BAB IV TINDAKAN YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS DALAM
MENYELESAIKAN PERMASALAHAN ATAS HILANG ATAU RUSAKNYA MINUTA AKTA NOTARIS KARENA BENCANA ALAM
A. Tindakan Yang Dilakukan Oleh Notaris Yang Masih Hidup Terhadap Minuta Akta Yang Hilang Atau Rusak Akibat Bencana Alam
Pasca bencana gempa bumi tektonik dan gelombang tsunami membawa pada kondisi yang sangat memprihatinkan dengan melihat kerusakan fisik yang sangat
parah di propinsi Aceh. Semua aspek kegiatan menjadi lumpuh, khususnya untuk kegiatan notaris yang juga terkena dampak tsunami yang membutuhkan waktu 6
enam bulan untuk memulai kembali kegiatannya. Berdasarkan uraian diatas, Notaris sebagai salah satu pejabat umum yang
berwenang dalam pembuatan akta otentik tidak luput pula dari bencana tsunami. Notaris juga merasakan dampak tsunami tersebut seperti hancurnya infrastruktur fisik
seperti kantor notaris dan dokumen-dokumen penting lainnya yang rusak danatau hilang akibat tsunami. Bahkan nyawa notaris sendiri juga menjadi korban tsunami.
Menurut Bapak T. Abdurrahman dampak yang ditimbulkan oleh tsunami bagi notaris dapat dibagi menjadi 2 dua yaitu:
167
a. b.
Dampak secara fisik
167
Hasil wawancara dengan Bapak T.Abdurrahman selaku Notaris dan PPAT di Kota Banda Aceh, pada tanggal 31 Mei 2011
Dampak secara psikis
Universitas Sumatera Utara
Bagi notaris yang masih hidup mempunyai permasalahan tersendiri yang harus dipecahkan, baik permasalahan trauma karena kehilangan keluarga dan harta
benda maupun masalah dalam menyelesaikan minuta akta notaris yang rusak atau hilang akibat bencana tsunami.
Dampak secara fisik yang dirasakan oleh notaris meliputi bangunan rumah dan kantor notaris rusak, seluruh peralatan kantor notaris seperti komputer, perabotan
dan yang paling penting minuta akta notaris ikut musnah. Sedangkan dampak psikis yang dirasakan adalah perasaan trauma yang dirasakan oleh notaris yang
bersangkutan hingga sekarang walaupun infrastruktur secara fisik telah diperbaiki.
168
Salah satu masalah yang didapat setelah pasca tsunami adalah rusak atau hilangnya minuta akta. Apabila Notaris meninggal dalam keadaan wajar, maka
minuta akta notaris yang merupakan bagian dari protokol notaris dapat diserahkan melalui prosedur yang mudah dan wajar. Sedangkan dalam kasus bencana alam maka
proses tersebut tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya karena ada rasa trauma yang mendalam bagi notaris sehingga notaris tersebut lama melaporkan kejadian
tersebut kepada instansi yang terkait. Dalam kasus tersebut, setelah pasca tsunami dan keadaan mulai normal lagi begitu pun dengan kegiatan kantor notaris di Banda
Aceh telah mulai pulih kembali, maka minuta akta notaris yang rusak atau hilang tersebut dapat diproses kembali. Dengan adanya kesadaran dari semua pihak, maka
168
Hasil wawancara dengan Bapak T. Irwansyah selaku Notaris dan PPAT pada tanggal 3 Juni 2011
Universitas Sumatera Utara
dapat ditemukan penyelesaian dan berbagai upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan yang timbul akibat bencana alam tersebut.
Jumlah kantor notaris yang terkena dampak bencana alam tsunami di Provinsi Aceh ada 13 Kantor Notaris yaitu:
Tabel 1 Data Nama Notaris yang Terkena Bencana Alam
No Nama Notaris
Daerah Kerja 1. M. Nizar Zainun, SH, SpN
Banda Aceh 2. Marzuki, SH
Banda Aceh 3. Munir, SH
Banda Aceh 4. Sabaruddin Salam, SH, SpN
Banda Aceh 5. Elly Safiana, SH
Banda Aceh 6. T. Irwansyah, SH, SpN
Banda Aceh 7. T. Abdurrahman, SH
Banda Aceh 8. H. Nasrullah, SH
Banda Aceh 9. Ali Gunawan Istio, SH
Banda Aceh 10. Azhar, SH
Banda Aceh 11 Azhar Ibrahim, SH
Meulaboh 12 Cut Maisura, SH
Sigli 13 Fakhrurriza, SH
Sigli
Sumber: Hasil wawancara dengan para notaris yang terkena bencana alam di Kota Banda Aceh
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data diatas maka jumlah notaris yang terkena dampak langsung bencana alam tsunami di Banda Aceh yaitu:
169
Tabel 2 Data Nama Notaris yang Terkena Dampak Langsung Bencana Alam di Banda Aceh
No Nama Notaris
Keberadaan Notaris
Keterangan 1. M. Nizar Zainun, SH, SpN
Hilang Kantor tidak mengalami
kerusakan, minuta akta selamat 2. Marzuki, SH
Hilang Kantor tidak mengalami
kerusakan, minuta akta selamat 3. Munir, SH
Meninggal Dunia
Kantor rusak, minuta akta hilang 4. Sabaruddin Salam, SH, SpN
Hidup Kantor mengalami kerusakan
parah, minuta akta hilang 5. H. Nasrullah, SH
Hidup Kantor mengalami kerusakan,
minuta akta selamat 6. T. Abdurrahman, SH
Hidup Kantor mengalami kerusakan
parah, minuta akta hilang 7. T. Irwansyah
Hidup Kantor tidak mengalami
kerusakan yang parah, sebagian minuta akta rusak
8. Azhar, SH Hidup
Kantor tidak mengalami kerusakan yang parah, minuta
akta selamat
9. Ali Gunawan Istio, SH Hidup
Kantor tidak mengalami kerusakan yang parah, minuta
akta selamat
10. Elly Safiana, SH Hidup
Kantor tidak mengalami kerusakan yang parah
Sumber: Hasil wawancara dengan para Notaris yang terkena bencana alam di Kota Banda Aceh
169
Hasil wawancara dengan Bapak Cakmat Harahap, selaku Ketua Majelis Pengawas Daerah pada tanggal 3 Juni 2011
Universitas Sumatera Utara
Menurut T. Irwansyah, tindakan yang dilakukan oleh notaris terhadap minuta akta yang rusak dan hilang akibat bencana alam hampir sama prosesnya. Bila minuta
akta tersebut tidak hilang tetapi terendam air dan kerusakan pada minuta akta tersebut tidak parah yaitu tulisan masih bisa terbaca, maka yang dilakukan oleh notaris adalah
melakukan pengeringan terhadap minuta akta yang terendam air. Lain halnya dengan minuta akta yang mengalami kerusakan yang parah dalam hal ini tulisan tidak dapat
terbaca lagi maka tindakan yang dilakukan oleh notaris sama dengan tindakan hilangnya minuta akta notaris.
170
Notaris yang terkena bencana tsunami ini terbagi atas beberapa kriteria yaitu sebagai berikut:
1. minuta akta Notaris yang hilang, tetapi Notaris selamat, hal ini terjadi pada
Notaris Sabaruddin Salam, Notaris T. Abdurrahman dan Notaris T. Irwansyah.
2. minuta akta notaris hilang dan Notaris meninggal, hal ini terjadi pada Notaris
Munir. 3.
minuta akta notaris selamat tetapi notaris hilang atau meninggal serta jenazahnya tidak dapat ditemukan hingga sekarang, hal ini terjadi pada
Notaris M. Nizar Zainun dan Notaris Marzuki.
170
Hasil wawancara dengan Bapak T. Irwansyah selaku Notaris dan PPAT di Kota Banda Aceh pada tanggal 03 Juni 2011.
Universitas Sumatera Utara
Tindakan yang dilakukan sehubungan dengan pertanggungjawaban sebagai notaris yang masih hidup terhadap minuta akta notaris yang rusak atau hilang akibat
bencana alam yaitu sebagai berikut:
171
1. membuat laporan kepada kepolisian dengan isi laporan bahwa notaris yang
bersangkutan telah kehilangan seluruh dokumen-dokumen dan berkas-berkas penting lainnya.
2. mengirimkan laporan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia perihal kondisi kantor notaris yang rusak akibat bencana alam.
3. mengirimkan surat yang berisi laporan kepada Direktur Perdata Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum dengan rincian:
a. laporan bencana perihal kondisi kantor yang rusak akibat bencana alam
yang disertai dengan adanya bukti-bukti berupa gambar kondisi kantor notaris.
b. laporan kehilangan berkas dokumen sehubungan dengan tugas jabatan
sebagai seorang Notaris yang berupa asli Surat Keputusan Pengangkatan sebagai notaris, minuta akta, klapper, legalisasi, waarmerking, Repertorium,
ijazah dari tingkat SD sampai dengan tingkat Kenotariatan serta berkas- berkas penting lainnya.
171
Hasil wawancara dengan notaris yang terkena bencana alam di Kota Banda Aceh.
Universitas Sumatera Utara
c. Berdasarkan laporan tersebut maka notaris yang bersangkutan meminta dan
memohon petunjuk agar diberikan fasilitas dan dispensasi untuk dapat diberikan duplikat Surat Keputusan Pengangkatan sebagai Notaris.
d. Dalam laporan tersebut Notaris yang bersangkutan juga memberitahukan
alamat beliau yang baru didalam menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris.
e. Berdasarkan permohonan dari notaris yang bersangkutan tersebut
dikeluarkanlah Surat Keputusan Pengangkatan karerna aslinya telah hilang akibat bencana alam yang terjadi yang berupa duplikat Surat Keputusan
Pengangkatan oleh Menteri Hukum dan HAM RI sebagai pengganti Surat Keputusan.
f. Berdasarkan duplikat surat keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri
Hukum dan HAM maka notaris dapat menjalankan tugas jabatan sebagai notaris seperti semula. Dengan demikian notaris dibebaskan dari segala
tanggungjawab dan kewajibannya untuk minuta notaris yang hilang akibat bencana alam.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Sabaruddin Salam, dalam kasus diatas beliau bertindak dalam 2 dua hal, yaitu:
1. bertindak atas dirinya sendiri dalam hal pertanggungjawaban terhadap minuta
akta notaris yang rusak atau hilang akibat bencana tsunami.
Universitas Sumatera Utara
2. bertindak atas nama orang lain sebagai pemegang protokol Notaris dari
almarhum M. Nizar Zainun yang menghilang akibat tsunami dan tidak dapat ditemukan mayatnnya hingga sekarang.
Adapun langkah-langkah dan tindakan yang dilakukan oleh Notaris pemegang protokol tersebut terkait pada poin 2 diatas adalah:
1. membuat surat permohonan dengan perihal penunjukkan Notaris sebagai
penampung protokol dari almarhum notaris M. Nizar Zainun kepada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia di Jakarta.
2. surat permohonan tersebut dilandasi dengan keputusan Majelis Pengawas
Wilayah Propinsi Aceh Nomor W1.MPWN.07.01.05 tanggal 25 Agustus 2005 tentang penunjukan Bapak Sabaruddin Salam sebagai penampung protokol
notaris almarhum M. Nizar Zainun yang telah meninggal dunia akibat tsunami pada tanggal 26 Desember 2004.
3. surat permohonan tersebut juga dilandasi dengan kutipan Akta Kematian dari
almarhum M. Nizar Zainun yang dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan Kota Banda Aceh.
4. berdasarkan surat keputusan Majelis Pengawas Wilayah dan surat
permohonan tersebut, maka dikeluarkanlah Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tentang penunjukan Pejabat
Pemegang Protokol. 5.
dengan demikian, maka dilakukan serah terima protokol dan dilaksanakan dengan segera dari ahli waris kepada notaris pemegang protokol dan
Universitas Sumatera Utara
kemudian dibuatkan berita acara yang turunannya dikirim kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam jangka waktu 30
tiga puluh hari terhitung sejak keputusan itu ditetapkan.
B. Tindakan Penyelesaian Terhadap Minuta Akta Yang Tidak Hilang Tetapi Notaris Meninggal Akibat Bencana Alam
Berkaitan dengan uraian yang diatas, Apabila notaris hilang atau meninggal dunia karena tsunami sementara minuta akta notaris tidak rusak dan hilang maka
proses yang dilakukan oleh ahli waris dari notaris yang telah meninggal dunia tersebut adalah:
172
1. Ahli waris mengajukan permohonan persetujuan terhadap minuta akta atau
protokol notaris kepada notaris yang bersedia menerima minuta akta atau protokol notaris dari notaris yang telah meninggal dunia atau hilang karena
bencana alam. 2.
notaris yang bersedia menerima minuta akta atau protokol notaris mengajukan permohonan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik c.q
Majelis Pengawas Wilayah Provinsi Aceh Indonesia perihal penunjukkan protokol.
3. setelah diajukan permohonan dan telah diterima oleh Majelis Pengawas
Wilayah, kemudian Majelis Pengawas Wilayah mengeluarkan surat keputusan
172
Hasil wawancara dengan Bapak T. Abdurrahman selaku Notaris dan PPAT Di Kota Banda Aceh, pada tanggal 31 Mei 2011
Universitas Sumatera Utara
tentang penunjukkan notaris penampung protokol dari notaris yang meninggal atau hilang karena bencana alam.
4. kemudian oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia mengeluarkan
keputusan tentang penunjukkan pejabat pemegang protokol 5.
selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri tersebut di atas maka dilakukan Berita Acara Serah Terima protokol notaris antara ahli waris
dengan notaris penerima protokol dan dilaksanakan dengan segera dari ahli waris kepada notaris pemegang protokol dan kemudian dibuatkan berita acara
yang turunannya dikirim kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari terhitung sejak
keputusan itu ditetapkan. 6.
selanjutnya notaris penerima protokol berkewajiban menyimpan, menjaga dan merawat protokol tersebut sesuai yang diamanatkan dalam Pasal 16 ayat 2
UUJN. Pada uraian yang telah disampaikan sebelumnya bahwa Notaris yang
meninggal dunia akibat bencana alam tsunami di Provinsi Aceh khususnya Kota Banda Aceh berjumlah 3 tiga orang, maka untuk penampung protokol Notaris dapat
dirinci sebagai berikut: 1.
Penampung Protokol Notaris M. Nizar Zainun adalah Notaris Sabaruddin Salam.
2. Penampung Protokol Notaris Marzuki adalah Notaris Azhar.
Universitas Sumatera Utara
3. Penampung Protokol Notaris Munir adalah belum diketahui secara pasti oleh
penulis karena adanya ketidakjelasan informasi dari Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Sedikit berbeda dengan penunjukkan pemegang protokol notaris Sabaruddin Salam, penunjukkan pemegang protokol notaris Azhar sebagai penampung protokol
almarhum Notaris Marzuki dilakukan tanpa inisiatif beliau sendiri, tetapi berdasarkan atas rekomendasi dari Majelis Pengawas Wilayah untuk menunjuk Notaris Azhar
sebagai penampung protokol yang sebelumnya telah disetujui oleh ahli waris almarhum Notaris Marzuki.
Dengan dilakukannya penampungan dan penyimpanan protokol Notaris dari Notaris yang telah meninggal dunia, maka diharapkan dapat memberikan
pengamanan, penertiban dan kelanjutan pemberian pelayanan jasa hukum kenotarisan di Kantor Notaris M. Nizar Zainun dan Kantor Notaris Marzuki.
Kondisi pasca tsunami dalam dunia kenotariatan membawa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya adalah terdapatnya lembaga-lembaga
internasional dari berbagai negara yang ikut serta memberikan bantuan untuk memperbaiki seluruh kerusakan akibat tsunami, antara lain pembangunan
infrastruktur seperti jalan, jembatan, pembangunan gedung-gedung, rumah tempat tinggal, sarana ibadah dan lain-lainnya yang memerlukan ikatan-ikatan kerja seperti
perjanjian kerja sama, pendirian badan-badan hukum, kuasa-kuasa, sewa menyewa dan sebagainya. Semua bentuk-bentuk perjanjian tersebut memerlukan jasa notaris,
sehingga dunia usaha maupun denyut perekonomian notaris di propinsi Aceh
Universitas Sumatera Utara
khususnya Banda Aceh mengalami pencerahan yang mengakibatkan kegiatan kantor notaris meningkat.
Dampak negatif setelah pasca tsunami bagi notaris adalah banyaknya data- data yang rusak maupun hilang pada kantor notaris. Demikian pula dengan salinan
akta yang juga hilang di tangan klien yang juga mengalami bencana tsunami. Banyaknya klien notaris yang datang ke kantor notaris untuk dibuatkan salinan yang
baru tetapi karena notaris sendiri juga ikut sebagai korban tsunami sehingga kehendak atau keinginan klien untuk memperoleh salinan akta tidak dapat dilakukan, kecuali
bila minuta akta notaris tidak rusak atau hilang dapat dibuat dengan salinan kedua. Untuk memperoleh salinan kedua tersebut klien notaris harus membawa surat
keterangan dari kepolisian yang menyatakan bahwa salinan aktanya hilang akibat bencana alam.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN