Sejarah Singkat Gereja Kristen Injili Indonesia di Sumatra

60 ikut menyumbangkan pendapatnya. Usaha kelompok minoritas ini kadang kala terlihat seperti “memancing” masalah, penyebabnya adalah adanya perbedaan pandangan dengan kelompok mayoritas. Bila perbedaan pandangan ini tidak difasilitasi dengan baik diselesaikan, maka akan terjadi konflik sosial antara kelompok minoritas dengan kelompok mayoritas. Jemaat Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko dalam kehidupan sehari-hari terlihat lebih “menerima” dan diam. Menjalani kehidupan bermasyarakat dengan menerima dan diam bukanlah keinginan jemaat, akan tetapi seperti sudah ada hukum tidak tertulis yang wajib ditaati kelompok minoritas ini agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selama G.K.I.I. hidup di tengah masyarakat Bengko, belum ada peraturan dan kebijakan dari masyarakat Bengko yang merugikan pihak Gereja, oleh karena ini juga G.K.I.I. lebih cenderung berdiam diri dan fokus pada perkembangan iman umatnya. Sebelum membahas perkembangan Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko, ada baiknya bila pembahasan dibuka dengan melihat sejarah singkat perintisan Gereja Kristen Injili Indonesia di Sumatra.

A. Sejarah Singkat Gereja Kristen Injili Indonesia di Sumatra

Pada mulanya pewartaan Injil pada Suku Anak Dalam dibawakan oleh Rev. Hubert Mitchell dan istrinya pada tahun 1936. Mitchell bekerja di bawah naungan missi Christian Missionary Alliance CMA. Sebenarnya Mitchell adalah anggota dari missi Go Ye Fellowship dari Los Angeles, namun di Indonesia beliau bekerja di bawah naungan CMA. Pewartaan Injil oleh Mitchell meliputi daerah Pagar Alam, Lubuk Linggau, Muara Rupit, dan Jambi. 61 Dalam penginjilan di daerah Jambi, Mitchell membawa teman kerja orang Indonesia. Mereka adalah Tobing seorang dari suku Batak, Kwee Toh San keturunan Tionghoa, Guru Sulan seorang dayak, dan Wan Embok Keturunan Tionghoa. Selain tenaga kerja dari Indonesia, pekerjaan Mitchell juga dibantu oleh hamba Tuhan dari Amerika, yaitu Griffin Amstrong, Howthorn, dan Morken. 1 Suku Anak Dalam suku Kubu merupakan suku yang hidupnya terisolasi dari “dunia luar”, bahkan sampai saat ini sebagian dari suku ini masih hidup secara nomaden dan jarang bersentuhan dengan dunia modern. Hal inilah yang menjadikan Suku Anak Dalam menjadi sasaran pewartaan Injil oleh Mitchell dan G.K.I.I. di perkembangan selanjutnya. Selain mewartakan Injil, Mitcell dan kawan-kawan mengajarkan baca dan tulis, kemungkinan agar memudahkan dalam pewartaan Injil itu sendiri. Pewartaan Injil di Sumatra oleh Mitchell terhenti saat Jepang mulai menjalankan politik ekspansinya di kawasan Asia Tenggara. Bersamaan dengan datangnya Jepang ke Indonesia Tarakan, 10 Januari 1942, semua missionaries luar negeri dipulangkan dengan alasan keamanan. Setelah terjadi kekosongan selama beberapa tahun, pada tahun 1949 Worldwide Evangelization Crusade WEC masuk ke Indonesia di bawah perlindungan Het Nederlandsche Consulaat Zending Konsulat. Di Sumatra, khususnya Sumatra bagian selatan, pekerjaan WEC dikenal dan didaftarkan 1 David Susilo Pranoto, Sejarah Gereja Kristen Indonesia, Bengkulu: Majelis Sinode, 2008, hal. 46. 62 sebagai Gereja Persekutuan Injil, tokohnya adalah Pdt. Williams. 2 Pada perkembangannya Gereja Kristen Injil dilebur menjadi satu kesatuan. Peleburan ini dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan situasi politik Indonesia yang selalu berubah. Pada tanggal 17 Juni 1967 diadakan rapat yang dihadiri oleh semua wakil Gereja Persekutuan Injil. Rapat yang diadakan di Tanjung Enim, Sumatera Selatan ini melahirkan beberapa keputusan sebagai berikut: 1. Semua Gereja Persekutuan Injil dilebur menjadi gereja nasional dengan nama GEREJA KRISTEN INJILI INDONESIA disingkat G.K.I.I. dan masing-masing menjadi otonom berdiri sendiri. 2. Untuk persatuan antar Jemaat Gereja Kristen Injili Indonesia dibentuklah satu badan yang disebut Sinode Gereja Kristen Injili Indonesia yang berkedudukan di Palembang atau berpusat di Palembang. 3. Pengurus Sinode Gereja Kristen Injili Indonesia mempunyai pengurus harian dengan susunan Ketua, Wakil Ketua, Sekertaris, Bendahara, dan Penasihat. 4. Gereja Kristen Injili Indonesia Sinode telah membuat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan disahkan pada tanggal 17 Juni 1967 di Tanjung Enim yang kemudian mendaftarkan diri ke Kantor Urusan Agama bagian Kristen di Palembang. 3 Pada tanggal 29 November 1969, Gereja Kristen Injili Indonesia mendapat pengakuan dari Departemen Agama dengan Nomor Daftar No. DdPVLL54121769, Jakarta. Sampai saat ini Gereja Kristen Injili Indonesia memiliki wilayah pelayanan di Bengkulu, Curup, Muara Aman, Belah Batu, Sukaraja, Pangkalan, dan Palembang. 2 Ibid., hal. 48. 3 Ibid., hal. 51-52. 63

B. Pertumbuhan Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko 1983-2008.