commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi di bidang informasi yang sangat pesat menimbulkan berbagai pengaruh, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.
Pengaruh yang bersifat positif antara lain, terbukanya jendela informasi di berbagai ilmu pengetahuan dari dalam maupun luar negeri, munculnya bermacam-
macam media masa dan film yang sifatnya menambah pengetahuan. Pengaruh yang bersifat negatif antara lain munculnya tayangan di media cetak maupun
elektronika yang tidak sesuai dengan berkembangan anak dan budaya bangsa Indonesia. Selain itu banyak film atau sinetron yang menayangkan cerita tentang
siswa-siswa sekolah yang berperilaku melanggar tata tertib sekolah, juga berita tentang perilaku masyarakat yang menunjukkan perilaku anarkis dan tidak
disiplin, misalnya pelanggaran yang terjadi pada hari Minggu tanggal 29 Mei 2009, 100 pendukung salah satu kontestan pemilu ditilang karena melanggar
peraturan lalu lintas saat mengikuti kampanye terbuka di stadion Trikoyo Klaten. Selasa tanggal 3 Pebruari 2009 terjadi tindak anarkis saat massa melakukan demo
menuntut pembentukkan Provinsi Tapanuli, massa melakukan perusakan bangunan yang kemudian berbuntut tewasnya ketua DPRD Sumatera Utara Abdul
Aziz karena aksi pengeroyokan oleh massa, yang ditayangkan hampir disetiap stasiun telivisi dan surat kabar.
Anak-anak usia SMP sangat rentan terhadap pengaruh dari luar, misalnya lingkungan bermain, lingkungan masyarakat yang terkadang membawa pengaruh
buruk bagi perkembangan mereka, yakni dengan adanya tempat tongkrongan yang umumnya terdapat para remaja maupun orang dewasa yang suka merokok, berjudi
bahkan minum-minuman keras, selain itu juga pengaruh dari berbagai macam tayangan yang disuguhkan baik dari media cetak maupun elektronika, khususnya
televisi. Banyak siswa sekolah yang terlena dengan tayangan televisi sehingga melupakan tugas dan kewajibannya sebagai pelajar.
commit to user
Sekolah merupakan tempat pendidikan formal yang mempunyai peranan penting yaitu menciptakan kepribadian yang mantap dan mandiri. Hal itu dapat
berhasil apabila guru dapat mendorong dan mengarahkan anak didik dalam mengembangkan nilai-nilai sosial yang berlaku di sekolah maupun di masyarakat.
Untuk mencapai hal tersebut, kedisiplinan terhadap tata tertib sangat menentukan dalam pembentukkan perilaku siswa agar siswa disiplin melaksanakan tata tertib
yang diharapkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pentingnya pendidikan di sekolah membuat seluruh komponen yang ada di
sekolah menyadari arti pentingnya tata tertib di sekolah. Tata tertib ini sangat bermanfaat untuk mengajarkan kedisiplinan kepada siswa. Meskipun begitu masih
saja banyak siswa yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Elizabeth B Hurlock 1978:82 mengatakan bahwa disiplin merupakan cara
masyarakat mengajar anak berperilaku moral yang disetujui kelompok. Sesuai pengamatan di lapangan banyak siswa yang sering melanggar tata
tertib sekolah, misalnya memakai seragam sekolah dengan atribut tidak lengkap, baju tidak dimasukkan, terlambat masuk kelas, tidak mengikuti upacara tanpa ijin,
tidak mengikuti olahraga tanpa ijin, tidak mengerjakan tugas atau PR dan membolos. Perilaku-perilaku tersebut merupakan bentuk pelanggaran yang
dilakukan siswa terhadap tata tertib sekolah, dengan kata lain siswa tersebut termasuk tidak disiplin. Apabila pelanggaran-pelanggaran tersebut tidak segera
diatasi dikhawatirkan dapat merusak nama baik sekolah dan dapat menghambat proses belajar mengajar yang berdampak pada menurunnya prestasi siswa dan
terganggunya sosialisasi guru dengan siswa. Adanya layanan bimbingan dan konseling di sekolah diharapkan berfungsi
membantu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri. Guru dan guru BK sebagai pendidik, yang menjadi tokoh panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan
lingkungannya. Oleh karena itu, guru perlu memiliki standar kualitas pribadi bagi anak didiknya, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui, serta memahami nilai,
commit to user
norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru bersama guru BK selain berkewajiban melakukan
pembelajaran terhadap siswa, juga dituntut untuk membantu membimbing siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah menjadi siswa yang mematuhi tata tertib
sekolah. Pemberian bimbingan terhadap siswa dibutuhkan pengelolaan yang baik, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari pelaksanaan
bimbingan dan konseling yang baik dan matang. Prayitno 1985:15 menjelaskan masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi
dirinya sendiri dan orang lain dan perlu dihilangkan. Agar dapat memberi bantuan yang tepat guru perlu mengenali dan memahami siswanya yang sering melanggar
tata tertib sekolah. Pengenalan dan pemahaman akan lebih mendalam bila dilakukan dengan penelitian.
Berdasarkan Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memuat bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Berkaitan dengan pentingnya arti menumbuhkan manusia yang bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa dan Negara.
Wawasan Wiyata Mandala 1995:77 memuat bahwa tugas siswa adalah, hadir dan pulang sekolah tepat waktunya, mengikuti program sekolah yang
diperuntukkan baginya, meningkatkan disiplin diri baik didalam maupun diluar sekolah, memakai seragam sekolah menurut ketentuan yang berlaku, mematuhi
dan melaksanakan semua peraturan yang berlaku di sekolah. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Petunjuk Teknis Disiplin
dan Tata Tertib 1996:4 memuat bahwa tata tertib adalah seperangkat peraturan dan ketentuan yang harus ditaati oleh sejumlah komponen sekolah. Penegakkan
tata tertib sekolah harus dimulai dari komponen di sekolah itu sendiri, yaitu kepala sekolah, guru, semua siswa dan unsur masyarakat sebagai salah satu
penentu kebijakkan sekolah. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah mempunyai
commit to user
fungsi dan tugas edukatif yang meliputi tiga dimensi mendidik yang menghasilkan etika dalam pergaulan, mengajar, menghasilkan kecerdasan dan melatih
menghasilkan keterampilan. Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku melanggar disiplin
tata tertib sekolah dianggap sebagai perilaku menyimpang dan merupakan masalah. Disiplin tata tertib sekolah merupakan suatu upaya untuk membentuk
pribadi anak yang mandiri dan bertanggung jawab. Fungsi atau manfaat disiplin menurut Elizabeth B. Hurlock 1978:97 diantaranya: 1 untuk mengajarkan anak
bahwa perilaku tertentu selalu diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian, 2 untuk mengajarkan anak suatu tingkatan penyesuaian yang wajar tanpa
menuntut konformitas yang berlebihan, 3 membantu anak mengendalikan diri dan pengarahan diri sehingga anak dapat mengembangkan hati nurani untuk
membimbing tindakannya. Untuk mewujudkan hal itu perlu keteladanan dari guru serta kerja sama antara guru dan komponen sekolah yang lain dengan orang tua
maupun masyarakat. Bertolak dari uraian tersebut di atas dan agar mencapai sasaran yang
diharapkan perlu diadakan kajian secara mendalam dengan studi kasus. Studi kasus adalah pengkajian secara mendalam tentang suatu masalah. Penelitian di
sini memilih judul “Studi Kasus Tentang Anak Yang Sering Melanggar Tata Tertib Sekolah Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Karanganom Klaten Tahun
20092010”.
B. Fokus Penelitian