35
sulit mengucapkan bahasa asing biasanya Inggris yang menyebabkan hal ini, selain itu orang Indonesia tidak mau repot-repot menyebutkan kata-kata yang sulit
diucapkan dan dimengerti. Untuk memudahkan dalam penyebutan, nama Bengko dipilih untuk menamai ibukota Kecamatan Sindang Dataran ini.
Untuk mengetahui lebih luas mengenai Bengko, penulis akan menjabarkannya sebagi berikut:
1. Letak Geografis dan Kondisi Alam Bengko
Bengko merupakan sebuah kota kecil yang terletak di Kecamatan Sindang Dataran, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Kecamatan Sindang Dataran
berdiri tahun 2007 dan merupakan hasil pemekaran berdasarkan peraturan daerah no. 5 tahun 2005. Sebelum terjadi pemekaran, daerah di Kecamatan Sindang
Dataran masuk ke dalam Kecamatan Sindang Kelingi yang beribukota di Beringin Tiga.
Bengko merupakan ibukota dari Kecamatan Sindang Dataran. Bengko merupakan daerah yang memiliki populasi penduduk terbanyak di Kecamatan
Sindang Dataran. Oleh karena keterbatasan data mengenai letak geografis Bengko dan sekitarnya, penulis akan menggambarkan keadaan geografis Kabupaten
Rejang Lebong terlebih dahulu. Maksudnya diharapkan gambaran keadaan geografis Rejang Lebong dapat mewakili secara umum keadaan geografis
Bengko. Kabupaten Rejang Lebong merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Bengkulu. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 151.576 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 261.745 berdasarkan survei tahun 2009. Ibukota Kabupaten
36
Rejang Lebong adalah kota Curup. Secara topografi, Kabupaten Rejang Lebong merupakan daerah yang berbukit-bukit. Hal ini menjadi wajar karena Rejang
Lebong terletak pada dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian antara 100 sd 1000 m di atas permukaan laut, kemiringan tanahnya antara 2 sd
40. Letak Geografis pada posisi 102 derajat 19 menit – 102 derajat 57 menit Bujur Timur dan 2 derajat 22 menit 07 detik – 3 derajat 31 menit Lintas Selatan.
Rejang Lebong secara umum memiliki curah hujan rata-rata 233,75 mm per bulan, dengan jumlah hari hujan rata-rata 14,6 haribulan pada musim kemarau
dan 23,2 haribulan pada musim penghujan. Menurut perhitungan yang dilakukan pada tahun 2003, jumlah curah hujan di Rejang Lebong sebesar 2.805 mm dengan
rata-rata curah hujan 233,8 mm. Jumlah curah hujan di Rejang Lebong pada tahun 2002 sebesar 2.557 mm dengan rata-rata curah hujan per bulan sebesar 213,1 mm
dan rata-rata hari hujan sebanyak 22 haribulan. Sedangkan pada Tahun 2009 jumlah curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 418
mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 27 hari sedangkan jumlah curah hujan terendah terjadi bulan Juni sebesar 32 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 6
hari.
5
Sementara itu suhu normal rata-rata di Rejang Lebong berkisar antara 17,730C – 30,940C dengan kelembaban nisbi rata-rata 85,5 . Suhu udara
maksimum pada tahun 2003 terjadi pada bulan Juni dan Oktober yaitu 32 derajad Celcius dan suhu udara minimum terjadi pada bulan Juli yaitu 16,2 derajad
5
Wahyuni Amelia Wulandari, dkk., Laporan Akhir Tahun Pendampingan Program PSDSK di Provinsi Bengkulu, Bengkulu: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP, 2011, hal. 15.
37
Celcius. Secara umum kondisi fisik tanah di Kabupaten Rejang Lebong dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Tanah di Rejang Lebong memiliki kelerengan datar sampai bergelombang,
b. Jenis tanah di Rejang Lebong yaitu : Andosol, Regosol, Podsolik, Latasol
dan Alluvial, c.
Tekstur tanahnya : sedang, lempung dan sedikit berpasir dengan pH tanah 4,5 –7,5,
d. Kedalaman efektif tanah untuk bercocok tanam : sebagian besar terdiri
atas kedalaman 60 cm hingga lebih dari 90 cm, sebagian terdapat erosi ringan dengan tingkat pengikisan 0 – 10 .
6
Setelah melihat gambaran keadaan geografis Kabupaten Rejang Lebong secara umum di atas, dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Sindang Dataran
Bengko juga memiliki topografi yang berbukit-bukit dengan curah hujan cukup tinggi. Kecamatan Sindang Dataran memiliki wilayah seluas 6.218 Ha, dengan
batas wilayah yaitu : sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sindang Kelingi Kabupaten Rejang Lebong, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Muara Kemumu Kabupaten Kepahiang, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang, dan di sebelah timur berbatasan
dengan Kecamatan Binduriang Kabupaten Rejang Lebong. Kecamatan Sindang Dataran terdiri dari enam kelurahan, yaitu: Kelurahan
Air Rusa, Kelurahan Bengko, Keluarga IV empat Suku Menanti, Kelurahan Sinar Gunung, Kelurahan Talang Belitar, dan Kelurahan Warung Pojok.
6
Situs Resmi Pemkab Rejang Lebong, http:www.rejanglebongkab.go.id, diunduh pada tanggal 19 Juni 2012.
38
Kecamatan Sindang Dataran memiliki dua titik akses masuk. Akses masuk yang pertama merupakan jalan yang dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia
Belanda dan sampai sekarang masih dipergunakan walaupun keadaannya tidak bisa dibilang baik kurang perawatan. Kualitas jalan yang dibangun Belanda
cukup baik dibanding jalan beraspal yang dibangun oleh pemerintah Indonesia.
7
Akses masuk kedua menuju Sindang Dataran dapat ditempuh dari Kecamatan Kabawetan, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu.
2. Suku-suku Asli Rejang Lebong di Bengko.
Masyarakat Bengko terdiri dari berbagai suku. Bila dilihat dalam skala yang lebih luas, Kabupaten Rejang Lebong didominasi oleh suku asli yaitu suku Rejang
43, disusul suku Jawa yang merupakan pendatang 35,2, dan sebagian penduduk Rejang Lebong lainnya adalah suku Lembak, Kaur, Musi, Pasemah,
Kerinci, Sunda, Minang, Palembang, India, Tionghoa, Pagar Alam dan Batak.
8
Selain suku Rejang, suku Lembak adalah suku asli Rejang Lebong. Di daerah Kecamatan Sindang Dataran, mayoritas penduduknya berasal dari
Jawa Timur Malang, posisi keduanya ditempati oleh suku asli yaitu suku Lembak, suku Jawa menyusul kemudian suku Rejang. Selain suku Jawa, Lembak,
dan Rejang masih ada suku lain yang bertempat tinggal di Bengko, yaitu suku Batak Medan, Padang, dan masyarakat yang berasal dari Bengkulu Selatan
biasa dipanggil dengan wang Selatan.
7
Jalan beraspal yang dimaksud adalah jalan yang menghubungkan Kecamatan Sindang Dataran dengan jalan raya Curup-Lubuk Linggau. Jalan ini dibangun dari desa Beringin Tiga sampai
Sindang Jati, Kecamatan Sindang Kelingi. Masyarakat sekitar mengakui kalau jalan ini lebih baik dari jalan yang dikembangkan kontraktor nasional akhir-akhir ini.
8
Wikipedia, http:id.wikipedia.orgwikiRejang_Lebong, tanggal unduh pada 10 September 2012.
39
Mengingat Bengko terletak di Kabupaten Rejang Lebong, penulis berkesimpulan bahwa perlu juga dijabarkan mengenai suku asli daerah ini.
G.K.I.I. dalam karyanya berusaha dengan sangat untuk dapat “memeluk” suku- suku asli di Rejang Lebong. Berikut ini adalah penjabaran singkat mengenai suku
Lembak dan suku Rejang. a
Suku Lembak Suku ini masih masuk ke dalam rumpun Melayu. Persebarannya selain di
Bengkulu juga dapat ditemukan di Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas yang berada di Propinsi Sumatera Selatan. Suku Lembak di Kecamatan
Sindang Dataran berasal dari Kepala Curup, Kecamatan Binduriang, dan Kecamatan Padang Ulak Tanding. Diperkirakan suku Lembak lebih dulu
mendiami Kecamatan Sindang Dataran daripada suku Jawa. Suku Lembak memiliki bahasa yang berbeda dengan suku Rejang atau
Melayu Bengkulu lainnya. Apabila suku Rejang dan Melayu Bengkulu pesisir kata-katanya banyak diakhiri dengan huruf ‘o’, suku Lembak lebih banyak
menggunakan kata-kata diakhiri dengan huruf ‘e’. Dari segi kosakata, suku Lembak lebih dekat dengan suku Musi dan Palembang, perbedaannya hanya pada
dialek pengucapanlogat. Menurut penulis bahasa Lembak sangat khas, dan berbeda dengan suku Melayu lain. Penulis juga menemukan beberapa kosakata
yang hanya ada di suku Lembak, seperti ai’yo = air, nga da = kamu itu, tekemek = buang air kecil, d’esat = pukulan dengan tangan terkepal, ge te - belege kite =
berkelahi , mba’i= apa, ada apa, dll.
40
Di Kecamatan Sindang Kelingi terutama di desa IV Suku Menanti, dapat ditemukan hal unik mengenai masalah bahasa ini, yaitu adanya akulturasi antara
bahasa Jawa dan bahasa Lembak. Suku Lembak dan suku Jawa yang bertempat tinggal di desa IV Suku Menanti, khususnya di dusun Airlang, dalam percakapan
sehari-hari selain menggunakan bahasa Lembak juga menggunakan bahasa Jawa dengan logat Lembak. Bila mendengar secara langsung bahasa Jawa yang
diucapkan dengan logat Lembak akan segera diketahui keunikannya. Suku Lembak merupakan pemeluk agama Islam sehingga budayanya
banyak bernuansakan Islam. Selain bernuansakan Islam, budaya suku ini juga sangat kental dengan budaya Melayu. Ada kebiasaan buruk yang melekat pada
masyarakat suku Lembak, yakni penyelesaian masalah dengan tujah. Di masa lampau, tujah merupakan salah satu cara penyelesaian masalah di antara orang
kesatria berani. Dalam tradisi tujah, dua orang memegang senjata tajam pisau dan masuk ke dalam sarung. Di dalam sarung itu keduanya berusaha saling
menusuk, yang berhasil menusuk dalam artian dapat membuat lawannya terkapar ialah yang menang.
Dewasa ini tujah telah mengalami pergeseran makna. Pisau dan kata-kata tujah sendiri sering dijadikan sebagai media untuk menekan orang lain.
Contohnya saat seseorang merasa dapat memaksakan kepentingannya pada orang lain dan orang yang dimaksud terlihat menolak, akan terdengar kalimat “Tujahku
nga lek” Akan kutusuk kau nanti. Sungguh ironis, ancaman-ancaman seperti ini sering keluar, mulai dari anak usia belia sampai dewasa.
41
Suku Lembak memang terkenal memiliki kebiasaan buruk karena dekat dengan kekerasan, namun tidak semuanya hidup dengan cara seperti itu. Orang-
orang tua asli Lembak mengajarkan anak-anak mereka untuk hidup keras agar nantinya tidak “dijajah” oleh orang lain. Selain itu mereka mengatakan bahwa
hidup ini keras, “jika kamu tidak keras bagaimana kamu akan bertahan hidup?”. Rupa-rupanya didikan ini tidak ditangkap secara baik disesuaikan dengan
zaman, sehingga generasi muda Lembak saat ini menggunakan kebiasaan keras ini untuk melakukan hal-hal yang dekat dengan tindakan yang melanggar hukum.
G.K.I.I. sampai saat ini belum mampu merangkul satu orangpun dari suku Lembak. Suku Lembak adalah suku yang paling sulit didekati oleh G.K.I.I. sebab
suku ini terkenal dengan kebiasaan keras ditambah lagi mereka pada umumnya telah memeluk agama Islam. Sampai saat ini G.K.I.I. belum memakai pendekatan
budaya untuk mengenalkan Yesus sebagai juru selamat pada suku Lembak. b
Suku Rejang Suku Rejang diduga sebagai salah satu suku bangsa tertua yang ada di Pulau
Sumatra. Suku ini berdomisili di Provinsi Bengkulu dengan daerah persebaran di Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Lebong, Kabupaten Kepahiang,
Kabupaten Bengkulu Tengah, dan Kabupaten Bengkulu Utara. Berdasarkan dialek dan kosa kata yang dimiliki suku Rejang, suku ini dikategorikan dalam Melayu
Tua Proto-Melayu.
9
Asal-usul suku Rejang sulit ditelusuri karena kurangnya data-data sejarah. Sebagai suku bangsa terbesar di Bengkulu, bangsa kolonial Inggris dan Belanda,
9
Wikipedia, http:id.wikipedia.orgwikiSuku_Rejang, tanggal unduh pada 10 September 2012.
42
secara perlahan-lahan menghapus ciri asli suku Rejang. Tujuannya adalah untuk menghilangkan identitas asli suku ini, dengan begini kemungkinan adanya
perlawanan dari suku Rejang dapat diminimalisir. Selain itu suku Rejang juga dijauhkan dari segala bentuk ilmu pengetahuan modern, tujuannya agar suku ini
tidak mengetahui sejarah pendahulunya. Kebudayaan suku Rejang tidak jauh dari nuansa Islam, karena sebagian
besar dari suku ini adalah pemeluk agama Islam. Budaya yang sampai saat ini masih dipertahankan adalah Tepung Setawar. Asal nama tradisi Tepung Setawar
sendiri sulit ditelusuri, kemungkinan pemberian nama ini berdasarkan analisis berikut: konflik antara dua pihak akan selesai dengan damai melalui hukum ini,
seperti tepung yang rasanya tawar tidak ada dendam di lain hari. Persyaratan yang wajib ada dalam tradisi ini adalah tepung beras dan daun setawar.
Tepung Setawar merupakan hukum adat berupa pemberian sanksi pada pelaku pelanggaran hukum dengan cara didenda dan cuci kampung. Contoh kasus
pada hukum adat ini misalnya saat seorang pria sebut dengan “A” melecehkan wanita sebut “B” dan keluarga si “B” tidak menerima perlakuan si “A”, maka
keluarga si “B” akan menantang si pria dengan kekerasan; perkelahian, bila si “A” keder dan menghendaki jalan damai maka ia harus melakukan prosesi adat
Tepung Setawar, permintaan maaf dari si “A” akan diterima keluarga si “B” setelah si “A” memenuhi beberapa persyaratan yang diajukan keluarga si “B”.
10
10
Saat ini tradisi tepung setawar kurang semurni dan sesakral yang ada pada hukum adat. Saat ini pemangku adat kurang lagi dibutuhkan, selagi ada kesepakatan antara dua pihak yang bermasalah,
perjanjian damai akan tercapai. Biasanya perdamaian akan lahir dengan pemberian mahar berupa sejumlah uang. Tradisi ini terkadang dimanfaatkan oknum tertentu untuk memeras orang lain.
Tepung setawar penulis tidak hanya temukan di daerah Bengkulu saja, di Propinsi Sumatera Selatan penulis juga menemukan istilah ini dalam penyelesaian masalah.
43
Hukum adat ini berlaku juga untuk kasus lain seperti lakalantas, pencurian, perbuatan zinah, dan masih banyak kasus lain. Hukum adat ini berjalan saat ada
pihak yang merasa dirugikan dan pihak ini berani menuntut menantang pihak yang dianggap merugikannya.
Suku Rejang sebenarnya memiliki aksara asli yaitu kaganga. Akan tetapi kemampuan masyarakat Rejang sendiri dalam penulisan dan pelafalan aksara ini
sangat kurang.
11
Kemungkinan penyebabnya dikarenakan pada masa kolonial, suku Rejang dilarang mempelajari aksara ini sehingga lambat laun kemampuan
menulis dan memahami kaganga hilang. Tidak adanya kemampuan suku ini dalam hal memahami aksara kaganga ini menimbulkan keraguan dari para ahli
bahwa aksara ini milik suku Rejang. Saat ini aksara ini menjadi polemik, sebab Pemda Lampung juga mengakui aksara yang 99 sama dengan kaganga sebagai
aksara asli dari Lampung. Kebijakan pemerintah kolonial Belanda melalui strategi memecah belah
devide et empera turut mempengaruhi dialek dan kosakata yang dipakai suku Rejang. Saat ini dialek penuturan bahasa Rejang dapat dibagi menjadi tiga besar,
yaitu dialek Rejang Kepahiang masyarakat Rejang yang tinggal di Kepahiang, dialek Rejang Curup mencakup masyarakat Rejang yang tinggal di Kabupaten
Rejang Lebong, Bengkulu Tengah, dan Bengkulu Utara, dan dialek Rejang Lebong masyarakat Rejang yang tinggal di daerah Kabupaten Lebong.
11
Saat penulis duduk di bangku SD. Pemerintah Daerah Rejang Lebong menggalakkan program pembelajaran aksara Kaganga ini, akan tetapi program ini hanya berlangsung bebrapa tahun saja.
Sangat disayangkan memang sebagai putera-puteri daerah kami tidak mengerti sama sekali mengenai aksara Kaganga.
44
Perbedaan dialek antara suku Rejang ini membuktikan bahwa mereka dapat dipecah belah oleh kolonial Belanda di masa lalu. Meskipun mereka mengaku
suku Rejang, mereka tidak mau disamakan sama-sama Rejang dengan suku Rejang yang tinggal di daerah lain.
12
Kurangnya persatuan antar suku Rejang ini, masih sering dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk kepentingan tertentu,
terutama untuk kepentingan politis. Jumlah masyarakat Rejang di Kecamatan Sindang Dataran dapat dihitung
dengan jari. Kemungkinan dikarenakan daerah Sindang Dataran sudah telebih dahulu ditinggali oleh suku Jawa dan suku Lembak. Suku Rejang pada dasarnya
kurang terbuka dan adaptif pada segala hal yang berbau asing bagi suku mereka. Masyarakat Rejang hampir selalu tidak bisa menerima pendapat dari luar jikalau
pendapat tersebut tidak lazim menurut cara pandang mereka Kemungkinan ini yang menjadikan Bengkulu kurang berkembang, jika diamati Bengkulu cukup
jauh tertinggal dari provinsi-provinsi di sekitarnya, baik itu dari pertumbuhan ekonomi, sosial, pendidikan, dan sarana prasarana umum. Sikap tertutup yang
dimiliki suku Rejang ini tidak serta merta menjadikan suku Rejang berdiam diri dan tertinggal zaman. Kaum muda Rejang saat ini sudah mulai terbuka dan berani
merantau ke daerah lain untuk menyiapkan diri menjadi agen perubahan di Bengkulu.
12
Contoh sederhana terjadi saat penulis duduk di bangku SMA tepatnya di SMA 1 Selupu Rejang, Rejang Lebong, Bengkulu. Penulis pernah menyaksikan perkelahian yang disebabkan oleh hal
sepele, saat itu ada anak dari suku Rejang Lebong yang tidak menerima ucapan salah seorang siswa yang berasal dari suku Rejang Curup. Si anak suku Rejang Curup berucap “Kito koh dak
samo kek anak Lebong tu, tobo Lebong tu Rejang kampuang” dalam Bahasa Indonesia = ‘kita ini tidak sama dengan anak Lebong, mereka itu suku Rejang kampung. Bila menilik lebih dalam, hal
ini sangat menyedihkan karena mereka sama-sama orang Rejang, yang membedakan hanyalah domisilinya saja.
45
3. Keadaan sosial Bengko dan sekitarnya.