Untuk mengetahui penyebaran penduduk di kecamatan sekitar hutan KPH Bojonegoro, pada tabel 2 dibawah ini disajikan data jumlah penduduk menurut
jenis kelamin di tiap kecamatan.
Tabel 2 Penyebaran Penduduk Desa di Sekitar Hutan
No Kecamatan Laki-laki
orang Perempuan
orang Jumlah
orang 1
2 3
4 5
6 7
8 Ngambon
Ngasem Bubulan
Dander Sugihwaras
Kedungadem Kalitidu
Temayang 18051
35099 17502
32781 21704
39311 28443
16579 18481
34885 17906
32768 21946
39176 28987
16810 36532
69984 35408
65549 43650
79027 57430
33389
Sumber data : Kantor Statistik Kabupaten Bojonegoro tahun 1999 dalam RPKH 2002
G. Bagian Hutan
Bagian hutan adalah suatu areal hutan yang ditetapkan sebagai Kesatuan Produksi dan Kesatuan Exploitasi. Dengan demikian diharapkan dapat menghasil-
kan kayu setiap tahun secara terus-menerus dalam jumlah yang memenuhi syarat pengelolaan hutan yang baik dan sesuai dengan azas kelestarian hutan. Wilayah
KPH Bojonegoro dibagi ke dalam 6 Bagian Hutan BH, yaitu : 1. Bagian Hutan Clangap
luas 3.475,8 Ha 2. Bagian Hutan Dander
luas 6.181,6 Ha 3. Bagian Hutan Ngorogunung
luas 7.427,0 Ha 4. Bagian Hutan Deling
luas 8.887,9 Ha 5. Bagian Hutan Temayang
luas 15.713,4 Ha 6. Bagian Hutan Cerme
luas 8.459,7 Ha Selanjutnya, masing-masing Bagian Hutan ini dibagi ke dalam petak-petak
yang berfungsi sebagai Kesatuan Managemen dan Kesatuan Administrasi. Deng- an demikian, petak harus memenuhi beberapa syarat antara lain : luasnya tertentu,
lokasinya, batas, dan nomornya tetap. Lokasi petak tersebut dibatasi dengan alur yang dibuat sedemikian rupa, sehingga pada saatnya dapat ditingkatkan sebagai
jalan angkutan. Pembagian petak pada setiap Bagian Hutan adalah sebagai beri- kut:
1. Bagian Hutan Clangap
petak 1 sd 94 2.
Bagian Hutan Dander petak 1 sd 173
3. Bagian Hutan Ngorogunung
petak 1 sd 185 4.
Bagian Hutan Cerme petak 1 sd 104
5. Bagian Hutan Temayang
petak 1 sd 175 6.
Bagian Hutan Deling petak 1 sd 201.
H. Infrastruktur
a. Jalan Mobil dan Jalan Lori Angkutan hasil hutan di KPH Bojonegoro umumnya memakai jalan-jalan
mobil dan jalan lori. Jenis jalan mobil yang ada berupa jalan desa dan jalan hutan alur.
b. Tempat Penimbunan Kayu TPK Tempat penimbunan kayu yang masih digunakan berada di satu lokasi,
yaitu TPK Bojonegoro dengan luas 45,0933 Ha. Sampai dengan sekarang sudah di implementasikan Sub Sistem pemasaran dengan sistem jaringan akses ke Unit II
Jawa Timur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Kurva Pertumbuhan
Pembuatan kurva pertumbuhan tegakan jati dilakukan dengan mengguna- kan tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing. Dari tabel tegakan tersebut da-
pat diketahui volume tegakan per lima tahun umur pohon dan jumlah pohon per hektar, sehingga dari data tersebut dapat dibuat hubungan antara umur dan volume
tegakan .
Hubungan antara umur dan volume tegakan dibatasi untuk bonita 2, bonita 2,5, bonita 3, dan bonita 3,5 mengingat bonita-bonita tersebut merupakan bonita
yang dominan terdapat di KPH Bojonegoro. Daftar volume pertumbuhan kayu jati per tahun dalam KPH tersebut dapat dillihat pada Lampiran 1.
Pembuatan kurva pertumbuhan tersebut bertujuan untuk mengetahui besar volume kayu jati yang akan dipanen nantinya di tahun yang akan menjadi daur
finansial atau daur yang menghasilkan keuntungan paling besar untuk KPH Bojo- negoro yang selanjutnya akan disebut sebagai daur optimal.
B. Perhitungan Kehilangan Tegakan Perhitungan kehilangan tegakan jati dibatasi hanya oleh kehilangan akibat
adanya pencurian hutan. Pendugaan pencurian dilakukan dengan penghitungan jumlah batang yang hilang yang tercatat dalam buku register Letter A LA. Data
pencurian kayu jati tahun 2005 kemudian dipisahkan berdasarkan Kelas Umur KU dan dibandingkan juga dengan luas per KU-nya. Tabel 3 di bawah menun-
jukkan jumlah pencurian kayu jati dan luas areal per kelas umur Tabel 3 Data Pencurian Kayu Jati Tahun 2005 dan Luas Areal per Kelas Umur
Kelas Umur KU Luas
Ha Jumlah Batang Tercuri
Batang
I 6.460,9
838 II
4.725,9 2444
III 6.136,3
1794 IV
3.073,2 1259
V 1.537,4
1079
Kelas Umur KU
Luas Ha
Jumlah Tunggak Tercuri Batang
VI VII
477,3 597,2
400 492
VIII 462,4 143
Total 23.470,6
8449
Sumber : Register Pencurian Kayu Jati tahun 2005 yang Sudah Diolah
Dari data tersebut, dihitung proporsi kehilangan tegakan dengan memban- dingkan jumlah tunggak tercuri dengan jumlah pohon total per hektar yang ada
pada umur akhir KU dari tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing. Standar jumlah pohon normal per hektar yang ada pada tabel tegakan normal jati Wolff
von Wulfing dapat mempengaruhi proporsi kehilangan tegakan. Maksudnya ada- lah, pohon yang ada dalam suatu KU akan dijarangi apabila memasuki KU yang
lebih besar dari KU sebelumnya, sehingga semakin bertambahnya umur akan semakin berkurang jumlah pohon yang ada. Jadi, jumlah pencurian yang terjadi
masih dalam batas jumlah pohon normal yang akan dijarangi nantinya. Tabel 4 di bawah ini menunjukkan proporsi kehilangan tegakan jati akibat pencurian untuk
setiap Kelas Umur. Tabel 4 Proporsi Kehilangan Tegakan Jati akibat Pencurian untuk setiap Kelas
Umur
Proporsi Kehilangan Tegakan Jati untuk Bonita : Kelas Umur
KU 2 2,5 3 3,5
I 0,0000638 0,0000784
0,000049 0,0001302
II 0,0004825 0,0005925
0,000753 0,0009849
III 0,0004058 0,0004973
0,000634 0,0008281
IV 0,0007582 0,0009312
0,001185 0,0001549
V 0,0016183 0,0019881
0,002527 0,0033051
VI 0,0022981 0,0028172
0,003523 0,0047001
VII 0,0026047 0,0031926
0,004068 0,0053148
VIII 0.0010992 0,0013482
0,001717 0,0022412
Total 0,0093306 0,0113455
0,014456 0,0176593
Pada tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa proporsi terbesar kehilangan tegakan jati akibat adanya pencurian yang terjadi pada tahun 2005 terdapat pada
KU VII dengan nilai untuk bonita 2 sd 3,5 secara berturut-turut adalah 0,0026047, 0,0031926, 0,004068, 0,0053148. Nilai ini menunjukkan banyaknya
jumlah pohon yang tercuri per jumlah pohon total normal yang diperoleh dari tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing. Apabila diurutkan berdasarkan be-
sarnya nilai proporsi kehilangan tegakan jati secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah KU VII, VI, V, VIII. IV, II, III, dan KU I.
Tabel 4 diatas digunakan untuk menyusun kurva reliability dengan cara mengurangkan nilai satu dengan proporsi kehilangan yang telah disebutkan sebe-
lumnya sehingga akan didapat volume perkiraan yang akan kita panen nantinnya di akhir daur. Dari pengolahan data pencurian di dapat nilai
000005 .
=
α dan
35 .
1 =
β . Tabel 5 di bawah ini memperlihatkan nilai reliability atau tegakan sisa
Re untuk setiap umur. Tabel 5 Nilai Tegakan yang Tersisa Re untuk setiap Umur
Umur Re Umur Re Umur Re Umur Re
1 0.999930 21 0.999201 41 0.998554
61 0.998001 2 0.999900 22 0.999165
42 0.998525 62 0.997973
3 0.999867 23 0.999130 43 0.998496
63 0.997945 4 0.999833 24 0.999095
44 0.998468 64 0.997917
5 0.999798 25 0.999060 45 0.998440
65 0.997889 6 0.999762 26 0.999026
46 0.998412 66 0.997860
7 0.999725 27 0.998992 47 0.998384
67 0.997831 8 0.999688 28 0.998958
48 0.998356 68 0.997802
9 0.999650 29 0.998925 49 0.998329
69 0.997772 10 0.999613 30 0.998892
50 0.998301 70 0.997742
11 0.999575 31 0.998859 51 0.998274
71 0.997711 12 0.999537 32 0.998827
52 0.998247 72 0.997680
13 0.999499 33 0.998795 53 0.998220
73 0.997649 14 0.999461 34 0.998764
54 0.998192 74 0.997617
15 0.999423 35 0.998733
55 0.998165 75 0.997585
16 0.999385 36 0.998702 56 0.998138
76 0.997552 17 0.999348 37 0.998672
57 0.998111 77 0.997518
18 0.999311 38 0.998642 58 0.998084
78 0.997484 19 0.999274 39 0.998612
59 0.998056 79 0.997449
20 0.999237 40 0.998583 60 0.998029
80 0.997413
Nilai reliability diatas menunjukkan bahwa peluang untuk memanen po- hon pada umur tertentu masih sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa inten-
sitas pencurian yang terjadi kurang lebih sama dengan intensitas penjarangan yang harus dilakukan.
C. Biaya Pengelolaan