c. Aplikasi application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. d. Analisa analysis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.. e. Sintesis synthesis
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek Notoatmodjo, 2003. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden Pengetahuan terkait dengan pencegahan kecelakaan kerja menjadi fokus
utama.
2.7.3. Sikap
Menurut Notoatmodjo 2007, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
Universitas Sumatera Utara
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi kecenderungan
untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi atau kelompok..
Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri sikap dari beberapa tingkatan Notoatmodjo, 2007, yaitu :
a. Menerima receiving Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau memperhatikan stimulus
yang diberikan. b. Menanggapi responding
Menanggapi diartikan memberi jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c. Menghargai valuing Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus. d. Bertanggungjawab responsible
Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata ”setuju” atau
”tidak setuju” terhadap pertanyaan-pertanyaan terhadap objek tertentu.
2.7.4. Kepercayaan
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia 2005 kepercayaan adalah anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar atau nyata.
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Notoatmodjo, 2007. Health Belief Model Model Kepercayaan Kesehatan.
Pendekatan teori Model Kepercayaan Kesehatan Health Belief Model dari Wolinsky dalam Kalangie, 1994, menyebutkan beberapa faktor yang memengaruhi
seseorang bertindak untuk mencari pengobatan atas penyakitnya yang menunjukkan tingkat permintaan pelayanan kesehatan, yaitu :
1. Perantara. 2. Keseriusan.
3. Manfaat. 4. Hal yang memotivasi.
Health Belief Model HBM seringkali dipertimbangkan sebagai kerangka utama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan manusia dan telah mendorong
Universitas Sumatera Utara
penelitian perilaku kesehatan sejak tahun 1950-an, Health Belief Model HBM diuraikan dalam usaha menerangkan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan,
dimulai dari pertimbangan orang-orang mengenai kesehatan. Health Belief Model HBM digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan.
Health Belief Model HBM merupakan model kognitif, yang berarti bahwa khususnya proses kognitif dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan. Menurut
Health Belief Model HBM kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil dari dua keyakinan atau Health
Beliefs yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka percieved Threat of Injury or Illness dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian Benefits and
Costs. Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan
muncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berfikir penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman kepada dirinya. Asumsinya adalah bila
ancaman yang dirasakan tersebut meningkat maka perilaku pencegahan juga akan meningkat.
Perilaku tentang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada : a. Ketidak kebalan yang dirasakan Perceived Vulnera Bility yang merupakan
kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan masalah kesehatan menurut kondisi mereka.
Universitas Sumatera Utara
b. Keseriusan yang dirasakan Perceived Severity orang-orang yang mengevaluasi seberapa jauh keseriusan penyakit tersebut, mereka atau membiarkan penyakitnya
tidak ditangani. Fokus asli dari Health Belief Model HBM adalah perilaku pencegahan yang
berkaitan dengan dunia medis, dan mencakup berbagai ancaman penyakit berdasarkan perilaku yang dirasakan sehingga memerlukan pemeriksaan penyakit
cek-up untuk pencegahan atau pemeriksaan awal screening. Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku menurut Notoatmodjo 2005,
adalah : 1. Kepercayaan.
Perilaku seseorang dalam bidang kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan orang- orang tersebut terhadap kesehatan. Kepercayaan tersebut setidak-tidaknya menjadi
manfaat yang akan diperoleh. Kerugian yang di dapat, hambatan yang di terima serta kepercayaan bahwa dirinya dapat diserang penyakit.
2. Sarana. Tersedia atau tidaknya sarana yang dimanfaatkan adalah hal yang penting dalam
munculnya perilaku seseorang di bidang kesehatan, betapapun positifnya latar belakang, kepercayaannya dan kesiapan mental yang dimiliki tetapi jika sarana
kesehatan tidak tersedia tentu perilaku kesehatan tidak akan muncul. 3. Latar belakang.
Latar belakang yang memengaruhi perilaku seseorang dalam bidang kesehatan dibedakan atas pendidikan, pekerjaan, penghasilan, norma-norma yang dimiliki
Universitas Sumatera Utara
dan nilai-nilai yang ada pada dirinya, serta keadaan sosial budaya yang berlaku. 2.8.
Landasan Teori Pembicaraan mengenai konsep penyebab incident bertalian dengan runutan
sejarah perkembangan keselamatan dan kesehatan kerja K3 dari permulaan hingga saat ini secara keseluruhan modelkonsep tentang penyebab kecelakaan berkembang
hingga yang paling akhir dewasa ini diterapkaan, tapi kemudian pada titik tertentu berbalik pada konsep awaldasar seperti sebuah mode. Seperti kita ketahui trend yang
saat ini dominan, banyak diterapkan terutama perusahaan-perusahaan besar disamping menjadi tuntutan global dan memang telah disepakatidiakui baik oleh
para ahli maupun praktisi K3 di perusahaan bahwa muaradiagnosis akhir terjadinya kecelakaan sekaligus terapi awal upaya pencegahan kecelakaan adalah manajemen
sebagi sebuah sistem namun, kembali pada konsep awal seperti yang dikemukakan oleh H.W. Heinrich dengan dominasi human errorunsafe acts atau kembali ke
perilaku manusia Riyadi, 2007. Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh kedua faktor utama yakni faktor
fisik dan faktor manusia. Oleh sebab itu, kecelakaan kerja juga merupakan bagian dari kesehatan kerja. Tujuan akhir dari kesehatan kerja adalah mencapai kesehatan
masyarakat pekerja dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya Notoatmodjo, 2007.
Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan pendidikan, latihan-latihan, penggairahan, dan semua aspek perangkat lunak yakni manusia dan
Universitas Sumatera Utara
segala unsur yang berkaitan Suma’mur, 1997. Jadi dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja pada hakekatnya adalah usaha manusia dalam melindungi
hidupnya dan yang berhubungan dengan itu, dengan melakukan tindakan preventif dan pengamanan terhadap terjadinya kecelakaan kerja ketika sedang bekerja.
Menurut Health Belief Model HBM kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil dari dua keyakinan atau
Health Beliefs yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka percieved Threat of Injury or Illness dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian Benefits
and Costs. Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku menurut Notoatmodjo 2005,
adalah latar belakang. Latar belakang yang memengaruhi perilaku seseorang dalam bidang kesehatan dibedakan atas pendidikan, pekerjaan, penghasilan,
norma-norma yang dimiliki dan nilai-nilai yang ada pada dirinya, serta keadaan sosial budaya yang berlaku.
Green dalam teorinya mengemukakan ada tiga faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan yaitu :
1. Faktor predisposisi predisposising factors, terwujud dalam pengetahuan, sikap kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor-faktor pendukung enabling factors, yang terwujud dalam lingkungan fisik tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.
3 Faktor-faktor pendorong reinforcing factors, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok
Universitas Sumatera Utara
referensi dari perilaku masyarakat, dalam hal ini petugas pengawas yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Landasan teori yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian adalah Teori Green dan Notoatmodjo 2005 yang dapat dilihat pada skema di bawah ini.
Gambar 2.1. Diagram Teori Green
Faktor Predisposisi : -
Pengetahuan -
Sikap -
Kepercayaan -
Nilai -
Persepsi - Tingkat Pendidikan
- Tingkat Pendapatan
Faktor pendorong dukungan dari :
- Orang lain
- Teman sebaya
- Petugas kesehatan
- Orangtua
Faktor pendukung : -
Ketersediaan sarana dan prasarana
- Peraturan-peraturan
Perilaku individu atau masyarakat
Tingkat kesehatan
Universitas Sumatera Utara
2.9. Kerangka Konsep Penelitian