Gambar 4.1 Pertumbuhan isolat TJB 01 dan SBG 05 selama 6 hari
Dari Gambar 4.1 terlihat bahwa pertumbuhan isolat bakteri TJB 01 dan SBG 05 semakin meningkat sampai hari ke-6 walaupun peningkatan antara kedua isolat
seimbang. Hal ini diduga karena dari kedua isolat mampu memanfaatkan glifosat sebagai sumber karbon dan energi.
Menurut Kishore and Jacob 1987, bahwa glifosat digunakan oleh Pseudomonas sp. sebagai sumber karbon dan energi untuk proses metabolisme.
Sedangkan menurut Moneke et al., 2010, glifosat juga digunakan sebagai sumber fosfor yang terbaik untuk pertumbuhan bakteri. Menurut Moore et al., 1983,
Pseudomonas aeruginosa memanfaatkan glifosat, salah satu herbisida
organophosphonat [N phosphonomethylglycine] sebagai sumber fosfor dan sebagian dari bakteri mampu memanfaatkan aminomethylphosponat yang diperoleh dari
glifosat sebagai sumber fosfor untuk pertumbuhan dengan kemampuan yang lambat.
4.2 Pengukuran Produksi Biosurfaktan
Produksi biosurfaktan dari kedua isolat TJB 01 dan SBG 05 dengan masa inkubasi selama 6 hari menghasilkan konsentrasi biosurfaktan yang seimbang dengan
pertumbuhan sel yang semakin meningkat. Menurut Warsito 2009, adapun
Universitas Sumatera Utara
konsentrasi biosurfaktan isolat bakteri asal laut Tanjung Balai TJB 01 dan Sibolga SBG 05, Sumatera Utara memilki aktivitas biosurfaktan yang berbeda. Analisa
konsentrasi biosurfaktan yang terbentuk dihitung dengan kurva standar rhamnosa Lampiran G, hal 33. Konsentrasijumlah biosurfaktan yang dihasilkan selama masa
inkubasi oleh kedua isolat terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Konsentrasi biosurfaktan isolat bakteri asal laut Tanjung Balai dan Sibolga, Sumatera Utara
Isolat Konsentrasi biosurfaktan ppm
Hari ke-0 Hari ke-2
Hari ke-4 Hari ke-6
TJB 01 109,421
99,394 80,394
SBG 05 89,099
93,396 83,101
Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konsentrasi biosurfaktan yang tertinggi pada hari ke-2 ditunjukkan oleh isolat TJB 01 dengan konsentrasi
biosurfaktan sebesar 109,421 ppm. Pada hari ke-4 konsentrasi biosurfaktan tertinggi ditunjukkan oleh isolat TJB 01 sebesar 99,394 ppm dan pada hari ke-6 konsentrasi
terbesar ditunjukkan oleh isolat SBG 05 sebesar 83,101 ppm. Pada gambar 4.2 dapat dilihat histogram konsentrasi biosurfaktan isolat TJB 01 dan SBG 05 selama 6 hari.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Konsentrasi biosurfaktan isolat TJB 01 dan SBG 05 selama 6 hari
Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa produksi biosurfaktan dari kedua isolat pada hari ke-2 terlihat sedikit berbeda, sedangkan produksi biosurfaktan pada hari ke-4 dan
ke-6 terlihat seimbang. Hal ini diduga karena jenis dan tipe dari biosurfaktan yang dihasilkan setiap isolat mungkin berbeda-beda. Hasil ini juga menunjukkan bahwa
peningkatan pertumbuhan tidak sejalan dengan peningkatan produksi biosurfaktan. Hal ini mungkin sebagian bahan dari nutrisi digunakan untuk pembentukan sel.
Menurut Batubara 2011, jumlah biosurfaktan yang dihasilkan tergantung dari bagaimana mikrroorganisme tersebut menggunakan substrat yang tersedia dan
mengkonversinya menjadi suatu produk
Rosenberg et al., 1980, menyatakan bahwa perbedaan tipe dan komponen biosurfaktan yang dihasilkan tiap-tiap isolat juga akan mempengaruhi aktivitas emulsi
yang terjadi pada permukaan cairan. Darto 2008, menyatakan bahwa sifat surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan dapat digunakan dalam formulasi
herbisida karena bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan aktivitas herbisida tersebut. Surfaktan dapat berfungsi menurunkan tegangan permukaan larutan herbisida,
sehingga dapat berpenetrasi dengan mudah.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Richana et al., 2000, kultivasi mikroba untuk produksi biosurfaktan memerlukan sumber karbon sebagai substrat. Substrat bahan berpati seperti ubi kayu,
sagu, dan garut dapat dimanfaatkan untuk sumber karbon dengan cara dihidrolisis dahulu menjadi glukosa. Selain keberadaan unsur karbon, unsur lain yang berperan
penting dalam produksi biosurfaktan adalah unsur nitrogen, seperti ammonium nitrat. Yahya et al., 1998, telah menguji beberapa garam-garam anorganik untuk produksi
biosurfaktan oleh mikroba, dimana ternyata nitrat merupakan unsur pendukung maksimum dalam produksi biosurfaktan oleh Pseudomonas aeruginosa dan
Rhodococcus.
Kesesuaian kondisi lingkungan pertumbuhan bakteri juga turut mempengaruhi kemampuan bakteri dalam memproduksi biosurfaktan seperti suhu, pH dan salinitas.
Suryatmana et al., 2004, kondisi pH paling mendukung dalam produksi biosurfaktan, yaitu pH netral. Hal ini berkaitan erat dengan rangkaian reaksi yang
melibatkan kerja enzim dalam proses metabolisme. Sedangkan untuk temperatur secara umum tidak mempengaruhi produksi biosurfaktan kecuali pada beberapa jenis
bakteri seperti dari genus Pseudomonas Abu-Ruwaida et al., 1991.
4.3 Potensi Bakteri dalam Mendegradasi Glifosat