104
pemimpin, dan kebijakan administrasi dan organisasi. Hasil ini juga didukung bahwa kepuasan kerja ditentukan oleh karakteristik kepribadiannya, Hurlock
dalam Yusuf 2001:130-131 menyatakan bahwa salah satu ciri kepribadian yang sehat adalah memikilik falsafah hidup. Seseorang akan mengarakhkan hidupnya
berdasarkan faklsafah hidup yang berakar pada agama. Kepuasan dari berkerja apabila telah terpenuhinya kewajiban yang harus dilaksanakan dan menerima
hak-hak atas kinerjanya dan menerimanya dengan ikhlas. Kepuasan terhadap pekerjaan mewarnai sikap individu untuk melakukan
sejumlah tugas dan sangat erat kaitannya dengan penampilan kerja. Vroom dalam Danim 2004:10 menyatakan makin tinggi kepuasan kerja seseorang,
penampilannya makin baik, dan sebaliknya makin rendah kepuasan kerja seseorang, panampilannya makin kurang memuaskan.
Banyak hal yang mempengaruhi kepuasan kerja seorang guru, dari kajian teori yang dipaparkan, penelitian ini akan mencari korelasinya dengan
kepemimpinan kepala sekolah. Sesuai pendapat dari: 1 Flippo 1984:116–117 Kepemimpinan yang mampu dan adil dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru,
2 Harold E. Burt dalam Anoraga 2000:82 yang menyatakan faktor yang ikut menentukan kepuasan kerja antara lain hubungan langsung antara manajer
dengan karyawan, sebagai manajer adalah kepala sekolah dan sebagai karyawan adalah guru.
4.5.2 Korelasi antara Kecerdasan Emosional Kepala Sekolah Dengan Kepuasan Kerja Guru
105
Berdasarkan persepsi guru, secara diskriptif hasil peneltian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional kepala sekolah SMP Negeri di
Kabupaten Batang memiliki skor tinggi dengan rata-rata 119,44 79,63 dimana skor idealnya 30 sampai dengan 150.
Dari rata-rata persentase, responden yang merasa bahwa kecerdasan emosional kepala sekolah sangat tinggi skor 5 sebanyak 29,6 , yang
mendukung kecerdasan emosional kepala sekolah tinggi sebanyak 46,6 , yang netral sebanyak 17,8 . Hal ini dimungkinkan karena indikator kecerdasan
emosional kepala sekolah yang diungkap dalam penelitian ini, sesuai kenyataan bahwa para kepala sekolah memiliki kematangan dalam emosi.
Analisis korelasi variabel kecerdasan emosional kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru SMP Negeri di Kabupaten Batang diperoleh koefisien
korelasi sebesar 0,758 75,8 dan koefisien determinasinya sebesar 0,575 adapun signifikansinya 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja guru
sangat dipengaruhi akan kecerdasan emosional kepala sekolah. Analisis regresi secara parsial variabel kecerdasan emosional terhadap
kepuasan kerja guru sebesar 0,589, nilai t = 7,298 dengan signifikansinya 0,000. Nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil dibandingkan taraf signifikansi berarti
ada korelasi signifikan antara kecerdasan emosional kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru.
4.5.3 Korelasi Ganda Gaya Kepemimpinan dan Kecerdasan Emosional Kepala Sekolah Dengan Kepuasan Kerja Guru SMP Negeri di
Kabupaten Batang
106
Dari hasil penelitian dan pengujian hipotesis di atas dapat dinyatakan bahwa korelasi positif yang signifikan gaya kepemimpinan dan kecerdasan
emosional kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru SMP Negeri di Kabupaten Batang. Berarti bahwa jika gaya kepemimpinan kepala sekolah
meningkat menjadi lebih baik maka kepuasan kerja guru juga akan membaik dan sebaliknya jika gaya kepemimpinan kepala sekolah menurun menjadi kurang baik
maka kepuasan kerja guru juga akan menurun, selanjutnya kecerdasan emosional juga demikian, jika kecerdasan emosional kepala sekolah tinggi maka kepuasan
kerja guru akan tinggi pula dan sebaliknya jika kecerdasan emosional kepala sekolah rendah maka kepuasan kerja guru SMP negeri di Kabupaten Batang juga
akan rendah pula. Koefisien korelasi parsial kecerdasan emosional kepala sekolah lebih
tinggi 0,589 dibandingkan dengan koefisien korelasi gaya kepemimpinan kepala sekolah 0,249, hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional kepala sekolah
lebih menentukan terhadap kepuasan kerja guru dibandingkan dengan gaya kepemimpinan.
Hasil dapat dipahami karena kecerdasan emosional EQ adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan
kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi Cooper dkk. 1999:15, dengan ciri-ciri kecerdasan emosional:
kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan
kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak
107
melumpuhkan kemampuan berfikir; berempati dan berdoa Goleman 2001:45. Jelas kepala sekolah yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan mampu
memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati
dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir; berempati dan berdoa, sehingga jelas akan dapat dirasakan oleh guru sebagai
bawahannya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya menjadi lebih puas.
Di samping itu jika kepala sekolah memiliki gaya kepemimpinan yang baik adalah kepala sekolah yang mampu melaksanakan kepemimpinannya
dengan 1 gaya instruksional memberitahukan, meliputi: memberitahukan kepada bawahan mengenai apa yang harus dilakukan untuk menyelasaikan
tugasnya, memberikan penjelasan kepada bawahan mengenai alasan perlu dilakukan suatu tindakkan dalam penyelesaian tugas, memantau kinerja bawahan
hasil pelaksanaan tugasnya dan mengendalikan situasi untuk menghindari seseorang bawahan menjadi tidak termotivasi dan tidak kompeten; 2 gaya
konsultatif melatih, meliputi: meminta pendapat dari bawahan tentang alternatif tindakan untuk menyelesaikan tugasnya, melibatkan bawahan dalam
memutuskan tindakkan yang harus dilakukan untuk melaksanakan tugas, melibatkan bawahan dalam pelaksanaan tindakkan untuk menyelesaikan tugas,
dan membimbing dan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk konsultasi tentang pelaksanaan tugasnya; 3 gaya partisipatif memberi dukungan,
meliputi: mengarahkan bawahan untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, dan
108
memberikan kepercayaan kepada bawahan untuk menentukan langkah apa yang akan dilakukan dalam menyelesaikan tugasnya; serta gaya mendelegasikan,
meliputi: memberikan tanggung jawab penuh kepada bawahan untuk melakukan tugasnya, dan memberikan sedikit bantuan kepada bawahan dalam pelaksanaan
tugasnya, kesemuanya akan dapat dilaksanakan dengan profesional sehingga jelas akan dapat dirasakan oleh guru yang dipimpinnya menjadi merasa lebih
puas karena segala sesuatu berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya dapat diatur sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
109
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ada korelasi positif yang signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah
dengan kepuasan kerja guru SMP Negeri di Kabupaten Batang dengan koefisien korelasi parsial sebesar 0,249 6,2 , dengan t sebesar 2,566 dan
signifikansinya 0,012. 2.
Ada korelasi positif yang signifikan kecerdasan emosi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru SMP Negeri di Kabupaten Batang dengan koefisien
korelasi parsial sebesar 0,589 34,69 , dengan t sebesar 7,298 dan signifikansinya 0,000.
3. Ada korelasi positif yang signifikan secara bersama-sama simultan gaya
kepemimpinan dan kecerdasan emosi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru SMP Negeri di Kabupaten Batang dengan koefisien korelasi ganda
sebesar 0,775 77,5 , dengan koefisian determinasinya 0,601 60,1 dan signifikansinya 0,000. Persamaan regresi : Y’ = 34,943 + 0,236 X
1
+ 0,576 X
2
Saran-saran
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian, dikemukakan beberapa saran untuk sebagai berikut: