Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

mengambil sisi lain sebagai fokus penelitian dalam kajian ini, yaitu Ahmadiyah dari segi personalnya, kaitannya dengan kekerasan yang dialami dalam kurun waktu satu dekade ini. Bagaimana Jemaat Ahmadiyah bisa bertahan secara pribadi dan keorganisasian? Identitas seperti apa yang dominan muncul setelah berbagai kejadian kekerasan? Lalu, bagaimana orang di luar JAI atau liyan mengidentifikasi mereka? Atas hal tersebut, persoalan tentang Jemaat Ahmadiyah Indonesia, khususnya di Lombok menjadi penting untuk dikaji secara ilmiah.

F. Kerangka Teoritis

1. Subjek Lacanian

Kasus kekerasan yang dialami JAI menunjukkan perhatian pada objek psikoanalisa Lacanian tentang pembentukan subjek, yaitu subject of lack ke usaha subjek dan Other Liyan untuk merepresentasikan dirinya dalam kehidupan sosial. Subjek-subjek bertemu dengan lack dan alienasi di saat mereka mencari kesempurnaan keutuhan atau autre baca:other. 10 Lacan menegaskan kembali subjek dari psikoanalisa bukanlah subjek pengetahuan subject of knowledge, melainkan ketidaksadaran yang direpresi, dan mempengaruhi perkembangan subjek selanjutnya. Hal ini bertentangan dengan semangat pencerahan—gagasan dalam tradisi filsafat—yang memberi penghargaan tinggi pada akal dan kesadaran “consciousness”. Subject as cogito, justru diperlihatkan sebagai subject of lack. 10 Adalah Jacques Marie Emile Lacan 1901-1981, seorang poststrukturalis yang hadir dengan konsepnya tentang psikoanalisa, dan secara umum mempersoalkan tentang strukturalisme yang cenderung menenggelamkan subjek. Dia kemudian hadir dengan konsep pembentukan subjek. Subjek yang mencari Liyan bisa dibaca sebagai upaya untuk mengisi lack. Other huruf besar atau Liyan tersebut bukanlah sosok ibunya, melainkan bahasa. Subjek dalam arti sebenarnya ketika seseorang mencoba bersatu dan meyakini bahwa Liyan mampu memenuhi kebutuhan lack nya, mengikuti banyak hal, dan beraktivitas dengan harapan memiliki pengalaman yang menyatu antara anak dan “ibu”. Dalam adagium There is no Other of Other, tercermin subjek yang lack ingin bertemu Other untuk memenuhi kebutuhannya need, tapi ternyata Liyan juga selalu mengalami lack. Bagaimana kita melihat status lack pada Liyan? Pastinya, lack yang dimaksud adalah lack atas sesuatu lost object. Pada teori Lacan, yang dimaksud dengan lack of jouissance adalah hilangnya sesuatu pada fase pre-simbolik, kenikmatan yang nyata real enjoyment selalu diposisikan sebagai sesuatu yang hilang atau dikorbankan ketika memasuki sistem simbolik dari bahasa dan realitas sosial. Namun, akhirnya subjek menyadari bahwa Liyan tidak mampu memenuhi lack-nya. Lalu, muncullah Desire. Dalam pandangan Lacan, desire hanya akan dialami setelah subjek merasa tidak pernah mendapatkan kepuasan dari dunia simbolik atau Liyan. Ketika subjek memahami bahwa ternyata hukum dan dunia verbal tidak bisa memuaskan sama sekali, saat itulah muncul hasrat untuk menemukan kembali objek a baca: autre. Desire merupakan upaya untuk menemukan kembali jejak-jejak yang menyebabkan subjek mengalami lack. Konsep desire berbeda dengan need atau kebutuhan. Dalam tataran simbolik, kebutuhan yang disuarakan secara verbal disebut demand atau tuntutan.