xvi genius akan lebih sustainable jika berbasis pada kekuatan dalam, kekuatan
lokal dan kekuatan swadaya, termasuk keterlibatan para pemegang kebijakan dunia pendidikan di lingkungan setempat.
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori
1. Pengertian Kebudayaan
Budaya secara sederhana dapat dipahami sebagai suatu bentuk pranata kehidupan masyarakat dalam segala aspeknya. Baik berupa karya seni, adat-
istiadat, kepercayaan, situs-situs sejarah, struktur sosiologi, ekologi, topografi,
xvii maupun geologinya. Pada hakikatnya budaya tersebut telah mendarah daging,
hingga semestinya tak terpisahkan dari kehidupan seluruh masyarakat di lingkungannya.
David Kaplan dan Robert A. Manners 2002:103-104 berpendapat, ekologi budaya mendapat inspirasi dari wawasan jangka panjang tentang
manusia, yang melihat manusia sebagai hasil unik suatu evolusi biologis. Keunikannya, manusia mampu menyelaraskan diri atau menundukkan
lingkungannya dengan cara-cara sangat berbeda dari cara-cara makhluk lain yang lebih rendah infrahuman. Pada tingkat infrahuman spesies melakukan adaptasi
terhadap lingkungan antara lain dengan proses belajar yang bersifat intraspesifik dan nonkumulatif. Akan tetapi dalam jangka panjang adaptasi mereka dalam
lingkungan itu sangat bergantung pada proses pergantian unsur-unsur genetis dan mekanisme seleksi alamiah. Semua bentuk infrahuman beradaptasi dengan
lingkungannya sebagai wujud adanya. Manusia makin memodifikasi dan mengadaptasi lingkungannya terhadap diri manusia sendiri. Hal ini dapat
dilakukan manusia karena adanya unsur sarana yang disebut budaya atau kultur. Budaya mencakup pengertian yang luas, karena menyangkut keseluruhan
hasil unsuritas manusia yang kompleks. Di dalamnya berisi struktur-struktur yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu sistem. Artinya, kebudayaan
merupakan suatu kesatuan organis dari rangkaian gejala, wujud, dan unsur-unsur yang berkaitan satu dengan yang lain, Tri Widiarto, 2007:10.
xviii Dua ahli antropologi A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn telah
mengumpulkan kurang lebih 160 definisi tentang kebudayaan yang dibuat oleh ahli-ahli antropologi, sosiologi, sejarah dan ilmu sosial yang lain termasuk dari
para ahli filsafat. Dari sekian banyak definisi, terlihat kecenderungan anggapan bahwa gagasan-gagasan, simbol-simbol dan nilai-nilai sebagai inti kebudayaan,
Budiono Herusatoto, 1991: 8-9. Djoko Widagdo 2008:19 mengutip pendapat beberapa ahli tentang
pengertian kebudayaan. Di antaranya pernyataan R. Linton dalam buku ”The Cultural background of personality”, bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari
tingkah laku dan hasil laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu. Pakar lain, C. Klukhohn dan W.H.
Kelly merumuskan kebudayaan sebagasi hasil tanya jawab dengan para ahli antropologi, sejarah, hukum, psychologi yang implisit, explisit, rasional, irasional
terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia. Sedangkan menurut Melville J. Herskovits, antropolog Amerika,
kebudayaan adalah ”Man made part of the environment”, kebudayaan bagian dari lingkungan buatan manusia. Disebutkan pula pendapat, Dawson dalam buku ”Age
of the Gods”, bahwa kebudayaan adalah cara hidup bersama culture is common way of life. Demikian pula dengan sosok J.P.H Dryvendak yang mengatakan
bahwa kebudayaan adalah suatu kumpulan dari cetusan jiwa manusia sebagai yang beraneka ragam berlaku dalam suatu masyarakat tertentu.
xix Secara etimologi, istilah budaya berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah,
bentuk jamaknya buddhi, artinya akal. Pada diri manusia terdapat unsur-unsur potensi budaya yaitu cipta, rasa, dan karsa. Cipta adalah kemampuan akal pikiran
yang menimbulkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia selalu memiliki keinginan untuk mengetahui rahasia-rahasia alam dan kehidupan. Dengan akal,
pikiran dan nalar, manusia selalu mencari, menyelidiki dan menemukan sesuatu yang baru serta mampu menciptakan karya-karya besar. Rasa, artinya dengan
panca inderanya manusia mengembangkan rasa keindahan atau estetika, dan melahirkan karya-karya kesenian. Sedangkan karsa, atau kehendak berarti
manusia selalu menghendaki untuk menyempurnakan hidupnya, merindukan kemuliaan hidup, mencapai kesusilaan, budi pekerti luhur dan selalu mencari
perlindungan dari Sang Pencipta, Koentjaraningrat, 2002:9. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat, Djoko Widagdho, 2008:21. Secara
teperinci dapat diuraikan sebagai berikut : a. Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia,
meliputi : 1
Kebudayaan material bersifat jasmaniah, yang meliputi benda-benda ciptaan manusia, misalnya alat-alat perlengkapan hidup.
2 Kebudayaan nonmaterial bersifat rohaniah, yaitu semua hal yang tidak
dapat dilihat dan diraba, misalnya religi, bahasa dan ilmu pengetahuan.
xx b.
Kebudayaan tidak diwariskan secara generatif biologis, melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.
c. Kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa
masyarakat akan sukar bagi manusia untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia baik secara individual
maupun masyarakat, dapat mempertahankan kehidupannya. d.
Kebudayaan adalah kebudayaan manusia, hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan.
Adapun fungsi kebudayaan secara sederhana dibedakan menjadi tiga, Tri Widiarto, 2007: 36, yaitu:
a. Melindungi diri terhadap alam. Dari fungsi ini kemudian tampak hasilnya dari
karya-karya berupa alat-alat dan teknologi guna memenuhi kebutuhan manusia.
b. Mengatur hubungan antarmanusia. Wujudnya berupa hukum adat, norma-
norma atau kaidah yang meski tidak tertulis menjadi pedoman tingkah laku setiap anggota masyarakat dalam berinteraksi dengan kelompoknya. Fungsi
ini pula yang akhirnya melahirkan pola-pola perikelakuan pattern of behavior para anggota kelompok.
c. Sebagai wadah segenap perasaan manusia. Fungsi inilah yang kemudian
memunculkan produk budaya berupa hasil-hasil seni; seni musik, seni suara, seni tari, seni lukis, seni pahat, seni ukir, dan lain-lain.
xxi Sedangkan wujud kebudayaan ada tiga, Koentjaraningrat, 2000:186,
yaitu: a.
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Wujud ini berada pada alam pikiran
dari warga masyarakat atau dapat pula berupa tulisan-tulisan, karangan- karangan warga masyarakat yang bersangkutan.
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat, wujud ini berupa sistim sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.
c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Ini berupa
kebudayaan fisik yang berbentuk nyata, merupakan hasil karya masyarakat yang bersangkutan.
Berdasar klasifikasi tersebut jelas bahwa wujud pertama dan wujud kedua merupakan buah akal dan budi manusia. Sedangkan wujud yang ketiga adalah
buah karya manusia. Kuntowijoyo 2006:42 menyoroti adanya dualisme budaya. Yaitu budaya
desa dengan budaya kota, dan disparitas budaya antara yang mampu dengan yang tidak mampu. Sejalan dengan itu, Mudji Sutrisno tanpa tahun:109 menyatakan
bahwa rasionalitas, subjektivitas dan libertas kebebasan merupakan penemuan kesadaran manusia untuk merajut kebudayaan menjadi peradaban. Selanjutnya
David Kaplan 2002:82 menyatakan, suatu institusi atau kegiatan budaya
xxii dikatakan fungsional manakala memberikan andil bagi adaptasi atau penyesuaian
sistem tertentu dan disfungsional apabila melemahkan adaptasi. Definisi-definisi dan pemahaman tentang kebudayaan tersebut sepintas
terlihat berbeda. Namun jika dicermati, semuanya mengakui adanya ciptaan manusia, meliputi perilaku dan hasil kelakuan manusia, diatur oleh tata kelakuan
melaui proses belajar, dan semuanya tersusun dalam masyarakat. Secara umum masyarakat mengartikan kebudayaan sebagai the general
body of the arts. Bagian-bagiannya meliputi seni sastra, seni musik, seni pahat, seni rupa, pengetahuan filsafat atau bagian-bagian yang indah dari kehidupan.
Dapat disimpulkan, kebudayaan adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup, baik yang konkret maupun abstrak.
Ada tiga karakteristik penting dari kebudayaan menurut Dr. Alo Liliweri, M.S., 2007: 57 dan ini sejalan dengan tafsir kebudayaan yang diuraikan Geertz
1992: 21, yaitu : a. Kebudayaan itu dapat dipelajari.
Kebudayaan itu dapat dipelajari karena interaksi antarmanusia ditentukan oleh penggunaan simbol, bahasa verbal maupun nonverbal. Tradisi budaya, nilai-
nilai, kepercayaan dan standar perilaku semuanya diciptakan oleh kreasi manusia dan bukan sekedar diwarisi secara instink, melainkan melalui proses
pendidikan dengan cara-cara tertentu menurut kebudayaan. b. Kebudayaan dipertukarkan.
xxiii Istilah pertukaran, merujuk pada kebiasaan individu atau kelompok untuk
menunjukkan kualitas kelompok budayanya. Dalam interaksi dan pergaulan antarmanusia setiap orang mewakili kelompoknya lalu menunjukkan
kelebihan-kelebihan budayanya dan membiarkan orang lain untuk mempelajarinya. Proses pertukaran budaya, terutama budaya material,
dilakukan melalui mekanisme ‘belajar budaya’. c. Kebudayaan Tumbuh dan Berkembang.
Setiap kebudayaan terus ditumbuhkembangkan oleh para pemilik kebudayaannya. Oleh karena itu ada yang mengatakan bahwa kebudayaan itu
terus mengalami perubahan. Implikasi karakteristik kebudayaan sebagai hal yang dapat dipelajari,
dapat ditukar dan dapat berubah itu terjadi hanya jika ada jaringan interaksi antarmanusia dalam bentuk komunikasi antar pribadi maupun antar kelompok
budaya yang terus meluas, Alo Liliweri, 2007:59.
2. Kebudayaan Daerah