Gaya Kepemimpinan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah 1. Kepemimpinan

236

2.2.3 Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah sesuatu yang mendasari sikap seseorang dalam memotivasi perilaku pada berbagai situasi interpersonal Atmodiwiro,. 1991 : 6 . Timpe 1991 : 134 menyatakan : “ Gaya kepemimpinan Anda adalah kumpulan ciri yang Anda gunakan untuk mempengaruhi bawahan supaya sasaran organisasional dapat tercapai “. Hersey dan Blancard 1992 : 150 mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai pola – pola perilaku konsisten yang mereka terapkan dalam bekerja dengan dan melalui orang lain seperti seperti yang dipersepsikan orang – orang itu . Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yanmg digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat dikemukakan batasan gaya kepemimpinan paling sederhana dan operasional adalah norma perilaku atau sikap seorang pemimpin dalam memotivasi, mempengaruhi perilaku bawahan pada berbagai situasi supaya sasaran organisasi dapat tercapai . Bill Woods dalam Timpe 1991 : 112 memperagakan tiga gaya kepemimpinan , yaitu : 4. Otokratis Pemimpin otokratis membuat keputusan sendiri karena kekuasaan 237 terpusatkan dalam diri satu orang. Ia memikul tanggungjawab dan wewenang penuh. Pengawasan bersifat ketat, langsung , dan tepat. Keputusan dipaksakan dengan menggunakan imbalan dan kekhawatiran akan dihukum. Jika ada , maka komunikasi bersifat turun kebawah. Bila wewenang dari pemimpin otokratis menjadi menekan , bawahan merasa takut dan tidak pasti. Pemimpin otokratis dapat menjadi otokrat kebapak – bapakan. Bawahan ditangani dengan efektif dan dapat memperoleh jaminan dan kepuasan. Otokrat yang kebapakan dapat saja hanya memberikan perintah , memberikan pujian dan menuntut loyalitas bahkan dapat membuat bawahan merasa mereka sebenarnya ikut serta dalam membuat keputusan walaupun mereka mengerjakan apa yang dikehendaki atasan. 5. Demokratis Pemimpin yang demokratis partisipatif berkonsultasi dengan kelompok mengenai masalah yang menarik perhatian . Komunikasi berjalan dengan lancar, saran dibuat kedua arah. Baik pujian maupun kritik digunakan. Beberapa tanggungjawab membuat keputusan masih tetap ada pada pemimpin. Bawahan ikut serta dalam penetapan sasaran dan pemecahan masalah. Keikutsaertaan ini mendorong komitmen anggota pada keputusan akhir. Pemimpin yang demokraris menciptakan situasi dimana induvidu dapat belajar, mampu memantau formula sendiri, memperkenankan bawahan untuk menetapkan sasaran yang menantang, menyediakan kesempatan untuk 238 meningkatkan metode kerja dan pertumbuhan pekerjaan serta mengakui pencapaian dan membantu pegawai belajar dari kesalahan. 6. Kendali Bebas Pemimpin penganut kendali bebas memberi kekuasaan kepada bawahan. Kelompok dapat mengembangkan sasarannya sendiri dan memecahkan masalahnya sendiri. Pengarahan tidak ada atau hanya sedikit. Gaya ini biasanya digunakan efektif untuk kelompok professional yang termotivasi tinggi. Dalam aspek produktivitas dan kepuasan kelompok maka gaya kepemimpinan terbaik adalah gaya demokratris. Dalam penelitian gaya kepemimpinan demokratis diatas gaya kepemimpinan otoriter , yang pernah dipercaya secara luas sebagai gaya kepemimpinan paling efektif. Penekanan baru pada gaya demokratis memberi semangat kepada para manajer untuk mempelajari kembali gaya gaya kepemimpinan mereka. Sebagai hasilnya banyak diantara mereka mengubah gaya dari otoriter menjadi demokratis dan memperoleh hasil yang kelebih baik . Di akhir tahun 1930 –an R. Tannenbaum dan W. Schmidt dalam Timpe 1991 : 131 menggambarkan gaya kepemimpinan sepanjang suatu rangkaian kesatuan, didasarkan pada derajat kekuasaan dan pengaruh masih dipertahankan oleh atasan. Sepanjang rangkaian kesatuan itu mereka mengidentifikasikan empat gaya kepemimpinan dasar, yaitu : “ Mengatakan “ , “ Menjual “ , “ Konsultasi “, dan “Bergabung “ “ Mengatakan “ adalah gaya kepemimpinan otoriter. , dan “ Bergabuing “ adalah gaya kepemimpinan demokratis. Kepemimpinan demokrartis memiliki 239 banyak warna pengertian berbeda berdasarkan pada derajat pembagian bersama kekuasaan dan pengaruh antara atasan dan bawahan. Tetapi yang lebih penting , mereka menghilangkan dugaan bahwa gaya demokratis adalah pendekatan kepemimpinan terbaik dalam semua kelompok dalam semua situasi. Mereka lebih menyarankan suatu bauran semua gaya kepemimpinan, mulai dari “ mengatakan “ ke “ menjual “, “ konsultasi “ dan “ bergabung” mungkin adalah yang terbaik. Untuk menentukan mana yang paling efektif pada suatu saat tertentu , maka perlu mempertimbangkan tiga perangkat kekuatan yaitu yang ada dalam dalam diri pemimpin, dalam kelompok yang dipimpinnya, dan yang ada dalam situasi menyeluruh. R. Blake dan J. Mouton dalam Timpe 1991 : 132 mengembangkan teori kepemimpinhan lewat model “ Pola Manajerial “ , kepemimpinan dipastikan oleh dua keprihatinan manajerial yang mendasar , yaitu keprihatinan untuk produksi dan manusia. Dengan mengingat bidang – bidang ini maka terdapat lima gaya dasar kepemimpinan sebagai berikut : 6. Jika seseorang mempertunjukkkan perhatian tinggi terhadap produksi tetapi perhatian rendah terhadap manusia, maka ia dianggap sebagai pemimpin dalan gaya manajemen tugas taat kepada wewenang . 7. Jika seseorang memperlihatkan perhatian tinggi terhadap manusia tetapi perhatian rendah terhadap produksi , maka ia dianggap sebagai pemimpin dalan gaya manajemen country club 8. Jika seseorang memperlihatkan perhatian rendah terhadap produksi maupun manusia , maka ia dianggap sebagai pemimpin dalan gaya manajemen yang 240 miskin . 9. Jika seseorang mempertunjukkkan perhatian sedang baik terhadap produksi maupun manusia, maka ia dianggap sebagai pemimpin dalan gaya manajemen ditengah gaya “ orang organisasi “ 10. Jika seseorang mempertunjukkkan perhatian tinngi baik terhadap produksi maupun manusia, maka ia dianggap sebagai pemimpin dalan gaya manajemen tim , yang dianggap sebagai gaya kepemimpinan terbaik. Hersey dan Blancard dalam Siagian 1999 : 139- 142 menyampaikan bahwa gaya kepemimpinan yang timbul dari kepemimpinan situasional , yang didasarkan pada dua perangkat perilaku kepemimpinan yang efektif yaitu pelikaku tugas dan perilaku hubungan dapat mengambil empat bentuk , yaitu : 5. “ Mengatakan “ Memberitahukan – perilaku tugas tinggi, hubungan rendah 6. “ Menjual “ - perilaku tugas dan hubungan tinggi. 7. “ Ikut serta “ - perilaku hubungan tinggi, tugas rendah. 8. “ Mendelegasikan “ - perilaku tugas dan hubungan rendah. Untuk menentukan gaya mana yang paling tepat , maka perlu untuk menentukan “ kedewasaan tugas “ anggota dalam suatu kelompok . Kedewasaan tugas ditegaskan sebagai derajat kesediaan dan kemampuan untuk memikul tanggungjawab. 1. Pada bawahan dengan derajat kedewasaan tugas rendah, pendekatan “ mengatakan” adalah kemungkinan besar yang paling efektif. 2. Pada bawahan dengan derajat kedewasaan tugas rendah yang moderat, pendekatan “ menjual ” adalah kemungkinan besar yang paling efektif. 241 3. Pada bawahan dengan derajat kedewasaan tugas tinggi yang moderat, pendekatan “ ikut serta ” adalah kemungkinan besar yang paling efektif. 4. Pada bawahan dengan derajat kedewasaan tugas tinggi, pendekatan “ mendelegasikan ” adalah kemungkinan besar yang paling efektif. Kenneth Blanchard dalam Rupert Eales – White 2003 : 107-110 menyampaikan empat gaya kepemimpinan , yaitu : 5. Memberitahukan tell Terdapat tiga kesempatan bagi seorang pemimpin menggunakan gaya memberitahukan : 1 Apabila Terjadi Sebuah Krisis. Jika terjadi sebuah krisis tugas seorang pemimpin adalah memecahakan krisis tersebut. Pemimpin harus menggunakan kekuasaan dan memberitahukan kepada bawahan “ sesuatu yang harus dilakukan “ , “ mengapa” , dan “bagaimana” , dengan begitu maka krisis yang sedang dihadapai segera dapat diatasi. Apa yang harus dilakukan bawahan pemimpin harus memberikan informasi yang cukup jelas mengenai krisis yang sedang terjadi atau alasan perlunya saran untuk suatu tindakan tertentu. 2 Bawahan Mendapatkan Tugas Baru. Ketika ada bawahan memiliki tugas baru dan mungkin saja kehilangan rasa percaya diri dan merasa gelisah, maka seorang pemimpin harus memberitahu dengan metode yang konstruktif, memberikan pengarahan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan, 242 mengapa , dan bagaimana melakukannya, dan memantau kinerjanya.. .Pemimpin juga harus memberikan tindakan yang mensupport, dengan kebijakan terbuka open door policy ketika seseorang menghadapi kesulitan. 3 Terjadi Perubahan Negatif yang Mendadak Perubahan mendadak bisa dirasakan dengan jelas sisi negatifnya, hal ini dapat menyebabkan hilangnya rasa harga diri, ketidakjelasan dan emosi yang bersifat negatif. Pemimpin harus dapat mengendalikan situasi untuk menghindari perpecahan tim, atau untuk menghindari seseorang menjadi tidak termotivasi dan tidak kompeten. 6. Melatih Coaching Gaya kepemimpinan ini digunakan ketika pengikut telah mencapai beberapa tahapan kompetensi dan percaya diri. Ketika pemimpin memberikan “ What” dan “Why “ harus melibatkan pengikut dalam proses bagaimana melakukannya, meminta masukan dan mendengarkan beberapa pendapat yang diungkapkan, sehingga terjadi dialog yang serius tentang kesepakatan untuk melaksanakan sebuah tindakan. 7. Memberi Dukungan Supporting Gaya kepemimpinan ini digunakan apabila pengikut mempunyai rasa percaya diri dan kompeten, yang bisa melakukan pekerjaan dengan baik. Pemimpin bisa menasehati bawahan tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa, dan bahkan memberikan kepercayaan untuk menentukan bagaimana cara melakukannya. 243 8. Mendelegasikan Tanggung Jawab Delegating Mendelegasikan merupakan gaya kepemimpinan khusus untuk menghadapi level yang lebih tinggi dalam sebuah organisasi, ketika pemimpin mengharapkan bawahan bisa menjalankan bagian organisasi dimana mereka memiliki tanggungjawab, dan sedikit memberikan pengarahan atau dorongan. Menurut teori Kepemimpinan situasional oleh Paul Hersey dan Kenneth Blanchard dalam Atmodiwirio 1991 : 29 – 31 Gaya kepemimpinan seserorang cenderung mengikuti situasi artinya seseorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya ditentukan oleh situasi tertentu, yang dimaksud dengan situasi adalah lingkungan kepemimpinan termasuk didalamnya pengaruh nilai – nilai hidup, nilai – nilai budaya, situasi kerja dan tingkat kematangan bawahan. Dengan memperhatikan tingkat kematangan bawahan, pemimpin dapat menentukan gaya kepemimpinannya sesuai dengan situasi yang dihadapi. Kecenderungan perilaku seorang pemimpin melaksanakan kepemimpinannya ditunjukkan dengan bagan gambar 5 . Tinggi tinggi suportif rendah direktif P3 tinggi direktif tinggi suportif P2 rendah suportif rendah direktif P4 tinggi direktif rendah suportif P1 244 Rendah R Perilaku mengarahkan Tinggi T Direktif Gambar 5 Empat Macam Pola Kecenderungan Perilaku Kepemimpinan Sumber : Totosiswanto 1991 : 31 Makin bergerak kekanan dan keatas makin tinggi tingkat perkembangannya, sebaliknya makin kekiri dan kebawah makin rendah tingkat perkembangannya. Tingkat perkembangan bawahan bersimbol P. Tingkat P1, adalah bawahan yang berada dalam tingkat perkembangan yang rendah, artinya orang itu tidak memiliki kemauan dan kemampuan, sehingga gaya kepemimpinan yang tepat untuk tingkat P1 ini adalah gaya instruksional. Orang yang berada pada P1 masih membutuhkan instruksi dan komando. Tingkat P2 adalah mereka yang memiliki kemauan tetapi tidak memiliki kamampuan. Gaya kepemimpinan yang cocok adalah gaya kepemimpinan konsultatif, yaitu pemimpin berusaha membimbing dan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengadakan konsultasi tentang pekerjaan atau masalah yang dihadapinya. Tingkat P3 , yaitu mereka yang memiliki kemampuan tetapi tidak memiliki kemauan. Dalam menghadapi bawahan semacam ini dapat dipergunakan gaya kepemimpinan partisipatif. Gaya kepemimpinan partisipatif memberikan kesempatan kepada bawahan untuk turut bertanggungjawab atas tugas – tugas yang dikerjakan. Mereka diajak mulai dari awal sampai akhir tugas 245 pekerjaan bertanggungjawab bersama – sama dengan atasannya. Diharapkan dengan gaya ini bawahan merasakan adanya pengakuan dari atasannya tentang kemampuan dan ketrampilan pelaksanan kerjanya. Tingkat P4 merupakan tingkat yang paling matang. Mereka memiliki kemampuan dan kemauan, sehingga atasan cukup hanya membantu dan mendorong untuk melakukan tugasnya. Gaya kepemimpinan yang digunakan delegatif. Pada tingkat perkembangan ini seorang pemimpin dapat memberikan wewenang kepada bawahan, artinya dengan penuh kepercayaan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk melakukan tugasnya tanpa pengawasan yang terus menerus. Pada dasarnya setiap pemimpin melakukan empat gaya ini, hanya pada suatu saat tertentu pemimpin harus mampu mengambil gaya kepemimpinannya yang paling tepat agar kepemimpinannya efektif. Pada suatu gaya yang satu akan lebih menonjol dari gaya yang lainnya dan ini tergantung kepada bawahan dengan tingkat kedewasaan. Situasi disini berarti bahwa seorang pemimpin harus benar – benar memperhatikan tingkat perkembangan bawahannya. Dengan memperhatikan hal ini , maka sebenarnya tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik, yang ada hanyalah kepemimpinan yang paling efektif hasilnya, yaitu kepemimpinan yang berhasil menggerakkan bawahan untuk menghasilkan suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dari keempat tipe tersebut, jika akan dinyatakan yang terbaik adalah tipe kepemimpinan yang dapat mengintegrasikan secara maksimal antara produktifitas dan kepuasan, pertumbuhan dan pengembangan manusia dalam semua situasi. 246 Tetapi yang terpenting adalah bahwa keberhasilan pemimpin adalah apabila pemimpin dapat menyesuaikan tipe kepemimpinannya dengan situasi yang dihadapi. Pengertian situasi dapat berarti juga mencakup : waktu, tuntutan pekerjaan, kemampuan bawahan, para pimpinan, teman sekerja, kemampuan dan harapan bawahan, tujuan organisasi maupun harapan bawahan. Sejauh mana seorang pemimpin harus memperhatikann situasi sangat tergantung pada apa yang disebut “ Tingkat kematangan “ bawahan Wahjosumidjo 2003 : 32 . Kematangan bawahan tidak lain adalah : 5. Bawahan yang mempunyai tujuan termasuk pula kemampuan untuk menentukan tugas. 6. Bawahan yang mempunyai rasa tanggungjawab, dalam arti bawahan memiliki kemauan motivasi dan kemampuan kompetensi untuk menentukan tujuan dan sebagainya. 7. Mempunyai pendidikan dan pengalaman. 8. Tingkat kematangan yang dimaksud, meliputi : kemauan dan pengatahuan teknis untuk melaksanakan tugas, dan rasa percaya diri sendiri dan harga diri tehadap dirinya. Perpaduan dari gaya kepemimpinan dan tingkat kedewasaan bawahan dari model kepemimpinan situasional dijelaskan seperti gambar 6. 247 Gaya Kepemimpinan Hubungan Intensif dan Orientasi Tugas Rendah Hubungan Intensif dan Orientasi Tugas Tinggi Hubungan tidak Intensif dan Orientasi Tugas Rendah Orientasi Tugas Tinggi dan hubungan tidak intensif Perilaku Tugas Tinggi Sedang Sedang Rendah K 4 K 3 K 2 K 1 Kedewasaan Bawahan Gambar 6 Gaya Kepemimpinan dan Kedewasaan Bawahan Sumber : Siagian , 1999 : 141 Pada tingkat K1 , kemampuan dan kemauan bawahan rendah. Penggunaan gaya kepemimpinan instruksi paling efektif, gaya konsultasi baik, gaya pertisipasi cukup baik dan gaya delegasi jelek. Tinggi Tinggi Dewasa Tidak Dewasa Perilaku Hubungan Rendah 248 Pada tingkat K2, kemampuan bawahan tinggi dan kemauan rendah. Penggunaan gaya kepemimpinan konsultasi paling efektif, gaya partisipasi baik, gaya instruksi cukup baik dan gaya delegasi jelek. Pada tingkat K3, kemampuan bawahan rendah dan kemauan tinggi. Penggunaan gaya kepemimpinan partisipasi yang paling efektif, gaya konsultasi baik, gaya instrusi cukup baik dan gaya delegasi jelek. Pada tingkat K4, kemampuan dan kemauan bawahan tinggi. Penggunaan gaya kepemimpinan delegasi paling efektif, gaya partisipasi baik, gaya konsultasi cukup baik dan gaya instruksi jelek. Efendi 2001 menyatakan keberhasilan seorang pemimpin kepala sekolah dipengaruguhi oleh kemampuan profesional, kemampuan kepribadian dan kemampuan sosialnya. Pemimpin yang berwibawa mempunyai pengaruh atas pertumbuhan dan perkembangan staf yang akhirnya mempengaruhi keberhasilan organisasi. 249

2.3 KECERDASAN EMOSIONAL

Dokumen yang terkait

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kepuasan Kerja Guru Di Smk Yadika 5

1 8 150

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP EFEKTIFITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN MEDAN TEMBUNG.

0 2 34

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, SARANA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, SARANA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SMP NEGERI DI POKJA 02 KECAMATAN BOYOLALI.

0 2 15

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, SARANA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SMP NEGERI KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, SARANA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SMP NEGERI DI POKJA 02 KECAMATAN BOYOLALI.

0 3 15

PERAN GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI KERJA GURU Peran Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Guru Di Smp Negeri I Eromoko Kabupaten Wonogiri.

0 3 15

PERAN GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI KERJA GURU Peran Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Guru Di Smp Negeri I Eromoko Kabupaten Wonogiri.

0 1 29

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN DISIPLIN KERJA GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG.

0 3 33

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG KECERDASAN EMOSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA GURU DI SMA NEGERI KECAMATAN GUNUNG SITOLI KABUPATEN NIAS.

0 0 26

KONTRIBUSI GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KEPUASAN KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SMA NEGERI DI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2005.

0 3 26

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL KEPALA SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU SMP

0 0 13