dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Sarwono 1993 menyatakan bahwa sikap merupakan kecendrungan untuk merespon secara positif atau negatif terhadap orang, objek, atau situasi tertentu.
Sikap positif atau negatif tergantung pada segi positif atau negatif dari komponen pengetahuan maka makin penting komponen itu, akan makin positif sikap yang
terbentuk. Sebaliknya makin banyak segi negatif dari komponen pengetahuan makin negatif sikapnya. Menurut Notoatmodjo 2003, pengetahuan seseorang akan
menentukan sikap yang terwujud dalam tindakan nyata akan tetapi tidak selamanya demikian bahkan bisa terjadi sebaliknya, perilaku negatif tetapi sikap dan
pengetahuan positif karena sikap juga dipengaruhi oleh situasi, pengalaman, dan nilai pembentukan sikap juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang
lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga tertentu, dan faktor emosi dalam diri individu yang bersangkutan.
5.3 Pengaruh Kepercayaan terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 24 responden kepercayaannya kurang mendukung, ada 10 tenaga kerja 12,3 pencegahan kecelakaan kerjanya
tidak baik, dan 14 responden 17,3 pencegahan kecelakaaan kerjanya baik. Sedangkan dari 57 responden kepercayaannya mendukung, ada 9 tenaga kerja
Universitas Sumatera Utara
11,1 pencegahan kecelakaan kerjanya tidak baik, dan 48 responden 59,3 pencegahan kecelakaan kerjanya baik.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan perbandingan p value, diketahui bahwa p value = 0,026
α = 0,05 berarti Ho ditolak, artinya ada hubungan antara kepercayaan dengan pencegahan kecelakaan kerja di Primkop “Upaya Karya”
Sektor II Ujung Baru Pelabuhan Belawan. Demikian juga pada analisis regresi logistik ganda menunjukkan ada pengaruh
signifikan antara kepercayaan terhadap pencegahan kecelakaan kerja dengan nilai p = 0,016.
Menurut Health Belief Model HBM kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil dari dua keyakinan atau
Health Beliefs yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka percieved Threat of Injury or Illness dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian Benefits
and Costs. Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan
muncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berfikir penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman kepada dirinya. Asumsinya adalah bila
ancaman yang dirasakan tersebut meningkat maka perilaku pencegahan juga akan meningkat.
Dalam penelitian ini perilaku tenaga kerja bongkar muat sesuai dengan teori diatas bahwa penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman kepada dirinya,
maka perilaku pencegahan juga meningkat.
Universitas Sumatera Utara
5.4 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 76 responden tingkat pendidikannya rendah, ada 19 tenaga kerja 23,5 pencegahan kecelakaan kerjanya
tidak baik, dan 57 responden 70,4 pencegahan kecelakaaan kerjanya baik. Sedangkan dari 5 responden tingkat pendidikan tinggi, tidak ada tenaga kerja
pencegahan kecelakaan kerjanya tidak baik, dan 5 responden 6,2 pencegahan kecelakaan kerjanya baik.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan perbandingan p value, diketahui bahwa p value = 0,586
α = 0,05 berarti Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pencegahan kecelakaan kerja di Primkop
:Upaya Karya” Sektor II Ujung Baru Pelabuhan Belawan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal rendah dan tinggi
belum menjamin sebagai faktor mempermudah dalam pencegahan kecelakaan kerja. Dalam hal ini, kemungkinan dikarenakan kurikilum pendidikan SD, SMPSMU tidak
menerapkan pendidikan perilaku dalam pencegahan kecelakaan kerja.
5.5 Pengaruh Tingkat Pendapatan terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja