Menurut Richana et al., 2000, kultivasi mikroba untuk produksi biosurfaktan memerlukan sumber karbon sebagai substrat. Substrat bahan berpati seperti ubi kayu,
sagu, dan garut dapat dimanfaatkan untuk sumber karbon dengan cara dihidrolisis dahulu menjadi glukosa. Selain keberadaan unsur karbon, unsur lain yang berperan
penting dalam produksi biosurfaktan adalah unsur nitrogen, seperti ammonium nitrat. Yahya et al., 1998, telah menguji beberapa garam-garam anorganik untuk produksi
biosurfaktan oleh mikroba, dimana ternyata nitrat merupakan unsur pendukung maksimum dalam produksi biosurfaktan oleh Pseudomonas aeruginosa dan
Rhodococcus.
Kesesuaian kondisi lingkungan pertumbuhan bakteri juga turut mempengaruhi kemampuan bakteri dalam memproduksi biosurfaktan seperti suhu, pH dan salinitas.
Suryatmana et al., 2004, kondisi pH paling mendukung dalam produksi biosurfaktan, yaitu pH netral. Hal ini berkaitan erat dengan rangkaian reaksi yang
melibatkan kerja enzim dalam proses metabolisme. Sedangkan untuk temperatur secara umum tidak mempengaruhi produksi biosurfaktan kecuali pada beberapa jenis
bakteri seperti dari genus Pseudomonas Abu-Ruwaida et al., 1991.
4.3 Potensi Bakteri dalam Mendegradasi Glifosat
Konsentrasi glifosat sisa degradasi isolat bakteri TJB 01 dan SBG 05 yang dianalisa dengan HPLC dan dihitung dengan kurva standar glifosat Lampiran G, hal 33 dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Konsentrasi glifosat sisa degradasi oleh isolat bakteri penghasil biosurfaktan dari laut Tanjung Balai dan Sibolga Sumatera Utara
Konsentrasi glifosat tersisa ppm Hari ke-0
Hari ke-2 Hari ke-4
Hari ke-6
Kontrol 3.400,924
3.400,924 3.400,924
3.400,924 TJB 01
3.400,924 2.826,171
3.161,322 3.081,146
SBG 05 3.400,924
3.177,883 3.138,434
3.280,793
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel yang diperoleh bahwa isolat yang mampu menurunkan konsentrasi glifosat tertinggi pada hari ke-2 adalah isolat TJB 01 yang mampu menurunkan
glifosat hingga 16,8 dengan konsentrasi glifosat sisa 2.826,171 ppm, pada hari ke-4 adalah isolat SBG 05 mampu menurunkan glifosat hingga 7,7 dengan konsentrasi
glifosat sisa 3.138,434 ppm dan pada hari ke-6 adalah TJB 01 mampu menurunkan glifosat hingga 9,4 dengan konsentrasi glifosat sisa 3.081,146 ppm. Pada Gambar
4.3 dapat dilihat histogram konsentrasi glifosat sisa isolat TJB 01 dan SBG 05 yang dihitung selama masa inkubasi 6 hari.
Gambar 4.3 Konsentrasi glifosat sisa degradasi isolat TJB 01 dan SBG 05
selama 6 hari
Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa glifosat sisa dari isolat TJB 01 dan SBG 05 lebih rendah dari kontrol, akan tetapi kecepatan penurunan glifosat tidak begitu
signifikan sejalan dengan masa inkubasi sampai hari ke-6. Hal ini mungkin disebabkan isolat menggunakan sumber karbon yang lain selain glifosat dari
Roundup. Menurut Monsanto 1998, komposisi Roundup terdiri dari glifosat 41, dan bahan lain 59 isopropylamina, air dan surfaktan etoksilat tallowamina.
Menurut Sofyan 2005, biodegradasi glifosat dapat terjadi melalui alur degradasi yang berbeda tergantung dari jenis mikroba, serta kondisi lingkungan
dimana degradasi tersebut terjadi. Menurut Hallas et al. 1992, mikroorganisme juga
Universitas Sumatera Utara
tidak dapat memanfaatkan glifosat dengan baik, jika dalam suatu media dengan mempunyai kadar nitrogen anorganik tinggi sehingga pHnya berubah.
Menurut ECH 159 1994 dalam Rahayuningsih et al. 2006, waktu yang dibutuhkan untuk reaksi biodegradasi glifosat dalam sistem sedimen air-tanah secara
keseluruhan pada kondisi aerob adalah lebih dari 14 hari, sedangkan untuk kondisi anaerob selama 14-22 hari. Sedangkan reaksi biodegradasi glifosat kondisi anaerobic
pada tanah selama 2-3 hari. Reaksi penguraian glifosat secara biotik dan abiotik pada suhu kamar berkisar antara 14 hari sampai 91 hari.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan