78 membantu siswa untuk lebih sadar pentingnya kedisiplinan. Selain itu SMK Putra
Bangsa ingin mengarahkan siswa untuk membentuk moral yang lebih baik. Maraknya kasus tawuran antar pelajar, kekerasan, pergaulan bebas,
narkoba yang cenderung menjadi tradisi di kalangan pelajar, kurangnya kepedulian orang tua terhadap anaknya dikarenakan fokus terhadap pekerjaan,
terutama di daerah Kalimantan dimana orang tua yang bekerja di pertambangan menyerahkan anak sepenuhnya pada lembaga pendidikan. Hal ini yang membuat
SMK Putra Bangsa merasa perlu untuk membuat sebuah wadah yang bertujuan untuk memperbaiki moral dan akhlak siswa terutama pada kedisiplinan siswa.
b. Implementasi pendidikan karakter pada kegiatan belajar mengajar dan
ektrakulikuler pada umumnya belum cukup
Pemerintah telah mencanangkan pendidikan karakter dalam kegiatan belajar mengajar maupun ektrakulikuler pada umumnya, namun hal ini dirasa
belum cukup bagi SMK Putra Bangsa dikarenakan adanya keterbatasan waktu dalam kegiatan belajar mengajar. Jam efektif siswa berada di sekolah ± 8 jam
yang sebagian besar dihabiskan untuk menyapaikan materi pembelajaran, sedangkan kesadaran siswa akan pembentukan moral terutama pada kedisiplinan
yang lebih baik masih sangat kurang. Pemahaman siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar hanya untuk mencapai standar nilai kelulusan.
Sedangkan dalam kegiatan ekstrakulikuler yang ada pada umumnya hanya melibatkan siswa yang berminat dalam kegiatan yang mereka ikuti sehingga
penerapan pendidikan karakter tidak menjangkau siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.
79
c.
Base camp
merupakan sebuah kegiatan pengembangan pendidikan karakter untuk meningkatkan kedisiplinan siswa.
Menyadari dibutuhkan sebuah wadah yang mampu meningkatkan kedisiplinan siswa, maka SMK Putra Bangsa membentuk suatu kegiatan yang
bernama
base camp
. Terinspirasi dari salah satu acara di televisi, SMK Putra Bangsa ingin menerapkan kegiatan tersebut namun dengan format yang berbeda.
Jika di televisi format kegiatannya berbau militer, SMK Putra Bangsa membuat format kegiatan sesuai dengan kebutuhan siswa yang dilihat dari tingkat
pelanggaran tata tertib sekolah. Kegiatan ini diterapkan bukan hanya kepada siswa yang sering melanggar
tata tertib sekolah, namun diberlakukan kepada semua siswa. Walaupun ada seorang siswa yang memiliki tingkat pelanggaran rendah ataupun tidak
melakukan pelanggaran sama sekali, tidak ada jaminan siswa tersebut kedepannya akan seperti itu. Semua siswa memiliki potensi melakukan pelanggaran yang bisa
saja lebih berat dari siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah. Maka dari itu kegiatan ini diterapkan ke semua siswa.
Kegiatan ini dilaksanakan setiap 2x dalam sebulan dan berlangsung selama 2 x 24 jam di alam terbuka. Kegiatan diikuti oleh siswa 1 kelas sesuai
dengan jadwal yang telah disusun. Bentuk kegiatan
base camp
yaitu semi
outbound
dan
scouting
. Sedangkan untuk materi kegiatan disesuaikan dengan tingkat pelanggaran siswa, mulai dari
games
fisik, non fisik, dan psikologis. Dari beberapa rangkaian kegiatan yang dilaksanakan, yang memberikan pengaruh
terhadap kedisiplinan siswa adalah
problem solving
dan “jujur-jujuran”. Dalam
problem solving
, setiap kelompok diberi kasus yang berbeda-beda seputar
80 pelanggaran tata tertib kedisiplinan. Dari
games
ini, siswa dapat menyadari pentingnya kedisiplinan terhadap diri pribadi terutama menjaga kehormatan diri
dengan tidak melakukan hal-hal yang berbau pelanggaran sosial termasuk kesusilaan. Sedangkan dalam
games
“jujur-jujuran” akan diketahui permasalahan maupun pelanggaran yang terjadi di kelas. Setelah masalah dan pelanggaran yang
terjadi di kelas dikumpulkan, semua peserta mencari solusi atau kesepakatan bersama agar masalah dan pelanggaran di kelas tidak terulang lagi.
Kegiatan
base camp
sudah berlangsung selama 2 tahun, pengaruhnya terhadap siswa cukup baik diantaranya tingkat pelanggaran tata tertib siswa yang
berkurang. Hal ini ditunjukkan dari data statistik mengenai tingkat pelanggaran tata tertib siswa kelas X tahun 20122013 periode Desember-Maret bahwa
sebelum kegiatan
base camp
dilaksanakan tingkat pelanggaran tata tertib kedisiplinan berpakaian dan tingkah laku siswa cukup tinggi, terutama bagi siswa
yang makanminum di kelas mencapai 75 dari rata-rata per kelas. Setelah kegiatan
base camp
dilaksanakan dan dipantau selama 3 bulan, tingkat pelanggaran tata tertib siswa mengalami penurunan. Untuk jenis pelanggaran
makanminum di kelas setelah siswa mengikuti kegiatan
base camp
menjadi 3 dari rata-rata per kelas. Untuk melihat tingkat pelanggaran tata tertib selain
makanminum di kelas terdapat pada tabel 6 halaman 67. Kegiatan
base camp
akan tetap dilanjutkan walaupun tingkat pelanggaran sudah sangat minim dan tujuan awal dari kegiatan telah tercapai. Hanya saja
untuk intensitas pelaksanaannya akan dikurangi dan format kegiatan di modifikasi sesuai dengan kebutuhan, karena SMK Putra Bangsa merasa masih banyak sisi