5.4 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 76 responden tingkat pendidikannya rendah, ada 19 tenaga kerja 23,5 pencegahan kecelakaan kerjanya
tidak baik, dan 57 responden 70,4 pencegahan kecelakaaan kerjanya baik. Sedangkan dari 5 responden tingkat pendidikan tinggi, tidak ada tenaga kerja
pencegahan kecelakaan kerjanya tidak baik, dan 5 responden 6,2 pencegahan kecelakaan kerjanya baik.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan perbandingan p value, diketahui bahwa p value = 0,586
α = 0,05 berarti Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pencegahan kecelakaan kerja di Primkop
:Upaya Karya” Sektor II Ujung Baru Pelabuhan Belawan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal rendah dan tinggi
belum menjamin sebagai faktor mempermudah dalam pencegahan kecelakaan kerja. Dalam hal ini, kemungkinan dikarenakan kurikilum pendidikan SD, SMPSMU tidak
menerapkan pendidikan perilaku dalam pencegahan kecelakaan kerja.
5.5 Pengaruh Tingkat Pendapatan terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 53 responden tingkat pendapatan rendah, ada 13 tenaga kerja 16 pencegahan kecelakaan kerjanya tidak
baik, dan 40 responden 49,4 pencegahan kecelakaaan kerjanya baik. Sedangkan dari 28 responden tingkat pendapatan tinggi, ada 6 tenaga kerja 7,4 pencegahan
Universitas Sumatera Utara
kecelakaan kerjanya tidak baik, dan 22 responden 27,2 pencegahan kecelakaan kerjanya baik.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan perbandingan p value, diketahui bahwa p value = 0,970
α = 0,05 berarti Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan pencegahan kecelakaan kerja di Primkop
“Upaya Karya” Sektor II Ujung Baru Pelabuhan Belawan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan rendah dan tinggi belum
menjamin sebagai faktor mempermudah dalam pencegahan kecelakaan kerja. Hal ini bisa saja terjadi karena tenaga kerja bongkar muat sudah mengetahui berapa gaji yang
mereka akan terima sesuai aturan yang ditetapkan, sehingga dalam bekerja mereka hanya akan melakukan pekerjaan, tanpa memikirkan ada perbedaan gaji tinggi atau
gaji rendah dalam usaha pencegahan kecelakaan kerja.
5.6 Pengaruh Alat Pelindung Diri terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 16 responden alat pelindung
diri tidak dipakai, ada 12 tenaga kerja 14,8 pencegahan kecelakaan kerjanya tidak baik, dan 4 responden 4,9 pencegahan kecelakaaan kerjanya baik. Sedangkan dari
65 responden alat pelindung diri dipakai, ada 7 tenaga kerja 8,4 pencegahan kecelakaan kerjanya tidak baik, dan 58 responden 71,6 pencegahan kecelakaan
kerjanya baik. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan perbandingan p value,
diketahui bahwa p value = 0,000 α = 0,05 berarti Ho ditolak, artinya ada hubungan
Universitas Sumatera Utara
antara alat pelindung diri dengan pencegahan kecelakaan kerja di Primkop “Upaya Karya” Sektor II Ujung Baru Pelabuhan Belawan.
Demikian juga pada analisis regresi logistik ganda menunjukkan ada pengaruh signifikan antara pemakaian alat pelindung diri terhadap pencegahan kecelakaan kerja
dengan nilai p = 0,001. Menurut Soeripto 2008, pengendalian faktor-faktor lingkungan kerja
sesungguhnya dimaksudkan untuk menciptakan atau memelihara lingkungan kerja agar tetap sehat dan aman atau memenuhi persyaratan kesehatan dan norma
keselamatan, sehingga tenaga kerja terbebas dari ancaman gangguan kesehatan dan keamanan atau tenaga kerja tidak menderita penyakit akibat kerja dan tidak mendapat
kecelakaan kerja. Salah satu cara pengendalian terhadap bahaya dari faktor-faktor lingkungan kerja adalah pemakaian alat-alat pelindung diri. Alat pelindung diri
adalah alat pelindung yang dikenakan oleh tenaga kerja secara langsung untuk tujuan pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh aneka faktor yang ada timbul di
lingkungan tempat kerja. Pada penelitian ini faktor pendukung yaitu saranaalat pelindung diri
mempunyai pengaruh positif dalam mempermudah pencegahan kecelakaan kerja. Kebanyakan alat pelindung diri mengakibatkan beberapa perasaan tidak enak
dan menghalangi gerakan atau tanggapan panca indera si pemakai. Oleh karena itu, umumnya tenaga kerja akan menolak memakai alat pelindung diri bila diberi.
Permasalahan pribadi ini menyangkut kepada sikap mental kearah kebiasaan menggunakan alat-alat pelindung dan pemilihan alat-alat pelindung diri yang paling
Universitas Sumatera Utara
baik dan dapat dipercaya. Pada penelitian ini masih ada kekurangan dalam tersedianya alat pelindung diri yakni perusahaan belum menyediakan alat pelindung
diri yang lengkap dan cukup. Hal ini juga dipengaruhi tenaga kerja itu sendiri dalam memakai alat pelindung diri. Berdasarkan hasil pengamatan pada tenaga kerja, tenaga
kerja terkadang lalai atau lupa menggunakan alat pelindung diri ketika melakukan pekerjaan, masih banyak tenaga kerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri
sewaktu bekerja. Kepada Primkop “Upaya Karya” diharapkan untuk memberikan penyuluhan
dan sosialisasi untuk memakai alat pelindung diri sebelum tenaga kerja mulai bekerja, dan menyediakan alat pelindung diri yang lengkap helm, sarung tangan, masker,
sepatu kerja, baju kerja dan cukup.
5.7. Keterbatasan Penelitian