kerja, sehingga pengenalan secara dini kondisi apa saja yang dapat berpotensi terhadap terjadinya kecelakaan kerja, pada tenaga kerja tersebut.
Menurut Notoatmodjo 2004, salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuaan individu adalah melalui pendidikan dan pelatihan baik secara formal
maupun secara informal, termasuk pengetahuan segala sesuatu yang berisiko terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang berasal dari lingkungan
kerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hendria dan Fitri 2006 yang
mengatakan bahwa ada hubungan pengetahuan pekerja dengan terjadinya kecelakaan kerja. Hasil tersebut menunjukkan semakin baik tingkat pengetahuan maka angka
kecelakaan kerja semakin rendah. Suma’mur 1996 juga mengatakan bahwa kecelakaan kerja dapat dicegah dan pencegahan didasarkan atas pengetahuan tentang
sebab-sebab kecelakaan kerja itu terjadi. Berdasarkan bahwa pengetahuan hasil analisis regresi logistik menunjukkan
tenaga kerja bongkar muat tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pencegahan kecelakaan kerja di Sektor II Ujung Baru Pelabuhan Belawan dengan
nilai p = 0,623.
5.2 Pengaruh Sikap terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja
Dari tabel 4.7 di atas diketahui bahwa dari 9 responden sikapnya kurang baik, ada 8 tenaga kerja 9,9 pencegahan kecelakaan kerjanya tidak baik, dan 1 tenaga
kerja 1,2 pencegahan kecelakaan kerjanya baik. Sedangkan dari 72 responden
Universitas Sumatera Utara
sikapnya baik, ada tenaga kerja 11 13,6 pencegahan kecelakaan kerjanya tidak baik, dan 61 tenaga kerja 73,3 pencegahan kecelakaan kerjanya baik.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan perbandingan p value, diketahui bahwa p value = 0,000
α = 0,05 berarti Ho ditolak, artinya ada hubungan antara sikap dengan pencegahan kecelakaan kerja di Primkop “Upaya Karya” Sektor
II Ujung Baru Pelabuhan Belawan. Demikian juga pada analisis regresi logistik ganda menunjukkan ada pengaruh
signifikan antara sikap dan pencegahan kecelakaan kerja dengan nilai p = 0,036. Hal ini menggambarkan bahwa sikap merupakan faktor yang positif dalam
perilaku tenaga kerja dalam pencegahan kecelakaan kerja, dan mempermudah dalam pelaksanaan pencegahan kecelakaan kerja di tempat kerja. Hal ini bergantung kepada
reaksi atau respon individu terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Sikap tenaga kerja bongkar muat merupakan bagian integral dari individu yang menilai dan berpendapat tentang kondisi lingkungan yang di dasarkan pada
pengetahuan tenaga kerja. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin baik sikap tenaga kerja tentang berbagai upaya pencegahan kecelakaan kerja maka akan
semakin kecil risiko terjadinya kecelakaan kerja. Menurut Notoatmodjo 2004, sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak
Universitas Sumatera Utara
dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Sarwono 1993 menyatakan bahwa sikap merupakan kecendrungan untuk merespon secara positif atau negatif terhadap orang, objek, atau situasi tertentu.
Sikap positif atau negatif tergantung pada segi positif atau negatif dari komponen pengetahuan maka makin penting komponen itu, akan makin positif sikap yang
terbentuk. Sebaliknya makin banyak segi negatif dari komponen pengetahuan makin negatif sikapnya. Menurut Notoatmodjo 2003, pengetahuan seseorang akan
menentukan sikap yang terwujud dalam tindakan nyata akan tetapi tidak selamanya demikian bahkan bisa terjadi sebaliknya, perilaku negatif tetapi sikap dan
pengetahuan positif karena sikap juga dipengaruhi oleh situasi, pengalaman, dan nilai pembentukan sikap juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang
lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga tertentu, dan faktor emosi dalam diri individu yang bersangkutan.
5.3 Pengaruh Kepercayaan terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja