Hubungan Antara Umat Gereja Kristen Injili Indonesia Cabang Bengko

67 8. 1996 Ev. Usada Leno, S. Th. 9. 1997-2001 Pdt. David Susilo Pranoto, M. Th. 10. 2002 Vic. Sanyoto, S. Th. 11. 2003-2006 Pdt. Ponidianto, S. Th. 12. 2006 Ev. Rudy Sinaga 13. 2006-2010 Pdt. Pontas Pardede, S. Th.

C. Hubungan Antara Umat Gereja Kristen Injili Indonesia Cabang Bengko

dengan Masyarakat Bengko. Masyarakat desa Bengko terdiri dari bermacam-macam suku, ada suku Rejang, Lembak, Jawa, dan Batak. Ada dua agama yang dianut oleh masyarakat di Bengko, yaitu agama Islam sebagai kelompok mayoritas dan Kristen Protestan sebagai kelompok minoritas. Meskipun terdapat perbedaan dalam hal suku, bahasa dan agama, hubungan antar masyarakat terjalin baik. Sebelum masuk ke pokok bahasan, ada baiknya dijelaskan dulu pengertian-pengertian dari masyarakat. Menurut Robert Maclver, masyarakat adalah suatu sistem hubungan- hubungan yang ditertibkan. 7 Berbeda dengan Robert Maclver, Harold L. Laski mendefinisikan masyarakat sebagai sekelompok manusia yang hidup bersama dan bekerjasama untuk mencapai dan terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama-sama. 8 Ahli dari Indonesia, Soerjono Soekamto menyatakan bahwa 7 Miriam Budiharjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia, 2004, hal. 33. 8 Ibid., hal. 34. 68 masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia yang mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut: 1. Manusia yang hidup bersama dan bergaul dalam jangka waktu yang cukup lama 2. Mempunyai kesadaran bahwa setiap manusia merupakan bagian dari kesatuan, 3. Mempunyai nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pedoman untuk perilaku yang dianggap pantas, 4. Memiliki kebudayaan. 9 Kehidupan antar umat beragama di Bengko terlihat cukup harmonis. Namun, masih ada sikap-sikap fanatik di dalam masyarakat desa Bengko. 10 Memang hal tersebut tidak se-ekstrim yang ditunjukkan ormas-ormas Islam akhir- akhir ini. Tapi hal ini akan hilang sekilas mata, sebab masih jauh lebih banyak yang menghargai perbedaan agama, buktinya selama ini jemaat G.K.I.I. belum pernah mengalami kendala saat menjalankan ibadah. Kearifan lokal terlihat di sini, rasa saling menghargai satu sama lain, melindungi satu sama lain dan bekerjasama dalam beberapa hal gotong royong. Hal-hal seperti ini yang sangat sulit ditemukan pada masyarakat perkotaan yang cenderung hidup individualis. Umat Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat Bengko lainnya. Hal ini dapat dilihat saat-saat hari raya Idul Fitri maupun Natal, kedua umat yang berbeda agama ini memperkuat tali persaudaraan dengan saling mengunjungi. 11 Menurut Pak Sarjono rumahnya 9 Soerjono Soekanto, Beberapa Teori Sosiologi: tentang struktur masyarakat, Jakarta: Rajawali, 1983, hal. 107. 10 Penulis menuliskannya berdasarkan pengalaman yang dialami sendiri oleh penulis. Hidup sebagi orang Kristen disini harus siap diejek sesama sebagai pemakan Babi, binatang yang diharamkan oleh agama Islam. Terkadang ada perkataan yang menyakitkan seperti “Pantas tingkahmu kaya gitu, gak jauh beda dengan yang kamu makan”. 11 Yang dimaksud dengan Tali Persaudaraan adalah antara masyarakat sekitar dengan jemaat G.K.I.I. sudah merasa seperti satu keluarga. Kemungkinan disebabkan mereka sudah hidup bersama cukup lama dan saling terikat satu sama lain, saling tergantung. Saudara yang 69 selalu penuh saat hari Natal, malah seperti orang yang punya gawe hajatan, dengan itu saja sudah cukup menunjukkan bahwa masyarakat Bengko yang non- Kristen sangat menghargai agama Kristen dan begitu juga yang ditunjukkan umat G.K.I.I. pada masyarakat sekitar. 12 Dalam kehidupan sehari-hari tentu masih muncul konflik-konflik kecil antara jemaat G.K.I.I. Bengko dan masyarakat sekitarnya, namun konflik-konflik kecil ini bukan disebabkan oleh perbedaan keyakinan. Konflik-konflik yang muncul biasanya disebabkan oleh masalah- masalah ekonomi utang-piutang, jual-beli tanah atau hasil kebun, gossip seputar rumah tangga, dan pertengkaran anak-anak yang mengikutsertakan orang tua mereka. Adanya penghargaan dan saling mendukung antar umat ini dijaga oleh masyarakat desa Bengko. Banyak kepentingan bersama dan juga cita-cita bersama yang akan terhambat jika hal-hal yang menyangkut rasa menghargai dan mendukung tidak ditegakkan. Masyarakat Bengko dan jemaat G.K.I.I. juga secara bersama-sama menjaga sistem yang ada, yaitu peraturan dan tata tertib yang telah dibuat dan disetujui oleh seluruh masyarakat Bengko. Tujuannya adalah agar kehidupan bersama tetap berjalan tanpa kurang suatu apapun. Contoh dari menjaga hubungan antara jemaat G.K.I.I. adalah sebagai berikut: ada beberapa keluarga Kristen di Bengko yang memiliki usaha sebagai pengepul sayuran keluarga Sarjono dan keluarga Sumaryono, mereka harus mampu menjaga hubungan dengan masyarakat sekitar agar pasokan sayuran tetap sesunguhnya memang tidak memandang perbedaan, perbedaan dapat mempersatukan dan dari situ terkadang kesempurnaan tercapai. 12 Hasil wawancara dengan Pak Sarjono, pukul 17.00 WIB, Bengko, 23 Juni 2012 dan wawancara dengan pensiunan penginjil G.K.I.I., Ishak Wasimin, pukul 15.30 Karang Jaya: 25 Juni 2012. 70 ada, begitu juga sebaliknya masyarakat juga menjaga hubungan ini agar sayurannya diambil dan dibeli dengan harga yang sesuai. Dari sini kita sudah dapat menyimpulkan bahwasanya hubungan sosial antara jemaat G.K.I.I. dengan masyarakat Bengko sudah terjalin baik dari sejak G.K.I.I. berdiri di Bengko sampai dengan hari ini. Bahkan dalam artian tertentu hubungan ini dapat melebihi hubungan sosial biasa. Mereka dapat hidup berdampingan dan menganggap satu sama lain sebagai saudara, saudara yang saling menjaga satu sama lain. Tata tertib, hubungan antar masyarakat, rasa saling menghormati, kerjasama gotong royong yang ada dalam masyarakat Bengko perlu dijaga agar tatanan hidup bersama ikut terjaga.

D. Hal-hal yang Menguatkan Iman Umat Gereja Kristen Injili Indonesia di