Kebudayaan Daerah Kajian Teori

xxiii Istilah pertukaran, merujuk pada kebiasaan individu atau kelompok untuk menunjukkan kualitas kelompok budayanya. Dalam interaksi dan pergaulan antarmanusia setiap orang mewakili kelompoknya lalu menunjukkan kelebihan-kelebihan budayanya dan membiarkan orang lain untuk mempelajarinya. Proses pertukaran budaya, terutama budaya material, dilakukan melalui mekanisme ‘belajar budaya’. c. Kebudayaan Tumbuh dan Berkembang. Setiap kebudayaan terus ditumbuhkembangkan oleh para pemilik kebudayaannya. Oleh karena itu ada yang mengatakan bahwa kebudayaan itu terus mengalami perubahan. Implikasi karakteristik kebudayaan sebagai hal yang dapat dipelajari, dapat ditukar dan dapat berubah itu terjadi hanya jika ada jaringan interaksi antarmanusia dalam bentuk komunikasi antar pribadi maupun antar kelompok budaya yang terus meluas, Alo Liliweri, 2007:59.

2. Kebudayaan Daerah

Berbicara tentang kebudayaan daerah di Indonesia bukan hal mudah. Terdapat ribuan wujud kebudayaan di negeri yang terdiri atas deretan pulau besar dan kecil yang membentang dari Sabang sampai P. Rote. Jumlah kebudayaan daerah di seluruh bangsa ini paling tidak sebanding dengan jumlah suku bangsa dengan latar belakang sejarah masing-masing. Keberagaman kebudayaan di daerah merupakan akibat dari suatu pengalaman historis yang berbeda-beda. xxiv Sedikit mengungkap tentang latar belakang keragaman kebudayaan di wilayah Indonesia, Koentjaraningrat 1988:1 menguraikannya dengan mengaitkan sejarah terbentuknya kepulauan nusantara. Konon, manusia Indonesia tertua sudah ada sejak lebih dari satu juta tahun lalu, saat dataran Sunda masih merupakan daratan dan Asia Tenggara bagian benua dan bagian kepulauan masih menyatu. Fosil manusia tertua itu kemudian dikenal dengan Pithecanthropus Erectus, yang diyakini berevolusi menjadi Homo Soloensis. Fosilnya antara lain ditemukan di Lembah Bengawan Solo. Puluhan ribu tahun kemudian, baru berevolusi lagi menjadi manusia dengan ciri-ciri seperti manusia sekarang. Fosilnya ditemukan di Distrik Wajak dan dikenal dengan Homo Wajakensis, yang ciri-cirinya memiliki banyak persamaan dengan fosil nenek moyang penduduk asli Australia sebelum dikuasai oleh orang-orang Eropa. Sedangkan wilayah Indonesia pada awalnya merupakan dua dataran yang amat luas di antara Benua Asia dan Australia, dengan deretan gunung berapi yang membentang dari Pegunungan Himalaya ke tenggara lalu ke timur, ke utara di dalam laut di antara kedua dataran tersebut. Kedua dataran itu disebut dengan Dataran Sunda yang merupakan ekstensi Benua Asia, dan Dataran Sahul yang dianggap sebagai ekstensi Benua Australia ke utara. Saat zaman es akhir Kala Gracial Wurn lapisan es di kutub utara dan selatan meleleh sehingga permukaan laut lebih tinggi. Kedua dataran tersebut tenggelam. Yang tinggal hanya deretan pegunungan di atasnya yang kemudian xxv membentuk kepulauan yang sekarang disebut gugusan kepulauan Indonesia dan Filipina. Sebagai daerah kepulauan yang diapit Benua Asia dan Australia, iklimnya sangat ditentukan oleh angin musim. Hal ini mempengaruhi banyak sedikitnya curah hujan dan kesuburan tanah di masing-masing wilayah. Pengaruh sedimentasi vulkanik muda dari gunung-gunung berapi juga sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Semakin subur suatu wilayah, semakin padat penduduknya, hingga berpotensi menjadi tempat berkembangnya suatu kebudayaan, Koentjaraningrat, 1988:2-3. Hal lain yang mempengaruhi terbentuknya suatu kebudayaan di berbagai wilayah masih menurut Koentjaraningrat 1988:3-20, adalah berbagai peristiwa pada zaman prehistori, yaitu: a. Persebaran manusia dengan ciri-ciri Austro Melanesoid yang membawa kebiasaan hidup di muara sungai, hidup dari usaha menangkap ikan, berburu, dan meramu tumbuh-tumbuhan dan akar. Seperti masyarakat di Irian. b. Pengaruh ciri-ciri Mongoloid yang mengembangkan kebudayaan berburu dengan busur panah bercorak Toala. Seperti di Sulawesi. c. Persebaran bangsa-bangsa pembawa kebudayaan Neolitik. Mereka ini telah mengenal cocok tanam tanpa irigasi. Mereka juga membawa bahasa Proto Austronesia yang menyebar dari Cina Selatan ke selatan hingga Semenanjung Melayu, Sumatra, Jawa dan lain-lain kepulauan Indonesia bagian barat, xxvi Kalimantan Barat, NTT, Flores, Sulawesi, hingga Filipina. Kebudayaan ini tidak pernah sampai ke bagian timur Indonesia. d. Persebaran pengaruh kepandaian membuat benda-benda perunggu, yang konon berawal dari Vietnam Utara. Senada dengan pendapat Koentjaraningrat, Edi Sedyawati 2006:328 menyatakan, di dalam masing-masing kesatuan masyarakat yang membentuk bangsa, baik berskala kecil ataupun besar, terjadi proses pembentukan dan perkembangan budaya yang berfungsi sebagai penanda jati diri bangsa tersebut. Di Indonesia, proses demikian itu telah terjadi sejak zaman prasejarah, di berbagai kawasan dalam wilayah Indonesia. Lebih lanjut dikatakan bahwa kehidupan pada masa prasejarah dalam satuan-satuan kemasyarakatan yang relatif terpisah satu sama lain telah memberikan peluang besar untuk tumbuhnya kebudayaan dengan ciri-ciri khasnya masing-masing. Keunikan budaya masing-masing tersebut mendapat momentum untuk pemantapan ketika masyarakat yang bersangkutan telah menginjak pada kehidupan menetap. Dengan perkembangan ini, jati diri budaya masing-masing ditandai kekhasan yang lebih rumit pula, menyangkut berbagai komponen kebudayaannya. Selama abad-abad histori, kebudayan di Indonesia masih mendapatkan pengaruh besar, yaitu; a. Pengaruh Kebudayaan Hindu yang memperkenalkan konsep tentang susunan negara yang hierarkis, yang menganggap raja adalah keturunan dewa sehingga xxvii harus diagungkan. Konsep ini terutama berkembang di negara-negara kerajaan waktu itu pedalaman yang ekonominya berdasarkan sistem pertanian dengan irigasi sawah. Sedangkan negara kerajaan yang berdasarkan pada perdagangan maritim tidak mengikuti konsep ini, seperti Kutai dan Sriwijaya. Pengaruh Hindu juga masuk ke wilayah Jawa, dengan negara terbesarnya Majapahit. b. Pengaruh Kebudayaan Islam. Pengaruh ini berasal dari Parsi dan Gujarat di India Selatan, yang banyak mengandung unsur-unsur mistik. Masuk melalui Sumatera, menyebar ke Jawa dan Pantai Kalimantan. c. Pengaruh Kebudayaan Eropa yang bermula dari aktivitas perdagangan orang Portugis pada paruh pertama abad ke-16, setelah Portugal tahun 1511 menaklukkan pelabuhan Malaka sebagai pintu gerbang masuk wilayah nusantara. Wujud konkretnya terutama adalah agama Katholik dan Kristen Protestan. Secara lebih sederhana, faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kebudayaan suatu kelompok adalah latar belakang kelompok tersebut, yang meliputi; sejarah, ras, suku bangsa, letak geografis, tingkat pendidikan, dan tingkat ekonomi, Tri Widiarto, 2007:33. Alan R. Beals, George and Louise Spindler 1973:290 menyatakan bahwa sistem budaya pada suatu daerah kebudayaan mengalami perubahan secara efektif ketika terjadi proses difusi, inovasi dan akulturasi. xxviii Koentjaraningrat 1988:33, menyatakan bahwa kebudayaan daerah dapat diklasifikasikan menurut beberapa ciri atau tipe masyarakatnya, yaitu; a. Tipe masyarakat dengan mata pencaharian berkebun yang masih sederhana. b. Tipe masyarakat pedesaan dengan pekerjaan bercocok tanam tanpa irigasi. c. Tipe masyarakat pedesaan yang bercocok tanam di sawah dengan irigasi. d. Tipe masyarakat perkotaan yang menjadi pusat pemerintahan, dan e. Tipe masyarakat daerah metropolitan. Dengan demikian, kebudayaan daerah dapat diartikan sebagai suatu bentuk kebudayaan yang didukung oleh masyarakat suatu daerah tertentu, di mana kebudayaan itu ada dan berkembang. Hal ini senada dengan pendapat Soekmono 1988:11 yang menyatakan bahwa tidak akan ada kebudayaan, jika tidak ada pendukungnya, yakni manusia di daerah itu sendiri.

3. Culture Area