4.2 Pembahasan tanggal 16 April- 20 April 2012
Pemeriksaan objektif vital sign yang dilakukan adalah pemeriksaan respiratory rate RR dan suhu tubuh temperatur. Pemeriksaan objektif yang
dilakukan pada tanggal 16 – 20 April 2012 dapat dilihat Tabel berikut:
Tabel 4.4 Pemeriksaan objektif mulai tanggal 16 – 20 April 2012
Tanggal pemeriksaan Suhu
C RR xmenit
16-04-2012 17-04-2012
18-04-2012 19-04-2012
20-04-2012 38
37.5 38
38 38.4
26 22
27 26
28
Obat-obat yang digunakan pasien pada tanggal 16 –20 April 2012 ditunjukkan
pada Tabel 3.10 4.2.1 Pengkajian Tepat Pasien
Data hasil pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan yang tidak normal. Hasil diagnosis sementara dokter menyatakan bahwa pasien mengalami hydrocephalus
communicans. Kriteria diagnosis untuk penyakit hydrocephalus adalah adanya
Ranitidin
Aritmia, bradikardia, sakit kepala, fatigue, pusing, insomnia,
halusinasi, depresi, rash, mual, diare, konstipasi, agranulositosis
Tatro, 2003
Rifampisin Anoreksia, mual, muntah,
hematuria, renal insufisiensi, gagal ginjal akut, ataxia,
anemia hemolitik. Tatro D.S, 2003
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
muntah nyeri kepala, demam, kesadaran menurun anonim, 2010 dan pasien mengalami muntah, demam dan nyeri pada kepala dan susah buang air besar.
Berdasarkan hasil laboratorium analisa cairan tubuh, khususnya cairan otak, didapatkan terjadi peningkatan jumlah sel cairan otak yang nilai normalnya 3,
pada pasien jumlahnya 79, total LDH 221, dimana nilai normalnya 200. Kadar glukosa dibawah normal yaitu 19. Berdasarkan hasil laboratorium yang diterima,
menyatakan bahwa pasien masih mengalami hydrocephalus. Berdasarkan hasil laboratorium khususnya pemeriksaan hematologi, pasien mengalami infeksi, hal
ini ditunjukkan oleh nilai White Blood Cell WBC yang diatas normal yaitu 18, menyatakan bahwa pasien masih mengalami hydrocephalus dan meningitis.
Pada malam tanggal 17 april, pasien mengalami susah buang air besar, pasien tidak buang air besar selama 2 dua hari berurut-turut.
Dari hasil analisa pemeriksaan elektrolit, terlihat bahwa kadar kalium pasien berada dibawah normal, ini menyatakan bahwa pasien hipokalemia dan
membutuhkan asupan kalium.
4.2.2 Pengkajian Tepat Indikasi
Pemberian infus D5 NaCl 0,225 sudah tepat, dimana pemberian infus D5 NaCl 0,225 diindikasikan untuk mengatasi dehidrasi, menambah kalori
dan mengembalikan keseimbangan elektrolit Michele, 1995. Dilihat dari pemberian terapi, NaCl 0,9 diberikan karena pasien dalam
keadaan koma dan membutuhkan cairan elektrolit. Cairan infus tersebut mengandung elektrolit yang merupakan bahan utama dalam terapi penggantian
terapi yang penting untuk menjaga cairan dan elektrolit dan terapi pemulihan untuk mengurangi jumlah cairan yang hilang Phillips, L.D, 2005.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Pemberian kombinasi Rifampisin dan isoniazid adalah untuk Pengobatan TB paru yang dialami pasien, ini merupakan Obat Anti Tuberculosis yang harus
diberikan secara bersama-samakombinasi Wattimena, 1991. Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosid yang berdaya
spektrum luas dan bersifat bakterisid terhadap bakteri bacilli gram negatif dan gram positif. Gentamisin bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein
bakteri tetapi antibiotik ini merupakan salah satu antibiotika yang sensitif terhadap pasien ini, pemberian tepat indikasi. Golongan aminoglikosida adalah antibiotika
yang larut dalam lemak dan protein, injeksi gentamisin diperlukan untuk dapat larut dalam cairan otak
Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam
lambung Anonim
g
, 2010. Ranitidin juga diberikan pada terapi yang menggunakan NSAID’S sebagai profilaksis untuk mencegah ulser duodenal
McEvoy, 2004. Ranitidin tepat diberikan sebagai obat untuk mencegah gangguan lambung akibat pemakaian obat NSAID’S.
Pemberian manitol sudah tepat. Manitol diindikasikan untuk mengurangi edema yang terdapat di otak, dimana pasien didiagnosa ensefalitis dan meningitis.
Meningitis bakteri menimbulkan peradangan dan inflamasi yang akan memicu pengeluaran mediator-mediator inflamasi yang pada akhirnya menyebabkan udem
otak Goodman Gilman, 2007. Pada tanggal 17 april, pasien diberikan dulcolax suppositoria, hal ini
diberikan agar pasien dapat buang air besar, efek pencahar dari bisakodil timbul setelah pemberian ¼-1 jam setelah pemberian rektal Ganiswara, 2007.
Dulcolax
®
mengandung bisakodil ditujukan untuk mengobati konstipasi yang
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
dialami pasien Pramudianto dan Evaria, 2009. Konstipasi bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala yang mengindikasikan adanya penyakit atau
masalah, antara lain kelainan saluran pencernaan, rendahnya kosumsi serat, dan faktor psikologis. Bisakodil bekerja dengan cara merangsang saraf mukosa kolon
Sukandar, 2008. Pasien merupakan peserta jamkesmas dimana seluruh biaya pengobatan ditanggung oleh pemerintah, obat yang diperuntukkan bagi pasien
jamkesmas adalah obat generik, tetapi untuk mengobati konstipasi yang dialami pasien digunakan merk dagang Dulcolax
®
karena tidak ada tersedia bisakodil suppositoria di pasaran
Pemberian KCl sudah tepat pasien yaitu untuk menggantikan kalium yang diekskresikan akibat pemberian dari furosemid dan untuk mengobati hipokalemia,
pencegahan pada kondisi kekurangan elektrolit karena pemakaian diuretik ISFI, 2008.
4.1.3 Pengkajian Tepat Obat
Pemberian infus D5 NaCl 0,225 sudah tepat, dimana pemberian infus D5 NaCl 0,225 untuk mengatasi dehidrasi, menambah kalori dan
mengembalikan keseimbangan elektrolit Michele, 1995. NaCl 0,9, diberikan karena pasien dalam keadaan koma dan
membutuhkan asupan cairan elektrolit. Pemberian infus NaCl 0,9 sudah tepat karena kondisi tubuh pasien lemah. Cairan infus tersebut mengandung elektrolit
yang merupakan bahan utama dalam terapi penggantian terapi yang penting untuk menjaga cairan dan elektrolit dan terapi pemulihan untuk mengurangi
jumlah cairan yang hilang. Perbaikan kesetimbangan elektrolit sangat penting untuk mencegah komplikasi yang serius sehubungan dengan kelebihan atau
kekurangan elektrolit Phillips, L.D, 2005.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Ranitidin tepat diberikan untuk mencegah gangguan lambung yang diakibatkan oleh pemberian obat-obatan yang berefek samping dapat mengganggu
saluran cerna Anonim
g
, 2010. Dulcolax
®
yang mengandung bisakodil tepat diberikan untuk mengatasi konstipasi yang dialami pasien, karena kondisi pasien yang tidak bergerak
mempengaruhi motilitas saluran cerna, sehingga perlu dibantu dengan obat anti konstipasi Pramudianto dan Evaria, 2009.
Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosid yang berdaya spektrum luas dan bersifat bakterisid terhadap bakteri bacilli gram negatif dan
gram positif. Gentamisin bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein bakteri. Gentamisin tidak diabsorbsi pada pemberian oral, tetapi secara cepat
diabsorbsi setelah suntikan intramuskuler dengan kadar puncak yang tercapai dalam waktu 0,5-1 jam. Tetapi antibiotik ini merupakan salah satu antibiotika
yang sensitif terhadap pasien, pemberian obat tepat. Rifampisin, merupakan obat antituberkulosis yang bersifat bakterisid
terhadap Mycobacterium tuberculosis yang dikombinasi dengan antituberkulosis Isoniazid. Pengobatan terhadap penderita yang terinfeksi TB paru selalu
dilakukan dengan kombinasi untuk mencegah kemungkinan terjadi populasi mutan M. Tuberculosis yang resisten terhadap obat antimikroba yang digunakan
tunggal. Pemberian kedua kombinasi ini akan menghambat secara spontan
pertumbuhan mikroba Wattimena, 1991, dengan demikian pemberian
kombinasi Rifampisin dan Isoniazid sudah tepat, hanya saja pemberian Isoniazid harus dikombinasi dengan vitamin B6 untuk menghindari terjadinya efek
samping neuritis perifer.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Manitol yang diberikan untuk menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi karena edema serebral, menurunkan tekanan intraokular, meningkatkan
ekskresi urin senyawa toksi, pemberian tepat obat. Penggunaan manitol sudah tepat untuk mengurangi udema yang terdapat di otak, dimana pasien didiagnosa
meningitis Goodman Gilman, 2007. Pada tanggal 17 april, pasien diberikan dulcolax suppositoria, hal ini
diberikan agar pasien dapat buang air besar, karena efek pencahar dari bisakodil timbul setelah pemberian ¼-1 jam setelah pemberian rektal Gunawan, 2007.
KCl 7,46 diberikan untuk menggantikan defisiensi K
+
, fungsi kalium adalah merangsang saraf otot, menghantarkan impuls listrik, membantu utilisasi
O
2,
asam amino, glikogen dan pembentukan sel. Kadar kalium normalnya 3-5 mEqL. Hipokalemia 3 mEqL menyebabkan keletihan otot, lemas, gangguan
irama jantung, pemberian KCl tepat obat, dimana pasien dalam keadaan hipokalemia dan membutuhkan asupan kalium yang cukup karena penggunaan
diureik Graber, 2003.
4.2.4 Pengkajian Tepat Dosis
Sesuai dengan tanggung jawabnya untuk menjamin tercapainya penggunaan dan pengelolaan obat secara rasional maka seorang farmasis perlu
melakukan pengkajian obat dalam hal ketepatan dosis. Ketepatan dosis meliputi ketepatan cara pemberian, lama pemberian, saat pemberian dan interval dosis.
Tabel 4.5 Daftar pengkajian tepat dosis
Jenis Obat Bentuk
Sediaan Kekuatan
Sediaan Regimen
Dosis Route
Pemberia n
Lama Pemberian
Saat Pemberian
Interval Pemberia
n
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Ranitidin tersedia dalam bentuk tablet 150 mg dan larutan suntik 25 mgml, dengan dosis 50 mg IM atau IV tiap 6-8 jam Ganiswarna, 2007. Dosis
injeksi ranitidin yang diberikan untuk pasien yaitu 50 mg setiap 12 jam sedangkan perhitungan dosis untuk anak yang berat badannya BB 12kg dan tinggi badan
NaCl 0,9 2.5mlkgb
bjam Intravena
- pasien dalam
keadaan coma dan
membutuhkan asupan cairan
elektrolit philip. L.D,
2005
-
Ranitidin 50 mg
Sweetma n, S.C,
2007 Intravena
Selama pengguna-an
NSAIDs Anonim
g
, 2010
Pencegahan tukak lambung
Tiap: 6-8 jam
Sweetma n, S.C,
2007
Rifampisin 10mgkgB
Bhari Enteral
4-6 bulan Diberikan
sebelum makan pagi,
tidak dengan susu
1- 2kalihari
Isoniazid 5mgkgha
ri dlm dosis
tunggal.m aks
300mghar iTatro
D.S, 2003
Enteral 4-6 bulan
Diberikan sebelum
makan pagi, tidak bersama
susu 1 kali
perhari
Novalgin 500mgml
Intravena Kalau perlu
saja 3-4kali
sehari
Gentamicin 5mgkghr
Tatro D.S, 2003
Intratekal 7-10 hari
2 jam sesudah makan
1xhari
Mannitol 0.25 – 2
gramkg BB
Intravena Pada saat
pasien mengalami
tekanan intracranial
2-3 kali perhari
ISFI, 2008
KCl 7.46 1-2
mEqkg BBhari
Intravena Pada saat
pasien hipokalemia
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
TB 96Cm, BSA yang didapat adalah 0.57, dan dosisnya seharusnya 84.8 setara dengan 90mg12 jam, jadi dosis yang diberikan tidak tepat, karena kurang
dosisnya. Tetapi menurut gunawan penggunaan ranitidin untuk pencegahan tukak lambung, dosisnya diturunkan, jadi pemberiannya tepat.
Untuk menurunkan tekanan intrakranial, dosis manitol 0.25 – 1 gramkg BB diberikan bolus intra vena. Manitol dapat juga diberikandicampur dalam
larutan Infus yang diberikan selama 30-60 menit Gunawan, 2007. Cairan infus NaCl 0,9 . Mempunyai volume 500 mlbotol, dengan dosis
yang diberikan kepada pasien 20 tetesmenit secara IV. Dosis lazim NaCl 0,9 2,5mLkgBBjam Ansel, H.C, 2004. Untuk pasien BB= 12 kg seharusnya
mendapatkan 2,5 mlkgBBjam x 12 kg = 30 mljam, jadi seharusnya pasien mendapatkan 10 tetesmenit. Faktor tetesan 15 tetesml, maka dosis yang
diberikan tepat Dosis Gentamisin 3-5mgkghari Tatro , 2003, berat badan pasien 12 kg
berarti 36 mg-60 mghari, dosis yang diberikan pada pasien 30 mghari maka dosis per hari 30 mg, dengan demikian dosis yang diberikan pada pasien sudah
tepat. Ranitidin tersedia dalam bentuk tablet 150 mg dan larutan suntik 25
mgml, dengan dosis 50 mg IM atau IV tiap 6-8 jam Ganiswarna, 2007. Dosis injeksi ranitidin yang diberikan untuk pasien yaitu 50 mg setiap 12 jam sedangkan
perhitungan dosis untuk anak yang berat badannya BB 12kg dan tinggi badan TB 96Cm, BSA yang didapat adalah 0.57, dan dosisnya seharusnya 84.8 setara
dengan 90mg12 jam, jadi dosis yang diberikan tidak tepat, karena kurang dosisnya. Tetapi menurut gunawan penggunaan ranitidin untuk pencegahan tukak
lambung, dosisnya diturunkan jadi pemberiannya tepat.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Rifampisin Dosis maksimum 600mghari, untuk anak 3 tahun lazimnya diberikan 120mghari, sedang dosis yang diberikan pada pasien 120 mg, berarti
sudah tepat dosis. Isoniazid Dosis 5 mgkghari dlm dosis tunggal, maksimal 300mghari
Tatro D.S, 2003, lazimnya dosis yang diberikan pada pasien dengan BB 12kg adalah 60 mg, pemberian sudah tepat dosis.
Dosis lazim KCl 1-2 mEqkg BBhari, maka untuk pasien dengan BB 12 kg adalah 12-24 mEq, adapun dosis yang diberikan pada pasien adalah 25 mEq,
berarti sudah tepat dosis ISFI, 2007. Dosis novalgin untuk dewasa 500mg untuk 3-4x sehari, 1500-
2000mghari. Sedangkan untuk anak dengan BSA 0.56 dosis yang diperlukan 300mg. Dosis yang diberikan kepada pasien seharusnya 300mg, tetapi yang
diberikan kepada pasien 250mg, dosis yang tepat.
4.2.5 Pengkajian Waspada Efek Samping
Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi obat oleh
apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam mengoptimalkan terapi pasien.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Tabel 4.6 Efek samping dan interksi obat tanggal 16 April - 20 April 2012
Jenis Obat Efek Samping
Interaksi Obat
Isoniazida
Neuropati perifer, anemia aplastis, hepatotoksik, defisiensi
piridoksin, gangguan ingatan. Tatro D.S, 2003
Interaksi obat+obat 1.interaksi
rifampisin+gentamicin Rifampisin
akan mengurangi level
gentamicin 2. Rifampicin+isoniazida
- rifampisin meningkatkan resiko hepatotoksik
isoniazid. 3. Interaksi obat-makanan
-makanan menurunkan absorbsi rifampisin,
isoniazid. Stockley, 2001
4. interaksi obat dengan hasil lab
- Rifampisin abnormalitas dalam tes fungsi hati.
Stockley, 2001 5.Interaksi obat-makanan
makanan menurunkan absorbsi rifampisin,
isoniazid. Stockley, 2001
Mannitol
Gagal jantung kongestif, perdarahan yang berlebihan, sakit
kepala,konvulsi,kedinginan,ketid akseimbangan cairan, dehidrasi,
edema, reaksi alergi.
Novalgin
Gangguan lambung, kerusakan hati, kerusakan ginjal, dan reaksi
alergi kulit,
Ranitidin
Aritmia, bradikardia, sakit kepala, fatigue, pusing, insomnia,
halusinasi, depresi, rash, mual, diare, konstipasi, agranulositosis
Tatro, 2003
Rifampisin
Anoreksia, mual, muntah, hematuria, renal insufisiensi,
gagal ginjal akut, ataxia, anemia hemolitik. Tatro D.S,
2003
Gentamicin
Sakit kepala, vertigo, encephalopathy, cemas, demam,
lelah otot, depresi, urtikaria. Tatro D.S, 2003
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
4.3 Pembahasan tanggal 21 April- 24 April 2012