Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan di bidang pertanian dan industri menyebabkan bertambahnya jumlah polutan-polutan organik baru yang digunakan sebagai pengawet, penahananti bakar, cat, pelarut, herbisida dan pestisida Widyatmoko, 2005. Pestisida yaitu suatu zat yang dapat digunakan untuk menghalangi, merusak, menarik, menjauhkan, atau mengendalikan hama, termasuk hewan ataupun tumbuhan yang tidak dikehendaki selama proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, distribusi, dan pengolahan pangan, komoditi pertanian atau makanan hewan, atau yang dapat diberikan pada hewan untuk mengendalikan ektoparasit Sabdono, 2003. Penggunaan pestisida dalam menopang peningkatan produk pertanian maupun perkebunan telah banyak membantu untuk meningkatan produksi pertanian. Namun demikian penggunaan pestisida ini juga memberikan dampak negatif baik terhadap manusia, biota maupun lingkungan Manuaba, 2008. Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik, yaitu golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh senyawa organoklorin lebih tinggi dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini tidak mudah terurai Sofia, 2001. Menurut Siswanto 2007, pemulihan kondisi lingkungan yang tercemar dapat dilakukan dengan metode fisika, kimia, dan biologi. Pemulihan secara fisika dan kimia memberikan hasil yang memerlukan waktu relatif lebih singkat namun memberikan efek kerusakan bagi lingkungan. Melalui metode biologi relatif tidak merusak lingkungan. Metode ini menggunakan mikroorganisme bakteri dan kapang serta tanaman. Penanggulangan dengan menggunakan mikroorganisme dikenal sebagai bioremediasi. Universitas Sumatera Utara Pestisida organofosfat yang banyak digunakan para petani yaitu glifosat, merupakan herbisida yang sangat aktif. Senyawa ini dapat merusak tanaman yang kecil berupa gulma Hong et al., 2000. Menurut Darto 2008, penggunaan herbisida sejauh ini memberikan dampak positif berupa pengendalian gulma dan peningkatan produksi pertanian. Namun di lain pihak, penggunaan herbisida secara terus menerus selama 30 tahun terakhir ini juga berdampak negatif bagi lingkungan. Kasus terjadinya keracunan pada organisme bukan sasaran, polusi sumber-sumber air dan kerusakan tanah, juga keracunan akibat residu herbisida pada produk pertanian, merupakan contoh negatif penggunaan herbisida. Sebagai usaha untuk mengurangi dampak negatif penggunaan herbisida adalah dengan menggunakan surfaktan yang dapat didegradasi oleh alam biodegradable pada formulasi herbisida. Menurut Sofyan 2005, laju biodegradasi glifosat dapat dipercepat dengan adanya bakteri yang mampu memanfaatkan senyawa glifosat sebagai sumber energi. Bakteri yang digunakan yaitu bakteri yang menghasilkan biosurfaktan. Pada penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa bakteri yang diperoleh dari Laut Tanjung Balai dan Sibolga merupakan bakteri yang memiliki potensi untuk menghasilkan biosurfaktan Warsito, 2009. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui sejauh mana isolat bakteri asal laut Tanjung Balai dan Sibolga tersebut mampu memdegradasi glifosat.

1.1 Permasalahan