarnya. Meski demikian, saat disodorkan ide untuk memanfaatkan budaya lokal, dalam hal ini Budaya Banyumas sebagai sumber belajar dengan alasan untuk melestarian budaya lokal, seluruh guru IPS yang diwawancarai sepakat bersedia, walaupun harus belajar lagi.

b. Jenis-jenis Budaya Banyumas yang Dapat Dijadikan sebagai Sumber Belajar IPS

Budaya Banyumas dapat dijadikan sebagai sumber belajar IPS SMP, setelah diseleksi dan disaring berdasar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS pada KTSP SMP di Banyumas. Hasil wawancara tanggal 4 Nopember 2009 terhadap Supriyadi, Mujiono, Setyowati dan Siti Asyiah, selaku guru IPS SMP Negeri 1 Ajibarang, dapat dihimpun bahwa Jenis-jenis Budaya Banyumas tersebut terdiri atas: 1 Sejarah Banyumas yang meliputi: a Sejarah Banyumas Era Joko Kaiman cix b Sejarah Banyumas Masa Penjajahan 2 Tradisi Banyumas yang meliputi: a Mimiti, Sadranan dan b Begalan 3 Kesenian Banyumas yang meliputi; ebeg, lengger, dan wayang kulit . 4 Cagar Budaya di Banyumas, antara lain; Masjid Saka Tuggal di Cikakak, Musium Panglima Besar Sudirman, Musium Wayang dan Bangunan yang telah berusia lebih dari 50 tahun seperti SMP N 2 Purwokerto. c. Strategi Pembelajaran yang Dapat Digunakan oleh Guru dalam Memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai Sumber Belajar IPS Guru Mata Pelajaran IPS SMP di Kabupaten Banyumas ditantang untuk mengerahkan pengetahuan dan kemampuannya jika mau memanfaatkan Budaya Banyumas menjadi sumber belajar. Selain harus mau meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya tentang Budaya Banyumas guna menyeleksi materi, juga harus kreatif menyusun strategi dan memilih teknik yang tepat dalam penyampaiannya. Meski demikian ada faktor-faktor yang dapat mempermudah guru mewujudkan tujuan dalam SKKD jika memakai unsur budaya lokal ini sebagai materi maupun sumber belajar. Demikian garis besar dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan terhadap guru-guru IPS SMP di Kabupatenn Banyumas pada tanggal 19 september 2009. Secara lebih terperinci, hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut. cx a. Drs. Sukiman, guru IPS SMP 2 Purwokerto, Banyumas. Menurutnya jika memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar IPS, proses belajar-mengajar akan lebih praktis, mudah, dan murah. Mengingat siswa sudah kenal dan dekat dengan budaya tersebut. Kalaupun harus ada kegiatan outdoor, tidak akan banyak memakan waktu, tenaga dan biaya karena relatif lebih dekat dengan sekolah. Jangan memilih objek yang jauh dari lingkungan sekolah, kalaupun itu harus dikenalkan pada siswa, ambil cara lain seperti lewat gambar atau tayangan film. b. Supriyanto, S.Pd, guru SMP 1 Sumpyuh, Banyumas, mengatakan bahwa ada beberapa materi IPS yang memang perlu diberi muatan Budaya Banyumas. Misalnya dikaitkan dengan materi sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi. Meski demikian, materi tersebut harus dipilih yang relevan, dan tidak dipaksakan keterkaitannya. Guru harus lebih mendalami Budaya Banyumas, baik sejarah, tradisi, maupun seninya. Guru juga dituntut harus merancang sekenario pembelajarannya. Teknik atau cara yang dipilih harus mampu dilakukan oleh guru IPS itu sendiri. Khususnya masalah alokasi waktu pembelajarn IPS yang dalam struktur kurikulum hanya empat jam pelajaran dalam satu Minggu. c. Drs. Mudjiono, guru IPS SMP 1 Ajibarang, Banyumas, mengaku sudah beberapa kali memanfaatkan muatan lokal, terutama musium dan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar IPS. Karena pelajaran IPS sangat dekat dengan budaya, ia menanamkan konsep tentang kearifan cxi lokal dalam pembelajaran IPS melalui tayangan CDDVD tentang Budaya Banyumas. Misalnya tentang pernikahan, ebeg, begalan, wayang ataupun tentang situs-situs sejarah di kawasan Banyumas. ”Siswa tidak harus dibawa ke tempat-tempat cagar budaya yang cukup jauh dari sekolah. Guru tidak perlu menyelenggarkan tontonan ebeg, begalan atau wayang. Cukup hadirkan itu semua dalam bentuk tayangan media elektronik melalui VCD player. Hal ini sangat menghemat waktu, tenaga dan biaya. Tayangan semacam itu harus diikuti pula dengan penjelasan tentang arti penting dan maknanya, sehingga siswa memahami,” tuturnya. d. Drs. Suratno, guru IPS SMP 2 Cilongok, Kabupaten Banyumas, sangat mendukung bila Budaya Banyumas sebagai sumber belajar IPS. Guru IPS dalam pembelajaran tidak harus memberi contoh yang jauh dari lingkungan siswa, apalagi dari luar negeri. Contoh yang dimaksudkan untuk memperjelas materi pokok pada SKKD tersebut dapat diambil dari hal-hal yang dekat dengan siswa, seperti KD tentang penyimpangan sosial dilengkapi dengan contoh kasus dari yang ada di sekitar siswa. SK KD tentang produksi, distribusi, dan konsumsi bisa berkunjung ke tempat pembuatan tahu di Kalisari, pasar di Cilongok, dan toko di Panambangan. Wawancara lain dengan Ketua MGMP IPS Kabupaten Banyumas Umar, S.Pd, dan guru inti IPS, Hapiningsih Asriah, M.Pd memberikan lebih banyak masukan tentang berbagai strategi pembelajaran yang mungkin digunakan guru saat memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar cxii IPS, seperti modeling dan karyawisata lokal. Keduanya memberi tanggapan yang cukup simpatik terhadap wacana untuk memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar IPS. Mereka menekankan, guru IPS harus menyusun program pelaksanaan pembelajaran, teknik atau cara pembelajaran dan evaluasi dengan cermat agar benar-benar memiliki makna. Beberapa alternatif strategi yang mungkin digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran pun mereka sampaikan. Antara lain; dengan melakukan kunjungan outdoor ke tempat-tempat yang relevan dengan materi pokok dari SKKD. Sebagai contoh saat SKKD tentang produksi, distribusi, dan konsumsi, siswa dibawa ke pabrik, pasar, dan supermarket toko di lingkungan sekolah. Saat SKKD tentang era kolonialisme, siswa diajak mengunjungi musium, monumen, atau situs sejarah yang relevan. Jika kegiatan outdoor tidak mungkin dilaksanakan, bisa disajikan melalui tayangan film, slide, atau model. Alternatif lainnya adalah dengan menyusun LKS IPS buku ringkasan materi dan soal-soal yang dikembangkan dengan memasukkan potensi Budaya Banyumas. SK KD dipetakan dan selanjutnya materi-materi Budaya Banyumas dikaji dengan baik sehingga diperoleh materi yang relevan. Seleksi materi dan strategi maupun teknik pembelajaran tersebut harus pula memperhatikan keterbatasan alokasi waktu untuk IPS, yang di dalam struktur kurikulum pada KTSP, hanya empat jam per minggu. Kendala-kendala yang dihadapi guru-guru IPS SMP dalam memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar, menurut mereka cxiii dapat diatasi antara lain dengan adanya buku-buku tentang Budaya Banyumas yang tersusun secara sistematis sebagai referensi.

B. Pokok-pokok Temuan