Karakteristik Down Syndrome Down Syndrome

Penderita gangguan ADHD mengalami kesulitan dalam mengendalikan implus yang terdapat dalam otaknya. Selain itu, gangguan ini juga menghambat perilaku dan keadaan penderitanya serta tidak mendukung rentang perhatian mereka. Gangguan ini dapat mempunyai pengaruh negatif terhadap kondisi anak baik di sekolah, di rumah dan di lingkungannya yang mengakibatkan anak menjadi sangat aktif, kesulitan dalam belajar, kesulitan berperilaku, kesulitan sosial, dan lain sebagainya. Perilaku anak yang mengalami ADHD sangat membingungkan dan sangat kontradiktif, namun mereka dapat melakukan sesuatu dengan lebih giat dan tekun dibandingkan anak normal jika orangtua atau guru menerapkan aturan yang lebih ketat. Oleh karena itu, perhatian dan dukungan yang diberikan orangtua sangat dibutuhkan oleh anak yang mengalami ADHD kerena hal ini sangat berpengaruh pada kekuatan, kemampuan, dan perasaan anak. Selain itu, penderita down syndrome biasanya lahir dengan berbagai gangguan medis, seperti gangguan jantung, leukemia, katarak, gangguan pendengaran dan gangguan bicara. Penderita down syndrome biasanya juga mengalami kesulitan dalam hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar karena kemampuan daya ingat yang lambat dibandingkan dengan anak normal. Masalah ini disebabkan karena lemahnya kemampuan persepsi dan menilai. Namun, sistem pengajaran dengan menggunakan gambar dianggap merupakan metode bagus untuk mengajarkan anak down syndrome belajar, berbicara, dan berinteraksi.

II.2.2 Karakteristik Down Syndrome

Down syndrome merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasan mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Ada beberapa karakteristik umum down syndrome yaitu Somantri, 2007:105: Universitas Sumatera Utara 1 Keterbatasan Intelegensi Intelegensi merupakan fungsi kompleks yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah serta situasi kehidupan yang baru. Kapasitas belajar anak down syndrome lebih bersifat abstrak seperti berhitung dan belajarnya tanpa pengertian. 2 Keterbatasan Sosial Disamping memiliki keterbatasan intelegensi, anak down syndrome juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat. Anak down syndrome cendrung tidak mampu memikul tanggungjawab sosial dengan bijaksana sehingga mereka selalu harus dibimbing dan diawasi. Mereka juga melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya. 3 Keterbatasan fungsi mental lainnya Anak down syndrome memiliki waktu lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya dan ada umumnya anak down syndrome memiliki keterbatasn dalam penguasaan bahasa. Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi tetapi pusat pengelolaan perbendaharaan kata yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Selain hal diatas, terdapat juga beberapa karakteristik fisik dari anak down syndrome yang bisa di amati secara langsung yaitu 9 : a Bagian belakang kepala rata Flattening of the back of the head. b Mata sipit karena adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak mata. c Alis mata miring slanting of the eyelids. d Telinga lebih kecil, sehingga mudah terserang infeksi. e Mulut yang mungil, lidah tebal dan pangkal mulut yang cenderung dangkal. Di samping itu, otot mulut mereka juga kerap lemah, sehingga menghambat kemampuan bicara. Pertumbuhan gigi geligi mereka pun lambat dan tumbuh tak beraturan. Gigi yang berantakan ini juga menyulitkan pertumbuhan gigi permanen. f Otot lunak. g Persendian longgar loose ligament. h Jari Tangan mungil. i Di telapak tangan terdapat garis melintang yang disebut simian crease. j Kaki yang mungil, simian crease juga terdapat di kaki yaitu telunjuk dan ibu jari yang cenderung lebih jauh dari pada kaki orang normal. k Hidung cenderung lebih kecil dan datar. Hal ini di ikuti pula dengan saluran pernafasan yang kecil, sehingga para penderita sering kesulitan untuk bernafas. l Rambut lemas, tipis dan jarang 9. http:www.wikipedia.orgwikidown-syndrome. Diakses pada 9 September 2011 pukul 22.40 Universitas Sumatera Utara

II.2.3 Penyebab Down Syndrome