STUDI KASUS TENTANG ANAK YANG SERING MELANGGAR TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARANGANOM KLATEN TAHUN 2009 2010
commit to user
STUDI KASUS TENTANG ANAK YANG SERING MELANGGAR TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 2 KARANGANOM KLATEN TAHUN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh :
NOVITALIA ERY NURAGUSTA K3102507
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
(2)
commit to user
STUDI KASUS TENTANG ANAK YANG SERING MELANGGAR TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 2 KARANGANOM KLATEN TAHUN 2009/2010
OLEH
NOVITALIA ERY NURAGUSTA K 3102507
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
(3)
commit to user iii
(4)
(5)
commit to user v
ABSTRAK
Novitalia Ery Nuragusta. Studi Kasus Tentang Anak Yang Sering Melanggar Tata Tertib Sekolah Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Karanganom Klaten Tahun 2009/2010. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. September 2010.
Fokus penelitian ini adalah 1) Bagaimana bentuk perilaku siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah, 2) Apakah faktor-faktor yang menyebabkan munculnya perilaku tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah, 3) Bagaimana akibat dari perilaku siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah, 4) Bagaimana pandangan pihak terkait tentang perilaku siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah 1) Untuk mendiskripsikan, mengungkapkan dan menjelaskan perilaku siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah, 2) Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku melanggar tata tertib sekolah, 3) Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari perilaku siswa yang tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah, 4) Untuk mengetahui pandangan pihak-pihak terkait terhadap pelanggaran tata tertib sekolah oleh siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang mengambil lokasi di SMP Negeri 2 Karanganom Klaten. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisa dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis induktif dengan model interaktif yang terdiri atas tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.
Perilaku melanggar tata tertib sekolah sering kali disebut juga perilaku tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah. Melalui analisa data dapat disimpulkan bahwa perilaku tidak disiplin memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Terlambat masuk kelas lebih dari 10 menit, 2) Tidak masuk sekolah tanpa keterangan disebut membolos, 3) Memakai sepatu sekolah berwarna selain warna hitam, 4) Memakai ikat pinggang selain warna hitam, 5) Memakai seragam sekolah tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku disekolah, 6) Tidak mengumpulkan tugas/PR, 7) Terlambat mengumpulkan tugas/PR, 8) Tidak mengikuti kegiatan extra tanpa ijin, 9) Mencontek, 10) Tidak memperhatikan saat guru mengajar (tiduran/bercanda). Faktor-faktor yang menyebabkan adalah : 1) Faktor internal merupakan sebab yang terjadi dari diri sendiri atau individu, dalam hal ini siswa yang melakukan pelanggaran tersebut, 2) Faktor eksternal merupakan sebab yang terjadi dari pengaruh luar individu, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat (teman bergaul) dan linkungan sekolah. Akibat yang ditimbulkan dari perilaku tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah antara lain rendahnya prestasi belajar disekolah, sering mendapat teguran dan hukuman oleh guru, tidak disukai teman-teman dan tidak naik kelas.
(6)
commit to user ABSTRACT
NovitaliaEryNuragusta. Case Studies About Children often Violating Ethics Junior High School Students in Class VIII KaranganomNegeri 2 Klaten Year 2009/2010. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education SebelasMaret University in Surakarta. September 2010.
The focus of this research are 1) How to shape student behavior that is often violated school rules, 2) Are the factors that led to the emergence of undisciplined behavior on school discipline, 3) What was the result of student behavior that is often violated school rules, 4) How to view stakeholder behavior of students who violate school rules.
Research objectives to be achieved are: 1) To describe, express and explain the behavior of students who frequently violate the school rules, 2) To know the factors that cause the behavior violated school rules, 3) To determine the effect of the behavior of students who do not discipline against school rules , 4) To know the views of relevant parties for violations of school rules by students.
This research is a qualitative research approach of case studies that take a place at SMP Negeri 2 KlatenKaranganom. Data collection techniques in this study using interviews, observation and documentation. Technique analysis in this study using inductive analysis techniques with an interactive model which consists of stages of data collection, data reduction, data presentation, and conclusion.
Behavior violated school rules that is often called an undisciplined behavior towards school discipline. Through data analysis it can be concluded that the undisciplined behavior has the following characteristics: 1) Too late to class more than 10 minutes, 2) Do not go to school without a statement that called hooky, 3) Wearing a color other than black school shoes, 4) Impose color other than black belt, 5) Wearing a school uniform does not comply with applicable regulations in school, 6) No collecting duties / PR, 7) Too late to collect duties / PR, 8) Not following extra activities without permission, 9) fraud , 10) There is no notice as the teacher teaches (delay / kidding).
Factors that cause are: 1) The internal factor is both a cause which occurred from yourself or an individual, in this case the student who committed the crime, 2) external factors that occur because of the influence of outsiders, family environment, community environment (friends mix) and the environment school. The consequences of undisciplined behavior on school discipline, such as low achievement in school, often reprimanded and punished by teachers, friends are not acceptable and not the next grade.
(7)
commit to user vii
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga kaum itu sendiri yang mengubahnya” (Terjemahan Q.S Ar-Ra’ad : 11)
“Orang yang berserah diri bukanlah orang yang menyerahkan diri apa adanya, tetapi membuat dirinya berkualitas, sehingga Allah akan memilihnya daripada yang lain”(Mario Teguh)
(8)
commit to user PERSEMBAHAN
Kupersembahkan kepada : 1. Orang tuaku tercinta 2. Keluarga kecilku
3. Orang-orang yang menyayangiku dan selalu mendukungku
(9)
commit to user ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan ke Hadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya serta hanya kepada-Nya lah manusia memohon pertolongan atas segala urusan dunia, akherat dan agama. Semoga keselamatan dan kesejahteraan selalu dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya semua.
Berkat petunjuk dan pertolongan-Nya serta bimbingan dari Bapak dan Ibu Pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pendidikan dan akan menjadikan bahan pemikiran dalam rangka perbaikan mutu pengajaran di sekolah. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah banyak pihak-pihak yang turut memberikan bantuan, arahan, dan bimbingan sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan lmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk mengadakan penelitian dalam rangka menyusun skripsi.
2. Bapak Drs. R Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan lmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui dan mengesahkan judul skripsi yang telah diajukan.
3. Ibu Dra. Chadidjah HA, M.Pd selaku Ketua Program Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan lmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan arahan dalam penulisan skripsi.
4. Ibu Dra. Sri Wiyanti H, M.Si dan Ibu Dra. Siti Mardiyati, M.Si sebagai Pembimbing I dan II yang dengan kesungguhan dan penuh keikhlasan membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk dalam menyusun skripsi ini.
(10)
commit to user
5. Bapak Drs. Joko Priyanto, M.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 2 Karanganom Klaten yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Karanganom Klaten. 6. Seluruh warga SMP Negeri 2 Karanganom Klaten yang telah memberikan
bantuan dan menjadi tempat penelitian dilaksanakan.
7. Ibunda dan adikku tersayang yang telah memberikan dorongan dan doanya. 8. Ghazyza semangatku.
9. Teman-temanku, Yuli khususnya atas motivasi dan bantuannya.
Penulis hanya mampu berdo'a semoga amal kebaikan Bapak Ibu dan teman-teman semua mendapat imbalan yang berlimpah dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya
Surakarta, September 2010
(11)
commit to user xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 4
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 7
1. Tata Tertib Sekolah ... 7
a. Pengertian Tata Tertib ... 7
b. Isi Tata Tertib Sekolah ... 8
c. Tugas Siswa Melaksanakan Tata Tertib Sekolah .... 9
2. Ketidakdisiplinan Terhadap Tata Tertib ... 9
a. Pengertian Tidak Disiplin ... 9
b. Ciri-ciri Ketidakdisiplinan ... 10
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakdisiplinan Terhadap Tata Tertib Sekolah ... 10
(12)
commit to user
d. Pengertian Kedisiplinan ... 11
e. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin ... 12
f. Pembentukan Sifat Disiplin ... 14
g. Akibat Tidak Disiplin ... 18
h. Studi Kasus ... 20
B. Alternatif Penyelesaian Masalah ... 22
C. Kerangka Berfikir... 23
BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 27
C. Data dan Sumber Data ... 28
D. Subyek Penelitian ... 28
E. Teknik Pengumpulan Data ... 29
F. Validitas Data... 32
G. Analisis Data ... 33
H. Prosedur Penelitian ... 34
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Paparan Data Penelitian ... 37
1. Paparan Lokasi SMPN 2 Karanganom ... 37
2. Paparan Analisis Data ... 37
3. Papan Subjek Penelitian ... 38
4. Prosedur Penelitian ... 33
5. Analisis Data Penyebab Perilaku Tidak Disiplin ... 48
6. Temuan Hasil Penelitian ... 54
B. Pembahasan Temuan Hasil Penelitian ... 55
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61
B. Implikasi ... 62
C. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN ...
(13)
commit to user xiii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan I Kerangka Pemikiran ... 25 Bagan II Analisis Data... 32
(14)
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Bagi Subyek
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Bagi Guru BK
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Bagi Wali Kelas
Lampiran 5. Pedoman Wawancara Bagi Teman Sekelas
Lampiran 6. Pedoman Wawancara Bagi Orang Tua
Lampiran 7. Jawaban Pertanyaan Pedoman Wawancara Bagi Subyek 1
Lampiran 8. Jawaban Pertanyaan Pedoman Wawancara Bagi Subyek 2
Lampiran 9. Jawaban Pertanyaan Pedoman Wawancara Bagi Guru BK
Lampiran 10. Jawaban Pertanyaan Pedoman Wawancara Bagi Wali Kelas Subyek 1
Lampiran 11. Jawaban Pertanyaan Pedoman Wawancara Bagi Wali Kelas Subyek 2
Lampiran 12. Jawaban Pertanyaan Pedoman Wawancara Bagi Teman Sekelas Subyek 1
Lampiran 13. Jawaban Pertanyaan Pedoman Wawancara Bagi Teman Sekelas Subyek 2
Lampiran 14. Jawaban Pertanyaan Pedoman Wawancara Bagi Orang Tua Subyek 1
Lampiran 15. Jawaban Pertanyaan Pedoman Wawancara Bagi Orang Tua Subyek 2
(15)
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi di bidang informasi yang sangat pesat menimbulkan berbagai pengaruh, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Pengaruh yang bersifat positif antara lain, terbukanya jendela informasi di berbagai ilmu pengetahuan dari dalam maupun luar negeri, munculnya bermacam-macam media masa dan film yang sifatnya menambah pengetahuan. Pengaruh yang bersifat negatif antara lain munculnya tayangan di media cetak maupun elektronika yang tidak sesuai dengan berkembangan anak dan budaya bangsa Indonesia. Selain itu banyak film atau sinetron yang menayangkan cerita tentang siswa-siswa sekolah yang berperilaku melanggar tata tertib sekolah, juga berita tentang perilaku masyarakat yang menunjukkan perilaku anarkis dan tidak disiplin, misalnya pelanggaran yang terjadi pada hari Minggu tanggal 29 Mei 2009, 100 pendukung salah satu kontestan pemilu ditilang karena melanggar peraturan lalu lintas saat mengikuti kampanye terbuka di stadion Trikoyo Klaten. Selasa tanggal 3 Pebruari 2009 terjadi tindak anarkis saat massa melakukan demo menuntut pembentukkan Provinsi Tapanuli, massa melakukan perusakan bangunan yang kemudian berbuntut tewasnya ketua DPRD Sumatera Utara Abdul Aziz karena aksi pengeroyokan oleh massa, yang ditayangkan hampir disetiap stasiun telivisi dan surat kabar.
Anak-anak usia SMP sangat rentan terhadap pengaruh dari luar, misalnya lingkungan bermain, lingkungan masyarakat yang terkadang membawa pengaruh buruk bagi perkembangan mereka, yakni dengan adanya tempat tongkrongan yang umumnya terdapat para remaja maupun orang dewasa yang suka merokok, berjudi bahkan minum-minuman keras, selain itu juga pengaruh dari berbagai macam tayangan yang disuguhkan baik dari media cetak maupun elektronika, khususnya televisi. Banyak siswa sekolah yang terlena dengan tayangan televisi sehingga melupakan tugas dan kewajibannya sebagai pelajar.
(16)
Sekolah merupakan tempat pendidikan formal yang mempunyai peranan penting yaitu menciptakan kepribadian yang mantap dan mandiri. Hal itu dapat berhasil apabila guru dapat mendorong dan mengarahkan anak didik dalam mengembangkan nilai-nilai sosial yang berlaku di sekolah maupun di masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut, kedisiplinan terhadap tata tertib sangat menentukan dalam pembentukkan perilaku siswa agar siswa disiplin melaksanakan tata tertib yang diharapkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pentingnya pendidikan di sekolah membuat seluruh komponen yang ada di sekolah menyadari arti pentingnya tata tertib di sekolah. Tata tertib ini sangat bermanfaat untuk mengajarkan kedisiplinan kepada siswa. Meskipun begitu masih saja banyak siswa yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Elizabeth B Hurlock (1978:82) mengatakan bahwa disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak berperilaku moral yang disetujui kelompok.
Sesuai pengamatan di lapangan banyak siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah, misalnya memakai seragam sekolah dengan atribut tidak lengkap, baju tidak dimasukkan, terlambat masuk kelas, tidak mengikuti upacara tanpa ijin, tidak mengikuti olahraga tanpa ijin, tidak mengerjakan tugas atau PR dan membolos. Perilaku-perilaku tersebut merupakan bentuk pelanggaran yang dilakukan siswa terhadap tata tertib sekolah, dengan kata lain siswa tersebut termasuk tidak disiplin. Apabila pelanggaran-pelanggaran tersebut tidak segera diatasi dikhawatirkan dapat merusak nama baik sekolah dan dapat menghambat proses belajar mengajar yang berdampak pada menurunnya prestasi siswa dan terganggunya sosialisasi guru dengan siswa.
Adanya layanan bimbingan dan konseling di sekolah diharapkan berfungsi membantu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri. Guru dan guru BK sebagai pendidik, yang menjadi tokoh panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru perlu memiliki standar kualitas pribadi bagi anak didiknya, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
(17)
commit to user
3
norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru bersama guru BK selain berkewajiban melakukan pembelajaran terhadap siswa, juga dituntut untuk membantu membimbing siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah menjadi siswa yang mematuhi tata tertib sekolah. Pemberian bimbingan terhadap siswa dibutuhkan pengelolaan yang baik, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari pelaksanaan bimbingan dan konseling yang baik dan matang. Prayitno (1985:15) menjelaskan masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi dirinya sendiri dan orang lain dan perlu dihilangkan. Agar dapat memberi bantuan yang tepat guru perlu mengenali dan memahami siswanya yang sering melanggar tata tertib sekolah. Pengenalan dan pemahaman akan lebih mendalam bila dilakukan dengan penelitian.
Berdasarkan Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memuat bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berkaitan dengan pentingnya arti menumbuhkan manusia yang bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa dan Negara. Wawasan Wiyata Mandala (1995:77) memuat bahwa tugas siswa adalah, hadir dan pulang sekolah tepat waktunya, mengikuti program sekolah yang diperuntukkan baginya, meningkatkan disiplin diri baik didalam maupun diluar sekolah, memakai seragam sekolah menurut ketentuan yang berlaku, mematuhi dan melaksanakan semua peraturan yang berlaku di sekolah.
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Petunjuk Teknis Disiplin dan Tata Tertib (1996:4) memuat bahwa tata tertib adalah seperangkat peraturan dan ketentuan yang harus ditaati oleh sejumlah komponen sekolah. Penegakkan tata tertib sekolah harus dimulai dari komponen di sekolah itu sendiri, yaitu kepala sekolah, guru, semua siswa dan unsur masyarakat sebagai salah satu penentu kebijakkan sekolah. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah mempunyai
(18)
fungsi dan tugas edukatif yang meliputi tiga dimensi mendidik yang menghasilkan etika dalam pergaulan, mengajar, menghasilkan kecerdasan dan melatih menghasilkan keterampilan.
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku melanggar disiplin tata tertib sekolah dianggap sebagai perilaku menyimpang dan merupakan masalah. Disiplin tata tertib sekolah merupakan suatu upaya untuk membentuk pribadi anak yang mandiri dan bertanggung jawab. Fungsi atau manfaat disiplin menurut Elizabeth B. Hurlock (1978:97) diantaranya: 1) untuk mengajarkan anak bahwa perilaku tertentu selalu diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian, 2) untuk mengajarkan anak suatu tingkatan penyesuaian yang wajar tanpa menuntut konformitas yang berlebihan, 3) membantu anak mengendalikan diri dan pengarahan diri sehingga anak dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakannya. Untuk mewujudkan hal itu perlu keteladanan dari guru serta kerja sama antara guru dan komponen sekolah yang lain dengan orang tua maupun masyarakat.
Bertolak dari uraian tersebut di atas dan agar mencapai sasaran yang diharapkan perlu diadakan kajian secara mendalam dengan studi kasus. Studi kasus adalah pengkajian secara mendalam tentang suatu masalah. Penelitian di sini memilih judul “Studi Kasus Tentang Anak Yang Sering Melanggar Tata Tertib Sekolah Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Karanganom Klaten Tahun 2009/2010”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diajukan fokus penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk perilaku siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah ?
2. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan munculnya perilaku tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah ?
(19)
commit to user
5
4. Bagaimana pandangan pihak terkait tentang perilaku siswa yang melanggar tata tertib sekolah ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1. Untuk mendiskripsikan, mengungkapkan dan menjelaskan perilaku siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku melanggar tata tertib sekolah.
3. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari perilaku siswa yang tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah.
4. Untuk mengetahui pandangan pihak-pihak terkait terhadap pelanggaran tata tertib sekolah oleh siswa.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat diperoleh manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.
1. Manfaat secara teoritis :
a. Memberikan masukkan kepada guru BK secara teoritis tentang bentuk-bentuk perilaku melanggar tata tertib sekolah dan dampak yang ditimbulkan bagi sekolah.
b. Memberikan masukan kepada sekolah perkembangan teori-teori tentang perilaku tidak disiplin di sekolah.
2. Manfaat secara praktis :
a. Bagi guru BK dan guru, mendapatkan masukkan pengetahuan tentang cara-cara mengenali karakteristik siswa-siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah.
(20)
b. Memberikan masukkan tentang cara mendeskripsikan sebab terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah oleh siswa.
c. Bagi siswa, memperoleh pembelajaran mengenai akibat dari perilaku melanggar tata tertib sekolah.
(21)
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Siswa-siswa yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah umumnya sering disebut sebagai siswa yang tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah.
1. Tata Tertib Sekolah
a. Pengertian Tata Tertib
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Petunjuk Teknis Disiplin dan Tata Tertib ( 1996 : 4 ) memuat bahwa tata tertib merupakan seperangkat peraturan dan ketentuan yang harus ditaati oleh sejumlah komponen sekolah. Menegakkan tata tertib sekolah harus dimulai dari sekolah itu sendiri, yaitu Kepala Sekolah, Guru, semua siswa dan unsur masyarakat sebagai salah satu penentu kebijakan sekolah. Departemen Pendidikan Nasional (2004:4) memuat bahwa tata tertib yaitu seperangkat aturan atau ketentuan yang secara organisatoris mengikat setiap komponen sekolah, baik murid, guru, Kepala Sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah mempunyai fungsi dan tugas edukatif yang meliputi tiga dimensi yaitu mendidik yang menghasilkan etika, dalam pergaulan, mengajar menghasilkan kecerdasan dan melatih menghasilkan ketrampilan.
Sekolah merupakan tempat terjadinya kegiatan belajar mengajar, sebab itulah interaksi antara guru dan murid merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku. Pelaksanaan disiplin terhadap tata tertib mempunyai dampak secara langsung terhadap kualitas hasil pelaksanaan kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Hubungannya dengan hal tersebut guru memegang peranan penting dan strategis. Karena disiplin lebih terkait dengan pembentukan sikap mental dan keteladanan.
(22)
Disiplin dan tata tertib merupakan dua hal yang saling terkait, sebab tata tertib pada dasarnya perangkat untuk menegakkan disiplin. Disiplin dan tata tertib di sekolah yang melaksanakan mempunyai dampak secara langsung terhadap kualitas dan hasil pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM ) itu sendiri.
b. Isi Tata Tertib Sekolah
Tata tertib sekolah mengikat seluruh komponen sekolah yang meliputi Kepala Sekolah, Guru, Siswa dan Penjaga Sekolah. Tata Tertib di sekolah dasar berpedoman pada buku Petunjuk Teknis Disiplin dan Tata Tertib Sekolah Dasar yang dikeluarkan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1995/1996.
Tugas dan Kewajiban siswa dalam menegakkan disiplin dan
tanggungjawabnya yang tertuang dalam buku Petunjuk Teknis adalah sebagai berikut: 1) Menjaga nama baik diri sendiri, orang tua, keluarga dan sekolah;
2) Menghormati Kepala Sekolah, Guru, Penjaga Sekolah dan sesama
teman;
3) Menyampaikan alasan yang dapat diterima apabila tiap hari berturut-turut tidak masuk sekolah;
4) Minta ijin kepada guru apabila hendak meninggalkan kelas;
5) Hadir disekolah 15 menit sebelum pelajaran dimulai, khusus petugas piket hadir 30 menit sebelumnya;
6) Berpakaian seragam sekolah yang bersih dan rapi;
7) Berbaris dengan tertib sebelum masuk kelas;
8) Berdoa sebelum pelajaran pertama dimulai dan setelah pelajaran
terakhir selesai;
9) Mengikuti upacara hari senin dan upacara lainnya;
10) Tidak merokok, minum-minuman keras, menggunakan ganja atau
(23)
commit to user
9
membaca buku terlarang, berkelahi di dalam maupun di luar kelas/sekolah.
c. Tugas Siswa Melaksanakan Tata Tertib Sekolah
Tata tertib dibuat sebagai upaya memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah dan pembentukan sikap siswa. Oleh karena itu semua siswa dan seluruh komponen yang ada disekolah, wajib melaksanakan tata tertib sebaik mungkin. Ketidakdisiplinan terhadap tata tertib dapat merugikan diri sendiri juga dapat merugikan orang lain. Slameto ( 1995 : 67 ) menegaskan agar siswa dapat belajar lebih maju, siswa harus disiplin dalam belajar. Dengan demikian bila siswa tidak disiplin dalam belajar siswa tidak akan maju, dalam kata lain prestasi belajarnya rendah. Karena disiplin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Siswa dalam jangka panjang dipersiapkan menjadi warga masyarakat ataupun warga negara yang harus disiplin terhadap undang-undang ataupun peraturan negara. Di masa anak-anak inilah siswa harus sudah ditanamkan sikap disiplin terhadap tata tertib, agar mereka terbiasa untuk berperilaku disiplin baik di sekolah maupun di luar sekolah.
2. Ketidakdisiplinan Terhadap Tata Tertib
a. Pengertian Tidak Disiplin
Dengan mengacu pada pengertian disiplin di atas maka pengertian ketidakdisiplinan berarti kondisi yang berlawanan dengan hal-hal tersebut, yang intinya adalah sebagai berikut : Ketidak disiplinan adalah sikap tidak taat yang diwarnai oleh tidak adanya kesadaran dan keiklasan dalam melaksanakan tata tertib, peraturan yang berlaku maupun kesepakatan bersama yang bersifat formal maupun non formal yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai, waktu dan pelaksanaan kegiatan.
(24)
b. Ciri-ciri Ketidakdisiplinan
Siswa yang tidak memiliki kedisiplinan sangat berbeda dengan siswa yang berdisiplin diri. Siswa yang tidak disiplin adalah siswa yang tidak memiliki keteraturan diri berdasarkan nilai agama, nilai budaya, aturan-aturan pergaulan, pandangan hidup dan sikap hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan Negara. Secara umum ciri tingkah laku tidak disiplin yaitu tingkah laku siswa yang tidak sesuai atau menyimpang dari peraturan atau tata tertib yang berlaku. Khususnya dalam hubungannya dengan tata tertib sekolah, siswa tidak disiplin dapat dilihat misalnya dalam hal berpakaian : tidak memakai seragam sekolah lengkap dengan atributnya, baju tidak dimasukkan, memakai sepatu tanpa kaos kaki, tidak memakai kaos waktu pelajaran olah raga, tidak memakai ikat pinggang, memakai sepatu atau kaos kaki yang warnanya tidak sesuai dengan ketentuan di sekolah. Dalam hal kegiatan belajar mengajar : membolos, tidak mengerjakan PR atau tugas, terlambat datang ke sekolah, terlambat masuk kelas, keluar kelas tanpa ijin pada jam pelajaran, bersenda gurau dan tidak memperhatikan guru pada waktu mengajar, menyontek, tidur pada waktu jam pelajaran. Tingkah laku siswa tersebut biasanya tidak diketahui olah orang tua, apabila tidak ada pemberitahuan dari pihak sekolah, dan tingkah laku seperti itu sangat merugikan diri sendiri dan sekolah.
c. Faktor yang Mempengaruhi Ketidakdisiplinan Terhadap Tata Tertib Sekolah Perilaku tidak disiplin melaksanakan tata tertib atau kaidah yang ada merupakan sesuatu hal yang menghambat tujuan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan pendidikan. Perilaku tersebut dapat terjadi karena adanya sesuatu hal yang mempengaruhi (penyebab). Priyatno dan Amti (1994:61) menjelaskan kemungkinan penyebab perilaku tidak disiplin melaksanakan tata tertib ada 5, yaitu:
1) Tidak begitu memahami kegunaan masing-masing aturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah, aturan tersebut tidak didiskusikan dengan siswa sehingga siswa hanya terpaksa mengikutinya.
(25)
commit to user
11
2) Siswa yang bersangkutan terbiasa hidup terlalu bebas, baik di rumah maupun di masyarakat.
3) Tindakan yang dilakukan terhadap pelanggaran terlalu keras sehingga siswa mereaksi secara tidak wajar (negatif).
4) Ciri khas perkembangan remaja yang agak “ sukar diatur ” tetapi “ belum
dapat mengatur diri sendiri “.
5) Ketidaksukaan terhadap mata pelajaran tertentu dilampiaskan pada tidak disiplin melaksanakan tata tertib sekolah.
Menurut Bimo Walgito (2003:54) pelanggaran kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah seringkali disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal yang terdapat dalam diri sendiri dan faktor ekternal dari pengaruh lingkungan luar. Secara rinci dilihat dibawah ini :
1) Faktor internal misalnya, rasa malas yang timbul dari dalam diri sendiri, kurangnya rasa tanggung jawab, ingin mencari perhatian dan kurang religius. 2) Faktor eksternal misalnya, lingkungan keluarga atau orang tua yang kurang
memperhatikan anak, orang tua bercerai, tinggal terpisah dengan orang tua, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat yang kurang baik juga sangat mempengaruhi.
d. Pengertian kedisiplinan
Disiplin mempunyai berbagai arti, tergantung sudut pandang dan kepentingannya. C.S.T Kansil (1995:215) mengartikan secara ringkas bahwa disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan pada peraturan, tata tertib dan sebagainya. Tata tertib yang dimaksud di sini misalnya tata tertib sekolah, kemiliteran dan peraturan yang berlaku di masyarakat.
Peraturan, tata tertib dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk
(26)
berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tatatertib yang berlaku disekolah.
Menurut Wikipedia (1993) bahwa disiplin sekolah “refers to students complying with
a code of behavior often known as the school rules”. Aturan sekolah (school rule) yang dimaksud, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja. Pengertian disiplin dalam Lemhannas (1997:12) adalah berperilaku sesuai dengan tata peraturan yang berlaku, baik formal non formal maupun yang disepakati. Pengertian disiplin di dalam Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan menengah (1993:3) adalah tingkat konsistensi dan konsekuen seseorang terhadap suatu komitmen atau kesepakatan bersama yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai, waktu dan proses pelaksanaan suatu kegiatan. Pengertian disiplin lainnya dalam Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (1985:34) diartikan sebagai sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab.
Berbagai pengertian tentang disiplin di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplinadalah sikap taat melaksanakan dengan sdar dan ikhlas terhadap tata tertib, peraturan yang berlaku maupun kesepakatan bersama baik yang bersifat formal maupun non formal yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai, waktu dan pelaksanaan kegiatan.
e. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin
Ensiklopedia Indonesia ( 1997 : 371 ) memuat bahwa disiplin bukan merupakan bawaan, disiplin sepenuhnya merupakan faktor ajar atau faktor pendidikan. Hal ini didukung olah teori tabularasa, bahwa manusia lahir itu bagaikan kertas putih atau botol kosong. Akan menjadi seperti apa tergantung pendidikan yang diberikan.
(27)
commit to user
13
apabila anak sudah dapat bertingkah laku sesuai dengan pola tingkah laku yang baik. Hal ini menguatkan bahwa disiplin itu bukan faktor bawaan. Setelah anak bertingkah laku, barulah ada dorongan untuk disiplin atau tidak disiplin. Dorongan yang mempengaruhi disiplin, oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (1985 : 34) digolongkan ada 2 jenis yaitu Pertama, dorongan yang datang untuk berbuat disiplin. Kedua, dorongan yang datang dari luar yaitu perintah, larangan, pengawasan, ujian. ancaman, ganjaran dan sebagainya.
Faktor pendidikan yang mempengaruhi kedisiplinan siswa itu tidak hanya dari pendidikan formal saja, tetapi dari luar pengalaman hidup siswa dalam pergaulan. Banyak hal yang memicu ketidakdisiplinan siswa, antara lain kondisi keluarga dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak dan kurang harmonis, siswa mempunyai masalah di sekolah dan pergaulan dalam lingkungan sosial yang kurang sehat. Sekretaris Negara ( 1996 : 133 ) menjelaskan bahwa masalah disiplin nasional bersumber dari masyarakat yang belum memahami pentingnya disiplin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Masalah ketidakdisiplinan juga dipengaruhi oleh teman bergaul. Hal itu sejalan dengan pendapat Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono ( 1990 : 87 ) yang menyatakan teman bergaul berpengaruh sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Apabila siswa suka bergaul dengan mereka yang tidak bersekolah, maka ia akan malas belajar dan sekolah, sebab cara hidup anak yang tidak sekolah berlainan dengan anak yang bersekolah.
Beberapa asumsi yang menjadikan lemahnya disiplin nasional di dalam Lemhamnas ( 1997 :31 ) yaitu :
1) Berbagai peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia kurang sesuai dan kurang efektif atau penerapan dan sanksinya tidak dilaksanakan secara konsisten.
2) Karena masyarakat sekarang lebih fermisif, dimana batas antara yang baik dan yang buruk, benar dan salah sudah tidak begitu jelas atau kabur.
(28)
3) Otoritas para pejabat dan para pemimpin diberbagai lapisan masyarakat kurang berbobot, pengaruhnya sudah pudar sehingga orang cenderung berbuat semaunya.
4) Sistem pendidikan kurang merangsang para anak didik untuk mandiri, kreatif dan bertanggung jawab.
Berbagai pandangan diatas dapat diketahui bahwa disiplin sepenuhnya didapat dari faktor pendidikan. Sikap dan perilaku disiplin ini didapat dari pendidikan dalam pergaulan, baik itu pergaulan dalam keluarga, sekolah maupun lingkungan sosial.
f. Pembentukan Sikap Disiplin
Pembentukan disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan melalui proses belajar, dan pembentukannya selalu berlangsung dalam interaksi yang berkenaan dengan obyek tertentu.
Di depan telah dipaparkan bahwa sikap disiplin tidak dibawa sejak lahir, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan. Y. Singgih D. Gunarso ( 1981 :166 ) menjelaskan bahwa pembentukan disiplin diri erat hubungannya dengan penerimaan dengan otoritas, anak yang menerima otoritas orang tua akan melakukan tugas-tugas yang diinginkan daripadanya. Bila ia sudah terbiasa
akan “ kekuasaan ” orang tua maka pada umumnya otoritas guru di sekolah juga
dapat diterimanya.
Pembentukan sikap disiplin terjadi sepanjang perkembangan individu, maka seharusnya pembentukan sikap disiplin ini dimulai sedini mungkin. E.G White dalam terjemahan Sumarna ( 1994 : 22 ) memaparkan bahwa, pada saat seorang anak mulai merintis kemauan dan jalannya, pada saat itulah pendidikannya dalam hal disiplin harus dimulai. Zulkifi L (1987:85) mengemukakan bahwa anak yang berusia 12 atau 13 sampai 19 tahun sedang berada dalam pertumbuhan masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang sangat menentukan karena masa ini mengalami banyak perubahan fisik dan psikis. Terjadinya perubahan tersebut menimbulkan kebingungan
(29)
commit to user
15
sehingga mudah menyimpang dari norma-norma dan aturan yang berlaku. Goncangan emosi pada masa remaja terjadi tidak hanya disebabkan oleh hormon seks dalam tubuh tetapi juga akibat dari kondisi keluarga, lingkungan bermain disekolah dan lingkungan masyarakat.
Menurut Zakiah Darojat (1994:35) perilaku remaja yanh tidak stabil, keadaan emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong barsemangat, peka, mudah tersinggung, pemikiran dan perhatiannya berpusat pada dirinya. Melly Sri Sulastri Rifai (1977:40) mengatakan bahwa pada masa remaja ada empat ciri utama yang perlu diperhatikan dalam perkembangan kehidupan remaja, yaitu :
1) Adanya kesadaran akan adanya perubahan-perubahan dalam kenyataan
dirinya sebagai makhluk biologis. Terutama adanya perubahan-perubahan bentuk tubuh sebagai akibat adanya perubahan-perubahan fisiologis karena bakarjanya kelenjar tertentu menjadi lebih aktif.
2) Sejak masa anak sekolah sampai tiba masa remaja si anak yang menjadi
remaja merasakan adanya keterkaitan kepada kelompok sebayanya
dalam lingkup ”Heteroxualitas”
3) Timbulnya dorongan untuk mencapai ”kebebasan pribadi” dalam usaha
memantapkan status dirinya dalam lingkungan hidupnya sebagai individu yang berdiri sendiri.
4) Adanya keinginan remaja untuk memantapkan filsafat hidupnya dan
pola hidup tertentu berdasarkan kesatuan norma kehidupan yang dianutnya yang akan dijadikan pedoman di dalam ia bertingkah laku dalam perkembangannya sebagai manusia dewasa.
M. Ngalim Purwanto (1980:149) mengatakan bahwa siswa sampai dengan usia 18 tahun secara psikologis berada didalam keadaan sebab tidak menentu, bimbang ragu, pemenang tapi juga petualang, pemilik tapi juga pelamun, pemberani tetapi juga penakut, kadang-kadang optimis tetapi juga pesimis. Keadaan tersebut akan menyebabkan remaja mudah sekali berubah dan terpengaruh dengan
(30)
lingkungan. Pengaruh ini tidak hanya pengaruh yang baik tetapi banyak sekali pengaruh buruk.
Keluarga sebagai tempat pendidikan yang pertama bagi anak sangat menetukan pembentukan sikap disiplin. Dengan kata lain bahwa pola asuh oaring tua besar pengaruhnya terhadap pembentukan sikap disiplin anak. Moch Shochib (1998:15) menjelaskan tentang pola asuh orang tua dan pengembangan disiplin sebagai berikut : Pola asuh orang tua dalam membantu anak untuk mengembangkan disiplin diri ini adalah upaya orang tua yang diaktualisasikan terhadap penataan :
1) Lingkungan fisik;
2) Lingkungan sosial;
3) Pendidikan internal dan eksternal;
4) Dialog dengan anak-anak;
5) Suasana psikologis;
6) Sosial budaya;
7) Perilaku yang ditampilkan pada saat terjadi “ pertemuan ” dengan anak
-anak;
8) Kontrol terhadap perilaku anak-anak;
9) Menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku dan yang
diupayakan kepada anak-anak.
Bagian lain, Moch Shochib ( 1998 : 16 ) menjelaskan pada keterkaitan pola asuh orang tua dengan anak berdisiplin diri sebagai berikut : Keterkaitan pola asuh orang tua dengan anak berdisiplin diri dimaksudkan sebagai orang tua dalam meletakkan dasar-dasar disiplin diri kepada anak dan membantu mengembangkannya sehingga anak memiliki disiplin diri. Itensitas kebutuhan anak untuk mendapatkan bantuan dari orang tua bagi kepemilikan dan pengembangan dasar-dasar disiplin diri menunjukkan adanya kebutuhan internal yaitu :
1) Tingkat rendah, manakala anak masih membutuhkan banyak bantuan
(31)
commit to user
17
2) Tingkat menengah, manakala anak-anak masih membutuhkan banyak
bantuan dari orng tua untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri ( berdasarkan nalar ) dan
3) Tingkat tinggi, mana kala anak sedikit sekali atau tidak lagi memerlukan bantuan serta kontrol orang tua untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri ( berdasarkan kata hati )
Sekolah merupakan pendidikan formal, tidak kalah pentingnya dalam berperan sebagai tempat pembentukan sikap disiplin. Sekolah harus lebih tegas dalam menegakkan disiplin. Kepala Sekolah dan Guru bukan sekedar membuat contoh, tetapi harus menjadi teladan dalam hal kedisiplinan, sehingga apa yang tidak diperoleh anak dalam keluarga akan diperoleh disekolah. Tujuan disiplin sekolah adalah: untuk memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, mendorong siswa berperilaku yang baik dan benar, membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi perilaku yang tidak sesuai dengan tata tertib sekolah, kemudian melatih siswa untuk hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat bagi dirinya sendiri serta lingkungannya.
Demikian upaya membentuk sikap disiplin anak, sekolah perlu menciptakan suasana belajar yang kondusif. Upaya yang dapat dilakukan antara lain membuat tata tertib yang harus ditaati bersama. Hal tersebut sependapat dengan apa yang ada di dalam Lemhannas (Disiplin Nasional 1997:15) bahwa disiplin tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan dan diterapkan dalam semua aspek, menerapkan sanksi serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman sesuai dengan amal perbuatan para pelaku. Slameto (1995 :67) juga menegaskan bahwa kedisiplinan sekolah erat hubunganya dengan kerajinan dan kedisiplinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula.
Menurut Madson dalam Moch Shochib ( 1998 : 21 ) mengatakan bahwa kepemilikan disiplin memerlukan proses belajar. Selanjutnya Moch Shochib
(32)
(1998:21) juga merangkum pendapat Craw tentang proses belajar dalam pembentukan disiplin dapat dilakukan dengan cara melatih dan membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai berdasarkan acuan moral serta diperlukan adanya kontrol orang tua untuk mengembangkannya.
Dengan demikian dalam pembentukan sikap disiplin pada anak sangat diperlukan hal-hal sebagai berikut :
1) Adanya keteladanan baik dari staf sekolah maupun orang tua dalam keluarga.
2) Melatih dan membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai berdasarkan acuan moral.
3) Adanya kontrol orang tua untuk mengembangkannya.
g. Akibat Tidak Disiplin
Ketidakdiisiplinan terhadap tata tertib yang berlaku dapat mengakibat menghambat suatu tujuan dari kegiatan pembelajaran, nilai dari keefektifan dan keefisienannya dapat berkurang sehingga dapat mempengaruhi pola keteraturan yang telah dibentuk dan dijalankan, hal ini dapat pula mengganggu proses kegiatan pembelajaran yang lainnya. Apabila perilaku tidak disiplin ini dibiarkan dan tidak ada suatu kontrol atau pengawasan dan tindakan secara tegas dalam penanganannya, maka dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kredibilitas/ nama baik sekolah secara keseluruhan baik bagi sekolah maupun penilaian dari masyarakat. Bentuk-bentuk kerugian pada diri sendiri akibat tidak disiplin melaksanakan tata tertib itu antara lain terhambat prestasinya, sering terkena sanksi, bisa dijauhi teman, tidak disukai oleh guru, dimarahi orang tua kalau dilaporkan, tidak mandiri, dikeluarkan dari sekolah, bisa celaka dan bila berlanjut sampai dewasa akan dikucilkan orang. Elizabeth B. Hurlock (1978:105) menyatakan bahwa pelanggaran merupakan bahaya yang serius bagi penyesuaian diri dan sosial.
(33)
commit to user
19
tangan jahil siswa-siswa yang suka mencorat-coret, nama baik sekolah dan orang tua tercemar karena perbuatan siswa yang tidak terpuji, terjadi kecelakaan lalu lintas akibat salah satu pihak melanggar peraturan lalu lintas, kelompok kerja kacau akibat salah seorang anggota kelompok tidak disiplin, ada anak jatuh terpeleset karena ada kulit pisang tidak dibuang pada tempatnya dan lain sebagainya.
Contoh diatas adalah akibat pelanggaran disipilin secara umum kerugiannya ada yang kecil (ringan) dan ada yang besar, bahkan bisa kehilangan nyawa. Sedangkan untuk pelanggaran disiplin tata tertib di sekolah biasanya diberi sanksi. Adapun bentuk sanksi atau tindakan yang dikenakan kepada siswa yang tidak disiplin itu juga tidak sama dan bertingkat, yaitu :
1) Teguran secara lisan;
2) Teguran secara tertulis sebagai peringatan sebanyak tiga kali;
3) Skors dan;
4) Pengeluaran dari sekolah.
Penerapan disiplin yang pelaksanaannya tercantum dalam tata tertib pendidikan akan menghasilkan mental, watak, dan kepribadian siswa yang kuat dan dinamis sesuai dengan taraf perkembangan siswa Sekolah Dasar. Hal tersebut disebabkan pada jenjang sekolah dasar siswa harus sudah belajar disiplin, belajar mencintai sesama, belajar hidup teratur dan menyesuaikan diri.
Pembudayaan disiplin tidak cukup hanya melalui peraturan tata tertib yang diumumkan secara lisan atau tertulis saja. Tetapi diperlukan keteladanan, dorongan serta bimbingan dalam bentuk-bentuk kongkrit dan keikutsertaan semua komponen sekolah secara langsung. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya kesadaran yang penuh, kesiapan untuk melakukan serta langkah-langkah nyata dalam perbuatan dari semua pihak warga sekolah agar disiplin siswa terhadap tata tertib sekolah dapat terwujud.
(34)
h. Studi Kasus
Penelitian ini menggunakan studi kasus dengan alasan untuk mendapatkan hasil penelitian yang mendalam mengenai pelanggaran kedisiplinan yang dilakukan oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Karanganom Klaten. Riset dengan metode kasus menghendaki suatu kajian yang rinci, mendalam, dan menyeluruh atas objek tertentu yang biasanya relatif kecil selama kurun waktu dan lingkungan tertentu. Studi kasus merupakan sebuah metode penelitian yang dilakukan pada objek dan subjek di suatu tempat dan waktu tertentu dengan melakukan pengamatan terhadap kejadian tertentu untuk dilakukan studi analisa kasus yang diamati untuk diambil suatu tindakan, dimana kaitannya dengan penelitian ini adalah tindakan untuk meningkatkan disiplin siswa baik dengan membuat aturan baru untuk mengurangi pelanggaran kedisiplinan di sekolah, hal ini dilakukan dengan tujuan menanamkan jiwa disiplin dalam diri siswa. Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap subjek pengamatan, dalam hal ini subjek yang diamati adalah siswa yang berperilaku sering melanggar kedisiplinan terhadap tata tertib di SMP Negeri 2 Karanganom Klaten. Studi kasus yang dilakukan mempunyai tujuan melakukan evaluasi terhadap suatu kejadian yang menjadi obyek penelitian untuk dilakukan analisa dengan menggunakan metode tertentu yang nantinya dapat digunakan sebagai pembelajaran. Robert K Yin (2008: 27) mengemukakan bahwa penelitian studi kasus harus mempunyai desain penelitian, dan definisi dari desain penelitian adalah suatu rencana tindakan untuk berangkat dari sini ke sana, dengan demikian maka tujuan penelitian studi kasus harus jelas. Penelitian ini mempunyai tujuan khusus, yaitu:
1) Untuk mendiskripsikan, mengungkapkan dan menjelaskan perilaku siswa
yang sering melanggar tata tertib sekolah.
2) Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku melanggar tata tertib sekolah.
3) Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari perilaku siswa yang tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah.
(35)
commit to user
21
4) Untuk mengetahui pandangan pihak-pihak terkait terhadap pelanggaran tata tertib sekolah oleh siswa.
Pelaksanaan penelitian dan pelaksanaan pengumpulan data didasarkan pada sumber-sumber bukti yang berlaian. Menurut Robert K Yin (2008: 103), sumber bukti ini adalah dokumen, wawancara, dan observasi langsung. Langkah-langkah studi kasus yang peneliti kerjakan ini adalah pengumpulan data, penafsiran data, dan verifikasi data (Juhana Wijaya, 1988: 286).
Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting). Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Penafsiran data yang dimaksud adalah mengatahui data yang telah didapatkan dalam tahap penelitian untuk selanjutnya ditampilkan dalam penyajian data sesuai dengan bagian yang sesuai dengan hal yang dimaksud.
Pada tahap verifikasi data peneliti mengambil kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukannya dan kemudian data tersebut perlu diverifikasi. Analisis data kualitatif ini merupakan upaya berulang terus menerus dan terjalin hubungan yang saling terkait antara kegiatan reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Jika kesimpulan yang diambil masih kurang maka dilakukan pengumpulan data tambahan yang dianalisis melalui rangkaian kegiatan yang sama.
(36)
B. Alternatif Penyelesaian Masalah
Setelah melakukan observasi, wawancara dan pengolahan data diketahui penyebab siswa tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah, maka guru pembimbing/BK dapat menerapkan tindakan untuk meningkatkan disiplin siswa disekolah, dengan cara mengadakan pendekatan dengan siswa khususnya yang sering melanggar disiplin, memberikan pengarahan dan motivasi untuk menaati tata tertib yang berlaku disekolah, sekolah mengadakan pertemuan secara berkala dengan orang tua siswa untuk saling bertukar informasi tentang siswa dan menyampaikan pentingnya siswa untuk berperilaku disiplin. Selain itu sekolah harus tegas dalam memberikan sanksi ataupun hukuman bagi siswa yang melanggar disiplin terhadap tata tertib sekolah.
Reisman dan Payne (dalam E. Mulyasa 2003) mengemukakan strategi umum merancang disiplin siswa, yaitu :
1. Konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka
2. Keterampilan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan perasaan dan mendorong kepatuhan siswa
3. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya, memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah
4. Klarifikasi nilai; guru membantu siswa dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri
5. Analisis transaksional; guru disarankan belajar sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah
(37)
commit to user
23
6. Terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan
meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab
7. Disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan
8. Modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif
9. Tantangan bagi disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas.
Diatas merupakan strategi umum merancang disiplin yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi guru untuk meningkat disiplin pada siswa.
C. Kerangka Pemikiran
Guru BK sebagai pembimbing dituntut memiliki kemampuan dan
keterampilan dalam memberikan bimbingan terhadap siswa yang bermasalah, agar siswa yang bermasalah dapat mencapai prestasi belajar dengan baik.
Siswa yang tidak disiplin dapat dikategorikan siswa yang bermasalah, karena dapat menghambat prestasi siswa itu sendiri dan menghambat pencapaian tujuan pendidikan nasional . Tata tertib di ciptakan dalam rangka membetuk peserta didik yang berkepribadian mantap, bertanggung jawab dan mandiri. Di sekolah peranan guru dan guru BK sebagai pembimbing sangat diperlukan, karena bimbingan sebagai bagian yang integral dari sistem pendidikan nasional. Terjadinya ketidakdisiplinan pada diri anak dilatarbelakangi oleh berbagai sebab dan dapat berdampak negatif sebagai akibat dari ketidakdisiplinan tersebut.
Penyebab ketidakdisiplinan pada diri anak itu ada beberapa faktor antara lain pola asuh orang tua yang kurang benar, keadaan lingkungan anak yang memang sudah menunjukan kurang disiplin, kurang adanya keteladanan dari orang-orang dekat yang lebih dewasa, sikap anak itu sendiri yang tidak mau melatih atau
(38)
membiasakan diri disiplin dan kurangnya kontrol dari orang tua. Akibat yang mungkin timbul sebagai dampak ketidakdisiplinan antara lain: prestasi belajar anak itu sendiri tidak optimal, teman-teman yang lain dapat terpengaruh, kegiatan belajar mengajar dapat terganggu dan situasi kelas maupun sekolah menjadi tidak kondusif.
Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut : ( lihat halaman 25)
(39)
7
Bagan I : Kerangka Pemikiran
25
Siswa tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah
Latar Belakang (sebab)
Tidak disiplin dalam
berpakaian
Tidak disiplin dalam kegiatan belajar mengajar
Tidak disiplin dalam mengikuti kegiatan di sekolah Bentuk
perilaku
19
Merusak nama baik sekolah
PBM terganggu
Prestasi belajar tidak
optimal
Tidak naik kelas
Dikeluarkan Akibat
(40)
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Karanganom, yang terletak di desa Jurang Jero, kecamatan Karanganom, kabupaten Klaten. Lokasi SMP Negeri 2 Karanganom cukup strategis, dekat dengan kota kecamatan yaitu Karanganom, dekat dengan prasarana umum dan tempat rekreasi. Ekonomi orang tua siswa SMP Negeri 2 Karanganom rata-rata tergolong menengah ke bawah. Kebanyakan bekerja sebagai petani dan buruh yang kurang mempunyai kesadaran dan kepedulian terhadap pendidikan.
Alasan dipilihnya lokasi ini sebagai tempat penelitian adalah :
a. Banyak terjadi siswa-siwa yang tidakdisiplin terhadap tata tertib sekolah.
b. Prestasi belajar siswa tidak optimal dimungkinkan sebagai dampak dari ketidakdisiplinan terhadap tata tertib sekolah.
c. Penelitian dimaksudkan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa terhadap tata tertib sekolah.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai sejak pengajuan judul proposal, pengurusan ijin penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, analisis data dan penyusunan laporan hasil penelitian, tepatnya dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2009/ 2010.
(41)
commit to user
27
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengungkap dan menjelaskan sebab serta akibat siswa berperilaku tidak disiplin, atau melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah, dengan fokus masalah tersebut jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Objek kajian penelitian ini adalah perilaku tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah, faktor-faktor penyebab serta akibat yang ditimbulkannya.
Pada penelitian ini penulis ingin mengungkapkan “bagaimana” dan “mengapa”
tentang perilaku tidak disiplin. Untuk meperoleh jawaban tersebut penulis melakukan pengkajian secara mendalam tentang masalah tersebut. Pendekatan penelitian yang diterapkan adalah studi kasus. Pengertian kasus itu sendiri adalah masalah, sehingga studi kasus adalah kegiatan penelaahan secara mendalam terhadap kasus atau masalah yang dipandang sebagai suatu yang melanggar kedisiplinan yang menjadi aturan sekolah. Dapat disimpulkan bahwa penelitian studi kasus lebih cocok untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan bagaimana, mengapa suatu peristiwa itu terjadi, serta akibat yang ditimbulkan
2. Kehadiran Peneliti
Penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrument utama atau kunci pengumpulan data di lokasi penelitian. Sebagai instrument kunci, peneliti harus melakukan kontak langsung dengan subjek penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melakukan pengamatan dan wawancara. Melalui wawancara langsung dengan siswa yang bersangkutan akan di dapatkan data primer, sedangkan data sekunder bisa diperoleh dari sumber lain, seperti teman dekat, orang tua dan guru.
(42)
C. Data dan Sumber Data
Penelitian akan memperoleh hasil yang baik apabila sumber data yang digunakan dapat memberikan data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berbentuk data kualitatif. Data kualitatif tersebut dapat diperoleh dari sumber yang signifikan yang menjadi subjek penelitian. Adapun sumber data tersebut adalah :
1. Sumber data primer yaitu subjek itu sendiri ( siswa yang tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah ). Data dari siswa ini untuk mengetahui sebab dan akibat siswa tidak disiplin serta , bentuk-bentuk pelanggarannya. Data ini diperoleh melalui pengamatan dan wawancara.
2. Sumber data sekunder yaitu ;
a. Orang tua kesehatan, hobby, kegiatan siswa dan saudara, untuk mendapatkan informasi siswa meliputi dirumah, aktifitas belajar siswa, teman siswa di rumah, serta pola asuh orang tua. Selain itu untuk mengetahui lebih dekat keadaan sosial ekonomi dan kebiasaan dalam keluarga.
b. Guru, untuk mengetahui tingkah laku siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dan kegiatan lain disekolah. Selain itu untuk mendapatkan informasi tentang pelanggaran yang dilakukan siswa dan melakukan tata tertib sekolah serta mengetahui prestasi belajar siswa.
c. Teman subjek, melalui teman bermain atau teman akrab diharapkan mendapatkan informasi kegiatan yang dilakukan siswa baik ketika jam pelajaran maupun diluar jam pelajaran.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Karanganom Klaten yang sering melanggar tata tertib sekolah. Subjek penelitian diperoleh melalui
(43)
commit to user
29
seperti daftar presensi siswa, buku catatan yang dimiliki guru BK tentang siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib, observasi terhadap siswa kemudian wawancara terhadap wali kelas dan guru mata pelajaran.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan diperoleh melalui informasi yang berasal dari sumber data. Informasi tersebut dapat diperoleh secara lengkap apabila menggunakan sarana pengumpulan data yang tepat sehingga data tersebut sesuai dengan kebutuhan, kemudian diolah untuk memperoleh kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
1. Dokumentasi
Arikunto (2006:231) menjelaskan metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, maupun agenda. Moleong (2001:161) mengemukakan bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis maupun film. Wujud dokumentasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah buku induk siswa, buku raport, daftar hadir, daftar nilai, buku pribadi siswa serta catatan pelanggaran siswa. Data tersebut sangat berguna untuk dijadikan bahan pengarahan tentang diri siswa. Data siswa yang telah di dokumentasikan perlu dianalisis dengan cermat. Dokumentasi ini dijadikan sumber data :
a. Dokumentasi merupakan sumber data yang stabil. b. Dokumentasi bersifat alamiah.
c. Dokumentasi relatif mudah dipelajari.
d. Tidak reaktif, sehingga tidak sukar ditemukan karena sudah tersedia di sekolah.
Penggunaan dokumentasi dalam penelitian adalah untuk memperoleh identitas siswa dan keaktifan kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran serta kegiatan sekolah lainnya.
(44)
2. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati subjek secara langsung maupun tidak langsung. Diamati adalah kegiatan subjek, ketika mengikuti pelajaran maupun diluar jam pelajaran didalam lingkungan sekolah. Melalui pengamatan tersebut dapat diungkap gejala-gejala yang ada pada subjek penelitian beserta latar belakangnya. Muhammad Surya (1997:225) menjelaskan bahwa observasi merupakan teknik pengumpul data yang dilakukan dengan mengawasi dan mencatat data secara sistematis terhadap gejala perilaku yang nampak. Observasi ini dilaksanakan untuk mengetahui:
a. Hubungan antara siswa dengan orang tua;
b. Hubungan sosial siswa di sekolah dengan teman-temannyayang dapat
menjadi penyebab munculnya perilaku melanggar disiplin terhadap tata tertib di sekolah;
c. Kehadiran siswa di sekolah yang meliputi aktifitas mengikuti pelajaran, upacara, melaksanakan tugas piket dan kegiatan-kegiatan lainnya;
d. Perilaku siswa dalam hal berpakaian, saat bertemu guru, saat berdoa dan pada waktu diberi pekerjaan rumah oleh guru;
e. Bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh siswa;
f. Frekwensi terjadinya pelanggaran.
g. Motif melakukan pelanggaran.
3. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi atau tanya jawab dengan sumber data. Wawancara didefinisikan sebagai suatu percakapan, tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara mendalam yang dapat dilakukan secara face to face dan diarahkan pada penguakan masalah tertentu. Moleong (2001:135) mengemukakan wawancara adalah percakapan antara dua belah pihak dengan maksud tertentu. Pada penelitian ini,
(45)
commit to user
31
disiplin, teman dan orang tua siswa. Fungsi wawancara untuk mengungkap latar belakang munculnya perilaku melanggar disiplin terhadap tata tertib sekolah serta akibat yang dialami dari seringnya melakukan pelanggaran disiplin. Wawancara digunakan sebagai alat pengumpul data karena terdapat beberapa kelebihan, yaitu :
a. Dapat dilaksanakan sewaktu-waktu tergantung kesiapan kedua belah
pihak.
b. Tidak terikat oleh kemampuan membaca dan menulis.
c. Dapat menjalin hubungan pribadi yang baik.
d. Dapat memperoleh data sesuai dengan kebutuhan.
e. Dapat mengungkap masalah secara mendalam.
4.Home Visit
Home Visit adalah kunjungan ke rumah subjek dengan maksud mengetahui keadaan subjek di rumah dengan cara melakukan observasi dan wawancara. Kunjungan rumah ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data untuk mendapatkan gambaran secara langsung tentang latar belakang kehidupan keluarga subjek. Data tersebut digunakan untuk melengkapi data yang telah diperoleh dari dokumentasi, wawancara dan observasi di sekolah. Data-data yang diperoleh dari pelaksanaan home visit antara lain, untuk mengetahui keadaan rumah dan orang tua subjek, untuk mengetahui latar belakang kehidupan kehidupan subjek, mengetahui kegiatan subjek dirumah dan untuk mengetahui hubungan subjek dengan orang tuanya
Untuk melaksanakan home visitdilakukan beberapa tahap, sejak perencanaan
sampai analisis data. Tahap-tahap tersebut antara lain :
a. Mengajukan permohonan ijin kepada kepala sekolah untuk
melaksanakanhome visit.
b. Menyiapkan pedoman wawancara.
c. Melaksanakanhome visit.
(46)
e. Menganalisis hasil wawancara.
Home visit merupakan kegiatan terakhir dari seluruh rangkaian kegiatan pengumpulan data, maka data hasil home visit dipadukan dengan data yang sudah ada untuk dianalisis.
F. Validitas Data
Data yang telah terkumpul perlu diperiksa keabsahannya atau kebenarannya. Data yang benar merupakan salah satu syarat penelitian ilmiah. Teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu dengan trianggulasi sumber dan trianggulasi metode.
1. Trianggulasi sumber
Menurut Patton dalam Moleong (2004:330-331) menyatakan trianggulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif, hal ini dapat dicapai dengan jalan :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan pendapat klien dengan pendapat guru, temen subjek
dan orang tua subjek.
c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen seperti buku
pribadi siswa, buku absensi siswa dan rapot.
Apabila berbagai sumber menunjukkan data yang sama, maka data tersebut dinyatakan valid.
2. Trianggulasi metode
Trianggulasi metode yaitu penelitian yang dilakukan dengan metode yang berbeda guna memperoleh data yang sama dari satu subjek, apabila data yang diperoleh antara hasil wawancara dengan observasi sama, maka data yang diperoleh
(47)
commit to user
33
G. Analisis Data
Setelah data terkumpul, selanjutnya diadakan analisis data. Analisis data menurut Moleong (2001:103) adalah suatu proses pengorganisasian serta mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang ada pada data. Jenis analisis data yang digunakan adalah deskriptif analisa data kualitatif. Analisis tersebut merupakan proses menganalisis data secara sistematis berdasarkan temuan yang diperoleh melalui wawancara dan observasi dalam bentuk diskripsi, yaitu penggambaran hasil penelitian melalui penjelasan-penjelasan yang menunjukkan tentang ketidakdisiplinan siswa, yang sering melanggar tata tertib sekolah. Analisis data kualitatif, terdiri dari tiga jalur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
1. Reduksi data
Reduksi data sebagai proses penelitian, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data dasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikannya, sehingga data siap disajikan sehingga dapat ditarik kesimpulan finalnya dan selanjutnya diverifikasi.
2. Penyajian data
Setelah data yang terkumpul direduksi yakni dipilih yang dipentingkan di buang yang tidak diperlukan dan digolongkan sesuai dengan kebutuhan, maka data disajikan dalam bentuk sekumpulan informasi dari berbagai sumber dan metode. Selanjutnya data yang tersusun dimungkinkan untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan sebagai langkah verifikasi.
(48)
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Menarik kesimpulan dan verifikasi hanyalah sebagian dari suatu kegiatan konfigurasi yang utuh. Di dalam menarik kesimpulan harus juga diverifikasi makna-makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya agar dapat diperoleh data yang valid.
Bagan II : Analisis Data
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang ditempuh dalam penelitan studi kasus adalah:
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Konsultasi dengan kepala sekolah
Konsultasi dengan kepala sekolah dilakukan untuk minta ijin kepada kepala sekolah tentang penelitian yang akan dilakukan dan waktu pelaksanaannya. b. Konsultasi dengan guru BK
Konsultasi dengan guru BK dilakukan untuk memperoleh informasi tentang Pengumpulan
Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Kesimpulan / Verifikasi
(49)
commit to user
35
disiplin dalam berpakaian seragam, sering terlambat, tidak aktif dalam kegiatan belajar mengajar, tidak ikut upacara, dan apatis terhadap kegiatan sekolah lainnya. c. Konsultasi dengan wali kelas
untuk mengetahui keadaan siswa waktu di dalam kelas.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap ini dilaksanakan teknik dokumentasi, observasi dan wawancara. a. Teknik dokumentasi
Teknik dokumentasi dilaksanakan untuk memperoleh data tentang identitas siswa kepribadian, kesehatan, kelakuan, perkembangan studi, prestasi belajarnya dan kehadiran siswa di sekolah. Data tersebut diperoleh dari catatan yang ada pada buku pribadi dan buku induk di sekolah.
b. Observasi terhadap siswa tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah
Observasi yang dilakukan untuk mengungkap bentuk perilaku siswa tidak disiplin saat kegiatan belajar mengajar maupun di luar kelas, misalnya dalam hal berpakaian seragam, dalam hal melaksanakan tugas sekolah, maupun kegiatan-kegiatan di sekolah, serta bentuk pelanggaran lain yang dilakukan siswa
c. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap informan-informan yang dapat mengungkap tentang ketidakdisiplinan siswa, diantaranya :
1) Siswa itu sendiri sebagai subjek penelitian. 2) Teman dekat
3) Guru BK 4) Wali kelas 5) Orang tua
Data yang diperoleh dari teknik dokumentasi, observasi dan wawancara yang dilakukan kemudian diolah dan dianalisis untuk dapat disimpulkan.
(50)
3.Tahap Pelaporan Hasil
Setelah selesai tahap pelaksanakan penelitian, tahap berikutnya adalah pelaporan hasil penelitian. Pada tahap ini peneliti merangkum semua hasil penelitian yang berupa temuan-temuan di lapangan yang telah diperiksa validitasnya kemudian disusun secara sistematis dan ditulis untuk dijadikan bahan pelaporan hasil penelitian.
(51)
commit to user
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Paparan Data penelitian
1. Paparan Lokasi SMP Negeri 2 Karanganom
Lokasi SMP Negeri 2 Karanganom berada di desa Bungkusan, Jurangjero, Karanganom, Klaten. SMP Negeri 2 Karanganom terletak di posisi yang cukup strategis, yaitu dekat dengan kantor balai desa Jurangjero, kantor kecamatan Karanganom, Polsek karanganom dan dikelilingi oleh sarana umum lainnya, seperti pasar Jurangjero, pertokoan, puskesmas, dan warnet. Selain itu SMP Negeri 2 Karanganom juga berdekatan dengan sekolah-sekolah lainnya yaitu SD Negeri 1 Jurangjero, SMP Negeri 1 Karanganom, SMP Negeri 4 Karanganom dan SMA Negeri 1 Karanganom.
2. Paparan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana dan prasarana pendidikan sangat dibutuhkan dalam menunjang proses belajar mengajar dan kegiatan disekolah. Lebih-lebih untuk mencapai prestasi dan meningkatkan mutu suatu sekolah, sangat diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana prasarana sekolah merupakan benda-benda atau material. Secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sarana edukatif dan non edukatif. Sarana dan prasarana edukatif yaitu segala sesuatu yang bersifat fisik yang diperlukan dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar, misalnya ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang BK, laboratorium, buku pelajaran dan OHP. Sarana dan prasarana non edukatif yaitu segala sesuatu yang bersifat fisik yang dapat menunjang proses belajar mengajar secara tidak langsung, misalnya koperasi sekolah, kantin, parkir, halaman sekolah, kamar mandi dan UKS.
(52)
Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 2 Karanganom Klaten bisa dikatakan cukup lengkap, antara lain :
a. Sarana edukatif yaitu ruang kelas, meja, kursi, perlengkapan olah raga, perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, alat-alat tulis, papan tulis, alat-alat peraga berbagai mata pelajaran, Laboratorium IPA dan laboratorium komputer
b. Sarana non edukatif yaitu Ruang TU, leptop, almari, tempat sampah, kantin, tempat parker, lapangan, masjid, UKS, dapur sekolah dan alat-alat kebersihan.
3. Paparan Subjek Penelitian
Guru disekolah selalu dihadapkan pada siswa-siswa yang masing-masing memiliki karakter, sifat dan perilaku yang berbeda-beda. Perilaku siswa tersebut tidak jarang yang menyimpang dari aturan dan tata tertib yang ada disekolah. Sekolah merupakan tempat bagi siswa- siswa menuntut ilmu dan tempat pembentukan pribadi siswa. Munculnya perilaku siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah dapat mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar dan kegiatan di sekolah. Perilaku siswa tidak disiplin disekolah ditandai dengan ketidaksesuaian perilaku siswa dengan tata tertib yang berlaku disekolah, misalnya dalam berpakaian seragam, sering terlambat sekolah ataupun masuk kelas, membolos, tidak mengerjakan tugas sekolah, dan tanpa ijin tidak mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah.
Sesuai dengan fokus penelitian, maka subjek penelitian ini yang di pilih adalah siswa yang tidak disiplin melakukan tata tertib sekolah atau sering melanggar aturan-aturan sekolah. Siswa yang menjadi subjek penelitian berdasarkan laporan wali kelas, guru mata pelajaran dan guru BK dalam supervisi rutin. Dari laporan tersebut peneliti ingin mengungkap sebab perilaku siswa yang tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah dan akibat dari perilaku tersebut. Data yang diperoleh dari dokumentasi, wawancara,
(53)
commit to user
39
mengungkap faktor penyebab perilaku siswa tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah. Adapun paparan subjek penelitian sebagai berikut.
a. Subjek 1
1) Berdasarkan data dokumentasi yaitu buku pribadi siswa dapat diketahui data pribadi subjek 1 sebagai berikut:
Nama Lengkap : Agung Wibowo
Nama Panggilan : Agung
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Klaten, 5 Maret 1995
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
Agama : Islam
Kelas : VIII B
Bahasa Sehari-hari : Jawa
Jarak Sekolah : 750 M
Pernah Tinggal di Kelas : VII F
Alamat : Muludan, Karanganom, Klaten
Data Orang Tua
Nama Ayah : Sugianto
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Nama Ibu : Sri Lestari
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Data hasil tes psikologi yang dilakukan sekolah, hasilnya bagus, nilai IU (intelgensi umum) 114 dan termasuk IQ baik. Aspek kepribadian menurut tes psikologi termasuk dalam kategori anak yang cerdas. Ketekunan kerja baik, sistematik
(54)
kerja siswa cukup, kepemimpinan cukup, kestabilan emosi cukup, sosialisasi baik, kreatifitas cukup, motifasi kerja kurang. Aspek minat siswa dalam dalam bidang penelitian baik, minat teknik cukup, minat terhadap keindahan cukup, minat budaya dan sastra cukup dan minat sosial baik. Dari buku pribadi siswa dan raport juga dapat diketahui, Agung pernah tinggal kelas di kelas VII, karena prestasi disekolah sangat rendah jauh di bawah rata-rata teman-temannya. Agung sering kali terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan tugas dan yang diberikan guru, membolos, tidak mengikuti upacara bendera, senam dan tidak mengikuti kegiatan extra disekolah tanpa keterangan. Data-data diatas diperoleh dari data dokumentasi yaitu buku pribadi siswa.
2) Berdasarkan hasil observasi subjek 1
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kepada Agung, maka dapat diketahui bahwa perilaku Agung di kelas cukup baik. Dia tidak suka mengganggu teman-temannya, bisa dikatakan cukup supel dalam bergaul. Ketika jam istirahat Agung lebih suka berkumpul dengan teman-teman sepermainannya atau kelompoknya di kantin sekolah sambil bercanda tawa. Agung sering kali terlambat masuk kelas setelah jam istirahat berakhir, kurang lebih 5 sampai 10 menit. Ketika ditegur guru biasanya Agung beralasan ke kamar mandi terlebih dahulu
Sikap Agung kepada guru cukup menghormati, tidak pernah bicara kasar, kalau ditanya menjawab dengan jujur. Saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di kelas, Agung tidak suka membuat keributan, hanya saja kurang memperhatikan saat guru menyampaikan materi. Dia sering kali sibuk mencorat coret bukunya sendiri dan tiduran dikelas. Ketika diberi tugas kalau tidak mendapatkan contekan dari teman dia asal-asalan dalam mengerjakan. Agung juga sering kena teguran guru yang mengajar karena tidak mengerjakan PR.
(1)
commit to user
keluarga yang memang memiliki masalah, seperti orang tua kurang dalam memberikan perhatian, anak terlalu dimanja dan kurangnya kepedulian orang tua terhadap pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Perilaku anak yang sering melanggar tata tertib khususnya disekolah perlu mendapatkan perhatian lebih dari orang tua untuk menanganinya, dengan memberikan teguran, arahan, pangawasan dan hukuman sesuai diharapkan dapat mengubah perilakunya menjadi lebih disiplin.
d. Warga sekitar sekolah
Warga sekitar sekolah menjadi pihak yang secara langsung melihat perilaku para siswa, khususnya pada saat berada di luar sekolah. Perilaku pelanggaran yang dilakukan siswa tidak hanya terjadi di dalam sekolah, akan tetapi juga terjadi pada saat diluar sekolah, bahkan bentuk pelanggaran dapat lebih banyak terjadi di luar sekolah. Hal ini terjadi karena tidak adanya pengawasan secara langsung yang dilakukan oleh pihak sekolah. Pelanggaran kedisiplinan banyak terjadi pada saat siswa pulang sekolah. Bentuk pelanggaran yang biasa dan sering terjadi seperti, merokok, berkelahi dan membolos.
Pernyataan salah seorang warga sekitar sekolah tersebut yang memiliki usaha warung yang tempatnya sering dijadikan tempat berkumpul para siswa sehingga warga sekitar sekolah sering kali melihat pelanggaran yang dilakukan siswa tersebut. Sebagian dari para siswa pada saat jam pulang sekolah tidak langsung pulang, melainkan nongkrong diwarung bercanda dengan teman-teman yang lainnya, begitu juga dengan siswa yang membolos, pada umumnya mereka nongkrong di warung atau main di tempat persewaan PS. Kurangnya kepedulian pemilik warung atau persewaan PS ketika melihat pelanggaran yang dilakukan oleh siswa berakibat siswa makin leluasa dan bebas dalam berperilaku tidak disiplin.
(2)
commit to user
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada bab IV telah dipaparkan tenemuan hasil penelitian di SMP Negeri 2 Karanganom. Pada bab V ini akan disampaikan kesimpulan dari penelitian. Penelitian ini adalah penelitian yang difokuskan kepada pelanggaran disiplin terhadap tata tertib sekolah oleh kedua orang siswa. Ketidakdisiplinan siswa dalam melaksanakan tata tertib sekolah dapat berdampak negatif pada pencapaian prestasi belajar siswa. Penelitian ini mengkaji secara mendalam tentang bentuk perilaku tidak disiplin, faktor penyebab ketidakdisiplinan dan akibat dari ketidakdisiplinan siswa terutama yang berkaitan dengan pendidikan.
Hasil penelitian ini dapat diperoleh suatu kesimpulan kedua orang subjek, Agung Wibowo dan Novi Tri Hantoro dalah siswa yang tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah dengan bentuk perilaku sering membolos, terlambat masuk kelas, tidak mengikuti kegiatan extra disekolah tanpa ijin, tidak memperhatikan saat guru menyampaikan materi (tiduran dan bercanda sendiri), mencontek, tidak mengumpulkan tugas atau PR, tidak memakai seragam sesuai yang ditetapkan sekolah dan memakai sepatu dan ikat pinggang selain warna hitam.
Latar belakang penyebab munculnya ketidakdisiplinan itu ada dua, yaitu faktor internal yang merupakan faktor dari dalam diri individu/siswa itu sendiri yang berupa kurangnya rasa tanggung jawab, rasa malas yang berlebihan, kurangnya kesadaran dan kemauan untuk berperilaku disiplin serta rasa ingin diperhatikan. Kedua adalah faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu atau siswa yaitu lingkungan keluarga khususnya orang tua yang berupa faktor ajar atau pola asuh orang tua, kebiasaan dan keteladanan dalam keluarga, perhatian dan kontrol dari orang tua. Lingkungan masyarakat, teman bermain, lingkungan sekolah dan tayangan di telivisi juga sangat mempengaruhi subjek dalam berperilaku.
(3)
commit to user
Latar depan sebagai akibat dari ketidakdisiplinan terhadap tata tertib sekolah dapat dilihat subjek menjadi ketinggalan pelajaran, nilai-nilainya rendah bahkan pernah tidak naik kelas, selain itu sering mendapat teguran oleh guru dan guru BK.
B. Implikasi
Bertitik tolak dari hasil penelitian sebagaimana yang telah disimpulkan maka implikasi penelitian adalah sebagai berikut :
1. Implikasi Bagi Guru BK
Perilaku siswa yang sering melanggar tata tertib disekolah atau tidak disiplin memang harus lebih mendapatkan perhatian lagi secara khusus, dengan pemanggilan pada siswa yang tidak disiplin dapat dilakukan melalui pendekatan, memberikan arahan dan motivasi agar bisa mengubah perilakunya tersebut, jika siswa masih saja tidak disiplin perlu adanya peringatan secara lisan, pemanggilan orang tua kesekolah
dan home visit. Jika diperlukan dapat dilakukan tindakan yang lebih tegas berupa
hukuman atau sanksi yang melibatkan atau bekerja sama dengan orang tua untuk lebih memberikan perhatian dan kontrol kepada siswa agar siswa sadar dan dapat mengubah perilakunya.
2. Implikasi Bagi Sekolah
Perilaku tidak disiplin pada siswa salah satunya disebabkan oleh faktor sekolah. Adanya kerjasama, perhatian dan kepedulian anggota di dalam lingkungan sekolah untuk bersama-sama menegakkan disiplin terhadap tata tertib disekolah, maka perilaku tidak disiplin oleh siswa perlahan-lahan dapat dihilangkan. Sekolah perlu memiliki ketegasan dalam hal memberikan sanksi atau hukuman kepada pelanggar disiplin. Lemahnya kontrol yang diterapkan dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa.
(4)
commit to user
Upaya yang lebih penting untuk menegakkan kedisiplinan sekolah adalah melalui contoh-contoh perilaku disiplin oleh staf sekolah meliputi kepala sekolah, guru dan administrasi khususnya guru adalah contoh segalanya bagi siswa.
3. Implikasi Bagi Orang Tua
Pendidikan bagi seorang anak yang pertama dan yang utama diperoleh dari dalam keluarga. Orang tua adalah figur pendidik yang utama dan pertama. Orang tua sebagai peletak dasar kedisiplinan. Pada umumnya pola hidup anak tidak jauh dari kebiasaan yang terjadi dalam keluarga. Orang tua selain mendidik harus bisa menjadi contoh atau teladan bagi anak-anaknya. Perilaku tidak disiplin pada siswa salah satunya disebabkan oleh keadaan keluarga atau orang tua siswa. Adapun sebab itu antara lain tingkat ekonomi orang tua yang lemah dan kurang mencukupi sehingga orang tua harus bekerja keras dan tidak memiliki banyak waktu untuk memperhatikan anak. Kesibukan orang tua bekerja dan hanya memenuhi kebutuhan anak dan memanjakan anak dalam hal materi tanpa memberikan perhatian dan kontrol akan membuat anak mencari kesenangan diluar rumah dari teman-teman bermainnya, sehingga rawan bagi anak terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik. Tegur sapa antara orang tua dengan sangat diperlukan sebagai cara dan control untuk membangun hubungan yang positif.
4. Implikasi Bagi Masyarakat
Perilaku tidak disiplin pada siswa salah satunya disebabkan oleh lingkungan masyarakat. Adapun sebab itu di antaranya adalah keadaan masyarakat yang kurang memperhatikan pendidikan, ketika melihat atau mengetahui siswa membolos hanya didiamkan saja, tidak menegur atau diperingatkan, sehingga mereka merasa bebas dan tidak merasa bersalah dengan perbuatannya. Masyarakat sebagai tujuan akhir dalam kehidupan anak diharapkan memiliki kepedulian yang cukup terhadap cara bersikap
(5)
commit to user
anak, mengingat anak merupakan aset besar di dalam masyarakat yang dapat mengembangkan masyarakat secar optimal.
C. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil dari penelitian ini antara lain adalah:
1. Saran Bagi Siswa
a. Hendaklah siswa mentaati tata tertib dan segala peraturan yang berlaku di sekolah.
b. Siswa dapat menganggap bahwa sekolah adalah rumah kedua dan guru sebagai orang tua kedua, sehingga siswa merasa nyaman di sekolah.
c. Siswa berusaha untuk selalu menumbuhkan kesadaran pada diri sendiri dalam berdisiplin tehadap semua peraturan yang berlaku, dan harus lebih bertanggung jawab pada setiap tindakannya.
d. Siswa diharapkan dapat lebih memperhatikan dan menyenangi pelajaran, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran belajar dan perilaku yang dewasa.
2. Saran Bagi Orang Tua
a. Diharapkan orang tua sesering munking mengontrol perilaku anak dengan menanamkan kebiasaan yang baik.
b. Orang tua bisa mengajak anak untuk berkomunikasi secara efektif dan meluangkan waktu agar anak bisa menyampaikan isi hatinya dan pengalamannya, terutama di sekolah.
c. Diharapkan Orang tua dapat tegas dalam menanamkan disiplin kapada anak dan mampu menjadi contoh tauladan bagi mereka.
(6)
commit to user
3. Saran Bagi Guru BK
a. Guru BK hendaknya lebih aktif memberikan pengarahan kepada siswa-siswa agar selalu berperilaku disiplin.
b. Guru BK supaya lebih memperhatikan siswa yang khususnya sering melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah, sehingga siswa yang bermasalah dapat segera ditangani.
c. Guru BK hendaknya selalu mengajak dan bekerja sama dengan seluruh komponen sekolah baik kepala sekolah, guru, maupun seluruh tenaga non kependidikan hendaknya saling bersinergi untuk menegakkan disiplin di SMP Negeri 2 Karanganom.
4. Saran Bagi Pengelola Sekolah
a. Sekolah diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan sehingga siswa betah disekolah.
b. Penegakan disiplin hendaknya dilakukan secara lebih tegas dengan sanksi yang sebanding dengan pelanggaran yang terjadi namun tetap mempertimbangkan aspek pendidikan bagi siswa.
c. Sekolah secara berkala perlu mengadakan pertemuan antara guru dengan orang tua siswa untuk saling bertukar informasi mengenai perkembangan dan perilaku anak.