Jangka waktu mulai penanaman sampai umur yang dapat mem- berikan hasil maksimal hasil termahal,
→ hasil dinilai dengan uang
2. Daur berdasarkan net income dari tegakan. Disebut juga sebagai “sewa hutan” atau “Forest Rent”. Daur ini diperhitungkan
sebagai berikut : R
e C
Tr Yr
Fr Σ
− −
Σ +
= Keterangan
: Fr = Forest rent
Yr = Pendapatan bersih tebangan akhir Tr = Pendapatan bersih tebangan penjarangan
C = Biaya tanaman e = Biaya pengelolaan umum
R = Daur
3. Daur nilai Harapan Tanah atau Maximum Soil Value rotation.
Nilai dasar dari pendapatan bersih uang yang dapat diharap- kan dengan memilih menentukan tingkat bunga tertentu.
E. Memilih Macam Daur
Cara untuk menentukan daur yang tepat dapat disesuaikan dengan tujuan manajemennya, yaitu :
1. Daur untuk mengendalikan penyediaan pelayanan serviceadalah
daur Fisik dan daur Silvikultur 2.
Daur untuk mengendalikan produksi hasil hutan adalah daur Teknik
3. Daur untuk mengendalikan pengembalian uang adalah daur
Finansial. Dalam hal penentuan daur optimal, pihak perhutani menentukannya
dengan mempertimbangkan hal seperti umur masak tebang pohon, karena apabila
pohon telah mencapai umur masak tebang maka akan didapatkan kualitas kayu yang seoptimal mungkin. Selain itu, sebagai sebuah perusahaan, perhutani juga
memperhatikan aspek lain seperti luas areal, ekonomi misalnya cash flow, dan aspek kelestarian dengan menebang sesuai riap tumbuh.
Penentuan daur optimal yang didasarkan pada rumus Faustmann memper- timbangkan hal-hal seperti harga jual kayu, biaya penanaman, pajak, suku bunga,
faktor stokastik, dan pengaruh hutan terhadap lingkungan. Apabila penentuan daur optimal dilihat dari segi ekonomi maka umur yang akan dipergunakan sebagai
daur optimal adalah umur yang memberikan nilai Net Present Value NPV yang paling tinggi. Umur yang dipilih sebelum atau sesudah umur yang memberikan
nilai NPV maksimal akan mengakibatkan keuntungan yang akan di-peroleh menjadi menurun.
Dalam Alvarez dan Koskela 2003, daur optimal dipengaruhi oleh harga
kayu, resiko kehilangan tegakan, dan atau pertumbuhan tegakan. Apabila daur optimal ditentukan dengan mempertimbangkan resiko kehilangan tegakan maka
daur optimal akan menjadi lebih pendek sedangkan apabila mempertimbangkan harga kayu dan pertumbuhan tegakan maka daur optimal akan menjadi lebih pan-
jang.
F. Pencurian Kayu
Berdasarkan data yang ada, kerusakan hutan terbesar disebabkan oleh pen- curian kayu, dibandingkan dengan penyebab lainnya seperti kebakaran hutan, bib-
rikan, penggembalaan liar maupun bencana alam. Pencurian kayu tersebut juga menjadi penyebab kerugian terbesar yang dialami oleh Perhutani. Pencurian kayu
mengakibatkan hutan didominasi oleh tegakan dari kelas umur muda sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan menurunnya jatah tebang per jangka untuk KPH
tersebut. Pencurian juga dapat menyebabkan tidak meratanya sebaran kelas umur KU. Ketika tidak terjadi sebaran yang merata, pemungutan hasil yang berupa
tebangan akan terputus pada periode tertentu. Selama ini, Perhutani telah berusaha mengatasi masalah pencurian kayu
tersebut, antara lain dengan peningkatan pengamanan hutan, maupun dengan program-program peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan,
seperti melalui program Kelompok Tani Hutan KTH, Pengelolaan Hutan Ber- sama Masyarakat PHBM, dll. Akan tetapi, program tersebut belum dapat meng-
atasi permasalahan pencurian kayu tersebut. Besarnya jumlah pencurian kayu jati yang terjadi di perhutani dapat mem-
pengaruhi panjangnya daur, akan tetapi tidak semua jenis daur seperti yang dise- butkan sebelumnya. Misalnya, pencurian kayu tidak akan mempengaruhi daur
fisik dan daur silvikultur karena daur fisik hanya bertujuan sampai pohon mati secara alami atau dapat beregenerasi secara vegetatif. Jadi, pencurian kayu akan
mempengaruhi daur seperti daur teknik dan daur finansial.
G. Hubungan Pencurian dengan Umur